KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014

Kajian Ekonomi Regional Banten

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2013

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2013

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan IV Tahun 2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website :

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010

Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti Ekonomi Muda 3. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Jl. A. Yani No.1, BENGKULU Telp: (0736) 21735, Fax: (0736) 21736 Website : www.bi.go.id/web/id/dibi/info_publik/ekonomi_regional/

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Bengkulu Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian. Misi Kantor Bank Indonesia Bengkulu Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait.

Halaman ini sengaja dikosongkan

KATA PENGANTAR Penerbitan Perkembangan Perekonomian Daerah ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi, moneter dan perbankan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Pemerintah Daerah maupun instansi lainnya guna merumuskan suatu kebijakan. Perkembangan Perekonomian Daerah merupakan pengembangan dari Kajian Ekonomi Regional (KER) yang diterbitkan secara triwulanan dan tahunan. Dalam kajian ini dibahas mengenai perkembangan perekonomian regional Provinsi Bengkulu, yang meliputi perkembangan kegiatan sektor riil dan perkembangan kegiatan sektor moneter perbankan, khususnya selama Triwulan III tahun 2010 dan membandingkannya dengan periode/kondisi laporan sebelumnya. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam kajian yang kami susun ini, oleh karena itu kritik serta saran dari pengguna/pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan terbitan berikutnya. Akhirnya kami berharap, semoga terbitan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bengkulu, 9 November 2010 BANK INDONESIA BENGKULU Causa Iman Karana Pemimpin i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii v DAFTAR GRAFIK... vii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU... 5 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 9 1.1. PDRB SISI PENGGUNAAN... 10 1.1.1. Konsumsi Daerah... 10 1.1.2. Investasi Regional... 14 1.1.3. Ekspor dan Impor Regional... 15 1.2. PDRB SISI SEKTORAL... 18 1.2.1. Sektor Pertanian... 20 1.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 21 1.2.3. Sektor Jasa-Jasa... 22 1.2.3. Sektor Konstruksi... 23 1.2.5. Sektor Listrik, Gas, dan Air... 24 1.3. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 25 BOKS 1 Hasil Liaison KBI Bengkulu Triwulan III - 2010 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH...27 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI... 27 2.2. FAKTOR PENDORONG INFLASI... 28 2.3. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA... 28 ii

2.4. INFLASI PERIODE JANUARI JUNI 2010... 32 2.5. PERBANDINGAN INFLASI ANTAR KOTA DI SUMATERA... 33 BOKS 2 Pertemuan Tim Teknis TPID Provinsi Bengkulu BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH... 35 3.1. GAMBARAN UMUM... 35 3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM... 36 3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT... 43 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 45 4.1. GAMBARAN REALISASI SISI PENERIMAAN... 45 4.2. GAMBARAN REALISASI SISI PENGELUARAN... 47 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 49 5.1. ALIRAN UANG KARTAL (OUTFLOW-INFLOW)... 49 5.2. PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR... 50 5.3. PENEMUAN UANG PALSU... 51 5.4. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL... 52 5.5. PERKEMBANGAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)... 53 5.6. TRANSAKSI UANG KARTAL ANTAR BANK (TUKAB)... 54 BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 57 6.1. PERKIRAAN EKONOMI... 57 6.2. PERKIRAAN INFLASI DAERAH... 60 LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN... 63 LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH... 67 iii

DAFTAR TABEL Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan... 10 Tabel 1.2. Tabel 1.3. Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Berlaku Provinsi Bengkulu... 16 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu... 16 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu... 18 Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (yoy) Menurut Sektor... 18 Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu... 19 Tabel 1.7. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu... 25 Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y)... 28 Tabel 2.2. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi Bengkulu... 30 Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Provinsi Bengkulu... 37 Tabel 3.2. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu... 37 Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5. Tabel 3.6. Tabel 3.7. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu... 39 Perkembangan NPL Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Bengkulu... 40 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu... 41 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu... 42 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Kredit UMKM di Provinsi Bengkulu... 42 Tabel 3.8. Perkembangan Kegiatan Usaha BPR di Provinsi Bengkulu... 43 Tabel 4.1. Tabel 4.2. Realisasi Penerimaan APBD Triwulan II Tahun 2010 Pemerintah Provinsi Bengkulu... 45 Realisasi Belanja APBD Triwulan II Tahun 2010 Pemerintah Provinsi Bengkulu... 47 Tabel 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu... 49 v

Tabel 5.2. Tabel 5.3. Perkembangan Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Provinsi Bengkulu... 53 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu... 53 vi

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y) Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)... 9 Grafik 1.2. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu... 11 Grafik 1.3. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum dan Belanja Pegawai Pemerintah Daerah di Provinsi Bengkulu... 11 Grafik 1.4. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu... 12 Grafik 1.5. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu... 13 Grafik 1.6. Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu... 13 Grafik 1.7. Hasil Survei Konsumen di Provinsi bengkulu... 14 Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu... 15 Grafik 1.9. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu... 17 Grafik 1.10. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu... 20 Grafik 1.11. Indikator Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Provinsi Bengkulu... 21 Grafik 1.12. Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu... 22 Grafik 1.13. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu... 23 Grafik 1.14. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu... 24 Grafik 1.15. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu... 25 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu... 27 Grafik 2.2. Indeks Harga Konsumen Kelompok Bahan Makanan di Kota Bengkulu... 29 Grafik 2.3. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa... 31 Grafik 2.4. Indeks Harga Konsumen Kelompok Sandang dan Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok/Tembakau di Kota Bengkulu... 31 Grafik 2.5. Realisasi Inflasi Tahun 2010... 32 Grafik 2.6. Inflasi Beberapa Kota di Sumatera... 33 Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu... 35 Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank Umum Provinsi Bengkulu... 36 Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu... 38 vii

Grafik 3.4. Perkembangan Net Interest Margin BPR Provinsi Bengkulu... 44 Grafik 4.1. Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu... 46 Grafik 4.2. Perkembangan Dana Milik Pemerintah Provinsi Bengkulu... 48 Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu... 50 Grafik 5.2. Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu... 51 Grafik 5.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan di Bengkulu... 52 Grafik 5.4. Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu... 54 Grafik 6.1. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu... 57 Grafik 6.2. Hasil Survei SEK dan SKDU di Provinsi Bengkulu... 59 Grafik 6.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu... 61 Grafik 6.4. Hasil Survei SEK dan SKDU di Provinsi Bengkulu... 62 viii

Halaman ini Sengaja Dikosongkan ix

RINGKASAN EKSEKUTIF Ringkasan Eksekutif PERTUMBUHAN EKONOMI Berdasarkan data BPS Provinsi Bengkulu, perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan III tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan meningkat sebesar 7,58%. Sementara laju pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya berdasarkan data BPS Provinsi Bengkulu sebesar 5,46% (yoy). Secara triwulanan, perekonomian daerah juga terlihat membaik dimana laju pertumbuhan triwulan III dibanding triwulan II tahun 2010 adalah sebesar 2,25%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di sisi penggunaan terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi serta investasi. Sementara itu dari sisi sektoral, sektor utama daerah seperti perdagangan/hotel/restoran dan jasa-jasa tumbuh tinggi, namun sektor pertanian tumbuh cukup lambat. Sektor yang tumbuh paling tinggi di triwulan ini adalah sektor keuangan/persewaan, angkutan/komunikasi serta sektor listrik, air dan gas. INFLASI Inflasi tahunan Kota Bengkulu 1 pada triwulan III tahun 2010 sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 7,21% menjadi 7,03%. Namun inflasi yang terjadi tersebut masih berada di atas inflasi nasional yang sebesar 5,80%. Sebagaimana triwulan sebelumnya, tingginya inflasi masih didorong oleh timbulnya permasalahan di sisi penawaran (supply shocks) terutama untuk komoditas di kelompok bahan makanan. Dengan pencapaian inflasi tersebut maka secara keseluruhan selama tahun 2010 inflasi daerah telah mencapai 7,55% (ytd), sedangkan proyeksi Bank Indonesia, inflasi Bengkulu pada tahun 2010 adalah sebesar 7,25%±1% 2. Gangguan pasokan (supply shock) serta adanya faktor musiman diperkirakan menjadi faktor pendorong inflasi di triwulan laporan. Gangguan pasokan terutama masih 1 Inflasi yang terjadi di kota Bengkulu diasumsikan dapat mewakili inflasi Provinsi Bengkulu secara keseluruhan 2 Bank Indonesia Bengkulu merevisi angka proyeksi inflasi tahun 2010 dari 5% ±1% menjadi 7,25% ±1% 1

Ringkasan Eksekutif terjadi di kelompok bahan makanan. Inflasi di komoditas tersebut diperkirakan terjadi karena adanya kekurangan ketersediaan komoditas tersebut di pasar. Sementara itu faktor musiman yang turut memberikan andil dalam pembentukan inflasi adalah adanya bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1431 H yang berlangsung di triwulan III tahun ini. Kedua peristiwa tersebut menyebabkan kenaikan permintaan masyarakat sehingga mendorong kenaikan harga terutama untuk komoditas-komoditas di kelompok bahan makanan dan transportasi. PERKEMBANGAN PERBANKAN Bank Umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan III tahun 2010 menunjukkan kinerja yang relatif baik. Total aset perbankan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), dan penyaluran kredit mengalami kenaikan, diikuti pula dengan meningkatnya Loan To Deposit Ratio (LDR) dan membaiknya kualitas kredit sebagaimana ditunjukkan oleh nilai Non Performing Loan (NPL). Penyaluran kredit triwulan III 2010 mengalami peningkatan sebesar 5,09% menjadi sebesar Rp5,48 triliun, sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga yang dilakukan perbankan mengalami peningkatan 4,16% menjadi Rp4,64 triliun. Kondisi ini mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit meningkat menjadi 118,15% dari sebelumnya 117,10%. Selain itu, kualitas kredit yang ditandai dengan nilai NPL membaik dari 2,25% menjadi 2,20%. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Data realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bengkulu di sisi pendapatan hingga triwulan II masih menunjukkan belum tercapainya target penerimaan. Dari rencana anggaran sebesar Rp1.101.858 Juta baru tercapai 43,95% atau sebesar Rp484.269 Juta. Komposisi realisasi penerimaan APBD Provinsi Bengkulu masih di dominasi oleh pos pendapatan transfer yaitu mencapai 67,37% dari total realisasi penerimaan APBD triwulan II 2010. 2

Ringkasan Eksekutif Sementara itu realisasi belanja Pemerintah Provinsi Bengkulu pada triwulan II tahun 2010 masih rendah yaitu hanya mencapai 25,04% dari rencana anggaran. Realisasi belanja tertinggi dicapai oleh pos belanja tidak terduga dan belanja operasi yaitu sebesar 47,09% dan 31,12%. Adapun pengeluaran pada pos belanja operasi didominasi oleh pengeluaran untuk belanja pegawai dan belanja barang yaitu mencapai 83,55% dari total belanja operasi. Namun, realisasi pos komponen belanja operasi untuk belanja barang terlihat tidak optimal dimana hingga triwulan II 2010 hanya terealisasi sebesar 15,55% atau sebesar Rp39,967 miliar. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal di masyarakat di triwulan III tahun 2010 ditandai dengan adanya penurunan net cash outflow. Pada periode triwulan laporan, penurunan net cash outflow terbilang cukup signifikan yaitu mencapai 76% dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari Rp773,6 miliar menjadi Rp184,2 miliar di triwulan ini. Sementara itu, transaksi pembayaran dengan menggunakan kliring lokal secara nominal mengalami kenaikan pada triwulan laporan yaitu dari Rp645.295 juta di triwulan sebelumnya menjadi Rp693.343 juta atau meningkat 7,45%. Rata-rata perputaran kliring per hari secara nominal juga meningkat dalam persentase yang sama yaitu dari Rp10.408 juta menjadi Rp11.183 juta. Namun perputaran warkat kliring justru mengalami penurunan di triwulan ini dan menggambarkan adanya peningkatan nilai kliring per satuan warkat. Perkembangan transaksi pemindahan dana melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS), yang umumnya digunakan untuk pemindahan dana antar nasabah dengan jumlah diatas Rp100.000.000, terlihat mengalami penurunan di triwulan ini dibanding transaksi triwulan sebelumnya. Nominal transaksi masuk dan keluar daerah menurun masing-masing sebesar 13,15% dan 19,67% atau sebesar Rp1.358 miliar dan Rp1.152 miliar dibanding triwulan sebelumnya. Namun penurunan yang cukup besar terjadi untuk transaksi antar nasabah di dalam Bengkulu yang turun 28,80% menjadi Rp366 miliar. 3

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI Ringkasan Eksekutif Perekonomian Bengkulu pada triwulan IV tahun 2010 ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 5,5%±1% (yoy). Dari sisi penawaran, sektor utama seperti sektor pertanian, Perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan. Sektor jasa diperkirakan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi diantara ketiga sektor utama Provinsi Bengkulu tersebut. Adapun pertumbuhan dari sisi permintaan akan didorong melalui peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah memasuki liburan akhir tahun dan akhir tahun anggaran. Pada triwulan IV tahun 2010, inflasi Bengkulu diperkirakan akan mencapai 7,25%±1% (yoy). Pencapaian inflasi pada triwulan IV 2010 diperkirakan akan sedikit mengalami perlambatan yang dipicu oleh terjadinya deflasi pada bulan-bulan awal triwulan IV. Deflasi diperkirakan terjadi karena pasokan maupun permintaan masyarakat yang mulai stabil setelah mencapai puncaknya pada triwulan III. Sementara itu, inflasi diperkirakan akan terjadi kembali pada bulan Desember 2010. Faktor yang dapat mendorong inflasi ini antara lain adalah adanya gejala supply shocks dan pengaruhi ekspektasi masyarakat serta dorongan faktor musiman. 4

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU Tabel Indikator Ekonomi Terpilih a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR 2008 2009 2010 Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III MAKRO IHK Kota Bengkulu 116,64 120,58 120,00 121,62 124,24 129,06 Laju Inflasi (y-o-y) 13,44 3,73 2,88 4,18 7,21 7,03 PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 7.384 1.934 1.959 1.997 2.035 2.081 - Pertanian 2.915 735 742 760 748 763 - Pertambangan & Penggalian 259 72 74 76 79 80 - Industri Pengolahan 295 78 79 80 82 83 - Listrik, Gas dan Air Bersih 33 9 9 10 10 10 - Bangunan 219 59 61 58 61 63 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.473 382 387 396 407 419 - Pengangkutan & Komunikasi 609 165 166 167 173 185 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 337 92 95 98 102 105 - Jasa 1.244 342 346 351 373 373 Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 5,35 2,76 7,50 7,41 5,46 7,58 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 1) 205 34 46 58 71 40 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.182 244 426 503 503 183 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1) - - - - - - Volume Impor Nonmigas (ribu ton) - - - - - - 1) data sampai dengan Agustus 2010 Sumber : SEKD Provinsi Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara 5

b. Perbankan Tabel Indikator Ekonomi Terpilih INDIKATOR 2008 2009 2010 Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III PERBANKAN Bank Umum Total Aset (Triliun Rp) 5,82 6,49 6,58 6,57 6,84 7,11 DPK (Triliun Rp) 4,14 4,09 3,97 4,16 4,46 4,64 - Tabungan (Triliun Rp) 2,40 2,17 2,46 2,10 2,37 2,58 - Giro (Triliun Rp) 1,05 1,15 0,72 1,25 1,17 1,14 - Deposito (Triliun Rp) 0,69 0,77 0,79 0,81 0,82 0,92 Kredit (Triliun Rp) Lokasi Proyek 1) 5,29 5,84 6,08 5,80 6,47 6,63 - Modal Kerja 1,82 1,92 2,00 1,85 2,06 2,19 - Konsumsi 2,55 3,03 3,16 3,02 3,17 3,46 - Investasi 0,92 0,89 0,92 0,93 1,24 0,98 - LDR (%) 127,78 143,28 151,89 139,42 145,07 142,89 Kredit (triliun Rp) Lokasi Kantor 4,25 4,79 4,77 4,93 5,22 5,49 - Modal Kerja 1,50 1,64 1,74 1,75 1,94 2,15 - Konsumsi 2,36 2,68 2,57 2,68 2,75 2,89 - Investasi 0,39 0,47 0,46 0,50 0,53 0,45 - LDR (%) 102,53 117,11 120,35 118,34 117,10 118,15 Kredit UMKM Bank Umum Menurut Lokasi Proyek 1) Kredit UMKM (Triliun Rp) 4,31 5,06 5,28 5,05 5,61 5,78 Kredit Mikro (Triliun Rp) 1,52 1,53 1,60 1,42 1,63 1,58 - Kredit Modal Kerja 0,36 0,39 0,42 0,36 0,40 0,39 - Kredit Investasi 0,04 0,06 0,07 0,05 0,12 0,04 - Kredit Konsumsi 1,12 1,08 1,11 1,01 1,11 1,15 Kredit Kecil (Triliun Rp) 2,11 2,73 2,85 2,75 3,00 3,20 - Kredit Modal Kerja 0,62 0,70 0,70 0,67 0,72 0,80 - Kredit Investasi 0,13 0,15 0,17 0,16 0,31 0,17 - Kredit Konsumsi 1,36 1,88 1,98 1,92 1,97 2,23 Kredit Menengah (Triliun Rp) 0,68 0,80 0,83 0,88 0,98 1,00 - Kredit Modal Kerja 0,44 0,54 0,58 0,60 0,68 0,70 - Kredit Investasi 0,19 0,20 0,19 0,20 0,22 0,23 - Kredit Konsumsi 0,05 0,06 0,06 0,08 0,08 0,07 NPL MKM gross (%) na na na na na na BPR Total Aset (Miliar Rp) 47 54 64 64 71 76 DPK (Miliar Rp) 27 31 37 39 44 42 - Tabungan (Miliar Rp) 13 14 16 17 17 14 - Deposito (Miliar Rp) 14 17 22 22 27 28 Kredit (Miliar Rp) Lokasi Proyek 1) 17 18 19 19 20 21 - Modal Kerja 9 10 11 11 12 13 - Konsumsi 6 7 7 7 7 7 - Investasi 2 1 1 1 1 1 Kredit UMKM (Miliar Rp) 17 14 13 14 15 16 Rasio NPL Gross (%) na na na na na na Rasio NPL Net (%) na na na na na na LDR 141,02 144,14 127,63 137,86 131,76 147,68 1) data sampai dengan Agustus 2010 Sumber : Laporan bulanan bank umum & BPR, Bank Indonesia Bengkulu 6

c. Sistem Pembayaran Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Nominal dalam triliun Rp kecuali kliring dalam miliar, volume dalam lembar INDIKATOR 2008 2009 2010 Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III SISTEM PEMBAYARAN Inflow 0,54 0,09 0,26 0,24 0,05 0,28 Outflow 1,92 0,42 0,56 0,19 0,83 0,47 Pemusnahan Uang 0,26 0,03 0,11 0,16 0,06 0,13 Nominal Transaksi RTGS 295 11 14 12 18 15 Volume Transaksi RTGS 172.846 11.444 20.268 17.230 19.855 19.764 Rata-rata Harian Nominal 1,21 0,17 0,23 0,20 0,29 0,24 Transaksi RTGS Rata-rata Harian Volume 711 188 322 282 320 319 Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit 333 100 95 123 191 180 Volume Kliring Kredit 24.748 7.308 6.406 10.257 16.743 16.297 Rata-rata Harian Nominal 0,31 1,63 1,50 2,02 3,08 2,90 Kliring Kredit Rata-rata Harian Volume 23 120 102 168 270 263 Kliring Kredit Nominal Kliring Debet 1.525 413 457 440 454 514 Volume Kliring Debet 86.963 19.896 20.181 20.066 21.586 21.326 Rata-rata Harian Nominal 1,43 6,77 7,25 7,21 7,32 8,29 Kliring Debet Rata-rata Harian Volume 82 326 320 329 348 344 Kliring Debet Nominal Kliring Pengembalian 33 12 14 15 13 16 Volume Kliring Pengembalian 1.066 539 515 486 527 610 Rata-rata Harian Nominal 0,03 0,19 0,21 0,25 0,21 0,26 Kliring Pengembalian Rata-rata Harian Volume 1 9 8 8 9 10 Kliring Pengembalian Nominal Tolakan Cek/BG 23 10 13 11 11 13 Kosong Volume Tolakan Cek/BG 851 466 452 432 461 530 Kosong Rata-rata Harian Nominal 0,02 0,17 0,20 0,18 0,18 0,21 Cek/BG Kosong Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong 1 8 7 7 7 9 Sumber : Bank Indonesia Bengkulu 7

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Halaman ini sengaja dikosongkan 8

Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan data BPS Provinsi Bengkulu, perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan III tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan meningkat sebesar 7,58%. Sementara laju pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya berdasarkan data BPS Provinsi Bengkulu sebesar 5,46% (yoy). Secara triwulanan, perekonomian daerah juga terlihat membaik dimana laju pertumbuhan triwulan III dibanding triwulan II tahun 2010 adalah sebesar 2,25%. Grafik 1.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y) Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) 2,100,000 2,070,000 2,040,000 2,010,000 1,980,000 1,950,000 1,920,000 1,890,000 1,860,000 1,830,000 1,800,000 1,770,000 1,740,000 1,710,000 1,680,000 1,650,000 PDRB (skala kiri) LPE (y-o-y; skala kanan) LPE (q-t-q; skala kanan) 5.46% 7.58% 1.88% 2.25% Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% -2% -4% 2007 2008 2009 2010 Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara Peningkatan pertumbuhan ekonomi di sisi penggunaan terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi serta investasi. Sementara itu dari sisi sektoral, sektor utama daerah seperti perdagangan/hotel/restoran dan jasa-jasa tumbuh tinggi, namun sektor pertanian tumbuh cukup lambat. Sektor yang tumbuh paling tinggi di triwulan ini adalah sektor keuangan/persewaan, angkutan/komunikasi serta sektor listrik, air dan gas. 9

1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Jenis Penggunaan Nilai juta rupiah (kecuali dinyatakan lain) Q-II 2010 Q-III 2010 Pertumbuhan Tahunan Nilai Pertumbuhan Tahunan 1. Konsumsi Rumah Tangga 1.279.937 5,37% 1.303.712 5,61% 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 22.771 7,98% 21.144 11,47% 3. Konsumsi Pemerintah 325.677 9,45% 345.727 13,77% 4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 224.489 5,40% 231.880 7,36% 5. Perubahan stok (59.758) (5,28%) (42.104) (38,13%) 6. Ekspor 564.522 3,07% 554.314 0,98% 7. Impor 322.615 7,05% 333.861 4,37% PDRB 2.035.023 5,46% 2.080.812 7,58% Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara Konsumsi masih menjadi kontributor utama dalam ekonomi Bengkulu terutama konsumsi rumah tangga. Kontribusi konsumsi terhadap pembentukan PDRB pada triwulan III 2010 mencapai kisaran 80% kemudian diikuti kontribusi ekspor-impor 11% dan investasi 9%. Kontribusi konsumsi tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 78%. 1.1.1. Konsumsi Daerah Pertumbuhan konsumsi daerah secara tahunan (yoy) di triwulan III tahun 2010 ditopang oleh tingginya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 13,77% karena mulai direalisasikannya proyek pemerintah. Sementara itu konsumsi rumah tangga tumbuh paling rendah diantara jenis konsumsi lainnya, namun demikian porsinya terhadap total konsumsi paling dominan. Konsumsi yang meningkat cukup signifikan di triwulan ini adalah konsumsi pemerintah dan lembaga nirlaba. Konsumsi pemerintah secara tahunan di triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 13,77% (yoy) sementara triwulan sebelumnya hanya 9,45%. Pertumbuhan konsumsi yang dilakukan lembaga nirlaba di triwulan ini juga membaik dibanding triwulan sebelumnya sebagaimana terlihat pada grafik 1.6. di bawah. 10

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.2. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu 345,000 335,000 325,000 315,000 305,000 295,000 Kons. Pemerintah g(yoy) 13.77% 25,000 13.50% 24,000 11.50% 23,000 9.50% 7.50% 5.50% 22,000 21,000 20,000 19,000 juta rupiah kecuali dinyatakan lain Kons. Lemb. Nirlaba g(yoy) 11.47% 52.00% 42.00% 32.00% 22.00% 12.00% 2.00% 285,000 3.50% 18,000-8.00% 275,000 I II III IV I II III IV I II III 1.50% 17,000 I II III IV I II III IV I II III -18.00% 2008 2009 2010 2008 2009 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah Grafik 1.3. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum dan Realisasi APBD Provinsi Bengkulu Tahun 2010 1,500,000 1,300,000 1,100,000 900,000 700,000 500,000 300,000 100,000 Giro Milik Pemerintah g(yoy) -85.63% -61.75% 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% -20.00% -40.00% -60.00% -80.00% -100.00% Belum Terealisasi, 75% juta rupiah kecuali dinyatakan lain Realisasi APBD Prov. Bengkulu 2010 Realisasi Tw. I, 7% Realisasi Tw. II, 18% 2008 2009 2010 Sumber : Lap Bulanan Bank Umum KBI Bengkulu dan Pemerintah Provinsi Bengkulu, diolah Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah di triwulan ini diperkirakan akibat mulai direalisasikannya APBD di triwulan ini. Berbagai proyek pemerintah diperkirakan sudah mulai direalisasikan. Data realisasi APBD Provinsi Bengkulu hingga triwulan II menunjukkan jumlah anggaran yang telah direalisasikan sebesar Rp286 miliar atau sekitar 25% dari anggaran. Pada triwulan III diperkirakan akan terjadi peningkatan realisasi anggaran. Sejalan dengan itu, giro pemerintah yang ada di bank umum di triwulan III tahun 2010 menurun cukup signifikan dibanding triwulan 11

Perkembangan Ekonomi Makro Regional yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini diperkirakan karena adanya penggunaan dana pemerintah untuk realisasi berbagai proyek. Grafik 1.4. 1,295,000 1,270,000 1,245,000 1,220,000 1,195,000 1,170,000 1,145,000 1,120,000 Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu Konsumsi RT g(yoy) 5.61% I II III IV I II III IV I II III 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 - juta rupiah kecuali dinyatakan lain Inflasi YOY (%) 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010 2008 2009 2010 Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah Pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulan ini mencapai sebesar 5,61% (yoy) sementara triwulan sebelumnya sebesar 5,37% (yoy). Pertumbuhan ini diperkirakan karena membaiknya hasil pertanian terutama dari subsektor perkebunan di triwulan ini. Hasil dari liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia Bengkulu ke beberapa pelaku usaha yang bergerak di sektor perdagangan menyatakan bahwa usaha mereka mengalami peningkatan di triwulan ini terutama karena meningkatnya konsumsi masyarakat akibat dari membaiknya kondisi usaha di bidang perkebunan. Bahkan para pelaku usaha tersebut merencanakan akan menambah kapasitas usaha mereka untuk mengantisipasi adanya peningkatan konsumsi masyarakat. 12

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.5. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu 90 85 80 75 70 65 Konsumsi Listrik RT (juta Kwh) 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 Jumlah Kendaraan Baru Roda 2 (kiri) Bus/Truk (kanan) Roda 4 (kanan) 200 150 100 60 3,000 55 50 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2,000 1,000-9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 50-2008 2009 2010 2008 2009 2010 Sumber : Dispenda Prov. dan PLN Bengkulu, diolah Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh peningkatan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan. Kredit konsumsi mengalami kenaikan di triwulan ini. Secara tahunan kredit konsumsi tumbuh 7,7% dari Rp2,68 triliun di bulan September 2009 menjadi Rp2,89 triliun di bulan yang sama tahun ini. Selain itu, jika dibandingkan triwulan II tahun 2010, kredit konsumsi di triwulan ini juga tumbuh sebesar 5%. Kondisi ini menggambarkan adanya kenaikan konsumsi yang dibiayai secara kredit oleh masyarakat umum. Grafik 1.6. Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu 3,000,000 2,900,000 2,800,000 2,700,000 2,600,000 2,500,000 2,400,000 2,300,000 2,200,000 gyoy 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 2008 2009 2010 Sumber : Lap Bulanan Bank Umum KBI Bengkulu 13

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Berikutnya, peningkatan konsumsi rumah tangga khususnya terhadap konsumsi non-makanan tercermin dari peningkatan pembelian kendaraan baru baik roda dua maupun roda empat. Jumlah kendaraan baru di periode Juli-Agustus tahun 2010 sebanyak 14.034 buah, sedangkan di periode yang sama tahun sebelumnya hanya 7.193 buah sehingga ada peningkatan sekitar 95%. Namun hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Bengkulu secara umum justru menunjukkan arah penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di triwulan ini menurun dari 125,78 menjadi 121,44. Penurunan IKK ini dipengaruhi menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang menggambarkan adanya penurunan optimisme responden terhadap kondisi ekonomi saat ini dan kondisi ekonomi di masa mendatang. Walaupun terjadi penurunan, IKK pada triwulanan masih positif dan menunjukkan adanya optimisme konsumen. Grafik 1.7. Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bengkulu 125.00 105.00 85.00 65.00 45.00 25.00 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2007 2008 2009 2010 Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen, BI Bengkulu 1.1.2. Investasi Regional Data investasi regional yang tergambar dari data Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) pada tabel 1.1. menunjukkan peningkatan. PMTDB pada triwulan laporan meningkat sebesar 7,36% sedangkan triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 5,40% (yoy). Pencatatan PMTDB ini 14

Perkembangan Ekonomi Makro Regional merupakan investasi yang bersifat tambahan dan dilakukan oleh pelaku ekonomi daerah setempat yang dapat berupa tambahan bangunan atau peralatan untuk kegiatan usaha yang telah dijalaninya. Dari data penjualan semen dapat dijelaskan adanya arah pertumbuhan laju investasi di Provinsi Bengkulu. Pertumbuhan tahunan konsumsi semen daerah meningkat 4,25% menjadi 33.040 ton di triwulan laporan. Namun di sisi lain, perkembangan investasi tersebut terlihat tidak searah dengan perkembangan kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan. Kredit investasi justru mengalami penurunan di triwulan ini dimana secara tahunan menurun sebesar 5,16%. Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu juta rupiah kecuali dinyatakan lain 600,000 550,000 Kredit Investasi 70.00% 60.00% 60,000 55,000 Kons. Semen (ton) 120.00% 100.00% 50.00% 50,000 g(yoy) 80.00% 500,000 40.00% 45,000 60.00% 450,000 30.00% 20.00% 40,000 40.00% 400,000 10.00% 35,000 20.00% g(yoy) 0.00% 30,000 0.00% 350,000 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9-10.00% 25,000 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9-20.00% 2008 2009 2010 2008 2009 2010 Sumber : Lap Bulanan Bank Umum KBI Bengkulu dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah 1.1.3. Ekspor dan Impor Regional Kegiatan ekspor terlihat melambat di triwulan laporan dimana peningkatan ekspor secara tahunan (yoy) sebesar 0,98% sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 3,07%. Impor antar daerah/negara juga mengalami perlambatan. Di triwulan laporan pertumbuhan impor sebesar 4,37% sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 7,05%. Tren perkembangan ekspor dan impor antar daerah/negara di triwulan laporan dapat dilihat pada tabel 1.2. di bawah. Perlambatan tersebut diperkirakan terjadi untuk jenis ekspor antar daerah. Hal ini karena dari data perkembangan ekspor mancanegara, terlihat adanya perkembangan yang lebih baik. 15

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu 2009 2010 juta rupiah Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Ekspor 547.712 548.916 550.162 559.781 564.522 554.314 Impor 301.358 319.885 315.529 315.774 322.615 333.861 Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara Perkembangan volume ekspor daerah ke mancanegara berdasarkan pemberitahuan ekspor barang mengalami peningkatan secara tahunan. Tabel 1.3 di bawah menggambarkan kegiatan perdagangan lintas negara dari dan ke Provinsi Bengkulu yang dicatat berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Tabel 1.3. Mata Dagangan Lemak/minyak hewan/nabati Kakao dan produk kakao Bahan bakar mineral Karet dan barang dari karet Lainnya Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu Ket. nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton 2009 2010 Proporsi Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3* Nilai 8.328 8.913 6.918 6.499 11.919 10.677 17,84% Volume 14.018 13.000 10.375 9.000 15.500 14.205 Nilai 658 561 923 458 585 726 1,21% Volume 325 213 400 175 225 225 Nilai 8.659 8.835 16.143 22.376 23.061 13.949 23,31% Volume 216.908 198.923 371.244 460.298 449.736 248.343 Nilai 13.774 15.106 21.119 28.093 34.287 34.491 57,63% Volume 10.488 9.927 10.229 9.757 11.109 11.900 Nilai 366 620 995 799 1.282 9 0,01% Volume 11.032 22.060 33.168 23.416 26.522 - Total Nilai 31.785 34.035 46.098 58.225 71.134 59.852 100% Volume 252.771 244.123 425.776 502.646 503.092 274.674 Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu. BI Bengkulu; *) angka perkiraan Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan volume ekspor ke mancanegara yang berasal dari Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan secara tahunan 1. Dalam tabel 1.3. di atas, kenaikan volume ekspor terlihat 1 Berhubung data September 2010 belum tersedia, data triwulan III dihitung dengan asumsi realisasi ekspor bulan tersebut sama dengan rata-rata realisasi ekspor bulan Juli dan Agustus. Hal ini dengan perkiraan realisasi ekspor September tidak akan lebih baik dari bulan sebelumnya. 16

Perkembangan Ekonomi Makro Regional secara signifikan terjadi pada komoditas batubara dan karet. Pertumbuhan tahunan volume ekspor batubara diperkirakan sebesar 25% yaitu dari 199 ribu ton menjadi 248 ribu ton di triwulan ini. Nilai ekspor Provinsi Bengkulu secara tahunan di triwulan ini diperkirakan juga mengalami peningkatan. Kenaikan yang terjadi cukup signifikan hingga 76% yaitu dari US$34.035 ribu menjadi US$59.852 ribu. Jika ditelaah lebih lanjut kenaikan ini didorong oleh komoditas karet dan CPO dimana jika dilihat dari perkembangan harga komoditas di pasar internasional kedua komoditas tersebut mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 73% dan 38%. Grafik 1.9. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu 1,200 dalam US$/kg untuk karet. US$/metric ton untuk CPO & batubara 1,000 Karet CPO Batubara 800 600 400 200-9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010 Sumber : DSM Bank Indonesia dan Bloomberg. diolah Bila melihat jumlah ekspor berdasarkan negara pembeli (Tabel 1.4), Belgia, Amerika Serikat dan Singapura merupakan negara dengan jumlah pembelian terbesar atas komoditas dari Bengkulu. Jumlah transaksi ketiga negara tersebut sebesar US$21.526 ribu atau sekitar 54% dari nilai ekspor di triwulan ini, sedangkan negara dari kelompok negara lainnya yang melakukan pembelian komoditas ekspor cukup besar dari Bengkulu adalah Jepang dan India. Pada triwulan ini ekspor ke negara tersebut masing-masing sebesar US$7.420 ribu dan US$4.480 ribu, dengan porsi sekitar 30% dari nilai ekspor secara keseluruhan. 17

Tabel 1.4. Negara Pembeli Amerika Serikat Thailand Singapura Malaysia Hongkong Jerman Belgia Lainnya Total Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu Ket. nilai dalam ribu dollar. volume dalam ton 2009 2010 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3* Nilai 1.994 1.586 6.534 15.387 13.339 7.397 Volume 1.525 1.094 3.126 5.393 4.327 2.576 Nilai 4.708 5.560 4.935 3.456 4.892 996 Volume 113.951 138.193 101.940 76.855 96.724 18.166 Nilai 11.422 13.623 13.877 4.360 7.799 5.967 Volume 17.578 26.386 57.657 1.537 2.907 2.036 Nilai 1.809 2.054 2.217 3.561 4.688 1.747 Volume 36.220 36.524 44.765 64.417 85.849 26.827 Nilai - - 1.131 - - - Volume - - 29.771 - - - Nilai - - 285 - - - Volume - - 122 - - - Nilai 8.645 9.719 7.226 7.355 12.610 8.162 Volume 14.240 13.537 10.915 9.302 15.343 9.771 Nilai 3.207 1.493 9.893 24.106 27.806 15.632 Volume 69.257 28.389 177.480 345.142 297.942 123.739 Nilai 31.785 34.035 46.098 58.225 71.134 39.901 Volume 252.771 244.123 425.776 502.646 503.092 183.115 Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu. BI Bengkulu; *) data hingga bulan Agustus 1.2. PDRB Sisi Sektoral Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Bengkulu (y-o-y) Menurut Sektor persen Lapangan Usaha 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Air dan Gas 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan dan Persewaan 9. Jasa-jasa Trw-IV 2009 3,23 86,41 6,52 0,45 8,52 4,96 7,65 11,26 9,53 Trw-I 2010 1,51 42,64 8,77 11,76 7,75 7,07 9,88 14,06 12,42 Trw-II 2010-3,32 18,26 8,70 13,34 8,48 7,72 10,92 13,32 14,86 Trw-III 2010 3,90 10,37 5,60 10,54 6,49 9,65 12,43 13,53 9,19 P D R B 7,50 7,41 5,46 7,58 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara Sebagian besar sektor utama daerah mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi secara tahunan (yoy) di triwulan ini. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertanian, perdagangan/hotel/restoran dan sektor angkutan/komunikasi. Sektor pertanian tumbuh 3,90%, sektor perdagangan/hotel/restoran tumbuh 9,65% dan sektor angkutan/komunikasi tumbuh 12,43%. Adapun sektor yang tumbuh 18

Perkembangan Ekonomi Makro Regional paling tinggi di triwulan ini adalah sektor keuangan dan persewaan dengan pertumbuhan mencapai 13,53%. Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu sebagaimana terlihat dari tabel 1.6 di bawah terlihat masih didominasi oleh sektor pertanian diikuti sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor jasa-jasa. Kontribusi ketiga sektor ini terhadap perekonomian Provinsi Bengkulu mencapai 75% di triwulan laporan. Naik turunnya ketiga sektor tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja perekonomian Provinsi Bengkulu secara keseluruhan. Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu juta rupiah (kecuali dinyatakan lain) Lapangan Usaha Q1-2010 Q2-2010 Q3-2010 Nilai Porsi Nilai Porsi Nilai Porsi 1. Pertanian 760.113 38,06 748.276 36,77 763.206 36,68 2. Pertambangan dan Penggalian 76.030 3,81 78.336 3,85 79.656 3,83 3. Industri Pengolahan 80.431 4,03 82.297 4,04 82.702 3,97 4. Listrik. Gas dan Air 9.639 0,48 9.962 0,49 10.328 0,50 5. Bangunan 58.156 2,91 60.669 2,98 62.786 3,02 6. Perdagangan. Hotel dan Restoran 396.395 19,85 407.395 20,02 418.839 20,13 7. Pengangkutan dan Komunikasi 167.139 8,37 172.470 8,48 185.226 8,90 8. Keuangan dan Persewaan 98.085 4,91 102.266 5,03 104.932 5,04 9. Jasa jasa 351.293 17,59 373.352 18,35 373.137 17,93 PDRB 1.997.282 100,00 2.035.023 100.00 2.080.812 100.00 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara 1.2.1. Sektor Pertanian Laju pertumbuhan sektor pertanian secara tahunan meningkat di triwulan ini, yaitu sebesar 3,90%, sedangkan di triwulan sebelumnya menurun sebesar 3,32%. Sektor ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian daerah karena porsi sektor ini terhadap perekonomian sekitar 37%. Peningkatan di sektor ini diperkirakan karena meningkatnya produksi pada subsektor perkebunan. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya harga-harga komoditas perkebunan seperti CPO dan terutama karet. Dari hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Bengkulu ke pelaku usaha di Sektor Perdagangan/Hotel/Restoran juga memperkuat adanya 19

Perkembangan Ekonomi Makro Regional peningkatan kinerja sektor pertanian. Informasi yang diperoleh menyatakan bahwa usaha mereka mengalami peningkatan di triwulan ini yang sebagian besar didorong oleh membaiknya sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan. Sebaliknya dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang juga dilakukan Bank Indonesia Bengkulu terlihat adanya penurunan optimisme petani di triwulan ini dikarenakan adanya musim yang kurang baik. Kondisi ini diperkirakan untuk subsektor tanaman bahan makanan. Sejalan dengan itu, pertumbuhan tahunan kredit ke sektor pertanian juga menurun cukup signifikan hingga mencapai 20%. Kredit pertanian yang disalurkan perbankan di triwulan ini sebesar Rp247 miliar, sementara triwulan yang sama tahun lalu mencapai Rp308 miliar. Namun jika dilihat pertumbuhan secara triwulanan maka masih ada pertumbuhan penyaluran kredit pertanian pada triwulan II 2010 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 1.10. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu 335,000 315,000 295,000 275,000 255,000 Kredit Pertanian (Rp Juta) gyoy 77% 57% 37% 40000 35000 30000 25000 20000 Realisasi Ekspor Perkebunan (Ton) gyoy 195% 145% 95% 235,000 17% 15000 45% 215,000 195,000-3% 10000 5000-5% 175,000-23% 0-55% 8 7 6 5 4 3 2 1 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 12 11 10 9 9 8 7 6 5 4 3 2 1 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 12 11 10 9 2008 2009 2010 2008 2009 2010 Sumber : Bank Indonesia Bengkulu. diolah 1.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III 2010 juga mengalami pertumbuhan tahunan yang cukup besar yaitu sebesar 9,65%. Jika dibanding triwulan sebelumnya, pertumbuhan di triwulan ini juga lebih besar dimana triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,72%. Sektor ini memiliki peran yang cukup dominan dalam PDRB Provinsi 20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Bengkulu dengan porsi sekitar 20% yaitu kedua tertinggi setelah sektor pertanian. Pertumbuhan di sektor ini juga terlihat dari pertumbuhan kredit ke sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh mencapai 11%, sedangkan pertumbuhan tahunan kredit tersebut di triwulan sebelumnya hanya sebesar 7%. Berdasarkan hasil liaison ke sektor perdagangan, hotel dan restoran, pertumbuhan di sektor ini salah satunya didorong oleh membaiknya sektor pertanian. Dengan membaiknya kinerja sektor pertanian mendorong masyarakat dari kalangan petani untuk meningkatkan konsumsinya sehingga menyebabkan kinerja sektor perdagangan juga meningkat. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha juga memperkuat kondisi ini dimana di triwulan III tahun 2010 terjadi peningkatan realisasi usaha khususnya dari subsektor perdagangan. Hal ini terjadi karena di triwulan ini juga bersamaan dengan adanya Hari Raya Idul Fitri yang mendorong adanya peningkatan usaha. Grafik 1.11. Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu 1,550,000 1,350,000 1,150,000 950,000 750,000 550,000 350,000 150,000 Kredit PHR (Rp Juta) gyoy 77% 57% 37% 17% -3% -23% 2008 2009 2010 1.2.3. Sektor Jasa - Jasa Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang melambat di triwulan ini. Pertumbuhan sektor ini di triwulan laporan sebesar 9,19% sedangkan triwulan sebelumnya mencapai 14,86%. Porsi sektor ini 21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional terhadap ekonomi daerah juga cukup besar yaitu sekitar 18%, sehingga sektor ini tetap menjadi pendukung tumbuhnya ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi di sektor ini diperkirakan masih didorong oleh subsektor jasa pemerintahan umum. Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa juga terlihat dari pembiayaan perbankan secara tahunan. Laju pertumbuhan kredit untuk sektor jasa khususnya jasa sosial dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya juga tumbuh melambat dimana triwulan ini tumbuh sebesar 1% sedangkan triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 4%. Sementara dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di triwulan III tahun 2010 juga mengkonfirmasi adanya pertumbuhan di sektor ini. Hasil saldo bersih realisasi responden di sektor jasa ini mengalami peningkatan di sektor ini sebagaimana terlihat di grafik 1.12 dibawah. Grafik 1.12. Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu 400,000 350,000 Kredit Sektor Jasa (juta Rp) PDRB Sektor Jasa (juta Rp) 16.00 Realisasi Sektor Jasa (Hasil SKDU) 300,000 11.00 250,000 200,000 6.00 150,000 1.00 100,000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 50,000 I II III IV I II III IV I II III (4.00) 2007 2008 2009 2010 2008 2009 2010 (9.00) Sumber : Bank Indonesia Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu. diolah & angka sementara 1.2.4. Sektor Konstruksi Sebagaimana terjadi di sektor jasa-jasa, pertumbuhan sektor konstruksi secara tahunan di triwulan ini juga mengalami perlambatan dibanding triwulan II tahun 2010. Pertumbuhan di triwulan ini sebesar 6,49% sedangkan triwulan sebelumnya tumbuh 8,48%. Adapun porsi sektor ini terhadap ekonomi daerah terbilang masih cukup rendah yaitu hanya sekitar 3%. 22

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Dari sisi kredit perbankan, kredit ke sektor konstruksi mengalami penurunan dimana laju pertumbuhan secara tahunan turun 4% dari Rp162 miliar di triwulan III tahun 2009 menjadi Rp155 miliar di triwulan ini. Hal ini terlihat pada grafik 1.13 di bawah. Data konsumsi semen daerah di triwulan ini juga menunjukkan adanya sedikit penurunan dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III tahun 2009 konsumsi semen daerah sebanyak 127.584 ton sementara konsumsi semen triwulan III 2010 sebesar 121.531 ton atau menurun 5%. Sementara itu, hal yang berbeda terjadi pada pertumbuhan penyaluran kredit perumahan oleh perbankan daerah secara tahunan. Kredit tersebut secara tahunan meningkat secara tahunan sebesar 18%, yaitu dari Rp311 miliar di triwulan III tahun 2009 menjadi Rp367 miliar di triwulan laporan. Grafik 1.13. Indikator Sektor Konstruksi di Provinsi Bengkulu 60,000 55,000 Kons. Semen (ton) 120.00% 100.00% 600 500 Penyaluran Kredit (miliar Rp) 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 g(yoy) 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 400 300 200 Konstruksi Perumahan 25,000 0.00% 100 20,000-20.00% - 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 8 7 6 5 4 3 2 1 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 12 11 10 9 2008 2009 2010 2008 2009 2010 Sumber : Bank Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia. diolah 1.2.5. Sektor Listrik, Gas dan Air Sektor listrik, gas dan air juga mengalami perlambatan di triwulan ini dimana laju pertumbuhan di triwulan ini sebesar 10,54% sedangkan triwulan sebelumnya tumbuh mencapai 13,34%. Meski pertumbuhan sektor ini terbilang masih cukup tinggi namun porsinya terhadap perekonomian daerah masih cukup kecil yaitu hanya sebesar 0,50%. 23

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Adanya pertumbuhan di sektor ini juga terlihat dari adanya arah peningkatan konsumsi listrik sebagaimana data yang ada di PLN Bengkulu. Konsumsi listrik di awal triwulan ini terlihat mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu data kredit yang disalurkan perbankan ke sektor ini di Provinsi Bengkulu secara tahunan juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Kredit yang disalurkan ke sektor ini di triwulan III tahun 2010 sebesar Rp12.426 juta sedangkan pada triwulan yang sama tahun 2009 hanya sebesar Rp315 juta. Hal tersebut dapat terlihat pada Grafik 1.14. di bawah. Grafik 1.14. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu 229 227 225 223 221 219 217 215 Konsumsi Listrik Jml. Pelanggan (ribu orang, axis kiri) Konsumsi (juta KWh, axis kanan) 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 40 38 36 34 32 30 28 26 24 22 16,100 14,100 12,100 10,100 8,100 6,100 4,100 2,100 100 Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp) gyoy 4900% 3900% 2900% 1900% 900% -100% 9 8 7 6 5 4 3 2 1 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 12 11 10 9 2008 2009 2010 2008 2009 2010 Sumber : PLN Bengkulu dan Bank Indonesia. diolah 1.3. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Indikator kesejahteraan petani sebagaimana tergambar melalui indikator nilai tukar petani (NTP) sampai dengan bulan September 2010 relatif stabil bila dibanding triwulan sebelumnya. Perubahan NTP ini dapat menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan hidup petani relatif tidak berubah dibanding triwulan sebelumnya. NTP sedikit berubah dari 104,34 menjadi 104,54 atau naik 0,20. 24

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.15. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu 115 110 105 104.54 104.34 100 95 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah Sementara itu, perkembangan jumlah penduduk miskin di tahun 2010 dibanding tahun sebelumnya juga terlihat relatif stabil. Meski secara jumlah terlihat ada sedikit peningkatan namun persentase terhadap jumlah penduduk mengalami penurunan. Jumlah penduduk miskin di tahun 2010 adalah sebesar 324,9 ribu orang atau naik 0,25% dari penduduk miskin di tahun 2009. Namun persentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk di Bengkulu mengalami penurunan yaitu dari 18,59% di tahun 2009 menjadi 18,30% di tahun ini. Tabel 1.7. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu Ribuan untuk jumlah Mar. 2008 Mar. 2009 Mar. 2010 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah Penduduk Miskin 352,0 20,64 324,1 18,59 324,9 18,30 Sumber : Badan Pusat Statistik 25

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Halaman ini Sengaja Dikosongkan 26

BOKS 1 HASIL LIAISON KBI BENGKULU TRIWULAN III - 2010 Kegiatan Liaison selama Triwulan III-2010 dilakukan melalui kunjungan wawancara terhadap 6 contact yang terdiri dari subsektor hotel, lembaga keuangan non bank, pengangkutan serta perdagangan besar dan eceran. Secara ringkas, tingkat penjualan domestik produk yang dijual pelaku usaha secara umum mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi rata-rata disebabkan oleh membaiknya situasi ekonomi dan pendapatan masyarakat. Hal ini berakibat pada kondisi tingkat utilisasi kapasitas usaha yang juga meningkat. Untuk itu, pelaku usaha berupaya untuk melakukan investasi di tahun berjalan guna meningkatan pelayanan dan meningkatan kapasitas produksi. Meski penjualan meningkat namun margin usaha diperkirakan tetap karena naiknya biaya-biaya masih bisa diimbangi dengan kenaikan harga jual. Selanjutnya, seluruh perusahaan melaporkan bahwa jumlah tenaga kerja cenderung naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu karena adanya ekspansi usaha pada subsektor pengangkutan, hotel dan lembaga keuangan non-bank. Adapun hasil liaison tersebut adalah sebagai berikut : A. Permintaan Domestik Sebagian besar responden menyatakan bahwa volume penjualan pada triwulan III-2010 ini mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan yaitu berkisar antara meningkat sesuai tren hingga sedikit diatas tren rata-rata. Hanya pelaku usaha di sektor pedagang eceran yang diwakili oleh pedagang eceran elektronik menyatakan mengalami penurunan volume penjualan karena adanya peningkatan persaingan usaha dipicu oleh beroperasinya salah satu hipermarket di kota Bengkulu. Namun, secara umum subsektor perdagangan eceran masih mengalami peningkatan volume penjualan. Pada subsektor hotel, peningkatan penjualan didorong oleh meningkatnya permintaan konsumen yang berasal dari kalangan pebisnis yang banyak mengunjungi kota Bengkulu di pertengahan hingga akhir tahun untuk menyelesaikan proyek-proyek pemerintah. Peningkatan serupa juga dialami oleh subsektor pengangkutan yang distimulus oleh relatif tidak berubahnya tarif angkutan dan membaiknya perekonomian masyarakat. Peningkatan permintaan masyarakat tergambar dari load factor dimana saat ini mencapai rata-rata 70% sementara di tahun sebelumnya hanya di kisaran 40%. Sementara itu, subsektor lembaga keuangan non-bank menunjukkan perkembangan menggembirakan yang diindikasikan oleh terjadinya peningkatan volume penjualan dibandingkan kondisi tahun lalu yaitu sekitar 25% hingga 32%. Untuk tahun depan, volume penjualan diproyeksikan masih akan mengalami peningkatan baik pada subsektor hotel, lembaga keuangan non-bank, pengangkutan, maupun perdagangan eceran.

B. Kapasitas Utilisasi Peningkatan omset penjualan biasanya berhubungan dengan meningkatnya penggunaan kapasitas. Pada triwulan ini, subsektor yang menyatakan mengalami peningkatan penjualan juga mengalami peningkatan penggunaan kapasitas utilisasi seperti yang terjadi pada subsektor hotel dan lembaga keuangan nonbank. Sedangkan pada subsektor pengangkutan meskipun mengalami peningkatan volume penjualan, penggunaan kapasitas usahanya cenderung stabil. Demikian pula pada subsektor perdagangan eceran. Tingkat utilisasi subsektorsubsektor ini berkisar antara 50% hingga 100%. Utilitas 100% dicapai oleh pelaku usaha di subsektor lembaga keuangan non-bank. C. Investasi Seluruh pelaku usaha melaporkan adanya rencana investasi pada tahun ini. Bentuk investasi yang dilakukan juga tergolong cukup signifikan yang ditujukan antara lain untuk peningkatan pelayanan dan peningkatan kapasitas produksi antara lain berupa perluasan jaringan kerja. Namun demikian, untuk tahun depan sebagian besar pelaku usaha belum menunjukkan adanya keinginan untuk melakukan investasi. Hanya pelaku usaha subsektor lembaga keuangan non-bank dan pengangkutan yang berencana melakukan investasi yaitu berupa perluasan jaringan kerja dan penambahan kapasitas produksi. D. Tenaga Kerja Secara umum pelaku usaha melaporkan bahwa jumlah tenaga kerja di triwulan ini dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu cenderung meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan dilakukannya beberapa investasi untuk peningkatan kapasitas dan jaringan usaha pada tahun ini. Subsektor yang melaporkan jumlah tenaga kerja cenderung tetap dan menurun adalah subsektor perdagangan eceran. Subsektor perdagangan eceran menyatakan tidak akan melakukan penambahan tenaga kerja pada tahun depan karena efisiensi yang harus dilakukan untuk mempertahankan keberlangsungan usaha mereka. Sedangkan subsektor lembaga keuangan non-bank dan pengangkutan menyatakan akan melakukan penambahan tenaga kerja seiring dengan penambahan kapasitas usaha yang telah direncanakan. E. Biaya-biaya Struktur biaya untuk pelaku usaha di subsektor hotel terutama didominasi oleh biaya tenaga kerja yang berkontribusi sekitar 50% dari total biaya dan sisanya merupakan biaya operasional. Pada subsektor lembaga keuangan non-bank struktur biaya terdiri dari biaya operasional dan biaya tenaga kerja. Secara umum biaya bahan baku cukup stabil kecuali untuk subsektor lembaga keuangan non-bank menyatakan adanya peningkatan biaya. Untuk biaya energi cenderung stabil kecuali untuk pengusaha disubsektor hotel. Adapun untuk biaya tenaga kerja, sebagian besar responden menyatakan adanya peningkatan biaya kecuali untuk subsektor perdagangan eceran yang cenderung stabil.

Secara umum ada perbaikan tingkat upah dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini karena perusahaan secara keseluruhan sudah membayar upah pekerja mereka sesuai bahkan diatas Upah Minimum Provinsi (UMP). Proyeksi tingkat upah pada tahun depan secara umum diperkirakan akan mengalami peningkatan karena biasanya tingkat UMP mengalami kenaikan setiap tahun. F. Harga Jual dan Margin Secara umum seluruh subsektor menyatakan bahwa harga jual komoditas mereka mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu. Hanya subsektor pengangkutan yang menyatakan tidak mengalami kenaikan harga jual. Kenaikan harga jual terutama diakibatkan adanya kenaikan harga bahan baku dan biaya tenaga kerja. Pada tahun depan diperkirakan harga jual juga masih akan mengalami kenaikan. Margin per unit secara umum tidak mengalami perubahan pada triwulan ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Subsektor perdagangan, hotel dan jasa pengangkutan termasuk dalam usaha yang margin usahanya stabil pada tahun ini. Stabilnya margin per unit disebabkan oleh berimbangnya kenaikan harga jual dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan serta adanya penyesuaian margin akibat semakin ketatnya persaingan usaha. G. Pembiayaan Secara umum pembiayaan usaha pada sebagian besar subsektor lebih mengandalkan pembiayaan internal perusahaan, baik dari kantor pusat maupun dari pemilik. Namun demikian pelaku usaha dari subsektor pengangkutan memanfaatkan pembiayaan perbankan dalam melakukan investasi tahun ini. Umumnya pelaku usaha berharap agar suku bunga perbankan dapat berada pada kisaran yang rendah dan stabil sehingga mempermudah dalam membuat perencanaan keuangan perusahaan.

Halaman ini Sengaja Dikosongkan

Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1. Perkembangan Inflasi Inflasi tahunan Kota Bengkulu 1 pada triwulan III tahun 2010 sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 7,21% menjadi 7,03%. Namun inflasi yang terjadi tersebut masih berada di atas inflasi nasional yang sebesar 5,80%. Sebagaimana triwulan sebelumnya, tingginya inflasi masih didorong oleh timbulnya permasalahan di sisi penawaran (supply shocks) terutama untuk komoditas di kelompok bahan makanan. Dengan pencapaian inflasi tersebut maka secara keseluruhan selama tahun 2010 inflasi daerah telah mencapai 7,55% (ytd), sedangkan proyeksi Bank Indonesia, inflasi Bengkulu pada tahun 2010 adalah sebesar 7,25%±1% 2. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu 20% Bengkulu (y-o-y) Nasional (y-o-y) 15% 10% 7.03% 5% 5.80% 0% 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu 1 Inflasi yang terjadi di kota Bengkulu diasumsikan dapat mewakili inflasi Provinsi Bengkulu secara keseluruhan 2 Bank Indonesia Bengkulu merevisi angka proyeksi inflasi tahun 2010 dari 5% ±1% menjadi 7,25% ±1% 27

2.2. Faktor Pendorong Inflasi Perkembangan Inflasi Daerah Gangguan pasokan (supply shock) serta adanya faktor musiman diperkirakan menjadi faktor pendorong inflasi di triwulan laporan. Gangguan pasokan terutama masih terjadi di kelompok bahan makanan. Beberapa komoditas di kelompok bahan makanan yang termasuk volatile foods dan mendorong kenaikan inflasi di triwulan ini antara lain cabe merah, daging ayam ras, beras dan dari subkelompok bumbubumbuan seperti cabe merah, bawang merah dan bawang putih. Inflasi di komoditas tersebut diperkirakan terjadi karena adanya kekurangan ketersediaan komoditas tersebut di pasar. Khusus untuk daging ayam ras, salah satu faktor pendorong langkanya ketersediaan barang tersebut di pasar adalah kurangnya bibit ayam yang terjadi di triwulan ini. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa pemasok ayam yang ada di Bengkulu mengalami kesulitan untuk menyediakan pasokan yang mencukupi. Sementara itu faktor musiman yang turut memberikan andil dalam pembentukan inflasi adalah adanya bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1431 H yang berlangsung di triwulan III tahun ini. Kedua peristiwa tersebut menyebabkan kenaikan permintaan masyarakat sehingga mendorong kenaikan harga terutama untuk komoditas-komoditas di kelompok bahan makanan dan transportasi. 2.3. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y) Kelompok Barang/Jasa Trw II-2010 Trw III-2010 IHK Inflasi (%) IHK Inflasi (%) Bahan makanan 142,64 16,37 156,33 15,79 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 131,82 3,65 136,17 4,99 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 123,36 3,98 125,07 4,81 Sandang 123,30 6,49 125,65 4,86 Kesehatan 114,18 2,78 114,41 2,10 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 115,79 7,90 118,98 3,80 Pengangkutan, Komunikasi dan Jasa Keuangan 102,90 2,73 103,13 1,38 Inflasi Umum 124,24 7,21 129,06 7,03 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu 28

Perkembangan Inflasi Daerah Sebagaimana terlihat dalam tabel 2.1, terlihat inflasi terjadi pada seluruh kelompok barang atau jasa. Adapun kelompok yang mengalami inflasi tahunan paling tinggi di triwulan ini adalah kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi/minuman/rokok/tembakau, serta kelompok sandang. Besaran inflasi untuk kelompok bahan makanan terlihat masih signifikan. Inflasi tahunan di kelompok bahan makanan pada triwulan III tahun 2010 sebesar 15,79%. Inflasi di kelompok ini yang mengalami inflasi tahunan paling tinggi adalah di subkelompok daging dan hasil-hasilnya dimana inflasi yang terjadi sebesar 37,75%. Sementara jika dibanding triwulan sebelumnya, subkelompok ini juga terlihat mengalami inflasi yang tinggi. Sebagaimana terlihat dari grafik 2.2., inflasi tahunan untuk kelompok tersebut melonjak sangat signifikan yaitu dari 2,99% di triwulan II tahun 2010 menjadi 37,75% di triwulan laporan. Salah satu komoditas di kelompok tersebut yang menyumbang inflasi secara signifikan adalah daging ayam ras. Grafik 2.2. Indeks Harga Konsumen Kelompok Bahan Makanan di Kota Bengkulu 240 190 140 90 40 Padi, Umbi dan hasilnya Daging dan hasilnya Sayur-sayuran Ikan Segar Bumbu-bumbuan Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Jika melihat sumbangan inflasi per komoditas terhadap inflasi bulanan selama triwulan III tahun 2010, sebagaimana terlihat di tabel 2.2, komoditas penyumbang inflasi yang berasal dari kelompok bahan makanan terlihat sangat mendominasi pencapaian inflasi daerah di bulan tersebut baik saat inflasi maupun di saat kondisi deflasi terjadi sebagaimana yang terjadi di bulan Agustus. Kelompok 29

Perkembangan Inflasi Daerah komoditas lainnya yang turut mempengaruhi inflasi daerah di triwulan ini adalah komoditas-komoditas di kelompok makanan jadi/minuman/rokok/tembakau, kelompok pendidikan/rekreasi/olahraga, kelompok transpor/komunikasi/jasa keuangan dan kelompok sandang. Tabel 2.2. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi Bulanan di Bengkulu No Juli 2010 Agustus 2010 September 2010 Komoditas Sumb. Komoditas Sumb. Komoditas Sumb. 1. Cabe Merah 1,14 Cabe Merah (0,98) Daging Ayam Ras 0,79 2. Daging Ayam Ras 0,48 Daging Ayam Ras (0,49) Beras 0,11 3. Beras 0,35 Jeruk (0,11) Kelapa 0,10 4. Bawang Putih 0,30 Bawang Putih (0,06) Ikan Mujair 0,09 5. Telur Ayam Ras 0,12 Bawang Merah (0,06) Ikan Tongkol 0,09 6. Bawang Merah 0,11 Semen (0,06) Ikan Kape-Kape 0,09 7. Sate 0,09 Minyak Goreng (0,03) Angkutan Antar Kota 0,08 8. Ikan Bakar 0,08 Bumbu Masak Jadi (0,03) Ikan Ekor Kuning 0,05 9. Taman Kanak-Kanak 0,07 Tomat Buah (0,03) Sate 0,05 10. Bumbu Masak Jadi 0,06 Tomat Sayur (0,02) Udang Basah 0,04 Jumlah 2,80 Jumlah (1,87) Jumlah 1,49 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah Persen Keterangan : Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok/Tembakau Kelompok Perumahan/Air/Listrik/Gas/Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Pendidikan/Rekreasi/Olahraga Kelompok Transpor/Komunikasi/Jasa Keuangan Cukup kuatnya pengaruh inflasi di kelompok bahan makanan terhadap inflasi daerah secara keseluruhan dapat dilihat juga pada sumbangan satu kelompok terhadap inflasi sebagaimana terlihat pada inflasi bulan September 2010. Inflasi yang terjadi di bulan tersebut umumnya didorong oleh inflasi pada kelompok bahan makanan. Kondisi tersebut tergambar pada sumbangan kelompok bahan makanan terhadap inflasi di bulan tersebut. Pada bulan tersebut, sebagaimana terlihat pada grafik 2.3., kelompok bahan makanan menyumbang 84% terhadap pembentukan inflasi di bulan tersebut atau menyumbang 1,03% dari inflasi bulanan yang sebesar 1,22%. Selain itu, kelompok makanan jadi/minuman/rokok/tembakau juga memberikan sumbangan yang cukup besar yaitu 11% dari total inflasi bulanan. 30

Perkembangan Inflasi Daerah Grafik 2.3. Sumbangan Inflasi Bulan September Per Kelompok Barang/Jasa Sandang 0.04 Perumahan, Air, Listrik, Gas, Bahan Bakar (0.01) Kesehatan 0.01 Pendidikan, Rekreasi, Olahraga - Transpor, Komunikasi, Jasa Keuangan 0.02 persen Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau 0.13 Bahan Makanan 1.03 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Perkembangan inflasi di kelompok makanan jadi/minuman/rokok/tembakau dapat terlihat di grafik 2.4. Kenaikan inflasi tahunan di kelompok ini terutama didorong dari subkelompok makanan jadi serta subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Subkelompok tersebut mengalami inflasi sebesar 4,63% dan 7,13%. Sementara bila dibanding triwulan sebelumnya, inflasi tahunan di kelompok makanan jadi mengalami kenaikan dari 1,95% menjadi 4,63% di triwulan ini. Berikutnya inflasi di subkelompok tembakau dan minuman beralkohol juga meningkat cukup tinggi di triwulan ini yaitu dari 5,20% menjadi 7,13%. Grafik 2.4. Indeks Harga Konsumen Kelompok Sandang (kiri) dan Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok/Tembakau (kanan) Kota Bengkulu 160 150 140 130 120 S. Pria S. Wanita S. Anak-anak Barang Pribadi & Sandang Lain 145 140 135 130 125 Makanan Jadi Minuman Yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol 110 120 100 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 115 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009 2010 2009 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, diolah 31

Perkembangan Inflasi Daerah Pada kelompok sandang, subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi dan lebih bergejolak terjadi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lain. Inflasi tahunan yang terjadi di subkelompok tersebut sebesar 9,75%. Sementara kenaikan inflasi tahunan di subkelompok ini dibanding triwulan sebelumnya adalah dari 8,16% menjadi 9,75%. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu kenaikan subkelompok ini terutama didorong oleh inflasi pada komoditas emas perhiasan. Kenaikan harga emas ditengarai sebagai akibat dari meningkatnya harga emas dunia. 2.4. Inflasi Periode Januari September 2010 Puncak inflasi tahunan yang terjadi di bulan Juli 2010 mendorong pencapaian inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III tahun 2010 meningkat cukup tinggi. Inflasi Kota Bengkulu selama tahun 2010 hingga triwulan III telah mencapai 7,55% dan berada di atas inflasi nasional. Meski demikian, pergerakan inflasi diperkirakan dapat memasuki fase penurunan di triwulan akhir tahun ini sehingga proyeksi Bank Indonesia Bengkulu yang memperkirakan inflasi daerah pada tahun 2010 akan mencapai 7,25%±1% dapat tercapai. Salah satu cara yang cukup efektif dalam mengurangi tekanan inflasi daerah adalah melalui peningkatan koordinasi antar instansi untuk memperbaiki kelancaran pasokan di Bengkulu melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu. Untuk itu, Bank Indonesia Bengkulu akan meningkatkan kuantitas pertemuan tim agar inflasi daerah dapat tetap terjaga. Grafik 2.5. Realisasi Inflasi Tahun 2010 10% 8% Bengkulu y-o-y Nasional y-o-y Bengkulu y-t-d Nasional y-t-d 6% 4% 2% 0% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah 32

Perkembangan Inflasi Daerah 2.5. Perbandingan Inflasi Antar Kota di Sumatera Inflasi Kota Bengkulu terbilang cukup tinggi bila dibandingkan dengan kota lainnya di Sumatera. Tingginya pencapaian inflasi di triwulan III ini mendorong Kota Bengkulu sebagai kota ketiga dengan tingkat inflasi tertinggi di Sumatera setelah Jambi dan Pangkal Pinang. Inflasi tahunan di kota-kota tersebut masing-masing sebesar 7,91% dan 7,67%. Kemudian jika dibandingkan dengan inflasi nasional, sebagian besar kota di Sumatera mengalami inflasi di bawah inflasi nasional dan hanya empat kota yang berada di atas inflasi nasional yang sebesar 5,80%, salah satunya Kota Bengkulu. Grafik 2.6. Inflasi Tahunan (yoy) Bulan September Untuk Kota-Kota di Sumatera 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% Inflasi Nasional = 5,80% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Sumber : Badan Pusat Statistik; diolah 33

Perkembangan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan 34

BOKS 2 PERTEMUAN TIM TEKNIS TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BENGKULU Pada hari Selasa, 10 Agustus 2010 bertempat di Rumah Makan Kabayan Kota Bengkulu, Bank Indonesia memfasilitasi Pertemuan Tim Teknis Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu dengan peserta dari Biro Ekonomi Pemerintah Provinsi Bengkulu, BAPPEDA Provinsi Bengkulu, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan, Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Provinsi Bengkulu, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan Kepolisian Daerah Bengkulu. Pertemuan dipimpin langsung oleh Kepala Biro Administrasi Perekonomian Setda Provinsi Bengkulu, Iriyansyah, selaku Ketua Tim Teknis TPID Provinsi Bengkulu serta didampingi oleh Wakil dan Sekretaris Tim Teknis TPID masingmasing dari Biro Administrasi Perekonomian Setda Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu. Pertemuan ini dimaksudkan sebagai ajang koordinasi Tim Teknis-Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Bengkulu sebagaimana diamanatkan dalam Surat Keputusan Gubernur Bengkulu No. T.2185.IV Tahun 2010 tanggal 17 Maret 2010 tentang Pembentukan TPID Provinsi Bengkulu. Agenda utama pertemuan adalah melakukan review pencapaian inflasi s.d. Bulan Juli 2010 dan memonitor tingkat harga-harga hingga minggu pertama Bulan Agustus 2010. Selain itu, pada pertemuan ini diharapkan terjadi pertukaran informasi kesiapan dinas/instansi terkait menghadapi bulan puasa dan lebaran, serta penyampaian saran dan rekomendasi untuk menghadapi kondisi tersebut. Dari pertemuan teknis ini terjadi pertukaran informasi antar anggota tim diantaranya : Diperoleh informasi bahwa harga bahan-bahan pokok cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan Bulan Juli kemarin. Namun demikian masih ada beberapa komoditas yang relatif masih tinggi harganya karena adanya permasalahan pasokan seperti yang dialami komoditas cabe merah.

Terkait dengan ketersediaan stok bahan-bahan pokok menjelang puasa dan lebaran, secara umum dalam kondisi yang cukup. Stok beras di gudang Bulog Provinsi Bengkulu cukup untuk konsumsi masyarakat selama kurang lebih tiga bulan. Selain itu, Bulog Provinsi Bengkulu juga akan menambah stok beras yang didatangkan dari Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Apabila diperlukan Bulog dan Disperindagkop Provinsi Bengkulu akan mengadakan operasi pasar di tiap kecamatan. Target operasi pasar adalah tidak hanya beras tetapi juga gula pasir. Ketersediaan bahan makanan juga dalam kondisi mencukupi. Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu, distributor daging dan telur menyatakan kesiapannya untuk memenuhi konsumsi masyarakat selama bulan puasa dan lebaran. Sarana angkutan dalam menghadapi lebaran dalam keadaan siap. Angkutan darat akan mengenakan tuslag hanya untuk jenis angkutan non-ekonomi pada H-7 hingga H+7 lebaran. Sementara itu, untuk mencegah peningkatan harga tiket pesawat menjalang lebaran, Dinas Perhubungan akan berkoordinasi dengan pengelola bandara dan stakeholders terkait dalam waktu dekat. Dinas terkait akan mengawasi harga tiket sesuai dengan ketentuan tarif batas atas dan tarif batas bawah. Untuk mendukung lancarnya angkutan barang, Dinas Perhubungan tidak akan memeriksa angkutan yang membawa sembako saat melewati jembatan timbang. Untuk itu kendaraan perlu diberi tanda angkutan khusus sembako. Ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Bengkulu relatif aman dan mencukupi dimana stok tersedia untuk konsumsi 4-5 hari kedepan. Namun, penyediaan BBM sangat tergantung dengan kondisi alur pelabuhan Pulau Baai yang saat ini dalam kondisi yang mengalami pendangkalan. Bank Indonesia Bengkulu menyiapkan stok uang sebanyak 1,5 triliun untuk kebutuhan masyarakat menjelang puasa dan lebaran. Untuk melayani kebutuhan masyarakat terhadap uang rupiah pecahan kecil, maka Bank Indonesia Bengkulu juga akan menambah waktu penukaran uang kecil. Dari sisi keamanan daerah, Polda Bengkulu menginformasikan bawah kondisi keamanan daerah relatif aman dan terkendali. Polda telah menggelar beberapa operasi Operasi Pekat Nala, Operasi Simpatik dan Operasi Cipta Kondisi. Selain itu, Polda juga akan mengintensifkan pengawasan ke pelaku ekonomi guna mencegah adanya penimbunan barang kebutuhan pokok.

Selanjutnya dari pertemuan tersebut diperoleh diperoleh kesepakatan untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut; 1. Mengurangi tekanan inflasi dari sisi ekspektasi masyarakat dengan melakukan sosialisasi atau diseminasi mengenai hasil-hasil rapat tim teknis. 2. Dalam rapat berikutnya akan diundang pejabat dari Subdin Kominfo dengan tujuan agar hasil rapat dapat segera disebarkan melalui media massa. Usulan juga termasuk bidang lainnya yang cukup penting seperti Bidang Perhubungan Udara dan Perhubungan Laut. 3. Memperkuat pemantauan Disperindagkop hingga pengawasan ke tingkat distributor/pedagang besar, berhubung adanya selisih harga yang cukup besar di tiap tingkatan pedagang. 4. Perlu dilakukan intensifikasi pemberitahunan kepada masyarakat perihal isu flu burung oleh Dinas Peternakan. Hal ini untuk mengurangi dampak psikologis masyarakat. 5. Disperindagkop akan segera membuat surat pemberitahuan kepada pihak penyedia angkutan barang bahwa H-7 dan H+7 lebaran bahwa jenis angkutan tersebut akan dihentikan sementara. 6. Dishubkominfo akan segera melakukan koordinasi ke Dinasi PU dalam rangka pembenahan jalan menjelang lebaran.

Halaman ini Sengaja Dikosongkan

Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Gambaran Umum Kinerja Bank Umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan III tahun 2010 menunjukkan kinerja yang relatif baik. Total aset perbankan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), dan penyaluran kredit mengalami kenaikan, diikuti pula dengan meningkatnya Loan To Deposit Ratio (LDR) dan membaiknya kualitas kredit sebagaimana ditunjukkan oleh nilai Non Performing Loan (NPL). Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu 125.00% 120.00% 115.00% 110.00% 105.00% 100.00% 95.00% 90.00% 85.00% 80.00% LDR (kiri) NPL (kanan) III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 2.40% 2.20% 2.00% 1.80% 1.60% 1.40% 1.20% 1.00% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia Bengkulu Penyaluran kredit triwulan III 2010 mengalami peningkatan sebesar 5,09% menjadi sebesar Rp5,48 triliun, sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga yang dilakukan perbankan mengalami peningkatan 4,16% menjadi Rp4,64 triliun. Kondisi ini mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit 35

Perkembangan Perbankan Daerah meningkat menjadi 118,15% dari sebelumnya 117,10%. Selain itu, kualitas kredit yang ditandai dengan nilai NPL membaik dari 2,25% menjadi 2,20%. Grafik 3.2. 5,500,000 5,000,000 DPK Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank Umum Provinsi Bengkulu Dalam jutaan Rupiah Kredit 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia Bengkulu Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Provinsi Bengkulu menunjukkan kondisi yang cukup baik di triwulan ini. Indikator perbankan seperti total aset dan penyaluran kredit BPR menunjukkan peningkatan, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) mengalami sedikit penurunan. 3.2. Perkembangan Bank Umum a. Kelembagaan Bank umum yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Bengkulu berjumlah 15 bank yang terdiri dari 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD), 4 Bank Pemerintah dan 10 Bank Swasta dengan 3 diantaranya merupakan bank syariah. Jaringan kantor pelayanan bank umum di Provinsi Bengkulu tertera pada tabel 3.1 dibawah. 36

Tabel 3.2. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu KP KC KCP KK Unit PP ATM Kota Bengkulu 1 15 17 12 10 3 65 Bengkulu Selatan - 2 6 1 7 1 4 Bengkulu Utara - 2 12 3 8 1 3 Rejang Lebong - 2 12 4 5 1 14 Lebong - - 3 1 2-1 Kepahiang - - 3 1 2-5 Kaur - - 2 1 4-1 Seluma - - 4 2 3-2 Muko-Muko - 1 6 2 4-2 Jumlah 1 22 65 27 45 6 97 Sumber : Bank Indonesia Bengkulu Kelompok Bank b. Perkembangan Aset Aset perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 4% atau sebesar Rp273,5 miliar menjadi sebesar Rp7,11 triliun. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan jumlah aset bank swasta yaitu sebesar 10,73% dan peningkatan aset bank pemerintah yang hanya mengalami sedikit kenaikan yaitu sebesar 2,15%. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu `2009 2010 Q-3 Q-4 Q-1 Q2 Q3 juta rupiah kecuali disebutkan lain Pangsa Pert. Tw. Lalu Bank Pemerintah 5.154.920 5.216.904 5.231.951 5.363.737 5.479.068 77,04% 2,15% Bank Swasta 1.335.282 1.366.628 1.335.918 1.474.381 1.632.600 22,96% 10,73% Bank Umum (Total) 6.490.202 6.583.532 6.567.869 6.838.118 7.111.668 100% 4,00% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia Bengkulu Sebaran aktiva bank umum saat ini masih terpusat di wilayah Kota Bengkulu dengan porsi sebesar 69,59%. Berurutan selanjutnya diikuti Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang dan Lebong 14,42%, Kabupaten Bengkulu Utara dan Muko-Muko 8,65%, serta Bengkulu Selatan, Seluma dan Kaur 7,33%. 37

Grafik 3.3. Perkembangan Perbankan Daerah Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu Bengkulu Utara dan Mukomuko, 8.65% Rejang Lebong, Kepahiang dan Lebong, 14.42% Kota Bengkulu, 69.59% Bengkulu Selatan, Seluma, dan Kaur, 7.33% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia Bengkulu c. Perkembangan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berada di perbankan Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan DPK yang terjadi sebesar 4,16% yaitu dari Rp4,46 triliun ke Rp4,64 triliun. Apabila dianalisis lebih lanjut, peningkatan tersebut terjadi dikarenakan adanya peningkatan pada komponen tabungan dan deposito berjangka dimana komponen tabungan meningkat sekitar 8,84% atau sebesar Rp209,55 miliar dan komponen deposito berjangka meningkat tipis sekitar 1,06% atau sebesar Rp9,7 miliar, sedangkan komponen giro mengalami penurunan sebesar 2,90% atau sebesar Rp33,9 miliar. Dilihat dari sisi kepemilikan bank, peningkatan komponen tabungan merupakan pengaruh meningkatnya nilai tabungan yang ada di bank pemerintah sebesar Rp143 miliar atau 7,84% dari triwulan sebelumnya. Dilain sisi, tabungan pada bank swasta mengalami penurunan sebesar Rp.296 juta. Jika dilihat dari komponen giro, terjadi penurunan yang merupakan pengaruh pada giro bank pemerintah yang menurun sebesar 4,38% atau sebesar Rp47 juta. Pengelolaan DPK perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan masih terkonsentrasi di bank-bank pemerintah dengan porsi mencapai 79,62% dan sisanya berada di bank swasta. Secara struktur 38