BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk mengubah bahan setengah jadi menjadi barang jadi atau suatu bentuk yang memiliki nilai lebih dari sebelumnya. Prosedur yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai Pengumpulan data Pemilihan bahan Proses manufaktur Analisa Biaya Manufaktur Pengawasan Mutu (Quality Control) Selesai 3.2. Kegiatan Awal Pembuatan Gambar 3.1.Diagram alir proses manufaktur
Untuk melakukan proses pembuatan suatu alat perlu dilakukan proses perencanaan dan perancangan yang baik sebagai langkah dasar pembuatan alat, sehingga dari pemilihan bahan (material), pengumpulan data, analisa biaya manufaktur, proses atau pengerjaan produksi, pengawasan mutu (quality control) dan penyelesaian pembuatan dapat dilakukan dengan hasil yang baik pula. Perencanaan adalah gambaran langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pembuatan alat. Perencanaan ini perlu dalam mengkordinasikan tugas yang ada dan memperkirakan sumber daya yang diperlukan dan waktu prosesnya. Dalam metode membuat dasar perencanaan alat, hal yang penting untuk diperhatikan yaitu waktu pembuatan alat yang telah direncanakan serta anggaran dari alat tersebut., sehingga dalam perencanaan alat tersebut dapat diperoleh keefektifan dan keefesiennya. Langkah perencanaan yang baik meliputi dari kegiatan : 3.2.1. Penyusunan Konsep Konsep alat merupakan gambaran singkat bagaimana alat tersebut dapat memenuhi kebutuhan. Sebuah konsep alat dapat digambarkan dengan sebuah sketsa atau sebuah model tiga dimensi yang dapat disertai dengan sebuah uraian gambar. Penyusunan konsep alat harus dilaksanakan dengan tepat, agar alat yang digunakan atau dikerjakan untuk proses pembuatan yang dilakukan sangat baik hasilnya. 3.2.2. Desain Untuk Proses Manufaktur
Desain untuk proses manufaktur dimulai selama tahapan dalam pembuatan alat, sewaktu fungsi-fungsi dan spesifikasi alat ditentukan,. Desain untuk proses manufaktur menggunakan beberapa tipe yang diantaranya adalah : a) Sketsa, gambar, spesifikasi alat dan alternatif-alternatif rancangan alat tersebut b) Suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan perakitan alat. c) Perkiraan biaya manufaktur. 3.3. Proses Pengumpulan Data Dalam proses pembuatan mesin pembuat tepung data yang diperoleh sebagai berikut : Motor bensin yang dipakai berdaya 5.5 hp menggunakan putaran mesin 3000 rpm. Karena putaran yang dibutuhkan oleh rotor harus cepat agar bahan baku mudah digiling akan menjadi tepung. 3.4. Pemilihan Bahan (Material) Dalam pembuatan mesin pembuat tepung, untuk menghasilkan mesin yang berkualitas maka dibutuhkan pemilihan bahan (material) yang sesuai dengan klasifikasi yang diinginkan. Hal ini diperlukan agar didapat hasil yang memuaskan. Bahan (material) yang dibutuhkan diantaranya adalah Bahan pada rangka mesin menggunakan besi siku berukuran 40x40x4 mm Ayakan yang dipakai menggunakan plat stainless steel Poros menggunakan bahan C 45 S Bantalan (bearing) menggunakan no. 6300
Ruang penggiling menggunakan plat baja No Jumlah Komponen Bahan/jenis Proses pemesinan Corong pemasukkan mengguakan plat baja Corong pengeluaran menggunakan plat galvanis 3.5. Analisa Biaya Manufaktur Analisa biaya manufaktur perlu untuk mengetahui besarnya efisiensi biayabiaya yang diperlukan pada proses manufaktur, maka perlu dilakukan analisa manufaktur antara lain : a. Biaya pembelian beberapa komponen seperti : motor bensin, plat baja, ayakan, dan lainnya. b. Biaya proses pemesinan dalam pembuatan mesin pembuat tepung seperti : mesin gerinda potong, mesin gerinda permukaan, mesin bor, mesin bubut dan mesin las c. Biaya tenaga kerja dalam pembuatan mesin pembuat tepung. 3.6. Proses Pengerjaan Produksi (Proses Manufaktur) Proses manufaktur pada mesin pembuat tepung meliputi proses produksi dan perakitan. Proses ini sangat penting untuk proses pengerjaan yang dilakukan dalam pembuatan mesin pembuat tepung, komponen dan material yang digunakan untuk pembuatan mesin pembuat tepung yang akan dikerjakan (diproses) dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yang diantaranya adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Proses Manufaktur mesin pembuat tepung dengan sistem translasi
Potong Gerinda Bor Las Listrik Bubut 1 1 Rangka Besi siku - 2 1 Motor 5.5 hp - - - - - 3 1 Ayakan Stainless steel - - - - - 4 1 Poros S 45 C - - - 5 2 Bantalan no.6300 - - - - - (bearing) 6 2 Puli Aluminium - - - - - 7 1 Sabuk V Karet - - - - - campuran, Tetoron 8 1 Corong Plat baja - - pemasukkan 9 1 Corong pengeluaran Plat baja di Galvanis - - - 10 1 Ruang Plat baja - Keterangan : penggiling = dikerjakan - = tidak dikerjakan 3.6.1. Rangka Alat (Frame) Proses pembuatan rangka dilakukan dengan cara mengetahui dimensi rangka yang akan dibuat terlebih dahulu. Untuk rangka mempunyai ukuran panjang 1000 mm, lebar 610 mm dan tinggi 1290 mm. Untuk pembuatan rangka mesin pembuat tepung, proses kerja yang dilakukan adalah dengan menggunakan mesin-mesin
produksi, yang diantaranya adalah pemakaian mesin gergaji potong, mesin bor, mesin las (travo), dan mesin gerinda tangan. Setelah seluruh peralatan produksi siap kemudian diambil besi siku 40x40x4 mm dua batang dengan panjang perbatangnya 6 m kemudian dipotong dengan menggunakan mesin gerinda potong. Sesuai dengan ukuran yang diinginkan yaitu panjang 1000 mm sebanyak 4 buah, lebar 610 mm sebanyak 4 buah, tinggi 1290 mm sebanyak 8 buah. Jika semua yang diinginkan telah selesai dipotong, langkah selanjutnya adalah proses pengelasan besi siku yang tadi telah dipotong. 3.6.2. Dudukan Motor Dan Ruang Penggiling Proses dalam pembuatan dudukan motor dan dudukan mesin ruang penggiling dilakukan dengan cara memotong besi plat dengan panjang 375 mm, lebar 150 mm dan tebal 4 mm, kemudian membuat dudukan ruang penggiling panjang 375 mm, lebar 150 mm setelah dipotong besi plat itu dilas menjadi satu bagian ke rangka,
kemudian dibor sesuai dengan posisi motor dan ruang penggiling itu, untuk pelaksanaan pengerjaan tersebut diperlukan jasa atau biaya. 3.6.3. Ruang Penggiling Ruang penggiling menggunakan plat baja, kemudian dibuat lubang dengan diameter 295 mm sebanyak 1 kali, lingkaran diameter 309 mm sebanyak 1 kali. Setelah proses pemotongan selesai kemudian potongan itu dijadikan satu dengan dilas. Proses selanjutnya adalah menyatukan yang telah dibuat melalui proses pengelasan, untuk pelaksanaan tersebut dibutuhkan biaya atau jasa. 3.6.4. Poros Dan Rotor Poros menggunakan bahan S 45 C dengan dimensi panjang poros adalah 260 mm dan Ø 24 mm, dan rotor dengan ukuran 295 mm, besi panjang 80 mm dan tinggi 30 mm. Proses selanjutnya adalah dengan penyatuan bagian-bagiannya dengan dilas. Guna memperkecil diameter Ø 30 mm menjadi Ø 28 mm dibutuhkan jasa pembubutan 3.6.5. Corong Pemasukan Menggunakan bahan plat baja dipotong menjadi 4 bagian, panjang 305 mm, panjang 305 mm, panjang 305 mm dan panjang 305 mm. Setelah proses pemotongan selesai kemudian potongan itu dijadikan satu dengan dilas. Proses selanjutnya adalah menyatukan dengan cara proses pengelasan. Untuk pelaksanaan pengerjaan tersebut diperlukan jasa atau biaya.
3.6.6. Corong Pengeluaran Menggunakan bahan Galpanis proses pembuatan corong pengeluaran dengan cara ditekuk kemudian dibor dengan mata bor diameter 12 mm. Proses selanjutnya adalah menyatukan corong pengeluaran dengan rangka dengan baut dan mur, untuk pelaksanaan tersebut dibutuhkan biaya atau jasa.
3.7. Perakitan Perakitan adalah penggabungan komponen-komponen yang sudah melalui proses pemotongan, penggerindaan, pengelasan, dan pengeboran sampai menjadi satu kesatuan yang kokoh dengan cara pengikatan dengan baut dan mur sehingga menjadi suatu alat atau mesin yang berguna atau sesuai dengan rencana, untuk pelaksanaan tersebut dibutuhkan biaya atau jasa. 3.8. Pengecatan Untuk mencegah terjadinya korosi (karat) pada bagian-bagian komponen alat atau mesin perlu dilakukan proses pengecatan juga dapat memperindah penampilan dari alat atau mesin yang dibuat atau diproduksi, untuk pelaksanaan tersebut dibutuhkan biaya atau jasa. 3.9 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu (quality control) merupakan suatu kegiatan yang perlu dilakukan pada setiap kegiatan produksi. Hal ini disebabkan karena kualitas mutu alat atau mesin dari hasil yang dikerjakan merupakan cermin keberhasilan dari hasil usaha produksi atau pembuatan alat atau mesin tersebut. Apabila mutu dari alat atau
mesin itu yang dihasilkan kurang bagus dalam untuk hasil akhirnya atau setelah dilakukan pengujian, maka alat itu belum dapat diterima dan proses pengerjaannya bisa diulang kembali. Usaha-usaha tersebut akan memperoleh output yang betul-betul bermutu baik. Setelah alat itu jadi lalu dilakukan pengujian ( test ) ulang dari proses pembuatan atau hasil produksinya, dan ini merupakan test akhir yang merupakan uji coba secara menyeluruh terhadap komponen maupun proses.