INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

dokumen-dokumen yang mirip
CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

BAB II RADIASI PENGION

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

REAKSI INTI. HAMDANI, S.Pd

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16

Bab 2 Interaksi Neutron

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

FISIKA ATOM & RADIASI

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

PELURUHAN SINAR GAMMA

CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Hasbullah, M.T. Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI. nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id / (0271)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI

Kimia Inti dan Radiokimia

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Neutron adalah zarah elementer penyusun inti atom yang tidak mempunyai

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

BAHAN AJAR. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELURUHAN RADIOAKTIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

1. Dua batang logam P dan Q disambungkan dengan suhu ujung-ujung berbeda (lihat gambar). D. 70 E. 80

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER TAHUN (UTAMA) Mata Pelajaran (Beban) : Fisika 4 ( 4 sks) Hari/Tanggal : Rabu, 01 Desembar 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika EBTANAS Tahun 1994

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

Dasar Fisika Radiasi. Daftar Isi

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd

PROGRAM PERHITUNGAN PENGARUH REAKTIVITAS FEEDBACK TERHADAP DINAMIKA REAKTOR MENGGUNAKAN METODA MONTE CARLO. Dra. Dwi Purwanti, MS ABSTRAK

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

BAB I INTI ATOM 1. STRUKTUR ATOM

Dualisme Partikel Gelombang

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

Antiremed Kelas 12 Fisika

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

Bab 1 Reaksi Nuklir. Bab 1 : Reaksi Nuklir Page ev = 1.6 x Joule = 3.8 x kalori

Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini. Fisika Atom & Inti

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UTAMA) Mata Pelajaran (Beban) : Fisika 4 ( 4 sks) Hari/Tanggal : Senin, 30 Nopember 2009

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 01 )

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

KIMIA (2-1)

Kecepatan Korosi Oleh 3 Bahan Oksidan Pada Plat Besi

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

Bab II. Prinsip Fundamental Simulasi Monte Carlo

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

Transkripsi:

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI Disusun Oleh : ERMAWATI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 1999 1

ABSTRAK Dalam mendesain semua sistem nuklir, pelindung radiasi, generator isotop, sangat tergantung dari jalan interaksi radiasi nuklir dengan materi. Jika neutron menumbuk inti, inti akan terbelah atas bagian bagian, yang disebut mengalami fisi. Rekasi ini adalah merupakan sumber prinsip dari energi nuklir untuk penggunaan praktis. Reaksi fisi dapat membentuk reaksi berantai tak terendali yang memilii daya leda yang dahsyat dan dapat dibuat dalam bentuk bom nuklir. Faktor faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih bahan nuklir adalah karakteristik inti target, penampang lintang neutron. Inti dan dipakai dalam jumlah yang besar pada beberapa reaktor nuklir. Oleh Ermawati Ermawati.Zarwisman@yahoo.com 2

PENDAHULUAN Untuk mendesain semua sistem nuklir, pelindung radiasi, generator isotop, sangat tergantung dari jalan interaksi radiasi nuklir dengan materi. Dalam tulisan ini interaksi tersebut di diskusikan untuk neutron, sinar ɣ dan berbagai partikel bermuatan dengan energi sekitar 20 Mev. Sebagian besar dari radiasi yang terjadi dalam peralatan nuklir dengan energi 20 Mev. 1. Interaksi interaksi Neutron Neutron adalah partikel yang tidak mempunyai muatan, oleh karena itu interaksinya dengan materi sangat berbeda dengan interaksi partikel bermuatan. Neutron bebas dari pengaruh medan listrik coulomb,,akibatnya neutron bebas mendekati bahkan masuk ke inti atom dan menembusnya. Jika suatu neutron masuk menembus inti dan keluar lagi, maka hanya terjadi peristiwa hamburan (scattering). Hamburan ini dapat berupa hamburan elastis dan in elastis. Neutron dapat berinteraksi dengan inti dalam berbagai acara sebagai berikut : Hamburan elastis Neutron menumbuk inti yang terletak dalam keadaan diam, kemudian neutron keluar dari inti dan meninggalkan inti dalam keadaan seperti semula (tak mengalami eksitasi). Interaksi ini disingkat dengan simbol (n,n). Ringkasnya hamburan dikatakan elastis, jika keadaan sistem tetap seperti semula (unexcited). Hamburan inelastis Hamburan menjadi inelastis, jika inti yang ditinggalkan setelah terjadi interaksi dalam keadaan tereksitasi. Karena energi diterima oleh inti, ini merupakan interaksi endotermik. Hamburan inelastis ini disimbolkan dengan (n,n ). Inti yang dalam keadaan tereksitasi tersebut dalam meluruh dengan mengemissi sinar ɣ. dalam peristiwa ini, karena sinar ɣ berasal dari hamburan inelastis maka sinar tersebut disebut sinar ɣ inelastis. Penangkapan Radiasi 3

Dalam hal ini neutron ditangkap oleh inti dan mengemissi satu atau lebih sinar ɣ yang disebut capture ɣ - rays. Peristiwa ini adalah interaksi eksotermik dan disimbolkan dengan (n, ɣ). Karena neutron asli tersebut diserap, proses ini adalah salah satu contoh dari bentuk interaksi yang dikenal dengan reaksi penyerapan. Reaksi reaksi partikel bermuatan Neutron neutron yang hilang sebagai hasil dari reaksi penyerapan tipe (n,α) dan (n,p). Reaksi reaksi tersebut dapat berupa reaksi eksotermik atau endotermik. Reaksi reaksi penghasil neutron Reaksi reaksi dari tipe (n,2n) dan (n,3n) terjadi dengan neutron yang energitic. Reaksi reaksi tersebut merupakan reaksi endotermik, karena di dalam reaksi (n,2n) didapat 1 neutron dan dari (n,3n) diperoleh 2 neutron dari inti yang tertumbuk. Reaksi tipe (n,2n) sangat penting dalam reaktor yang mengandung air berat atau Berilium, karena dan mempunyai neutron yang terikat lemah, sehingga dapt dengan mudah di injeksi. Fisi (pembelahan) Jika neutron menumbuk inti, inti akan terbelah atas bagian bagian, yang disebut mengalami fisi. Reaksi ini adalah merupakan sumber prinsip dari energi nuklir untuk penggunaan praktis. 2. Penampang Lintang Interaksi netron netron dengan inti inti atom dapat dilukiskan secara kuantitatif dengan menggunakan pengertian penampang lintang. Hal tersebut didefenisikan oleh eksperimen berikut. Jika berkas dari netron netron yang mono energi bertumbukan dengan target yang tipis dengan ketebalannya X dan luas Q. Jika n adalah netron per cm³ dan v adalah kecepatan netron netron maka Intensitas berkas adalah : I = n v...(2.1) Karena netron bergerak dengan jarak v dalam 1 detik sehingga semua netron netron dalam volume vq didepan target akan menumbuk target dalam 1 detik, 4

sehingga : nvq = IQ, IQ/Q = I, adalah merupakan jumlah netron netron yang menumbuk target per cm² / detik. Karena inti kecil dan target dianggap tipis, maka sebagian besar netron netron yang bertumbukan dengan target pada umumnya melewati target tanpa berinteraksi dengan beberapa inti. Jumlah dari netron yang bertumbukan berbanding lurus dengan intensitas berkas, kerapatan atom N target dan luas Q, serta ketebalan target X. Berdasarkan hasil penyelidikan dapat disimpulkan dengan persamaan sebagai berikut: Jumlah tumbukan per detik = σinqx...(2.2) (dalam seluruh target) Dengan σ adalah konstanta pembanding yang disebut dengan penampang lintang. Faktor NQX dalam persamaan 2.2 adalah jumlah total inti dalam target. Jumlah tumbukan per detik dengan satu inti adalah tepat sama dengan σi. Maka σ adalah sama dengan jumlah tumbukan per detik dengan satu inti per satuan intensitas berkas. Ada cara lain untuk membuat konsep penampang lintang. Total netron netron yang bertumbukan perdetik adalah IQ. Sedangkan interaksinya dengan beberapa inti adalah σi, maka dapat disimpulkan untuk itu adalah : σ = σ... (2.3) Adalah probabilitas berkas netron yang menumbuk inti. Dari persamaan akan terlihat bahwa σ mempunyai satuan luas. Sesungguhnya, σ adalah tidak lebih dari luas penampang lintang yang efektif yang disebut dengan penampang lintang, dilambangkan dengan σ. Penampang lintang netron dinyatakan dalam satuan barn yang disimbolkan dengan huruf b, 1 barn sama dengan cm². Dianggap berkas netron menumbuk seluruh target. Walaubagaimanapun juga, dalam beberapa eksperimen bahwa sesungguhnya berkas netron mempunyai diameter 5

lebih kecil dari diameter target. Rumus 2.3 masih dipakai hanya saja sekarang Q merupakan daerah berkas sebagai ganti daerah target. Dan defenisi dari penampang lintang tetap sama. Masing masing proses yang digambarkan dalm seksi 2.1 yang merupakan interaksi netron netron dengan inti, ditunjukan oleh karkteristik penampang lintang. Hamburan elastis digambarkan oleh penampang lintang elastis ( σ ѕ), hamburan inelastis oleh penampanglintang in-elastis (σi), reaksi (n,ɤ) atau penangkapan radiasi oleh penampang lintang penangkapan, fisi oleh penampang lintang fisi σ dan sebagainya. Jumlah dari semua penampang lintang untuk semua kemungkinan terjadinya interaksi yang disebut penampang lintang total disimbolkan dengan σ yaitu : = + + + +... (2.4) Penampang lintang total adalah ukuran ukuran dari berbagai interaksi yang akan terjadi ketika netron menumbuk target. Jumlah penampang lintang dari semua reaksi penyerapan yang disebut penampang lintang penyerapan, disimbolkan dengan σ, Yaitu sebagai berikut : = + + + +... (2.5) Dengan adalah penampang lintang reaksi (n,p), dan adalah penampang lintang reaksi (n,α). penyerapan. Fisi yang terdapat pada persamaan (2.5) dinyatakan sebagai suatu proses Dengan yang telah diuraikan sebelumnya, penampang lintang ini jumlah probabilitas suatu tumbukan dari berbagai tipe yang terjadi. Karena QX adalah volume total target, jika persamaan dibagi dengan volume total ini akan menghasilkan kerapatan tumbukan ( F ) yang diberikan dengan rumus : 6

F = I N...(2.7) Hasil kali kerapatan atom dengan penampang lintang seperti yang terdapat pada persamaan diatas sering ditemui dalam persamaan (2.7) teknik nuklir, dengan N σ = Ʃ yang disebut penampang lintang makroskopik, sedangkan N = adalah penampang lintang hamburan makroskopik dan lain lainnya. Karena N satuannya dan σ adalah cm² maka satuannya Ʃ adalah. Dalam bentuk penampang lintang makroskopik maka persamaan dapat ditulis sebagai berikut : F = I... (2.8) 2.3 ATENUASI NETRON Dalam seksi ini digunakan target tebal, dengan ketebalan X yang diletakkan dalam satu arah berkas dengan intensitas, dan sebuah detektor netron diletakkan di belakangnya dengan jarak tertentu. Dengan anggapan bahwa target dan detektor begitu kecil, dan detektor membentuk sudut kecil terhadap target. Dalam peristiwa ini setiap netron yang bertumbukan di dalam target akan melepaskan cahaya, dan hanya netron tersebut yang tidak berinteraksi, kemudian masuk ke detektor. Jika I (X) intensitas dari neutron neutron yang tak bertumbukan setelah masuk ketarget sejauh x. Kemudian dalam melewati pertambahan jarak dx intensitas berkas yang tidak bertumbukan akan dikurangi oleh jumlah neutron neutron yang bertumbukan dalam target tipis dengan luasnya 1 cm² dan mempunyai ketebalan dx. Dalam persamaan (2.2) pengurangan intensitas diberikan oleh - d I (x) = N I (x) dx = I (x) dx... (2.9) Persamaan (2.9) dapat diintegrasi menghasilkan I (X) =... (2.10) Intensitas neutron neutron yang tidak bertumbukan menurun secara eksponensial terhadap jarak dalam target. Intensitas berkas dari neutron neutron yang tidak bertumbukan yang muncul dari target adalah 7

I (X) =... (2.11) Intensitas inilah yang diukur oleh detektor. Jika target sangat tebal seperti pada pelindung radiasi, yang menyebabkan hampir semua neutron datang akan mempunyai sekurang kurangnya satu tumbukan dalam target, sehingga bagian terbesar dari neutron neutron yang muncul akan mengalami hamburan dengan target. Karena neutron neutron tertentu saja yang dapat memenuhi persamaan 2.11. Jadi persaman ini tidak dapat dipakai untuk menghitung keefektivitas dari sebuah pelindung (shield). Dan juga akan dapat mengabaikan bagian terbesar komponen terpenting dari radiasi yang muncul yaitu neutron neutron yang dihamburkan. Jika persamaan (2.9) dibagi dengan I (x), maka akan diperoleh sbb : - = dx... (2.12) Kuantitas di (x) adalah jumlah intensitas netron diluar jumlah I (x) yang bertumbukkan dalam dx, sedangkan di (x) /I (x) adalah probabilitas netron yang tidak mengalami tumbukkan sampai ketebalan x, dan yang akan mengalami tumbukkan dalam dx berikutnya. Oleh karena itu dx pada persamaan (1.12) adalah probabilitas netron yang akan mengalami tumbukkan dalam dx berikutnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adalah probabilitas suatu netron per satuan panjang jejak yang akan mengalami tumbukkan selama netron tersebut bergerak dalam medium. Perbandingan I(x) / = adalah probabilitas netron sampai ketebalan x tanpa mengalami tumbukan. Kuantitas p(x) dx adalah probabilitas netron yang mempunyai tumbukkan pertamanya dalam dx setelah x. Hal ini sama dengan probabilitas netron yang bertumbukan dalam dx dikali dengan probabilitas netron yang tanpa mengalami tumbukkan sampai ketebalan x. p(x) diberikan oleh : 8

P (x) dx =. dx = dx adalah probabilitas netronper satuan panjang jejak. Jarak rata rata dari satu netron yang bergerak diantara tumbukan tumbukan disebut jalan bebas rata rata ( mean free path ). Kuantitas ini disimbolkan dengan λ, adalah sama dengan harga rata rata x, jarak yang ditempuholeh satu netron tanpa mengalami satu tumbukan. Fungsi probabilitas adalah : λ = x p (x) dx = x dx = 1/... (1.13) Berikutnya satu campuran homogen dari dua macam inti x dan y yang kerapatannya dan atom/cm³, dan mempunyai penampang lintang dan untuk beberapa interaksi tertentu. Probabilitas per unit path dari satu netron yang bertumbukan dengan inti, untuk tipe pertama adalah =. Dan untuk inti tipe kedua adalah =. Jadi probabilitas total per unit path dari interaksi satu netron dengan inti yang pertama maupun terhadap inti yang kedua, adalah Ʃ = + = +... (2.14) Jika inti atom atom tersebut terikat dalam satu molekul maka persamaan (2.14) dapat digunakan untuk mendefenisikan suatu penampang lintang ekivalen untuk molekul. Hal ini dapat dikerjakan dengan sederhana yaitu dengan jalan membagi penampang lintang makroskopik dari campuran tersebut dengan jumlah molekul per satuan volume. N adalah molekul molekul per cm³, sedangkan = mn dan = n N dan dari persamaan 2.14 maka penampang lintang untuk molekul adalah : 9

σ = = m + n...(2.15) Persamaan 2.14 dan 2.15 berdasarkan pada asumsi bahwa inti X dan Y bergerak sendiri sendiri satu sama lainnya bila mereka berinteraksi dengan netron. Ini berlaku untuk semua interaksi netron kecuali hamburan elastis oleh molekul dan zat padat. Penampang lintang hamburan energi rendah untuk zat zat seperti ini harus diperoleh melalui percobaan. 2.4 Data Penampang Lintang Netron Semua penampang lintang netron adalah fungsi dari energi netron datang, karakteristik inti target. Faktor faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam memilih bahan bahan nuklir. Kebanyakan data penampang lintang yang dibutuhkan untuk kegunaan umum, diperoleh dari BNL 325. Sebelumnya diterangkan dulu tentang data, karena data penting untuk memikirkan mekanisme interaksi netron dengan inti. Pembentukan Inti Gabungan Kebanyakan interaksi netron diawali dengan dua langkah, netron datang, tumbukan netron dengan inti target membentuk inti gabungan. Jika inti target adalah, inti gabungan menjadi. Inti gabungan tersebut dapat meluruh dalam berbagai cara. Misalnya jika netron dengan energi 1 MeV menumbuk target, inti gabungan akan menjadi. Dan inti gabungan ini akan melurh dengan jalan mengemissi netron elastis atau netron inelastis. Satu ciri atau bentuk tumbukkan dari interaksi yang menghasilkan inti gabungan adalah penampang lintangnya dalam keadaan maxima pada energi tertentu dari netron datang, maxima seperti itu disebut Resonansi. Selanjutnya jika netron menumbuk inti akan terbentuk inti gabungan dalm suatu keadaan tereksitasi yang mempunyai energi sama dengan energi kinetik netron 10

datang ditambah dengan energi pemisahan atau energi ikat netron dalam inti gabungan. Hamburan Elastis Penampang lintang hamburan elastis sebagai fungsi energi netron datang dapat dibagi dalam 3 daerah yang berbeda beda. Pertama, daerah energi rendah, mendekati konstan. Hamburan dalam daerah ini tidak terjadi oleh pembentukan inti gabungan, hanya saja karena ada gaya dari inti target sewaktu dilewati netron. Penampang lintang untuk potensial hamburan adalah : (potensial hamburan) = 4Л R²... (2.16) dengan R adalah jari jari inti. Diatas daerah potensial hamburan adalah daerah resonansi selama pembentukan inti gabungan. Pada saat energi masih lebih tinggi, resonansi berkumpul sampai sedemikian besar yang mana masing masing resonansi tidak dapat lagi dipecahkan dan dalam daerah inti Turun dengan lambat setiap pertambahan energi. FISI (Pembelahan) Ketika netron menumbuk inti fisile, hasilnya akan selalu mengalami fisi. Sudah umum terjadi jika netron berinteraksi dengan inti mungkin dihamburkan secara elastis, netron netron ini mungkin diserap dalam penangkapan radiasi dan sebagainya. Suatu inti yang mengalami fisi, akan membelah menjadi dua atau lebih. Kenyataannya fisi simetri jarang terjadi. Fisi adalah a simetri sehingga massa kedua bagian tersebut, pada dasarnya sangat berbeda, dimana medan hasil fisi adalah persentase dari fragmen fragmen fisi yang dihasilkan dengan nomor massa, adalah ditunjukkan sebagai fungsi dari A, untuk fisi yang disebabkan oleh netron termal dalam. dengan meningkatnya energi netron datang, fisi menjadi lebih simetri. Ketika hasil fisi terbentuk pertama kalinya, hasil ini secara berturut turut menghasilkan netron, yaitu mereka mengandung lebih banyak netron dari pada yang dibutuhkan untuk stabilitasnya, sehingga akibatnya mereka meluruh dengan 11

mengemisi berturut turut sinar, yang diikuti oleh sinar ɤ. Contohnya isotop (palladium- 115) dihasilkan langsung dalam fisi dan meluruh secara berantai. Ag Cd In (stabil). Banyak hasil fisi yang meluruh secara berantai dari macam ini telah dapat diidentifikasikan dan dapat ditarik kesimpulan dari data pada daftar nuklida nuklida. 12

KESIMPULAN 1. Jika inti yang ditinggalkan setelah terjadi interaksi dengan neutron mengalami eksitasi maka dapat meluruh dengan mengemisi sinar γ. Emisi sinar γ dapat merusak DNA, mengakibatkan luka bakar, merusak jaringan sel sehatdan mengakibatkan kerusakan organ dan menyebabkan kematian. Selain dampak negative, terdapat dampak positif yaitu dapat membunuh mikroorganisme yang bisa memperpanjang tempo penyimpanan makanan kaleng atau makanan yang dikemas, penyembuhan kanker, serta sebagai bahan senjata nuklir. 2. Keradioaktifan hasil hasil fisi adalah penyebab dari sejumlah masalah dalam pemanfaatan energi nuklir. Untuk suatu hal, hasil hasil fisi terakumulasi dalam suatu operating reaktor sebagai bahan bakar yang mengalami fisi, dan perluasan dalam tindakan pencegahan harus menjamin bahwa unsur unsur yang radioaktif tersebut tidak akan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Selanjutnya panas yang dilepaskan oleh hasil fisi yang meluruh dapat sangat besar, sehingga reaktor harus didinginkan setelah shutdown untuk mencegah kerusakan bahan bakar. 3. Emisi radiasi yang terus menerus dari hasil hasil fisi juga cenderung untuk menjadi bagian dari reaktor yang tidak dapat teratasi setelah reaktor shutdown, karena hasil hasil fisi menyimpan bahan bakar yang radioaktifnya tinggi. Ketika dipindahkan dari reaktor harus didinginkan yang biasanya memakan waktu yang cukup lama sebelum dapat di proses. 13

DAFTAR PUSTAKA Burcham, W.E., Nuclear Physics. New York : Mc Graw-Hill, 1963,Part D. Foderaro, A., The Elements of Neutron Interaction Theory. Cambridge, Mass: MIT Press, 1971. Glasstone, S., And A. Sesonske, Nuclear Reactor Engineering. New York: Van Nostrand, 1967, Chapter 2. Lamarsh, J.R., Introduction to Nuclear Reactor Theory, Reading Mass., : Addison-Wesley, 1966, Chapter 2 and 3. 14