SUARA TAMBANG. Perebutan saham PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) Tambang Newmont Nusa Tenggara dalam Pusaran Politik Rente

dokumen-dokumen yang mirip
SUARA TAMBANG. Keinginan pemerintah Republik Indonesia untuk. Renegosiasi Kontrak Tambang, Soal Keberanian Pemimpin?

Oleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah

Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 1 November 2011

SUARA TAMBANG. Menimbang Manfaat PT Freeport Bagi Indonesia PT Freeport Indonesia (PT FI) telah beroperasi

Tambang untuk Kemakmuran Rakyat:

Tambang Batu Hijau, Indonesia

Tambang Newmont Nusa Tenggara dalam Pusaran Politik Rente. Indonesia Corruption Watch Jakarta, 10 Juni 2011

Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 20 November :02 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 20 November :20

Pemerintah Memastikan Larangan Ekspor Mineral Mentah

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KERJA MENTERI KEUANGAN DENGAN KOMISI XI DPR-RI

Apa alasan Freeport inengajukan perpanjangan kontrak karya di Papua hingga 2041?

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA.

CAPAIAN SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA SEMESTER I/2017

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

Indonesia for Global Justice (IGJ, Seri Diskusi Keadilan Ekonomi. Menguji Kedaulatan Negara Terhadap Kesucian Kontrak Karya Freeport, Kamis, 13 Juli

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

Tadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu

KEBIJAKAN EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN HASIL PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

Kontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI

Dilema Ancaman PHK dan UU Minerba. Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 08 Januari :27 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 Januari :29

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA

SUARA TAMBANG. Amanat Undang-undang Dasar 1945, bumi dan air diperuntukkan. Hutang Pajak Migas, Menanti Ketegasan Direktorat Jenderal Pajak

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAGIAN I KAJIAN HUKUM ATAS DIVESTASI SAHAM BIDANG PERTAMBANGAN DI INDONESIA (STUDI KASUS PT. NEWMONT NUSA TENGGARA DAN PT. FREEPORT INDONESIA)

I. PEMOHON DAN TERMOHON I.1 PEMOHON Presiden Republik Indonesia, selaku Kepala Pemerintahan Republik Indonesia

Menggali Kehancuran di Sunda Kecil

BAB V PENUTUP Salah satu hal yang diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan nasional dalam UU Minerba adalah adanya kewajiban

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SULAWESI UTARA MASA PERSIDANGAN II TAHUN DESEMBER 2017

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7

Divestasi Minerba tak Kunjung Pasti, Pengaturan tak Tegas? Oleh : Olsen Peranto *

Oleh Rangga Prakoso. Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

Dini Hariyanti.

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

n.a n.a

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Haruman, 2008) (Sari dan Riduan, 2011) Zarkasyi (2008:36)

Upaya Peningkatan Kerjasama INDONESIA - AS DI SEKTOR PERTAMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

Kewenangan antar Lembaga Negara antara Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

BAB IV UPAYA PT NEWMONT DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA. Dalam penerapan kebijakan pemerintah terkait dalam UU minerba no 4

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Oleh: Hendra Sinadia/Resources

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

ANALISIS DAN REKOMENDASI SUMBER-SUMBER PENERIMAAN DAERAH DARI BAGI HASIL SUB SEKTOR PERKEBUNAN

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman

Nama Pusat Investasi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM

MENURUT UUD Pihak TERMOHON I, TERMOHON II dan para Ahli yang kami hormati;

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas sebagai sumber pemasukan negara. Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa: "cabang-cabang produksi

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

MEMBONGKAR MAFIA EKSPOR TIMAH ILEGAL INDONESIA. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 2 Mei 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI...

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015

PEMERINTAH DIGUGAT PERUSAHAAN TAMBANG INDIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan

REPORT MONITORING TERHADAP SENGKETA PEMERINTAH INDONESIA DAN FREEPORT 2017 INDONESIA FOR GLOBAL JUSTICE

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

BAB II PERDAGANGAN BERJANGKA

Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. RENEGOSIASI KONTRAK KARYA (KK) / PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B)

NERACA BAHAN BAKAR BATUBARA SAMPAI DENGAN TAHUN 2040

Informasi Mengenai LSM itu Hak Publik

PENGGUGAT KONTRAK KARYA FREEPORT TAK PUNYA LEGAL STANDING

2016, No Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, diatur penjualan ke luar negeri dalam jumlah terten

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS KARANGASEM SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VI. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil Temuan Analisis Simulasi Input-Output Sumbawa Barat dan Keunggulan Komparatif Wilayah

BAB I PENDAHULUAN Kondisi umum Tujuan dan Sasaran Strategi 1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Transkripsi:

SUARA TAMBANG Mendorong Transparansi Industri Ekstraktif Indonesia PENGANTAR Tambang Newmont Nusa Tenggara dalam Pusaran Politik Rente Perebutan saham PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) bukan tanpa alasan. Ibarat pepatah ada gula ada semut, maka saham PT NNT menarik berbagai kalangan untuk turut menikmati legitnya keuntungan bisnis tambang. Dari sisi bisnis pertambangan, tambang Batu Hijau Newmont merupakan salah satu wilayah dengan kandungan emas dan tembaga paling kaya di dunia. Bahkan jika dilihat dari jumlah kandungan dan kadarnya, tambang Newmont didominasi tembaga (copper), yang mencapai lebih dari 60% total pendapatan PT NNT. Berdasarkan catatan ICW, setidaknya ada beberapa isu menarik dari PT NNT yang membuatnya menjadi rebutan banyak pihak. Pertama, jumlah kandungan dan kadar konsentrat tambang PT NNT merupakan salah satu yang terkaya di dunia. Kedua, biaya produksinya termasuk yang terendah diantara site Newmont Co di dunia. Ketiga, kebutuhan produk logam yang terus naik, khususnya tembaga dan emas, membuat harga logam terus meroket dan semakin memenuhi pundipundi keuntungan. Bicara tentang Newmont, mau tidak mau kita akan sampai pada perdebatan kewajiban divestasi perusahaan untuk melepaskan sebagian sahamnya. Perlu diketahui, semangat divestasi bukanlah sekadar pelepasan saham kepada pihak Indonesia. Tetapi juga bagaimana penguasaan tambang, pengawasan, dan pengelolaan yang sebesar besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Divestasi bukanlah pemberian saham gratis, melainkan meliputi pula persoalan kewajaran harga saham serta evaluasi menyeluruh. Siapa yang menjadi prioritas, dari mana sumber dananya, kesiapan dan kemampuan sumber daya manusia, harus benar-benar disiapkan. Belajar dari pengalaman, proses divestasi KPC 2002 pada akhirnya tidak menguntungkan pemda Kabupaten Kutai Timur, malah buntung dan berujung dikurung. Isu lainnya, optimasi penerimaan negara dan dana bagi hasil tambang untuk mengamankan penerimaan negara. Perlu pengawasan khusus terkait jumlah cadangan dan kadar kandungan, jumlah produksi/penjualan dan harga penjualan. Tak kalah penting, pengawasan terhadap optimasi penerimaan negara (baik dari royalti, landrent, dan pajak), dampak ekonomi nasional dalam sekala luas berupa pemenuhan kebutuhan domestik, industri hilir tambang (smelting) dan penggunaan kandungan lokal, besaran tarif royalti per komoditi dan besaran kewajiban pajak, kewajaran dan kepatuhan pembayaran pajak. Sebagian anggota DPR Komisi VII menolak pembelian 7% saham PT NNT oleh pemerintah, dan akan meminta audit oleh BPK. Dalam konteks pembelajaran dan transparansi industri tambang, audit merupakan salah satu cara untuk mengetahui kewajaran proses dan melihat dugaan kerugian negara, pusat dan daerah. Jika akan dilakukan audit oleh BPK, maka seharusnya dilakukan audit menyeluruh mulai dari proses awal divestasi sebesar 24% yang jatuh kepada konsorsium pemda NTB dan Multi Capital, hingga rencana pembelian saham 7% oleh pemerintah pusat. Kisruh divestasi Newmont merupakan salah satu pintu masuk untuk melakukan negosiasi kontrak karya tambang. Tergantung sejauh mana keseriusan pemerintah, mari kita tunggu. Firdaus Ilyas, Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch (ICW) 1

TEMA UTAMA Royalti dan Kisruh Foto: PERHAPI NTB Divestasi Newmont Kementerian Hukum dan HAM belum memutuskan siapa yang berhak memegang jatah 7% saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT). Semakin lama ditunda, semakin kita merugi karena kehilangan kesempatan untuk mengambil alih saham. Meskipun terlambat dari jadwal divestasi yang seharusnya sudah selesai pada tahun 2010, Pusat Investasi Pemerintah (PIP) akhirnya membeli saham 7% tahap terakhir dari 31% saham yang seharusnya didivestasi. Sebelumnya, 17,8% saham telah dimiliki oleh PT. Pukuafu Indah (PT PI) dan 2,2% dikuasai PT. Indonesia Masbaga Investama (PT IMI). Kepemilikan oleh PT IMI sempat menjadi polemik karena diindikasikan dana yang digunakan untuk membeli saham dari PT PI berasal dari uang PT NNT sehingga dikhawatirkan tidak mengutamakan kepentingan nasional Indonesia. Proses pembelian oleh PIP juga diwarnai tarik ulur dan kesan rebutan saham antara pemerintah pusat dan pemda NTB yang disokong perusahaan swasta nasional grup usaha salah satu petinggi parpol. Tarik ulur ini terjadi karena dari aspek bisnis 2

tambang Batu Hijau PT NNT termasuk salah satu yang terbaik di dunia. Jumlah kandungan dan kadar konsentratnya sangat tinggi, dengan biaya produksi terendah diantara sejumlah lokasi tambang milik Newmont Mining Co. (NMC). Pada 2010, biaya produksi hanya mencapai US$ 0,69/ ponds untuk tembaga dan US$ 237/ounce untuk emas. Padahal, dalam situasi kebutuhan produk logam yang terus naik seiring dengan harga yang terus melonjak, sejak 2001 hingga 2011 harga tembaga naik tajam dari sekitar US$ 0,72/pounds menjadi US$ 4,41/pounds atau US$ 1.440/ton hingga US$ 8.820/ton. Pembayaran royalti Ada satu hal mencurigakan dalam Kontrak Karya PT NNT. Tembaga, sebagai sumber pendapatan utama perusahaan, justru tidak dikenakan kewajiban pembayaran royalti. Kontrak hanya mengenakan royalti terhadap emas, perak, dan platina, sementara royalti tembaga tidak dicantumkan. Karena kontrak karya tidak mencantumkan royalti tembaga, maka PT NNT memberlakukan perhitungan royalti berdasarkan SK Dirjen Pertambangan Umum No 310/20.01/DJP/2000, tentang ketentuan pembayaran royalti tembaga. Perhitungannya, jika penjualan tembaga/triwulan >80.000 ton, maka royaltinya US$ 55/ton, jika <80.000 ton sebesar US$ 45/ton. PP No 13 Tahun 2000 dan PP No 45 Tahun 2003 mengatur tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak di Kementerian ESDM menetapkan tarif lebih tinggi untuk royalti tembaga. Sayangnya, aturan yang tingkatnya lebih tinggi dari SK Menteri ini tidak diambil sebagai rujukan dalam kontrak PT NNT. Dengan demikian, pembayaran royalti tembaga oleh PT NNT termasuk paling rendah. Induk perusahaan PT NNT, Newmont Mining Corporation (NMC), memiliki tambang emas dan tembaga diantaranya di Nevada, Western Australia, Peru, dan Northern Territories. Tarif royalti yang digunakan jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia yaitu 5%-18%, kecuali Peru yang masih menggunakan 1%-3%. Besar kecilnya royalti ini akan berdampak pada dana bagi hasil yang diterima oleh pemerintah Indonesia, termasuk Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat yang menjadi lokasi tambang Batu Hijau. Persentase bagi hasil royalti adalah 20% untuk pusat dan 80% untuk daerah. Dari 80% ini dibagi lagi untuk pemerintah provinsi 16%, pemerintah kabupaten/kota penghasil 32%, dan pemerintah kabupaten/kota lainnya prorata dari 32%. Industri pengolahan Setiap perusahaan pemilik KK pertambangan diwajibkan membangun industri pengolahan (smelter) di dalam negeri. Sejauh ini, industri pengolahan yang telah beroperasi adalah PT Smelting Gresik yang 30% bahan mentahnya diambil dari PT NNT. PT NNT hingga saat ini belum berminat membangun smelter sendiri ataupun bekerjasama dengan pihak lain. Pembangunan smelter bertujuan mengoptimalkan nilai tambah produk, menjamin ketersediaan bahan baku industri, menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan penerimaan negara. Kewajiban pengolahan di dalam negeri diamanatkan dalam UU No 4 Tahun 2009. Pemegang KK yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian selambat-lambatnya 5 tahun sejak UU ini disahkan yaitu tahun 2014. Sejauh ini, konsentrat yang dihasilkan dari lokasi tambang Batu Hijau dikirim ke berbagai negara seperti Jepang 20-30%, Australia, Korea 25%, India dan negaranegara di Eropa sebesar 15%. Selain dengan pembangunan smelter, peningkatan nilai tambah hasil tambang dapat dilakukan dengan memberlakukan Domestic Market Obligation (DMO) mineral yang bertujuan menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri. Atau, bisa juga diterapkan Bea Keluar untuk barang-barang ekspor strategis seperti yang diberlakukan pada kelapa sawit dan biji kakao. Terbukti, strategi ini cukup berhasil untuk menggerakkan industri pengolahan kedua komoditi ini. Mouna Wasef 3

WAWANCARA Proses pembelian saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) oleh sebesar 7 persen oleh pemerintah tidak berjalan mulus. Hingga kini proses masih terhambat di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang belum juga mengeluarkan ijin. Marwan Batubara Pemerintah Harus Beli Saham Newmont Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara menyayangkan kekisruhan yang berlarut. Padahal, menurut Marwan, semakin lama perusahaan ekstraktif itu dikuasai asing, semakin berkurang kesempatan pemerintah untuk mengambil peluang mendapatkan keuntungan. Pemerintah harus segera masuk, agar bisa turut mengelola perusahaan dan menjamin penerimaan royalti serta pajak, jelas Marwan saat ditemui usai diskusi Divestasi Saham Newmont yang diselenggarakan ICW, Jumat (10/6/2011). Pemerintah, menurut Marwan, sebaiknya segera membeli 7 persen saham divestasi terakhir yang diatur dalam kontrak karya PT NNT, dan kemudian beraliansi dengan pemegang saham sebelumnya dari unsur pemerintah daerah dan perusahaan swasta nasional yakni PT Multi Daerah Bersaing (MDB), Pukuafu Indah (PI), dan Indonesia Masbaga Investama (IMI). Jika mampu menggalang kekuatan bersama, maka sebanyak 51 persen saham akan dikuasai Indonesia. Berikut petikan wawancara Farodlilah Muqoddam dari ICW dengan Marwan Batubara: Mengapa pemerintah harus masuk, membeli 7 persen saham PT NNT? Jika pemerintah memiliki saham, terlebih bila berhasil menggalang kekuatan dengan pemilik saham lain dari kalangan perusahaan swasta nasional dan pemerintah daerah, pemerintah akan mampu menempatkan wakil dari Indonesia menjadi anggota direksi. Dengan begitu wakil kita akan berkesempatan masuk ke manajemen, yang menjalankan perusahaan sehari-hari. Dia juga punya kesempatan menentukan kebijakan, agar perusahaan membayar pajak tanpa manipulasi. Kalau dibiarkan terus perusahaan dikuasai asing, kondisinya akan seperti sekarang, kita ditipu terus. Kenapa pemerintah pusat yang harus masuk, bukankah pemerintah daerah yang lebih punya kepentingan? Memang harus pusat, karena faktanya pemerintah daerah tidak mampu. Akan tetapi ketidakmampuan pemerintah daerah ini saya lihat lebih ke persoalan politik. Karena sebenarnya bisa saja daerah mencari orang ke Jakarta untuk diangkat, tentu saja yang dicari adalah orang yang memiliki kapasitas dan jujur. Masalahnya, kemampuan yang rendah itu terjadi bukan by accident, tapi by design. Karena ada pihak-pihak yang punya kepentingan untuk terus mengendalikan, daerah cukup dipinjam suaranya. Apakah dimungkinkan, penggalangan saham dengan PT Pukuafu Indah yang telah aman dengan kepemilikan 17,8 persen saham, juga pemilik saham lainnya? Makanya penting diketahui, apakah ini benar benar perusahaan swasta nasional atau perusahaan alibaba. Kalau alibaba itu kan repot, si ali yang terlihat di depan, tapi si baba yang sebenarnya mengendalikan. Baba ini bisa saja bule atau orang Jepang. Kalau perlu disampaikan saja ke publik, apakah ini benar swasta nasional, atau jangan-jangan selama ini manipulasi. Tapi kalau benar ini perusahaan swasta nasional yang berkomitmen, proses penggalangan saham itu tentu bisa saja dilakukan. Ini penting agar kita sebagai bangsa bisa mendominasi berjalannya perusahaan itu. Keuntungannya? Dividen lebih besar. Selain itu, wakil dari kita bisa turut mengelola dan mengendalikan hal-hal terkait finansial, kebijakan serta masalah-masalah strategis untuk diarahkan kepada kepentingan nasional. Salah satu yang paling penting, royalti tidak akan bisa dimanipulasi, karena ada orang kita di dalam. Jika pengelola adalah asing, tidak akan mungkin memikirkan kepentingan nasional. Potensi kekurangan penerimaan negara akibat manipulasi royalti dan pajak sangat besar. Apakah KPK bisa masuk? Sepanjang yang saya catat, ketika beruhubungan dengan Minerba (mineral dan batubara), KPK tidak pernah masuk. Alasannya macam-macam, misalnya, tidak ada sumberdaya. Tapi saya pikir ini lebih pada ada atau tidaknya kemauan. Kalau perlu, KPK bisa membentuk divisi khusus yang menangani permasalahan ekstraksi. Dila 4

KABAR KALIBATA Pemerintah Harus Ambil Alih Saham Newmont Indonesia Corruption Watch (ICW) mendesak pemerintah segera mengevaluasi kontrak karya perusahaan ekstraktif yang berpotensi merugikan negara. Negara harus mengambil peran lebih besar untuk mengelola industri ekstraktif. Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW, Firdaus Ilyas, mengatakan, selama ini negara menanggung kerugian hingga trilyunan rupiah akibat tidak maksimalnya penerimaan negara dari royalti yang dibayarkan perusahaan ekstraktif. Selain itu, penerimaan negara dari pajak juga seringkali dimanipulasi. Dari hasil kajian ICW terhadap PT Newmont Nusa Tenggara pada tahun 2004-2010, total kerugian negara akibat kekurangan penerimaan royalti adalah sebesar US$ 237,4 juta. Pemerintah harus melakukan pengawasan lebih ketat, salah satunya dengan cara turut mengelola perusahaan ekstraktif yang mengeruk kekayaan sumber daya alam Indonesia. Agar pengawasan lebih maksimal, negara harus memiliki saham dan menempatkan wakil dalam jajaran direksi. Pengambil-alihan saham oleh negara ini bisa dilakukan melalui konsorsium nasional yang melibatkan institusi pusat dan pemerintah daerah. 51 persen saham harus dimiliki negara, tukas Firdaus dalam diskusi Divestasi Saham Newmont di Jakarta, Jumat (10/6/2011). Marwan Batubara, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) menambahkan, kepemilikan negara terhadap saham PT Newmont Nusa Tenggara ini penting, sebab dapat mengoptimalkan peran pengawasan dan kontrol negara untuk kepentingan nasional. Negara juga dapat mengawal agar royalti, pajak dan segala kewajiban perusahaan benar-benar dibayarkan sesuai ketentuan. Konsorsium diperlukan agar porsi saham pemerintah berada di level mayoritas dan bisa menempatkan orang di jajaran direksi perusahaan tersebut, ujarnya. Dengan menempatkan wakil Indonesia di tingkat direksi atau komisaris, negara dapat mengendalikan dan mengetahui lebih detail mengenai hasil produksi tambang dan penerimaan royalti dari PT. NNT. Tentu saja, ada prasyarat khusus untuk wakil negara dalam direksi newmont, yakni harus kompeten dan memiliki integritas. PT NNT yang beroperasi di Batu Hijau, Nusa Tenggara Barat, merupakan tambang tembaga terbesar kedua di Indonesia setelah PT Freeport Indonesia. Selain tembaga, tambang ini juga mengekstraksi emas dan perak. Dari aspek bisnis, tambang Newmont sangat menjanjikan dan menarik banyak pihak untuk menguasainya. Saat ini komposisi pemegang saham PT NNT adalah Newmont & Sumitomo (NTP) 49%, Multi Daerah Bersaing (MDB) 24%, Pukuafu Indah (PI) 17,8%, Indonesia Masbaga Investama (IMI) 2,2% dan Pemerintah RI 7% yang kesemuanya berjumlah 51% dan merupakan pengendali atau operator. Dila Anggota DPRD Sumbawa Barat Kunjungi ICW Sejumlah 11 anggota DPRD Sumbawa Barat yang tergabung dalama Panitia Khusus (Pansus) Konsentrat PT Newmont Nusa Tenggara, melakukan kunjungan kerja ke sekretariat Indonesia Corruption Watch (ICW), Jumat (27/5/2011). Pansus berdiskusi mengenai sistem kontrak karya dan divestasi PT NNT di Sumbawa Barat. Salah seorang anggota DPRD, M Saleh, yang ditemui usai diskusi mengatakan, Pansus ini dibentuk untuk menelusuri indikasi kecurangan yang menyebabkan kerugian negara. PT NNT ditengarai tidak jujur dalam melaporkan kandungan konsentrat sehingga nilai penerimaan negara dari Dana Bagi Hasil (DBH) dan sewa lahan (landrent) tidak maksimal. Kami mencoba mencari data dari pusat, ICW dan Kementerian ESDM, serta akan melakukan investigasi di daerah, kata Saleh. Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW, Firdaus Ilyas, mengatakan, kekurangan penerimaan negara terjadi karena tarif royalti yang ditetapkan pemerintah terlalu rendah. Tarif royalti emas dan perak menurut Keputusan Dirjen Pertambangan Umum tanggal 24 Februari 2000 hanya sebesar 1-2 persen dari harga penjualan. Royalti ini jauh lebih rendah dari tarif yang ditetapkan untuk PT Freeport Indonesia, yakni 3,5 persen, tegas Firdaus. Surat keputusan Dirjen itu, juga tidak sejalan dengan Peraturan Pemerintah No 13 tahun 2000 dan PP No 45 tahun 2003, yang menetapkan tarif royalti tembaga sebenar 4 persen dari harga penjualan. Tarif royalti yang terlalu rendah, semakin diperparah dengan dugaan mark-down nilai penjualan mineral hasil ekstraktif. Harga penjualan yang dijadikan patokan perhitungan royalti seringkali lebih rendah dibanding harga pasar. Dari perhitungan ICW, kekurangan penerimaan negara akibat pembayaran royalti yang tidak sesuai selama periode 2004-2010 sebesar 237,4 juta dolar AS. Selain itu, biaya sewa lahan (landrent) senilai 3 AS dolar perhektar lahan juga tidak sebanding dengan dampak ekologis yang disebabkan oleh pertambangan. Penerimaan negara yang hanya 3 dolar perhektar, tidak sebanding dengan kerusakan hutan, banjir, dan pencemaran lingkungan yang berdampak buruk terhadap masyarakat, tukas Firdaus. Dila 5