BAB III PERENCANAAN HYDRANT
|
|
- Hendra Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III PERENCANAAN HYDRANT Dalam perencanaan hydrant, terlebih dahulu harus diketahui spesifikasi dan jenis bangunan yang akan digunakan. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemasangan instalasi hydrant dan pemilihan jenis pompa juga factor-faktor yang dapat menimbulkan bahaya terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh kontruksi dari bangunan tersebut. Standarisasi pemasangan hydrant pada gedung, harus mengacu pada Peraturan Daerah (PERDA) dan Dinas Kebakaran Daerah untuk memenuhi persyaratan klasifikasi bangunan berdasarkan tingkat kebakaran. 3.1 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Tingkat Kebakaran Klasifikasi bangunan berdasarkan tingkat kebakaran dibedakan menjadi : a. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Ringan (Ligth hazard Occupancies) diantaranya adalah : Rumah Ibadah Bangunan Pendidikan Rumah Sakit Perpustakaan Musium Perumahan Teknik Mesin 35
2 b. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Sedang (Ordinary hazard Occupancies) kelompok 1 diantaranya adalah : Parkir untuk mobil dan ruang pamer Pabrik pembuat minum Pabrik pengalengan Pabrik pembuat dan pemproses susu Pabrik elektronik Pabrik gelas c. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Sedang (Ordinary hazard Occupancies) Kelompok 2 meliputi bangunan-bangunan : Penggilingan produk biji-bijian Pabrik kimia sedang Pabrik gula Pabrik destilasi Pencucian dengan sistem kering / kimia Penggilingan makanan ternak Pabrik pengolahan bahan kulit Pabrik Permesinan Pabrik pekerjaan metal Pusat perdagangan Pabrik pemproses kertas Penerbitan dan percetakan Teknik Mesin 36
3 Bengkel reparasi mobil Pabrik ban Pabrik pembuat tembakau Pabrik pengerjaan kayu dengan mesin d. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Besar (Extra hazard Occupancies) Kelompok 1 yang meliputi : Hanggar pesawat terbang Ruang fluida hidrolik yang mudah terbakar Pengecoran Ekstrusi metal Pabrik plywood dan papan partikel Pabrik daur ulang karet Bangunan pemroses textile Bengkel dimana dilakukan pekerjaan melapis dengan foam plastik e. Hunian dengan Bahaya kebakaran Besar (Extra hazard Occupancies) Kelompok 2 yang terdiri dari : Pabrik Asphalt Saturating Pabrik yang mempunyai kegiatan penyemprotan dengan bahan cair yang mudah terbakar Pabrik pemproses plastik Solvent cleaning Teknik Mesin 37
4 Pabrik / bengkel dimana dilakukan pekerjaan varnis dan pengecatan dan pencelupan. Pada perencanaan hydrant ini penulis menganalisa dasar perancangan pada bagunan gedung apartement dengan ketinggian 18 lantai Data Bangunan No Lantai Fungsi Luas (m²) Elevasi 1 Lt. Basement 2 R. Pompa, R. Genset, R. Panel, Gudang, Lobby Lift, Parkir ± m² - 8,40 2 Lt. Basement 1 R. Kontrol, R. Gardu PLN, R. STO, R.Trafo/PTM, R. PUTR, ± m² R. Kerja STP, Gudang, Lobby - 3,70 Lift. 3 - Lt. Dasar Apartement unit, Tangga kebakaran, Lobby lift, Lobby ± 892,8 m² + 0,00 Entrance, Apartement Koridor, Toilet Umum. Entrance Gedung. ± 68 m² + 0,00 Locker, R. Penitipan Anak, Staff, ± 364,5 m² + 0,00 Check Point, Koridor, Lobby. - Main Lobby - Fasilitas Bangunan 4 - Lantai 1 - R. Fasilitas Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. Finess Center, Aerobic, Koridor. 5 - Lantai 2 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. - Fasiltas Kitchen, Outdoor, Dinning, Gedung Koridor. 6 -Lantai 3 s/d 11 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 7 - Lantai 12 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift, Mesin Lift. 8 - Lantai 13 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 9 Lantai 14 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 10 Lantai 15 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. ± 942,4 m² ± 306 m² ± 942,4 m² ± 306 m² ± 942,4 m² + 3,30 + 3,30 + 6,60 + 6,60 + 9,90 ± 793,6 m² + 12,20 ± 472 m² + 47,00 ± 669 m² + 50,50 ± 472m² + 54,00 Teknik Mesin 38
5 11 Lantai 16 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 12 Lantai 17 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 13 Lantai 18 R. Mesin Lift, R. Pressurized Fan, R. Exhaust/Intake Fan, R. Roof Tank. ± 472 m² + 57,50 ± 472 m² + 61,00 ± 372 m² + 84, Sistem Pipa Tegak Dalam sistem pipa tegak, hydrant dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Sistem pipa tegak kering (Dry Stand Pipe) Pada sistem pipa tegak kering, semua instalasi dalam keadaan kosong tanpa ada kandungan air. Apabila terjadi musibah kebakaran, sumber air berasal dari pompa mobil pemadam kebakaran yang disambungkan ke Siamesse Connection. Pemasangan Siamesse Connection harus pada pinggir jalan yang mudah dijangkau dan tidak tersembunyi. Sistem pipa tegak kering hanya boleh dipasang pada daerah-daerah atau Negara-negara yang air dapat membeku dalam pipa. Sehingga sistem pipa tegak kering tidak dianjurkan dipasang di Indonesia. b. Sistem pipa tegak basah (Wet Stand Pipe). Sebaliknya pada sistem pipa tegak basah, semua instalasi terisi air yang bertekanan, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat langsung digunakan. Untuk sistem pipa tegak basah harus dicadangkan air yang cukup yang biasanya disimpan pada Ground Water Tank (GWT) atau Water Reservoir. Pompa dengan laju aliran dan head yang cukup harus disediakan pada sistem ini. Teknik Mesin 39
6 Pada sistem pipa tegak basah juga harus dipasang Siamesse Connection seperti halnya pada sistem pipa tegak kering. Siamesse Connection ini dimaksudkan untuk menambah pasokan air dari mobil pemadam kebakaran setelah persediaan air pada Ground Water Tank habis. 3.3 Perancangan Pipa Tegak Jumlah pipa tegak yang disyaratkan Setiap pipa tegak harus melayani tiap luas ruangan tidak lebih dari 930 m² dari setiap lantainya dan dalam jangkauan 38 m dari katup landing yang dipasang pada setiap pipa tegak. Pada gambar H 01 dibawah ini adalah contoh perencanaan jumlah pipa tegak dan jarak jangkaunya. Pada perencanaan ini jumlah pipa tegak di lantai basement 2 dan basement 1 yang digunakan sebagai tempat parkir mobil, jumlah pipa tegak dan box hydrant dihitung berdasarkan luas bangunan yaitu 1 (satu) kotak hydrant untuk luas 930 m². Tetapi pada bangunan di atasnya, dimana hunian apartemen ini dibatasi oleh dinding pemisah setiap 2 unit apartementnya, sehingga jangkauan pipa hydrant terhalang, dengan demikian jumlah pipa tegak akan lebih banyak, karena 2 unit apartement terdapat 1 (satu) buah pipa tegak, walaupun luasnya kurang dari 930 m². Berikut ini adalah jumlah kotak hydrant pada masing lantai berdasarkan luas lantai maupun batasan kelompok apartement. Teknik Mesin 40
7 a. Bangunan Parkir No Lantai Luas (m²) Jumlah Pipa Tegak Jumlah Kotak (buah) Hydrant (buah) 1 Basement Basement b. Bangunan Apartement No Lantai Luas Jumlah Pipa Tegak Jumlah Kotak (m²) (buah) Hydrant (buah) 1 Dasar Lantai Lantai Lantai 3 s/d 4 5 Lantai Lantai Lantai 14 s/d Diameter pipa tegak masing-masing adalah 150 mm (6 ), pada lantai basement 2, basement 1 dan lantai dasar, satu pipa tegak ada yang melayani lebih dari satu kotak hydrant. Teknik Mesin 41
8 Gambar 3.1 Contoh Penempatan Pipa tegak dan Jarak jangkauan Teknik Mesin 42
9 3.3.2 Ukuran pipa tegak Diameter nominal pipa tegak yang dipasang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Diameter 100 mm (4 ) Pipa tegak diameter 100 mm (4 ) digunakan apabila ketinggian bangunan tidak lebih dari 40 m dan hanya ada satu katup landing disetiap lantainya. Atap < 40 m Lantai dasar Gambar 3.2 Sistem Pipa Tegak 100 mm (4 ) b. Diameter 150 mm (6 ) Diameter 150 mm (6 ) digunakan pada bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 40 m dan diperbolehkan menggunakan dua katup landing untuk setiap lantainya. Atap Atap Luas lantai >930 m² < 40 m < 40 m > 24 m Lantai dasar Lantai dasar Gambar 3.3 Sistem Pipa Tegak 150 mm (6 ) Teknik Mesin 43
10 3.3.3 Penempatan pipa tegak Penempatan pipa tegak harus sesuai dengan ketentuan di bawah ini : a. Di dalam suatu loby yang diventilasi dan mendekati tangga (bila tersedia). b. Pipa tegak harus dipasang dan diproteksi terhadap kerusakan mekanis dan api. c. Pipa tegak tidak boleh dipasang di dalam shaft yang di dalamnya terdapat pipa gas, pipa uap, pipa bahan baker atau kabel listrik. d. Apabila tidak terpasang pada daerah yang terlindung, maka pipa harus dibungkus atau dilindungi dengan bahan yang mempunyai tingkat ketahanan terhadap kebakaran selama 2 jam Laju aliran pada pipa tegak Untuk sistem kelas I dan kelas III laju aliran minimum dari pipa tegak hidroulik terjauh harus sebesar liter/menit (550 gpm). Laju aliran untuk pipa tegak tambahan harus sebesar 946 liter/menit (250 gpm) untuk setiap pipa tegak, tetapi jumlah total laju aliran tidak boleh melebihi liter/menit (1.250 gpm). Pada sistem kombinasi dimana pasokan air disamping untuk hydrant juga digunakan untuk sistem sprinkler otomatis, maka laju aliran yang digunakan adalah yang terbesar dari hydrant atau sprinkler dan tetap tidak melebihi liter/menit (1.250 gpm). Untuk sistem kelas II, laju aliran minimum untuk pipa tegak terjauh adalah 379 liter/menit (100 gpm). Aliran tambahan tidak dipersyaratkan bila terdapat lebih dari 1(satu) pipa tegak. Teknik Mesin 44
11 3.3.5 Batasan tekanan Tekanan sisa pada titik terjauh dihitung secara hidroulik adalah 4,5 bar. Sedangkan tekanan maksimum pada setiap box hydrant tidak melampaui 12.1 bar (175 psi), apabila tekanan melebihi 12,1 bar karena bangunan cukup tinggi, maka pada zona bawah perlu dipasang Pressure Reducing Valve, sebuah katup untuk mengurangi tekanan sehingga tekanan statik tidak melebihi 12,1 bar Cadangan air Cadangan air pada Ground Water Tank harus tersedia setiap saat dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lainnya. Cadangan air yang disediakan harus mencukupi kebutuhan selama pemompaan tidak kurang dari 45 menit. Volume air yang harus tersedia untuk cadangan air kebakaran adalah : V = Q x t V Q t : Volume air : Kapasitas pompa = liter/menit (1.250 gpm) : Waktu pemompaan = 45 menit V = x 45 Sehingga volume cadangan air adalah liter. Berikut perkiraan cadangan air selama 45 menit pada kapasitas pompa dari US gpm. Tabel 3.1 Kapsitas Pompa dan Jumlah Cadangan Air No Kapasitas Pompa ( US gpm ) Jumlah cadangan air (liter) ,581 Teknik Mesin 45
12 , , , , Jenis jenis dan Perencanaan Peralatan Hydrant Peralatan hydrant merupakan suatu komponen utama yang fungsinya sangat berpengaruhya besar pada sistem hydrant yang digunakan. Peralatan hydrant harus memenuhi standarisasi yang ada dan jumlahnya harus sesuai dengan kebutuhan dari bangunan gedung jika terjadi kebakaran Perencanaan Kotak Hydrant a. Kotak hydrant dalam (Indoor Hydrant Box / IHB ) Kotak hydrant ini ditempatkan di dalam bangunan dengan batasan luas lantai 930 m² untuk satu kotak hydrant. Jumlah : 45 buah Tekanan min : 4,42 x 10 5 N/m² Tekanan mak : 8,5 x 10 5 N/m² Debit air : 0,082 m/s b. Kotak hydrant luar (Out Door Hydrant Box) Sedangkan kotak hydrant luar ditempatkan di luar bangunan atau halaman yang mudah terjangkau oleh petugas dan biasanya ditempatkan dekat dengan pillar hydrant. Teknik Mesin 46
13 Jumlah : 8 buah Tekanan min : 5,9 x 10 5 N/m² Tekanan mak : 8,1 x 10 5 N/m² Debit air : 0,082 m³/s c. Pillar hydrant Pillar hydrant adalah salah satu perlengkapan dari sistem yang ditempatkan di luar bangunan dekat dengan kotak hydrant luar. Pillar hydrant ini berfungsi untuk memadamkan api dari luar bangunan dan biasanya hanya petugas tertentu yang dapat menggunakannya yaitu petugas pemadam kebakaran atau petugas keamanan yang sudah terlatih. Hal ini dikarenakan tekanan pada pillar hydrant dan laju aliran air cukup besar. Jumlah : 8 buah Tekanan min : 5,9 x 10 5 N/m² Tekanan mak : 8,1 x 10 5 N/m² Debit air : 0,038 m³/s d. Siamesse Connection Alat ini digunakan untuk menyambungkan pasokan air dari mobil dinas pemadam kebakaran ke jaringan instalasi untuk menambah pasokan air saat cadangan pada Ground Water Tank semakin berkurang. Penempatan Siamesse Connection harus dekat dengan jalan masuk atau jalan keluar dari jalan raya. Jumlah : 2 buah Teknik Mesin 47
14 3.4.2 Sistem Sprinkler Sistem ini merupakan sistem pencegahan pertama yang sangat baik. Dalam sistem sprinkler,kepala sprinkler dihubungkan langsung dengan sistem pemipaan yang berisi air bertekanan. Dengan demikian air dapat segera dipancarkan melalui kepala sprinkler pada saat kebakaran dan sistem ini sangat handal karena tidak ada sistem lain yang harus diaktifkan selain kepala sprinkler itu sendiri. Sistem ini juga dilengkapi dengan Head Detector atau Smoke Detector. Kepekaan temperatur : 68 ºC Warna fluida : merah Tekanan min : 1,37 x 10 5 N/m² Tekanan mak : 3,4 x 10 5 N/m² Debit air : 0,01 m³/s per lantai Untuk penempatan Sprinkler Head, terdapat dua jenis pengaturan penempatan, yaitu : Gambar 3.4 Metode ½ S dan ½ D Gambar 3.4 Metode ¼ dan ½ D S = Jarak antara dua Sprinkler Head yang terletak pada suatu jalur pipa D = Jarak antara dua pipa cabang di dalam suatu ruang Teknik Mesin 48
15 Berikut adalah beberapa jenis Sprinkler Head dan Drencher yang umum digunakan : Tipe Quartzoid Bulb Pada tipe ini berisi sebuah bola (bulb) yang terbuat dari kaca spesial (special glass) yang digunakan untuk menahan katup air pada tempatnya. Bola (bulb) tersebut berisi cairan kimia berwarna dimana bila dipanaskan (terkena panas) sampai suhu tertentu, maka cairan kimia akan mengembang yang akhirnya gelas akan pecah sehingga katup terbuka dan air akan mengalir menuju deflektor dan air akan memancar keluar untuk memadamkan api. Dalam pengunaan sprinkler heat ada berbagai jenis yang kaitannya dengan temperatur ruang yang terjadi kebakaran seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 3.2 Rata rata Temperatur dan Warna cairan Bola (Bulb) Rata rata Temperatur (ºC) Warna dan Cairan Bola 55 Orange 68 Merah 79 Kuning 93 Hijau 141 Biru 182 Ungu (Mauve) Hitam Teknik Mesin 49
16 Tipe Side Wall Jenis ini untuk digunakan pada sisi samping ruangan atau koridor, sehingga air akan terpancar pada bagian tengah dari ruangan atau koridor. Jenis ini banyak digunakan pada terowongan terowongan. Tipe Window Drencher Tipe ini digunakan untuk memancarkan air pada (di atas) ruangan tertutup atau perkantoran. Untuk satu ruangan biasanya terdapat tiga atau lebih agar dapat menjangkau seluruh ruangan. Tipe Roof Drencher Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe window drencher tetapi pemasangannya, tipe ini diletakkan pada atap (roof) untuk mencegah luasnya api Sistem Halon Sistem ini pada peletakkannya dan instalasinya tidak begitu jauh berbeda dengan Sprinkler System, hanya saja sistem ini fluida yang digunakan hanya berupa gas atau serbuk. Sistem ini biasa digunakan pada ruang perpustakaan, ruang komputer atau ruang kontrol listrik yang mana pada ruangan tersebut tidak memungkinkan digunakannya air. 3.5 Pembagian Zoning Pembagian zoning sangat tergantung pada ketinggian bangunan dan batas tekanan maksimum yang diijinkan pada nozzle hydrant yaitu 12.1 bar. Pembagian zoning pada sietem hydrant dapat dibedakan dibagi 3 yaitu : Teknik Mesin 50
17 a. Sistem satu zona b. Sistem dua zona c. Sistem banyak zona Pada sistem satu zona pipa tegak dari pompa ke titik hydrant yang tertinggi cukup dilayani dengan satu pipa tegak. Sedangkan pada sistem dua zona perlu adanya pembagian dua zona yaitu zona rendah dan zona tinggi. Pada zona rendah perlu dipasang Pressure Reducing Valve (PRV) untuk mengurangi tekanan, karena tekanan pada pompa cukup tinggi agar sampai pada zona tinggi. Zona banyak biasanya diperlukan tangki penampungan air di tengah elevasi bangunan dan perlengkapan pompanya, karena keterbatasan tekanan maksimum yang diijinkan dan kemampuan pompa. Sedang pada zona rendah dan sedang berlaku sama seperti sistem dua zona yaitu perlu dipasang Pressure Reducing Valve (PRV) pada zona rendah. Di bawah ini adalah contoh gambar sistem satu zona, dua zona dan banyak zona berdasarkan SNI Teknik Mesin 51
18 Gambar 3.4 Sistem Satu Zona Teknik Mesin 52
19 Gambar 3.5 Sistem Dua Zona Teknik Mesin 53
20 Gambar 3.6 Sistem Banyak Zona Teknik Mesin 54
BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 3.1. Perhitungan Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan Tabel 3.1 Jumlah hidran, sprinkler dan pemadam api ringan Indoor No Keterangan Luas Hydrant
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan digedung sebagai preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler,
Lebih terperinciInstalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui
Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri
Lebih terperinciSelain sistem springkler, BSN juga membuat peraturan untuk penanggulangan kebakaran gedung (building fire fighting system), diantaranya :
1. Sistem Sprinkler Di era sekarang, dimana semakin banyaknya bangunan-bangunan pencakar langit dan semakin mdern-nya bangunan yang didirikan, sistem penanggulangan kebakaran memegang peranan penting pada
Lebih terperinciSISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif)
Pertemuan ke-13 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 2 (springkler dan hydrant dll) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) 1. KRITERIA DESAIN 1.1
Lebih terperincikondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN ( )
PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN (6506 040 009) 1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka 3. Metode Penelitian
Lebih terperinciANALISA PERHITUNGAN DAYA POMPA PADA SPRINKLER SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG TOWER LANTAI 7 UNIVERSITAS MERCU BUANA SKRIPSI
ANALISA PERHITUNGAN DAYA POMPA PADA SPRINKLER SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG TOWER LANTAI 7 UNIVERSITAS MERCU BUANA SKRIPSI HAIRUN NIZAR 41308010044 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JAKARTA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran
BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk
Lebih terperinciBAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM
BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM API RINGAN. Tabel 3.1 Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan No Uraian Elevasi (m) Luas Bersih
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN & ANALISA
BAB IV PEMBAHASAN & ANALISA 4.1. Pembahasan Instalasi Pemipaan Sprinkler Pada instalasi pemipaan sprinkler terdapat satu riser (pipa tegak) dimana riser ini diameter pipanya adalah sebesar 100 mm yang
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA
Sidang Lisan PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA Lia Wimayanti JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB III DATA DAN PERANCANGAN
BAB III DATA DAN PERANCANGAN 3.1. Data Bangunan Berikut ini tabel 3.1. data bangunan pada gedung Oria Hotel beserta fungsi, kelas, dan klasifikasi bangunan : Tabel 3.1. Data Bangunan Gedung Oria Hotel
Lebih terperinciKONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION
STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN DAN TEORI
BAB II LANDASAN DAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KEBAKARAN Sejak dahulu api merupakan kebutuhan hidup manusia, dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai salah satu contoh, api digunakan untuk memasak atau untuk
Lebih terperinciANALISA PERENCANAAN POMPA DAN INSTALASI HYDRANT PADA BANGUNAN GEDUNG X
ANALISA PERENCANAAN POMPA DAN INSTALASI HYDRANT PADA BANGUNAN GEDUNG X Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Program Studi S1 Jurusan Disusun Oleh : AGI ERGIN 01301-004
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )
TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS Disusun Oleh : Ricki Paulus Umbora ( 6506 040 025 ) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil Penilaian
Lampiran 1 Hasil Penilaian FORMULIR ISIAN DATA ANGUNAN Tanggal : 12 s.d. 16 September 2017 Pemeriksa : Akhid Gunawan Tanda Tangan : DATA ANGUNAN Nama bangunan : Hotel UNY Alamat : Jl arangmalang aturtunggal
Lebih terperinciANALISA SISTEM PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN SAND FILTER DAN KARBON FILTER SERTA PENDISTRIBUSIAN AIR DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW
ANALISA SISTEM PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN SAND FILTER DAN KARBON FILTER SERTA PENDISTRIBUSIAN AIR DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW NAMA : Rangga Erlangga NPM : 15411866 FAKULTAS : Teknologi Industri JURUSAN
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA
PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA DESIGN OF PLUMBING AND FIRE HYDRANT SYSTEM IN SAPHIRE AND AMETHYS TOWER EASTCOAST
Lebih terperinciBAB II. Landasan Teori
Laporan Tugas Akhir 9 BAB II Landasan Teori.1. Pengertian Kebakaran Api dan manusia dalam batas tertentu merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Api memang dapat memberikan
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih
BAB IV: KONSEP 4.1. Pendekatan Aspek Kinerja 4.1.1. Sistem Pencahayaan System pencahayaan yang digunakan yaitu system pencahayaan alami dan buatan dengan presentase penggunaan sebagai berikut : a. Pencahayaan
Lebih terperinciBab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas
Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan
Lebih terperinciSISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I
Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan
Lebih terperinciTata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Kembali Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. Standar ini dimaksudkan sebagai acuan yang diperlukan dalam perencanaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR....ii ABSTRAK...iii PRAKATA...iv DAFTAR ISI.....vi DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN.....ix DAFTAR GAMBAR....x DAFTAR
Lebih terperinci5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1
Bagian PROTEK.KEB 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 2 Phenomena kebakaran 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 3 Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men FIRE
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksiran Laju Aliran Air Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, di antaranya yang akan dibahas di sini, yaitu : a. Berdasarkan jumlah
Lebih terperinciBAB IV: PENGAMATAN PROYEK
BAB IV: PENGAMATAN PROYEK 4.1. Lingkup Pekerjaan MECHANICAL & ELECTRICAL Waktu melaksanakan kerja praktek dimulai dari tanggal 07 Maret 2016 dan berakhir pada tanggal 07 Mei 2016. Jadwal kerja praktek
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung
A III LANDASAN TEORI A. Evaluasi Sistem Proteksi ebakaran Gedung Evaluasi terhadap sistem proteksi kebakaran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jenis pedoman. Salah satu pedoman yang bisa dipakai
Lebih terperinciSPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( )
PERANCANGAN FOAM WATER SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK Oleh : Wisda Mulyasari (6507 040 018) BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Undang no 1 tahun 1970, pasal 3 ayat (1) huruf
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM PLAMBING PADA KERETA API SANCAKA SERTA STASIUN SURABAYA (GUBENG SEMUT)
PERENCANAAN SISTEM PLAMBING PADA KERETA API SANCAKA SERTA STASIUN SURABAYA (GUBENG SEMUT) OLEH : CANDRA DWI RISTIKA (3306 100 084) DOSEN PEMBIMBING : Ir. DIDIK BAMBANG S., MT. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Tahapan Perancangan Sistem Air Bersih 3.1.1. Menentukan Fungsi Bangunan Sebelum memulai Perancangan sistem Plambing. Penulis sebagai perancang harus mengetahui di fungsi
Lebih terperinciPUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.
PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat
Lebih terperinciBAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.
BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk
BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN
BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kebakaran Sejak dahulu api merupakan kebutuhan hidup manusia, dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai salah satu contoh, api digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan
Lebih terperinciDengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS
Tugas Akhir ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Program Studi S1
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT 3.1. Metode Pengambilan Data Penganbilan data ini dilakukan di gedung VLC (Vehicle Logistic Center) PT. X berdasarlan data dan kegiatan yang ada di gedung tersebut. Dengan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis
Lebih terperinciPERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas
PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU Aditya Ayuningtyas Latar Belakang SP 3 Distrik 2 Nglobo Ledok PT.Pertamina EP Field Cepu
Lebih terperinciPenyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1
Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1 Oleh Gede H. Cahyana 2 Adakah peran PDAM dalam penyediaan air minum di dalam gedung? Sebagai sebuah sistem, penyediaan air minum di dalam gedung memang bukanlah tanggung
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Perancangan 5.1.1. Konsep Kinerja Bangunan 1. Sistem Distribusi Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama atau trafo.
Lebih terperinciSTUDI EVALUASI PROTEKSI KEBAKARAN UNTUK MENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN INDUSTRI GARMENT
STUDI EVALUASI PROTEKSI KEBAKARAN UNTUK MENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN INDUSTRI GARMENT ARTIKEL DISUSUN OLEH : NAMA : Dra.Kristina Sembiring,ST,MT Nama : Ir.Bertinus simanihuruk,mt PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan Relokasi Pasar Ikan Higienis Rejomulyo ini didasarkan pada
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO
TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032 Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses
Lebih terperinciPT. MERAK ENERGI INDONESIA
TRAINING ( FIRE FIGHTING SYSTEM ) Oleh Muhamad walid ak PT. MERAK ENERGI INDONESIA PENDAHULUAN Fire Fighting adalah merupakan suatu system proteksi gedung terhadap bahaya kebakaran yang metode proteksinya
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan
BAB V KONSEP V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan Gambar 34. Zoning dan Pola Sirkulasi Main entrance berada pada bagian selatan bangunan. Warna biru menunjukan
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini
BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA PERKANTORAN DAN PABRIK LABEL MAKANAN PT XYZ DENGAN LUAS BANGUNAN 1125 M 2
129 PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA PERKANTORAN DAN PABRIK LABEL MAKANAN PT XYZ DENGAN LUAS BANGUNAN 1125 M 2 Muhammad Al Haramain 1*, Riki Effendi 2, Febri Irianto 3 1,2,3 Program Studi Teknik
Lebih terperinciTata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. Standar ini mencakup persyaratan minimal terhadap instalasi pemadam
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada pembahasan kali ini merupakan hasil dari analisa pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis diperoleh berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu
Tugas Akir BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT 4.1 Data data Perencanaan Jenis cairan : Air Massa jenis cairan : 1 kg/liter Temperatur cairan : 5ºC Kapasitas : 4.731 liter/menit (150 gpm) Kondisi
Lebih terperinciMATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP. MK UTL BGN : Gagoek.H
MATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP MK UTL BGN : Gagoek.H PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN Pengaturan lay out bangunan dan masa bangunan Perlengkapan untuk penyelamatan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional
Lebih terperinciAKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR
KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT
ASSALAMMUALAIKUM PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT.SCHERING-PLOUGH)) HANA FATMA WT LATAR BELAKANG
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA
TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DI KABUPATEN BADUNG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang
Lebih terperinciSISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT
SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT Unknown Add Comment Arsitek, sipil Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem utama seperti dibawah berikut ini
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
78 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PENGERJAAN Pada perancangan proyek yang dilakukan di perusahaan PT. Alpha Omega Nusantara diawali dengan pembuatan konsep desain yang diambil dari data
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciTabel 4.12: Total Kebutuhan Air Bersih pada Level Basement Dua Tabel 4.13: Perhitungan Jenis dan Jumlah Alat Plambing pada Level Basement
DAFTAR TABEL Tabel 3.1: Faktor Pemakaian (%) dan Jumlah Alat Plambing...20 Tabel 3.2: Pemakaian Air Tiap Alat Plambing dan Laju Aliran...21 Tabel 3.3: Pemakaian Air Menurut Penggunaannya...22 Tabel 3.4:
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 15 TAHUN : 2003 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 15 TAHUN : 2003 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KOTA CIMAHI DENGAN
Lebih terperinciSistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat
Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sabtu, 02 Januari 2016 Pada artikel kali ini saya akan membahas sedikit masalah kelengkapan sistem utilitas bangunan khususnya jenis bangunan gedung bertingkat
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA
TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA 41114110046 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinci128 Universitas Indonesia
BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP PERANCANGAN
BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Massa Bangunan Konsep massa bangunan di ambil dari axis terhadap site di Tapak dan lingkungan sekitar. 1. Letak site yang berdempetan dengan kawasan candi prambanan
Lebih terperinciMITIGASI DAMPAK KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Laporan Tugas Akhir Konsep dasar dari perancangan kampus fakultas kedokteran gigi dan mulut yaitu keselarasan dengan lingkungan sekitar dimana berada dalam kawasan kampus Universitas
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS
PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Deskripsi Peralatan Pengujian Pembuatan alat penukar kalor ini di,aksudkan untuk pengambilan data pengujian pada alat penukar kalor flat plate, dengan fluida air panas dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada era globalisasi sekarang ini, semua negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan bersaing satu sama lain dalam hal teknologi. Hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT
ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT Nama : Aldian Sya Ban NPM : 20411550 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT. Latar Belakang 1. Perkembangan Kota
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik
BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang
Lebih terperinciBAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN
BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN 4.1 Uraian Sistem Lokasi sumber kebakaran (alarm zone) ditunjukkan berdasarkan titik lokasinya (letak detector) untuk detektor analog, sedangkan detektor jenis
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Pertanyaan : 1. Apakah RSUP H Adam Malik mempunyai
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB III METODOLOGI
BAB III METODOLOGI Pada studi Aplikasi Wilayah Manajemen Kebakaran dan Intensitas Pemanfaatan Ruang dalam Meminimalkan Potensi Kebakaran di Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur, akan tercermin langkah-langkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ungkapan yang sering kita dengar tersebut menggambarkan bahwa api mempunyai manfaat yang banyak tetapi juga dapat mendatangkan
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa ancaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Istilah dan Definisi 2.1.1 Bangunan Gedung Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabel 5.1. Rekapitulasi program ruang GOR Kudus Wisma Atlet untuk 30 orang 1 Hall 60 2 R.Tidur Atlet
Lebih terperinciPERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG
PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG Oleh : Nurina Azyyati Riski 3306 100 006 Dosen Pembimbing : Ir. Didik Bambang S., MT. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas
Lebih terperinciSISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
Lebih terperinci