TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

dokumen-dokumen yang mirip
Ari Wibisono

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )

BAB II TINJAUN PUSTAKA

PEMBUATAN SOFTWARE SIMULASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI ARENA 5

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

128 Universitas Indonesia

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013

EVALUASI SARANA MENYELAMATKAN DIRI KEADAAN DARURAT PADA BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

Perancangan Emergency Response Plan di PT E-T-A Indonesia

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1 Universitas Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

PERANCANGAN SARANA PENYELAMAT DIRI DAN KEBUTUHAN APAR PADA DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II BALIKPAPAN

AUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

PERSYARATAN BANGUNAN UNTUK PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

EVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER )

SKRIPSI PERANCANGAN KEBUTUHAN APAR DAN SARANA PENYELAMAT DIRI PADA DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II BALIKPAPAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

STUDI SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN PADA PABRIK PEMBUATAN PESAWAT TERBANG

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA)

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

Penjelasan Estimasi Jumlah dan Penyebaran APAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

MAINTENANCE SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF PROYEK PEMBANGUNAN TANGRAM HOTEL DAN SADIRA PLAZA KOTA PEKANBARU

SKRIPSI Sebagian Persyaratan. Oleh FAKULTAS YOGYAKARTA 20111

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

SKRIPSI PERENCANAAN PEMASANGAN ALAT PEMADAM API RINGAN DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG GEDUNG C

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Yoga Almartha Putra R

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Dalam melakukan wawancara terkadang proses wawancara terganggu dengan kondisi sekitar.

STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya)

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train

Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

ANALISIS STRUKTUR BANGUNAN YANG DITINJAU DARI TANGGA DARURAT PADA PUSAT PERBELANJAAN MESRA INDAH MALL SAMARINDA

Ajeng Wulan Apriyanti 1 Ridwan Zahdi Sjaaf 2

Volume 11 Nomor 2, April 2012 ISSN X

Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung.

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun

Pembuatan Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan Fire Protection Berbasis Web (Studi Kasus di PT. IPM Operation and Maintenance Indonesia)

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Selain sistem springkler, BSN juga membuat peraturan untuk penanggulangan kebakaran gedung (building fire fighting system), diantaranya :

ANGKET TENTANG PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN. 2. Jawablah setiap pertanyan dengan jujur, karena jawaban anda akan dijaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN X

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

1. Anda saat ini sedang berada dilantai 2 puskesmas Bogor Timur 2. Di gedung ini ada beberapa pintu, pintu keluar adalah disebelah kiri

BAB 6 HASIL PENELITIAN

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( )

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Lampiran 1 Hasil Penilaian

BAB III PERENCANAAN HYDRANT

ANALISA SISTEM PENCEGAHAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI FASILITAS INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 TESIS.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032

Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses produksinya memiliki potensi bahaya tinggi, menggunakan Bahan-Bahan Kimia Yang Berbahaya Dan Beracun (B3), antara lain : Quartz San, Sodium Ash Dense, Mercury, dan Used Semen.

PT. Philips Indonesia juga memiliki kecenderungan dalam pemakaian peralatan dan mesin berteknologi tinggi, antara lain : Stem Mounting, Centering Oven, dan Pumping Machine.

Kejadian kecelakaan yang pernah terjadi di PT. Philips Indonesia tersebut, salah satunya adalah pada tanggal 20 Juli 2008 terjadi kebakaran di area Basement Barca GLS karena puntung rokok. (Sumber : PT. Philips Indonesia, 2008).

Berdasarkan hasil inspeksi, ditemukan beberapa temuan mengenai penempatan sarana evakuasi dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang tidak sesuai dengan standar yang telah ada, antara lain : adanya pintu darurat yang terkunci, dan adanya penempatan APAR yang terhalang oleh suatu panel listrik.

Berdasarkan hasil evaluasi Hazard Identification, Risk Assessment, Risk Control (HIRARC) yang telah dilakukan, terdapat beberapa aktivitas yang berpotensi untuk menimbulkan suatu kondisi darurat, antara lain : tumpahan minyak, tumpahan bahan kimia, dan limbah B3.

Pada PT. Philips Indonesia diperlukan evaluasi terhadap Emergency Response Plan (ERP), dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Agar tercipta sistem yang terintegrasi antara ERP dan APAR, serta meningkatkan kesiapsiagaan dalam kondisi darurat agar senantiasa tercipta Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT. Philips Indonesia.

Tujuan Penelitian Melakukan evaluasi terhadap Emergency Response Plan (ERP). Melakukan perancangan ulang Emergency Response Plan (ERP) pada PT. Philips Indonesia. Melakukan evaluasi terhadap Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Melakukan perancangan ulang Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada PT. Philips Indonesia.

Batasan Masalah Evaluasi ERP dan APAR hanya pada PT. Philips Indonesia. Evaluasi sarana ERP, yaitu : pintu darurat, lebar pintu darurat, tangga darurat, Exit Route, Exit Sign, Assembly Point, Escape Time, dan prosedur tanggap darurat. Evaluasi sarana APAR difokuskan pada jumlah, penempatan dan jenis APAR yang dibutuhkan pada bangunan. Mengenai aspek perhitungan estimasi biaya yang dibutuhkan tidak dibahas dalam penelitian ini.

Evaluasi Emergency Response Plan (ERP) Evaluasi berdasarkan peraturan yang ada, yaitu : Standar Nasional Indonesia 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sarana Jalan Ke Luar Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. National Fire Protection Association 101 Life Safety Code 2000Edition.

Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Evaluasi berdasarkan peraturan yang ada, yaitu : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. National Fire Protection Association 10 Standard For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition.

Flow Chart Metodologi Penelitian

Perhitungan Jumlah Orang Untuk Ruang Tunggu Poliklinik : Panjang : 4,5 m. Lebar : 7 m. Occupant Load Factor : 9,3 m 2 /orang.

Perhitungan Kebutuhan Jumlah Tempat Keluar Untuk Ruang Tunggu Poliklinik : Potensi Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok I Jumlah Orang (N) : 4 Orang. Lama Evakuasi (T) : 2,5 Menit (Bahaya Kebakaran Sedang).

Perbandingan Kebutuhan Unit Lebar Tempat Keluar (U) Dengan Rate Of Flow Untuk Ruang Tunggu Poliklinik :

Perhitungan Dimensi Pintu Darurat Untuk Ruang Tunggu Poliklinik : Unit Lebar Tempat Keluar : 1 Unit. Jumlah Tempat Keluar : 1 Buah. Maka, 1 Tempat Keluar Dengan Lebar 1 Unit (525 mm). Jadi, Pada Ruang Tunggu Poliklinik memiliki 1 Tempat Keluar Dengan Lebar 1 Unit (525 mm).

Perhitungan Tangga Darurat Perhitungan Tangga Darurat Pada Workshop Upper Floor Lebar Tempat Keluar (LTK) = 525 mm, maka w = 0,55 m karena lebar minimum Tangga Darurat menurut SNI 03-1746-2000 adalah 0,55 m.

Dimensi Tangga Darurat Berdasarkan perhitungan dan atas ketentuan SNI 03-1746- 2000, yaitu : Lebar minimum tangga darurat adalah 0,55 m. Tinggi minimum anak tangga adalah 0,10 m dan maksimum 0,18 m. Ketinggian maksimum antar Bordes adalah 3,7 m. Tinggi pegangan rel minimum adalah 0,86 m dan maksimum 0,96 m. Lebar Bordes minimal sama dengan lebar tangga. Jumlah orang yang terakomodasi tangga darurat dirumuskan dengan :

Perancangan Exit Route Untuk Ruang Tunggu Poliklinik : Lebar Tinggi Jumlah Klasifikasi Bahaya Panjang : 71,1 cm. : 250 cm. : 1 Buah. : Ordinary (Moderate) Hazard. : 755 cm.

Perancangan Exit Sign Perancangan Exit Sign sesuai dengan persyaratan SNI 03-6574-2001 adalah sebagai berikut : a. Dimensi Huruf Exit Sign : Tinggi huruf = 15 cm. Tebal huruf = 2 cm. Jarak antar huruf = 1 cm. b. Tinggi pemasangan arah Exit Sign maksimal 20 cm dan minimal 15 cm dari permukaan lantai.

c. Pemasangan pada pintu darurat dengan jarak 10 cm dari rangka pintu. d. Lokasi pemasangan Exit Sign : Setiap pintu darurat. Setiap tangga darurat. Ujung gang yang mendorong ke arah pintu Exit. Setiap persimpangan pada koridor.

Perancangan Assembly Point a. Penentuan Arah Angin Tahunan Tabel 4.1 Data Arah Dan Kecepatan Angin (Ringkasan) Tahun Rata-Rata Arah Angin 2007 Ke Timur 2008 Ke Timur 2009 Ke Timur Kesimpulan Ke Timur (Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Juanda, Surabaya) Dari data di atas, maka dapat diketahui kecenderungan arah angin tahunan untuk wilayah pengamatan daerah Brebek Industri, Sidoarjo adalah ke arah timur.

b. Letak Assembly Point Jarak aman Assembly Point minimal menurut NFPA 101-2000 adalah 6,1 meter. Arah angin terbanyak pada tahun 2007-2009 adalah ke timur, maka letak Assembly Point tidak berada pada timur bagunan gedung.

Perhitungan Waktu Escape a. Waktu Escape Menuju Exit Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. : KEP.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja, untuk bangunan dengan resiko bahaya kebakaran ringan maksimal lamanya evakuasi adalah 3 menit, bangunan dengan resiko bahaya kebakaran sedang adalah 2,5 menit dan untuk bangunan dengan tingkat bahaya kebakaran tinggi adalah 2 menit.

b. Waktu Escape Dari Exit Menuju Assembly Point Untuk Ruang Tunggu Poliklinik : Luas : 31,5 m 2. Jumlah Orang : 4 Orang. Konstanta Kecepatan Evakuasi : k = 1,4 Dan a = 0,266. Lebar Exit Route : 1,5 Meter. Exit Route Element : 1. Corridor (Ramp Walls) = 0,2 m. 2. Door (Archways) = 0,15 m. Tempat Keluar : 1 Buah.

APAR Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980 Untuk Ruang Tunggu Poliklinik : Klasifikasi Kebakaran : Kelas A Dan Kelas C. Luas : 31,5 m 2. Luas Perlindungan APAR : 176,625 m 2. Jenis APAR Berat : Tepung Pemadam (PG). : 12 Kg.

APAR Berdasarkan National Fire Protection Association 10 Standard For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition Untuk Ruang Tunggu Poliklinik : Klasifikasi Kebakaran : Kelas A Dan Kelas C. Klasifikasi Bahaya : Ordinary (Moderate) Hazard. Rating : 2-A:C. Luas : 31,5 m 2. Jenis APAR : ABC Dry Chemical (Ammonium Phosphate). Berat : 9 Lb (4,086 Kg).

Evaluasi Sarana Evakuasi Berdasarkan National Fire Protection Association 101 Life Safety Code 2000 Edition Pada Bagian Gudang terdapat Pintu Darurat yang terkunci. Akan tetapi, di samping Pintu Darurat tersebut juga telah disediakan Anak Kunci yang dilindungi oleh Break Glass untuk membuka Pintu Darurat tersebut. Sedangkan untuk Pintu Darurat yang lain yang terdapat di PT. Philips Indonesia tersebut sudah sesuai dengan Standar yang ada, yaitu keadaan Pintu Darurat tidak terkunci dan Pintu Darurat membuka ke arah keluar. Berdasarkan National Fire Protection Association 101 Life Safety Code 2000 Edition, disebutkan bahwa pintupintu harus disusun untuk siap dibuka dari sisi jalan keluar bilamana bangunan itu dihuni. Kunci-kunci, bila disediakan, tidak harus membutuhkan sebuah Anak Kunci, alat atau pengetahuan khusus atau upaya tindakan dari dalam bangunan.

Di sepanjang Koridor Jalur Emergency Exit sebelah Dining Hall tidak terdapat beberapa sarana pemadam kebakaran, minimal sebuah Alat Pemadam Api Ringan. National Fire Protection Association 10 Standard For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition yang menyebutkan bahwa Alat Pemadam Api Ringan harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau dan tersedia di tempat yang memungkinkan awal timbulnya api. Lebih baik lagi, jika diletakkan di sepanjang jalur normal perpindahan, termasuk jalur keluar dari area.

Evaluasi Sistem Alat Pemadam Api Ringan Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980 Pada Koridor yang menghubungkan antara Bagian GLS dan Bagian VTL hanya terdapat sebuah Alat Pemadam Api Ringan. Penempatan APAR berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980 adalah jarak antara satu APAR dengan APAR yang lainnya atau satu kelompok APAR dengan kelompok APAR yang lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh Pegawai Pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja. Pada Koridor tersebut juga ditemui APAR yang ditempatkan pada ketinggian kurang dari 1,2 meter, sehingga untuk mengambilnya perlu membungkukkan badan. Penempatan APAR harus ditata sedemikian rupa sehingga bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali Jenis APAR CO 2 dan Tepung Kering (Dry Chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar Alat Pemadam Api Ringan tidak kurang dari 15 cm dari permukaan lantai.

Jumlah Total APAR yang dibutuhkan PT. Philips Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980 adalah 470 Buah dengan Jenis APAR berupa Tepung Pemadam (PG) dan B.C.F Halon No. 1211. Sedangkan Jumlah Total APAR yang dimiliki oleh PT. Philips Indonesia saat ini adalah 283 Buah dengan Jenis APAR berupa CK (CO 2 ), SP (Powder), dan Halotron. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980, PT. Philips Indonesia memiliki Klasifikasi Kebakaran Kelas A, B, C, dan D. Jenis APAR yang cocok adalah Tepung Pemadam (PG) dan B.C.F Halon No. 1211 dengan berat 12 Kg dan 1,4 Kg, karena Jenis APAR ini efektif untuk Klasifikasi Kebakaran pada PT. Philips Indonesia.

Evaluasi Sistem Alat Pemadam Api Ringan Berdasarkan National Fire Protection Association 10 Standard For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition Jumlah Total APAR yang dibutuhkan PT. Philips Indonesia berdasarkan National Fire Protection Association 10 Standard For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition adalah 408 Buah dengan Jenis APAR berupa Multipurpose/ABC Dry Chemical (Ammonium Phosphate) dan Halon 1211 (Bromochlorodifluoromethane). Sedangkan Jumlah Total APAR yang dimiliki oleh PT. Philips Indonesia saat ini adalah 283 Buah dengan Jenis APAR berupa CK (CO 2 ), SP (Powder), dan Halotron. PT. Philips Indonesia memiliki Klasifikasi Kebakaran Kelas A, B, C, dan D. Jenis APAR yang cocok adalah Multipurpose/ABC Dry Chemical (Ammonium Phosphate) dan Halon 1211 (Bromochlorodifluoromethane) dengan berat 4,086 Kg dan 9,988 Kg, karena Jenis APAR ini efektif untuk Klasifikasi Kebakaran pada PT. Philips Indonesia.

Pada Bagian VTL 2 sebelah Selatan terdapat sebuah APAR yang penempatannya terhalang oleh suatu Panel Listrik. Menurut National Fire Protection Association 10 Standard For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition, dijelaskan bahwa setiap kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai, dan diambil, serta dilengkapi dengan pemberian Tanda Pemasangan yang tingginya adalah 3 ft (1 m) dari dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok Alat Pemadam Api Ringan yang bersangkutan.

Kesimpulan Berdasarkan hasil Evaluasi Sarana Evakuasi menurut National Fire Protection Association 101 Life Safety Code 2000 Edition, pada Bagian Gudang terdapat Pintu Darurat yang terkunci. Akan tetapi, di samping Pintu Darurat tersebut juga telah disediakan Anak Kunci yang dilindungi oleh Break Glass untuk membuka Pintu Darurat tersebut. Kemudian, di sepanjang Koridor Jalur Emergency Exit sebelah Dining Hall tidak terdapat beberapa sarana pemadam kebakaran, minimal sebuah Alat Pemadam Api Ringan. Pada Koridor ini sebaiknya diletakkan minimal sebuah APAR.

Total kebutuhan jumlah Pintu Darurat pada PT. Philips Indonesia sudah sesuai antara kondisi Existing dengan hasil evaluasi. Sedangkan kebutuhan Tangga Darurat pada Workshop Upper Floor untuk kondisi Existing kelebihan 1 Tangga Darurat. Penempatan Assembly Point juga sudah sesuai antara kondisi Existing dengan hasil evaluasi, yaitu di selatan bangunan gedung.

Berdasarkan hasil Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan, pada Koridor yang menghubungkan antara Bagian GLS dan Bagian VTL hanya terdapat sebuah Alat Pemadam Api Ringan dan ditemui APAR yang ditempatkan pada ketinggian kurang dari 1,2 meter. Seharusnya jarak antara satu APAR dengan APAR yang lainnya tidak boleh melebihi 15 meter dan penempatan APAR harus berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali Jenis APAR CO 2 dan Tepung Kering (Dry Chemical). Sedangkan pada Bagian VTL 2 sebelah Selatan terdapat sebuah APAR yang penempatannya terhalang oleh suatu Panel Listrik. Seharusnya setiap kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai, dan diambil, serta dilengkapi dengan pemberian Tanda Pemasangan.

Jumlah Total APAR yang dibutuhkan PT. Philips Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980 adalah 470 Buah dan berdasarkan National Fire Protection Association 10 Standard For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition adalah 408 Buah. Sedangkan Jumlah Total APAR yang dimiliki oleh PT. Philips Indonesia saat ini adalah 283 Buah. Hal ini menunjukkan bahwa Jumlah APAR yang ada pada PT. Philips Indonesia belum mencukupi untuk seluruh ruangan yang terdapat pada PT. Philips Indonesia.

Saran Perancangan Software untuk perhitungan Sarana Evakuasi saat Keadaan Darurat dapat dikembangkan pada Penelitian yang berikutnya. Perlunya sistem yang terintegrasi antara Sistem APAR, Sistem Hydrant, Sistem Sprinkler, dan Sistem Alarm Detector. Sehingga, diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut pada Penelitian yang berikutnya pula.

...TERIMA KASIH...