BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini bersifat eksperimental karena pada

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan dibawah kondisi buatan yang kondisinya dibuat dan diatur.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dilakukan adalah eksperimen. Termasuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

BAB III. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini termasuk ke dalam metoda penelitian eksperimental dimana

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

No Nama Alat Merk/Tipe Kegunaan Tempat 1. Beaker glass Pyrex Tempat membuat media PDA

LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fardiaz,1993).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. terdapat adanya perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian dan diperlukan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

1 atm selama 15 menit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. MATERI DAN METODE

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen karena terdapat suatu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

Bab III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena penelitian ini dilakukan dibawah kondisi yang dibuat dan diatur, terdapat kontrol sebagai acuan antara keadaan awal dengan sesudah diberi perlakuan, juga adanya replikasi dan randomisasi untuk meyakinkan hasil yang diperoleh (Nazir, 2003). Objek penelitiannya berupa produksi spora jamur Colletotrichum gloeosporioides Penz. dan Fusarium oxysporum Schlecht. pada medium Potato Sucrose Agar (PSA) yang ditambah ekstrak rimpang kunyit dengan berbagai konsentrasi. Kontrol negatif penelitian berupa produksi spora jamur pada medium PSA ditambah aquades steril dan Dimetil sulfoksida (DMSO) 1 %, sedangkan kontrol positif berupa produksi spora jamur pada medium PSA ditambah Dithane M-45 0,2 % (mengandung mancozeb 80%) (Harish et al., 2004). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu konsentrasi ekstrak rimpang kunyit pada medium PSA, sedangkan yang menjadi variabel terikat yaitu jumlah spora yang diproduksi. Variabel yang dikendalikan antara lain umur jamur yang digunakan, jenis medium, dan suhu inkubasi. B. Desain Penelitian Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap karena penelitian dilakukan dengan kondisi yang relatif homogen di

24 laboratorium. Penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak kunyit berdasarkan penelitian sebelumnya pada uji pendahuluan yaitu 0,04%, 0,06%, 0,08%, 0,10%, 0,12%, dan 0,14% untuk jamur F. oxysporum (Wasilah, 2008). Pada jamur C. gloeosporioides digunakan konsentrasi sebesar 0,20%, 0,30%, 0,40%, 0,50%, dan 0,60% (Hamdiyati et al., 2009). Jumlah perlakuan yang digunakan pada uji pokok adalah enam konsentrasi ekstrak yang berbeda, dua kontrol negatif dan satu kontrol positif pada masingmasing jamur. Untuk kontrol negatif digunakan DMSO 1 % dan akuades steril, sedangkan untuk kontrol positif digunakan Dithane M-45 0,2%. Konsentrasi ekstrak yang digunakan sesuai dengan hasil uji pendahuluan. Banyaknya pengulangan untuk setiap perlakuan jamur diperoleh dari rumus pengulangan Rancangan Acak Lengkap (Gomez dan Gomez, 1995), yaitu (t) (r) 1 > 20, dimana t adalah perlakuan (treatment) dan r adalah pengulangan (replikasi). Jadi: (t) (r) 1 20 (8) (r) 1 20 8r 1 20 8r 21 r 2,6 Dibulatkan menjadi 3 Berdasarkan perhitungan di atas, maka banyaknya pengulangan yang harus dilakukan adalah paling sedikit tiga kali pada masing-masing jamur. Jika A adalah konsentrasi perlakuan untuk ekstrak dengan konsentrasi 0 % maka pengulangannya adalah An, dimana n menunjukkan urutan pengulangan. Jumlah

25 kelompok percobaan atau plot di susun secara acak dari No. 1 sampai 24 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Rancangan Acak Lengkap Jamur C. gloeosporioides C 1 D 1 A 2 B 3 E 2 A 1 C 2 H 1 F 1 B 1 E 3 D 2 G 3 F 3 F 2 G 1 A 3 B 2 H 3 C 3 H 2 E 1 G 2 D 3 Keterangan : A : Kontrol atau aquades steril B : Kontrol atau DMSO 1 % C : Kontrol positif Dithane M-45 0,2% D : konsentrasi larutan 0,20% (b/v) E : konsentrasi larutan 0,30% (b/v) F : konsentrasi larutan 0,40% (b/v) G : konsentrasi larutan 0,50% (b/v) H : konsentrasi larutan 0,60% (b/v) Tabel 3.2 Desain Rancangan Acak Lengkap Jamur F.oxysporum D 3 B 3 B 2 E 3 H 3 A 3 E 1 G 2 C 2 D 1 F 2 F 1 A 2 G 3 G 1 H 2 F 3 H 1 E 2 B 1 C 3 C 1 A 1 D 2 Keterangan : A : Kontrol atau aquades steril B : Kontrol atau DMSO 1 % C : Kontrol positif Dithane M-45 0,2% D : konsentrasi larutan 0,02% (b/v) E : konsentrasi larutan 0,04% (b/v) F : konsentrasi larutan 0,06% (b/v) G : konsentrasi larutan 0,08% (b/v) H : konsentrasi larutan 0,10% (b/v) C. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah 1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh spora jamur C. gloeosporioides dan F. oxysporum Schlecht. yang diambil

26 dari biakan murni jamur C. gloeospoiroides dan F. oxysporum Schlecht. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah spora jamur C. gloeosporioides dan F. oxysporum yang diberi perlakuan dengan ekstrak rimpang kunyit (C. domestica) pada konsentrasi tertentu. D. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2010 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Jamur F. oxysporum dan C. gloeosporoides yang digunakan untuk penelitian diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang, Bandung. E. Alat dan Bahan Penelitian berikut. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai Tabel 3.3 Daftar alat yang digunakan No. Nama alat Jumlah Spesifikasi 1. Alumunium foil 1 pak 25 sq.ft (7,6 m x 30 cm) 2. Autoklaf 1 buah Merek EYELE model HL36 AE 3. Batang pengaduk 1 buah Berbahan gelas 4. Beaker glass @ 2 buah Gelas pyrex ukuran 1000 ml dan 500 ml 5. Blender 1 buah Merek National 6. Botol kecil 10 buah Kapasitas 25 ml 7. Cawan Petri 5 buah Gelas pyrex 8. Gelas ukur @1 buah Pyrex kapasitas 10 ml dan 250 ml 9. Gelas Objek dan 4 buah 25,4 x 76,2 mm (1 1 x 3 1 ) dan 1-1,2 mm gelas penutup 10. Haemocytometer 1 buah 11. Jarum inokulasi 1 buah Panjang 15 cm 12. Labu erlenmeyer 2 buah Pyrex kapasitas 1000 ml 13. Lampu spirtus 2 buah Kapasitas 200 ml

27 14. Magnetic stirer 1 buah Model RCH-3 15. Makropipet @1 buah Kapasitas 1 ml, 5 ml, dan 9 ml 16. Mikroskop 1 buah 1000 x perbesaran 17. Neraca digital 1 unit Merek AND ketelitian 0,001 mg 18. Pisau 1 buah Tajam 19. Pelubang gabus 1 buah 6 mm 20. Rak tabung 4 buah Berbahan kayu 21. Shaker 1 unit Eyela Multi Shaker MMS 22. Tabung reaksi 50 buah Gelas pyrex 23. Vortex 1 unit Sibata Test Tube Mixe -1 Tabel 3.4 Daftar bahan yang digunakan No. Nama bahan Jumlah Spesifikasi 1. Agar-agar 15 gram Difco agar 2. Akudes steril 2000 ml Disterilkan dengan autoklaf 3. Dithane M-45 1 bungkus mengandung 80% Mancozeb 4. DMSO 2 gram Konsentrasi 1% 5. Ethanol 25 ml Konsentrasi 70% dan 96 % 6. Jamur C. 1 stok kultur Koleksi BALITSA gloeosporiodes 7. Jamur F. oxysporum 1 stok kultur Koleksi BALITSA Schlecht 8. Kain kasa Secukupnya Steril 9. Kapas Secukupnya Kapas pembalut 10. Kentang 200 gram Jenis Dieng 11. Kertas saring Secukupnya Whatman No.1 12. Kunyit 5 kg Bagian rimpang 13. NaCl 1 gram Teknis 14. Sukrosa 200 gram Teknis F. Langkah kerja 1. Tahap persiapan a. Pembuatan Medium jamur Medium yang digunakan dalam pertumbuhan jamur adalah medium PSA (Potato Sukrose Agar). Adapun cara pembuatan medium PSA adalah sebagai berikut; sebanyak 200 g kentang dipotong-potong kemudian direbus dalam 1000 ml akuades. Setelah kentang empuk

28 kemudian disaring untuk mendapatkan ekstrak kentang. Ekstrak selanjutnya dilarutkan dalam akuades hingga volumenya 1000 ml lalu ditambahkan 20 g sukrosa dan 15 g agar-agar. Kemudian dipanaskan dengan menggunakan magnetic stirrer with hot plate selama 20 menit. Medium yang telah dipanaskan ph nya diukur dengan menggunakan ph meter dan ditambahkan HCl 1M atau NaOH 1M sampai ph medium mencapai 5,6, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi masingmasing 9 ml dan disterilisasi menggunakan autoklaf (Gandjar et al., 1999). b. Sterilisasi Semua alat gelas tahan panas dan medium disterilkan dengan autoklaf selama 15-20 menit pada suhu 121 o C. Alat-alat yang tidak tahan panas disterilkan dengan etanol 70%. 2. Tahap pra-penelitian a. Identifikasi jamur Identifikasi jamur C. gloeosporioides dan F. oxysporum dilakukan melalui pengamatan morfologi jamur secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati warna dan bentuk koloninya. Sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan dengan mengamati struktur konidia, bentuk spora dan hifa jamur F. oxysporum dan C. gloeosporioides dengan menggunakan metode slide culture secara aseptik.

29 Cawan Petri untuk slide culture steril (yang berisi kertas saring, sumpit kayu yang dibentuk segitiga, satu buah kaca objek dan dua buah kaca penutup) disiapkan (Gambar 3.1). Kemudian medium PSA steril 5 ml dicairkan dan dipindahkan ke dalam cawan Petri steril. Setelah medium PSA 5 ml membeku, dibuat kotak agar dengan ukuran 3 x 3 mm, kemudian disimpan di atas kaca objek. Setelah itu, jamur C. gloeosporioides dan F. oxysporum ditanamkan di atas kotak agar, mengguakan lup inokulasi dan ditutup dengan kaca penutup. Tetesi kertas saring dengan akuades steril untuk menjaga kelembaban slide culture. Kemudian diamati di bawah mikroskop. Gambar 3.1. Slide culture (Sumber : Dokumen pribadi) b. Pemeliharaan dan Penyediaan jamur Jamur yang berasal dari kultur awal ditumbuhkan dalam medium PSA pada cawan Petri steril selama delapan hari untuk jamur C. gloeosporioides (Arhandian, 2009) dan tujuh hari untuk jamur F. oxysporum (Wasilah, 2008 ) pada suhu kamar sampai diperkirakan biakan

30 jamur pada semua cawan Petri homogen pertumbuhannya. Adapun proses dari pemudaan jamur ialah sebagai berikut : dengan menggunakan pelubang gabus diameter 0,6 mm potongan miselium jamur dari koloni yang tumbuh pada cawan Petri diinokulasikan pada medium PSA yang baru. c. Identifikasi Rimpang Kunyit Sebelum digunakan, dilakukan terlebih dahulu identifikasi rimpang kunyit. Rimpang yang digunakan berasal dari daerah Padalarang, Bandung. Rimpang kunyit diamati bentuk morfologi, ukuran dan warnanya. Kunyit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian rimpang yang berbentuk membulat dengan panjang 1-7 cm dan warna jingga kekuningan. d. Ekstraksi Rimpang Kunyit Rimpang kunyit yang akan digunakan sebagai simplisia dibersihkan dengan mencucinya menggunakan air keran. Rimpang yang telah dicuci, dipotong-potong, kemudian dikeringkan pada tempat yang tidak langsung terkena matahari, dikeringkan dengan cara dianginanginkan supaya terdapat sirkulasi udara yang baik. Pengeringan ini secara tidak langsung bertujuan untuk memperoleh bahan tumbuhan yang berkualitas baik. Proses pengeringan selesai apabila rimpang telah kering. Kemudian potongan rimpang dihancurkan dengan menggunakan blender sehingga diperoleh serbuk yang siap untuk diekstraksi.

31 Serbuk rimpang kunyit kemudian dimaserasi (direndam) dengan etanol 96% (perbandingan serbuk dengan pelarut yaitu 200g/1000ml) (Balbi-Pena et al., 2006). Kemudian diaduk dan disentrifugasi dengan kecepatan 120rpm selama 24 jam. Simplisia yang telah direndam selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No.1. Ekstrak etanol rimpang kunyit selanjutnya dievaporasi dengan menggunakan evaporator pada suhu 50 o C. Kemudian diuapkan dengan waterbath untuk menguapkan sisa pelarut etanol. Ekstrak yang sudah diuapkan pelarutnya dan berbentuk pasta disimpan pada botol gelap pada suhu 4 o C. e. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi kemudian dilarutkan dengan pelarut DMSO (Dymethil sulfoxide) 1% untuk memperoleh konsentrasi ekstrak yang dikehendaki dalam perlakuan, misalnya untuk mendapatkan konsentrasi 4% sebanyak 1 ml maka diperlukan 0,04 g ekstrak yang diencerkan dengan menggunakan pelarut DMSO 1 % sampai volume 1 ml. Larutan yang telah diperoleh disimpan dalam botol kecil bertutup dan berwarna gelap. 3. Tahap Pelaksanaan a. Uji Hayati Pendahuluan Uji hayati pendahuluan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak rimpang kunyit dalam menghambat sporulasi C.

32 gloeosporioides dan F. oxysporum. Konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk jamur C. gloeosporoides adalah 0,20%, 0,30%, 0,40%, 0,50%, dan 0,60% (Hamdiyati et al., 2009). Sedangkan untuk jamur F. oxysporum adalah 0,04%, 0,06%, 0,08%, 0,10%, 0,12%, dan 0,14% (Wasilah, 2008). Untuk kontrol digunakan larutan DMSO 1% dan aquades sebagai kontrol negatif dan Dithane M-45 0,2% sebagai kontrol positif. Penentuan konsentrasi ekstrak dalam medium jamur C. gloeosporoides dilakukan dengan cara melarutkan 0,5 ml larutan ekstrak 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% ke dalam 4,5 ml PSA pada tabung reaksi, sehingga didapat konsentrasi ekstrak dalam medium sebesar 0,20%, 0,30%, 0,40%, 0,50%, dan 0,60%. Sedangkan pada medium jamur F. oxysporum konsentrasi ekstrak yang digunakan ialah 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1,0%, 1,2%, dan 1,4% sehingga didapat konsentrasi ekstrak dalam medium sebesar 0,04%, 0,06%, 0,08%, 0,10%, dan 0,12%. Kemudian homogenkan dan miringkan tabung agar didapat medium agar miring. Setelah medium membeku, diinokulasikan potongan miselium jamur F. oxysporum dan C. gloeosporoides menggunakan pelubang gabus diameter 0,6 mm dan diinkubasikan berdasarkan jumlah spora tertinggi dari kurva produksi spora selama empat hari untuk F. oxysporum (Astuti, 2009) dan tiga hari untuk C. gloeosporoides (Arhandhian, 2009). Selanjutnya hitung jumlah spora menggunakan Haemocytometer (Modifikasi Aberkane et al., 2002). Adapun cara yang dilakukan untuk menghitung spora jamur ialah sebagai berikut: ke dalam medium yang telah dibiakkan jamur

33 ditambahkan 10 ml larutan garam fisiologis (NaCl 0,85%). Kemudian dengan menggunakan jarum ose, spora dilepaskan dengan menggosoknya secara perlahan untuk mendapatkan suspensi spora. Setelah itu homogenkan suspensi dengan menggunakan vortex. Pindahkan ke dalam tabung reaksi kosong kemudian dipipet dan teteskan satu tetes pada Haemocytometer (Lampiran B). Kemudian hitung spora jamur C. gloeosporioides dan F. oxysporum (Modifikasi Aberkane et al., 2002) Konsentrasi efektif ekstrak kunyit untuk perlakuan ditentukan dengan mengencerkan ekstrak dengan pelarut DMSO (Dymethil sulfoxide) 1%. Pengenceran awal dilakukan dengan rentang yang cukup jauh untuk mengetahui konsentrasi berapa yang dapat menghambat sporulasi jamur. Kemudian dilakukan pengenceran dengan jarak konsentrasi yang lebih kecil dan diamati aktivitas hambatan sporulasi dari tiap pengenceran terkecil yang masih menghambat sporulasi lebih dari 50 %. Persentase penghambatan sporulasi jamur dihitung dengan rumus berikut (Sharma dan Kumar, 2008) : % Penghambatan spora = A B x 100% A Keterangan : A: Jumlah spora pada kontrol B: Jumlah spora pada perlakuan b. Uji hayati pokok Uji hayati pokok dilakukan untuk menentukan konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat sporulasi jamur C. gloeosporoides dan

34 F. oxysporum. Tahap pertama dari uji hayati pokok terhadap jamur Colletotrichum gloeosporioides dan Fusarium oxysporum adalah dengan membuat biakan jamur C. gloeosporioides dan F. oxysporum dalam medium Potato Sucrose Agar (PSA) ke dalam beberapa cawan Petri. Kultur murni C. gloeosporioides dibiakan selama delapan hari (Arhandian, 2009) dan kultur murni F. oxysporum dibiakkan selama tujuh hari (Wasilah, 2008). Kultur jamur yang telah siap kemudian diinokulasikan ke medium perlakuan. Berdasarkan hasil uji pendahuluan konsentrasi 0,12% menunjukkan penghambatan terbesar pada pertumbuhan jamur F. oxysporum dibandingkan dengan kontrol. Maka konsentrasi untuk uji pokok adalah dengan menaikkan dan menurunkan konsentrasi dari konsentrasi 0,12%. Konsentrasi yang digunakan yaitu 0,10%, 0,11%, 0,12%, 0,13%, 0,14%, dan 0,15%. Sedangkan untuk jamur C. gloeosporioides adalah dengan menaikkan konsentrasi dari 0,30%. Konsentrasi yang digunakan yaitu 0,33%, 0,35%, 0,38%, 0,41%, 0,44%, dan 0,47%. Untuk kontrol dilakukan dengan menggunakan larutan DMSO 1 % dan aquades sebagai kontrol positif serta Dithane M-45 0,2% sebagai kontrol negatif. Selanjutnya hitung spora jamur menggunakan Haemocytometer (Lampiran B) setelah 3 hari untuk jamur C. gloeosporioides dan 4 hari untuk jamur F. oxysporum sesuai dengan kurva produksi spora menurut penelitian Arhandian (2009) dan Astuti (2009).

35 4. Analisis Data Data yang diperoleh di uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) dan homogenitas terlebih dahulu. Jika data berdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan uji hipotesis one-way ANOVA dan uji Tukey. Data yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen dilanjukan uji Kruskal-Wallis dan uji Dunnet s.

36 G. Alur Penelitian Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut. Tahap persiapan a. Pembuatan medium PSA b. Sterilisasi Tahap pra penelitian a. Identifikasi jamur b. Pemeliharaan jamur c. Pengamatan pertumbuhan jamur d. Identifikasi rimpang kunyit e. Ekstraksi rimpang kunyit f. Pembuatan konsentrasi ekstrak Tahap pelaksanaan a. Uji Hayati Pendahuluan b. Uji Hayati Pokok Analisis data Pembuatan laporan Gambar 3.2 Alur Penelitian