BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang.

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BABI PENDAHULUAN. Pada saat ini terdapat 4 keadaan yang sangat berpengaruh atas dunia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diajukan oleh : Yunanto D

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

KUESIONER. Jawablah pertanyaa-pertanyaan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mengendalikan biaya operasional dengan baik agar tetap

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

FACTORY OVERHEAD COST (BIAYA OVERHEAD PABRIK)

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan. Hal itu, dikarenakan akuntansi biaya dapat membantu kelancaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Moses Laksono Singgih, M.Sc, M.Reg.Sc

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan saat ini sedang berlomba-lomba dalam memanfaatkan teknologi

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertemuan 3 Activity Based Costing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

Sistem Pengalokasian Biaya Overhead Pabrik.

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB II LANDASAN TEORI

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KALKULASI BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

BAB1I PENDAHULUAN. Di Era persaingan global yang semakin ketat sekarang ini menuntut suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

Penentuan Harga Pokok Produksi Fiberglass Berdasarkan Sistem Activity Based Costing Pada PT. Barata Pratama Unggul

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan perubahan dunia bisnis, telah menciptakan kebutuhan akan pendekatan strategi manajemen yang baru, serta dapat memberikan informasi yang akurat mengenai proses produksi dan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini digunakan dianggap tidak mampu lagi memberikan informasi yang akurat dan relevan, karena telah banyak terjadi pergeseran-pergeseran dan fungsi-fungsi proses produksi seperti tenaga kerja langsung tidak lagi merupakan faktor yang dominan dalam proses produksi. Sistem akuntansi biaya tradisional akan menghasilkan kelebihan biaya (overcost) pada produk dan volume produksi yang besar dan kekurangan biaya (undercost) pada produk dengan volume produksi yang kecil ketika terdapat diversifikasi pada operasi yang sama. Activity-Based Costing System (ABC System) adalah suatu sistem informasi yang memelihara dan memproses data terhadap aktivitas suatu perusahaan dan obyek biaya/cost object atas produk yang dihasilkan. Dengan mengidentifikasi aktivitas yang dilaksanakan, kemudian menelusuri biaya ke aktivitas dan selanjutnya menggunakan berbagai cost driver. Cost driver adalah suatu tolak ukur dari frekuensi dan intensitas dari permintaan yang ditempatkan pada aktivitas oleh objek biaya/cost object. Tujuan Activity-Based Costing System adalah untuk memahami overhead dan 1

profitabilitas produk dan konsumen, sedangkan dalam sistem akuntansi biaya Konvensional tujuannya adalah untuk menilai secara tepat persediaan dan harga pokok produk untuk pelaporan keuangan eksternal. Apabila perusahan menggunakan metode Activity-Based Costing System dalam perhitungan biaya produksi, maka informasi yang diperoleh lebih akurat karena metode ini tidak mendistorsi biaya-biaya dan menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya. Activity-Based Costing System mengidentifikasi setiap aktivitas sehingga dapat membantu pihak manajemen dalam pengendalian biaya dan memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan dalam pengambilan keputusan bisnis. Sistem akuntansi biaya tradisional telah dipercaya untuk pelaporan seluruh sumber daya yang digunakan oleh setiap unit organisasi, tetapi kurang dapat diandalkan dalam mengukur kompetisi global yang mengakibatkan pergolakan dalam setiap macam industri dan perniagaan. Activity-Based Costing System merupakan suatu teknik biaya berdasarkan aktivitas (Activity-Based Costing Techiques), ini dapat dikembangkan dan diterapkan secara lebih luas sebagai dasar untuk mencapai keunggulan perusahaan dan keuntungan kompetitif. Pada dasamya, mengembangkan suatu sistem biaya produk digunakan untuk tujuan strategik. Activity-Based Costing System digunakan pada saat ini oleh beberapa perusahaan untuk mendukung program perbaikan. Sistem akuntansi biaya konvensional tidak menggunakan unit level drive sebagai pendorong perhatian manufacturing, sebaliknya sistem biaya berdasarkan aktivitas mengidentifikasi 2

aktivitas yang diperlukan oleh setiap obyek biaya dan kuantitas driver untuk setiap aktivitas. Sistem akuntansi aktivitas yang sederhana dan efektif menggunakan pendekatan di bawah ini: 1. Menentukan aktivitas perusahaan 2. Menentukan biaya aktivitas 3. Menetukan keluaran dari aktivitas 4. Menelusuri biaya aktivitas ke tujuan biaya (biaya objectives) seperti produk, proses, dan pesanan 5. Menetukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang 6. Menilai efektivitas dan efisiensi aktivitas Activity-Based Costing System dapat membantu manajer memodifikasi bauran produk yang ada, ia juga dapat mengidentifikasi akibat dari perubahan yang direncanakan. Menurut Ray H. Garrison dan Eric W. Noreen (2000:348), struktur umum model Activity-Based Costing System yaitu: Obyek biaya (produk dan konsumen) Aktivitas Konsumsi sumber daya Biaya Adapun manfaat penerapan Activity-Based Costing System yaitu: 1. Suatu pengkajian Activity-Based Cost System dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. 2. Manajemen akan berada dalam posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar. 3

3. Activity-Based Cost System dapat membantu dalam keputusan membuat atau membeli yang manajemen harus lakukan. 4. Dengan menganalisis biaya yang dibiayai, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume yang dilakukan/diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah. 5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen mulai dapat merekayasa (Re-engineer) proses manufacturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi. Oleh karena itu, dengan beragam produk yang dihasilkan, metode akuntansi biaya tradisional tidak memberikan gambaran yang akurat tentang penggunaan sumber daya serta biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mengolahnya. adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembekuan ikan. Produk yang dihasilkan berupa fillet ( daging ikan yang dipisahkan dari tulangnya). Fillet ini menghasilkan berbagai jenis produk sesuai dengan jenis ikannya. Untuk saat ini ikan yang diproduksi adalah kakap merah untuk pasaran Eropa dan Amerika. Produk untuk kakap merah ini adalah Snapper Natural dan Snapper Portion. Hingga saat ini masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional dalam penentuan biaya produksinya. Dimana semua biaya produksi dibebankan ke produk bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Dalam Activity-Based Costing System, produk hanya dibebani biaya dari sumber daya dan aktivitas yang digunakan dan tidak dibebani oleh biaya sumber daya 4

dan aktivitas yang tidak digunakan. Metode ini menyebabkan biaya per unit yang lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke produk yang menyebabkan aktivitas. Berdasarakan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka penulis memilih judul : " Penerapan Sistem Activity-Based Costing Dalam Perhitungan Biaya Produksi Pada. 1.2 Masalah Pokok Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah pokok yang terdapat dalam penulisan ini adalah: "Apakah perhitungan biaya produksi berdasarkan metode Activity-Based Costing System dapat disajikan secara lebih akurat dan lebih efisien dari perhitungan biaya produksi berdasarkan metode biaya tradisional pada ". 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan 1.3.1 Tujuan Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk: a. Untuk menyajikan informasi biaya produk dengan menerapkan Activity-Based Costing System. b. Untuk membandingkan perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode Activity-Based Costing System dengan Akuntansi biaya Konvensional. 5

1.3.2 Kegunaan Penulisan a. Memberikan informasi, sumbangan dan Alternatif pemikiran kepada pihak manajemen perusahaan mengenai penerapan Activity-Based Costing System dalam penentuan biaya produksi yang lebih akurat. b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan cara perhitungan biaya produksi dengan menggunakan konsep ABC (Activity-Based Costing System). c. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Activity-Based Cost System baik bagi penulis maupun pihak lain. 6

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Biaya Produksi Menurut Selama ini masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional dalam menghitung biaya produksinya dengan menggunakan volume produksi sebagai dasar alokasi. 5.1.1 Pengelompokan Biaya Unsur-unsur yang membentuk biaya produksi terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). 1. Biaya langsung (direct cost) a. Biaya bahan baku aktual dan dianggarkan b. Biaya tenaga kerja aktual dan dianggarkan Jumlah biaya langsung yang terdapat pada dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Daftar Biaya Langsung No Elemen Biaya Aktual (4114 ton) Dianggarkan (4200 ton) Biaya Bahan Baku Rp. 28.800.000.000 Rp. 32.950.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 7

1 Gaji Rp. 1. 800.000.000 Rp. 2.150.000.000 2 Lembur Rp. 750.000.000 Rp. 900.000.000 3 Tunjangan Lainnya Rp. 240.000.000 Rp. 352.000.000 Total Rp. 2.790.000.000 Rp. 3.402.000.000 Biaya langsung yang terdapat pada didasarkan pada pesanan pembelian. 2. Biaya tidak langsung (indirect cost) Jumlah biaya tidak langsung baik yang aktual maupun yang dianggarkan pada dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini: Tabel 5.2 Daftar Biaya Overhead Pabrik No Elemen Biaya Aktual Dianggarkan 1 Biaya Plastik Kemasan Rp. 2. 016.000.000 Rp. 2. 356.500.000 2 Biaya Master Karton Rp. 1. 440.000.000 Rp. 1. 645.000.000 3 Biaya Bahan Penolong lainnya Rp. 150.000.000 Rp. 250.000.000 4 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp. 144.720.000 Rp. 194.990.000 5 Biaya Pemeliharaan Bangunan Rp. 60.000.000 Rp. 80.600.000 6 Biaya Penyusutan Mesin Rp. 3.124.000.000 Rp. 3.643.000.000 7 Biaya Pemeliharaan Mesin Rp. 800.000.000 Rp. 805.000.000 8 Biaya Penyusutan Bangunan Rp. 568.000.000 Rp. 768.000.000 9 Biaya Pajak dan Retribusi Rp. 1.985.200.000 Rp. 2.015.400.000 10 Biaya Bahan Bakar, Minyak Pelumas, Rp. 700.0000.000 Rp. 915.090.000 8

dan Listrik Total Rp. 10.987.920.000 Rp. 11.673.580.000 5.1.2 Perhitungan Biaya Produksi Dalam perhitungan biaya produksi, menggunakan volume produksi sebagai dasar alokasinya dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik, selanjutnya akan digunakan dalam menentukan biaya overhead pabrik. Produk yang dihasilkan yaitu snapper natural dan snapper portion dimana jumlah volume produksi selama tahun 2010 sebanyak 1440 ton yang terdiri dari 775 ton snapper natural dan 665 ton snapper portion, sehingga tarif biaya overhead pabriknya per ton dapat dihitung sebagai berikut: Tarif Biaya Overhead = Total Biaya Overhead / Volume Produksi Tarif Biaya Ovehead = Rp. 10.987.920.000 / 1440 = Rp. 7.630.500 / ton Tarif biaya overhead untuk produk snapper natural dan snapper portion dapat dihitung sebagai berikut: Snapper natural = Rp. 7.630.500 x 775 = Rp. 5.913.637.500 Snapper portion = Rp. 7.630.500 x 665 = Rp. 5. 074.282.500 9

Untuk melihat perhitungan biaya produksi secara tradisional yang digunakan oleh dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini: Tabel 5.3 Laporan Perhitungan Biaya Produksi Snapper Natural Snapper Portion Biaya Langsung - Biaya Bahan Baku Rp. 16.545.750.000 Rp. 12.254.250.000 - Biaya Tenaga Rp. 1.050.665.000 Rp. 1.739.335.000 Kerja Langsung Biaya Tidak Langsung - Biaya Overhead Rp. 5.913.637.500 Rp. 5. 074.282.500 Pabrik Total Biaya Rp. 23.510.052.500 Rp. 19.067.867.500 - Jumlah Unit (Ton) 775 665 Biaya per ton Rp. 30.335.551,61 Rp. 28.673.484,96 5.2 Penerapan Activity Based Cost System dalam proses produksinya telah mengklasifikasikan biaya menjadi 3 bagian. Akan Tetapi, sampai saat ini produk yang sering dihasilkan hanya 2 yaitu Snapper Natural dan Snapper Portion. 1. Biaya Bahan Baku (Material Cost) 10

Bahan merupakan unsur yang penting yang digunakan dalam proses produksi yang diubah menjadi produk jadi dengan tambahan biaya overhead dengan tenaga kerja. 2. Biaya Tenaga Kerja (Labor Cost) Biaya tenaga kerja terdiri atas 2 jenis biaya, yaitu: a. Biaya tenaga kerja langsung (direct cost) yaitu semua biaya tenaga kerja yang secara langsung berkaitan dengan produksi barang jadi yang dapat dengan mudah ditelusuri ke produksinya. b. Biaya tenaga kerja tidak langsung (indict cost) yaitu semua biaya tenaga kerja yang terlibat dalam memproduksi suatu produk yang bukan merupakan tenaga kerja langsung. 3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost) Biaya overhead pabrik yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. 5.2.1 Mengidentifikasi Aktivitas dan Memilihnya Sebagai Obyek Biaya Berikut ini beberapa aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi yang dilakukan oleh adalah sebagai berikut: 1. Pembelian bahan baku 2. Pengolahan bahan baku 3. Pembekuan ikan 4. Packing 11

5. Penyimpanan ikan (cold storage) 6. Pengendalian mutu 7. Ekspor 5.2.2 Mengidentifikasi Biaya Tidak Langsung (Biaya Overhead) yang Berhubungan dengan Aktivitas Hubungan antara biaya overhead dengan aktivitas dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini: Tabel 5.4 Hubungan Antara Biaya Overhead dan Aktivitas No Elemen Biaya Aktivitas 1 Biaya plastik kemasan Pembelian bahan baku 2 Biaya master karton Packing 3 Biaya bahan penolong lainnya Packing 4 Biaya tenaga lkerja langsung Pembelian bahan baku Pengolahan bahan baku Pembekuan ikan Packing Penyimpanan ikan (cold storage) Pengendalian mutu Ekspor 5 Biaya pemeliharaan bangunan Pembelian bahan baku Pengolahan bahan baku 12

Pembekuan ikan Packing Penyimpanan ikan (cold storage) Pengendalian mutu Ekspor 6 Biaya pemeliharaan mesin Pembekuan ikan Penyimpanan ikan (cold storage) 7 Biaya penyusutan bangunan Pembelian bahan baku Pengolahan bahan baku Pembekuan ikan Packing Penyimpanan ikan (cold storage) Pengendalian mutu Ekspor 8 Biaya penyusutan mesin Packing Penyimpanan ikan (cold storage) 9 Biaya pajak dan retribusi Perikanan 10 Biaya bahan bakar, minyak pelumas, dan listrik Pembelian bahan baku Pengolahan bahan baku Pembekuan ikan Packing Penyimpanan ikan (cold storage) Pengendalian mutu 13

5.2.3 Menentukan Pemicu Biaya Sebagai Dasar Alokasi Biaya Pemicu Biaya (Cost driver) merupakan suatu tolak ukur dari frekuensi dan intensitas dari permintaan yang ditempatkan pada aktivitas oleh obyek biaya (cost obyek). Pemicu Biaya (Cost driver) dari tiap aktivitas yang terdapat pada PT. Multi Sari Makassar dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini: Tabel 5.5 Daftar Aktivitas dan Pemicu Biaya Tiap Aktivitas No Aktivitas Pemicu Biaya 1 Pembelian bahan baku Jumlah pembelian 2 Pengolahan bahan baku Jumlah pembelian 3 Pembekuan ikan Jam mesin 4 Packing Jumlah kemasan (Master Carton=MC) 5 Penyimpanan ikan (cold storage) Jam mesin 6 Pengendalian mutu Sampel 7 Ekspor Jumlah kemasan (Master Carton=MC) 14

5.2.4 Menghitung Rata-rata Biaya Tidak Langsung yang Aktual Maupun yang Dianggarkan Untuk menghitung rata-rata per unit biaya tidak langsung aktual data yang dianggarkan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Rata-rata Biaya Tidak Langsung Aktual Rata-rata Biaya Tidak Langsung Dianggarkan Total Alokasi Biaya Tidak Langsung Aktual Pemicu Biaya Total Biaya Tidak Langsung Dianggarkan Pemicu Biaya Sama halnya dengan biaya langsung, pembagian biaya tidak langsung untuk snapper natural dan snapper portion didasarkan pada pesanan pembelian. Hasil perhitungan biaya tidak langsung yang aktual dan yang dianggarkan dapat dilihat pada tabel 5.6 dan 5.7 berikut ini: Tabel 5.6 Perhitungan Biaya Tidak Langsung Aktual Aktivitas Jumlah Biaya Pemicu Biaya Tarif BOP Dasar Penetapan Jumlah Pemicu Biaya Pembelian Bahan Rp. 5.142.500.000 Jumlah 4114 ton Rp.1.250.000/ton Baku Pengolahan bahan baku pembelian Rp. 1.185.000.000 Jumlah pengolahan 1440 ton Rp. 750.000/ton Pembekuan ikan Rp. 950.000.000 Jam mesin 300 jam Rp.3.500.000/jam 15

Packing Rp. 1.000.000.000 Jumlah 288.000 Rp. 4.166,67/MC kemasan MC Penyimpanan ikan (cold storage) Rp. 950.000.000 Jam mesin 8640 jam Rp. 109.954/jam Pengendalian mutu Rp. 615.420.000 Jumlah pengendalian 245 sampel Rp.2.103.755/sampel Ekspor Rp. 1.350.000.000 Jumlah kemasan 288.000 MC Rp. 3.645,83/MC Total Rp. 10.987.920.000 Rp. 7.721.541,50 Tabel 5.7 Perhitungan Biaya Tidak Langsung Dianggarkan Aktivitas Jumlah Biaya Pemicu Biaya Tarif BOP Dasar Penetapan Jumlah Pemicu Biaya Pembelian Bahan Rp. 5.500.000.000 Jumlah 4.200 ton Rp. 1.309.524/ton Baku Pengolahan bahan baku Rp. 950.000.000 pembelian Jumlah pembelian 1470 ton Rp. 646.258/ton Pembekuan ikan Rp. 1.050.000.000 Jam mesin 300 jam Rp. 3.500.000/jam Packing Rp. 1.025.000.000 Jumlah kemasan 300.000 Penyimpanan ikan (cold storage) MC Rp. 3.416/MC Rp. 1.142.810.000 Jam mesin 8640 jam Rp. 132.269/jam 16

Pengendalian mutu Rp. 855.770.000 Jumlah pengendalian 250 sampel Rp.3.431.080/sampel Ekspor Rp. 1.150.000.000 Jumlah kemasan 300.000 MC Rp. 3.833/MC Total Rp.11.673.580.000 Rp. 9.026.380 Setelah kita mengetahui biaya tidak langsung baik yang aktual maupun yang dianggarkan, selanjutnya membebankan biaya aktivitas ke produk PT. Multi Sari Makassar yang memiliki produk Snapper Natural dan Snapper Portion, sehingga hasil pembebanan rata-rata indirect cost untuk Snapper Natural baik yang aktual maupun yang dianggarkan dapat dilihat pada tabel 5.8 dan 5.9 sebagai berikut: Tabel 5.8 Pembebanan Biaya Tidak Langsung Untuk Tiap Aktivitas Snapper Natural Aktual Aktivitas Biaya Tidak Langsung Pemicu Biaya Snapper Natural Pembebanan Biaya Snapper Natural Pembelian Bahan Rp. 1.250.000 2750 ton Rp.3.437.500.000/ton Baku Pengolahan bahan Rp. 750.000 963 ton Rp. 722.250.000/ton baku Pembekuan ikan Rp. 3.500.000 125 jam Rp. 437.500.000/jam Packing Rp. 4.166,67 150.000 MC Rp. 625.000.500/MC Penyimpanan ikan Rp. 109.954 4600 jam Rp. 505.788.400/jam 17

(cold storage) Pengendalian mutu Rp. 2.103.755 145 sampel Rp.305.044.475/sampel Ekspor Rp. 3.645,83 150.000 MC Rp. 546.874.500/MC Total Rp. 7.721.541,50 Rp. 6.579.957.875 Tabel 5.9 Pembebanan Biaya Tidak Langsung Untuk Tiap Aktivitas Snapper Natural Dianggarkan Aktivitas Biaya Tidak Langsung Pemicu Biaya Snapper Natural Pembebanan Biaya Snapper Natural Pembelian Bahan Rp. 1.009.524 2500 ton Rp2.523.810.000/ton Baku Pengolahan bahan Rp. 918.367 875 ton Rp. 803.571.125/ton baku Pembekuan ikan Rp. 4.066.667 120 jam Rp. 488.000.040/jam Packing Rp. 5.750 160.000 MC Rp.920.000.000/MC Penyimpanan ikan Rp. 138.889 3840 jam Rp. 533.333.760/jam (cold storage) Pengendalian mutu Rp. 2.882.683 150 sampel Rp.432.402.450/sampel Ekspor Rp. 4.500 160.000 MC Rp. 720.000.000/MC Total Rp. 9.026.380 Rp. 6.421.117.375 18

Pembebanan biaya tidak langsung Snapper Portion baik yang aktual maupun yang dianggarkan dapat dilihat pada tabel 5.10 dan 5.11 sebagai berikut : Tabel 5.10 Pembebanan Biaya Tidak Langsung Untuk Tiap Aktivitas Snapper Portion Aktual Aktivitas Biaya Tidak Langsung Pemicu Biaya Snapper Portion Pembebanan Biaya Snapper Portion Pembelian Bahan Rp. 1.250.000 1.364 ton Rp.1.705.000.000/ton Baku Pengolahan bahan Rp. 750.000 477 ton Rp. 357.750.000/ton baku Pembekuan ikan Rp. 3.500.000 175 jam Rp. 612.500.000/jam Packing Rp. 4.166,67 138.000 MC Rp. 575.000.460/MC Penyimpanan ikan Rp. 109.954 4.040 jam Rp. 444.214.160/jam (cold storage) Pengendalian mutu Rp. 2.103.755 100 sampel Rp.210.375.500/sampel Ekspor Rp. 3.645,83 138.000 MC Rp. 503.124.540/MC Total Rp. 7.721.541,50 Rp. 4.407.964.660 19

Tabel 5.11 Pembebanan Biaya Tidak Langsung Untuk Tiap Aktivitas Snapper Portion Dianggarkan Aktivitas Biaya Tidak Langsung Pemicu Biaya Snapper Portion Pembebanan Biaya Snapper Portion Pembelian Bahan Rp. 1.009.524 1700 ton Rp 1.716.190.800/ton Baku Pengolahan bahan Rp. 918.367 590 ton Rp. 541.836.530/ton baku Pembekuan ikan Rp. 4.066.667 180 jam Rp. 732.000.060/jam Packing Rp. 5.750 140.000 MC Rp.805.000.000/MC Penyimpanan ikan Rp. 138.889 4800 jam Rp. 666.667.200/jam (cold storage) Pengendalian mutu Rp. 2.882.683 100 sampel Rp.288.268.300/sampel Ekspor Rp. 4.500 140.000 MC Rp. 630.000.000/MC Total Rp. 9.026.380 Rp. 5.379.962.890 5.2.5 Menghitung Biaya Produksi dengan Menambahkan Biaya Langsung dengan Biaya Tidak Langsung Setelah mengetahui hasil pembahasan biaya tidak langsung untuk tiap produk, maka selanjutnya menghitung biaya produksi baik yang aktual maupun yang dianggarkan. Total Biaya Produksi Aktual = Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung Aktual 20

Total Biaya Produksi Dianggarkan = Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung Dianggarkan Biaya produksi baik yang aktual maupun yang dianggarkan dapat dilihat pada tabel 5.12 dan 5.13 berikut ini: Tabel 5.12 Laporan Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Activity Based Cost System Actual Snapper Natural Snapper Portion Biaya Langsung - Biaya Bahan Baku Rp. 16.545.750.000 Rp. 12.254.250.000 - Biaya Tenaga Rp. 1.050.665.000 Rp. 1.739.335.000 Kerja Langsung Biaya Tidak Langsung - Biaya Overhead Rp. 6.579.957.875 Rp. 4.407.964.660 Pabrik Total Biaya Rp. 24.176.372.875 Rp. 18.401.549.660 - Jumlah Unit (Ton) 775 665 Biaya per ton Rp. 31.195.319,84 Rp. 27.671.503,25 21

Tabel 5.13 Laporan Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Activity Based Costing Dianggarkan Snapper Natural Snapper Portion Biaya Langsung - Biaya Bahan Baku Rp. 16.545.750.000 Rp. 12.254.250.000 - Biaya Tenaga Rp. 1.050.665.000 Rp. 1.739.335.000 Kerja Langsung Biaya Tidak Langsung - Biaya Overhead Rp. 6.421.117.375 Rp. 5.379.962.890 Pabrik Total Biaya Rp. 24.017.532.375 Rp. 19.373.547.890 - Jumlah Unit (Ton) 775 665 Biaya per ton Rp. 30.990.364 Rp. 29.133.154,72 5.3 Membandingkan Hasil Perhitungan Biaya Produksi dengan Menggunakan Activity Based Cost System dan Akuntansi Biaya Tradisional Perbandingan biaya produksi berdasarkan sistem akuntansi tradisional dan Activity Based Cost System, dapat dilihat pada tabel 5.14 dan 5.15 sebagai berikut: 22

Tabel 5.14 Perbandingan Biaya Produksi Sistem Akuntansi Biaya Tradisional dan Activity Based Cost System Aktual Produk Akuntansi Biaya Tradisional Activity Based Costing Aktual Selisih Snapper Rp. 23.510.052.500 Rp. 24.176.372.875 Rp. 666.320.375 Natural Snapper Portion Rp. 19.067.867.500 Rp. 18.401.549.660 Rp. 666.317.840 Tabel 5.15 Perbandingan Biaya Produksi Activity Based Cost System Aktual dan Dianggarkan Produk Activity Based Costing Dianggarkan Activity Based Costing Aktual Selisih Snapper Rp. 24.017.532.375 Rp. 24.176.372.875 -Rp. 158.840.500 Natural Snapper Portion Rp. 19.373.547.890 Rp. 18.401.549.660 Rp. 971.998.230 Berdasarkan tabel di atas (tabel 5.14), dapat dilihat terjadinya penyimpangan biaya produksi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan dasar pengalokasian biaya 23

overhead. Dengan menggunakan Activity Based Cost System untuk menghitung biaya produksi pada, ternyata dalam pelaporan biaya produksinya terjadi distorsi biaya produksi untuk Snapper Natural yang dilaporkan dengan pembebanan biaya lebih rendah dari yang sebenarnya, sedangkan untuk Snapper Portion dilaporkan dengan pembebanan biaya yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. 24

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan harga pokok produksi pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. selama ini dalam perhitungan biaya produksinya masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional. Hal ini dapat dilihat dari dasar alokasi biaya yang hanya menggunakan satu dasar alokasi biaya yaitu volume produksi. 2. Hasil perhitungan biaya produksi menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional pada, yaitu: Snapper Natural = Rp. 23.510.052.500 Snapper Portion = Rp. 19.067.867.500 Biaya produksi berdasarkan Activity Based Cost System baik yang aktual maupun yang dianggarkan, yaitu: Snapper Natural aktual = Rp. 24.176.372.875 Snapper Portion aktual = Rp. 18.401.549.660 Snapper Natural dinggarkan = Rp. 24.017.532.375 Snapper Portiondianggarkan = Rp. 19.373.547.890 3. Laporan biaya produksi yang terdapat pada, terjadi distorsi biaya produksi. Untuk produk snapper natural dilaporkan dengan 25

pembebanan biaya yang lebih rendah dari yang sebenarnya, sedangkan untuk produk snapper portion dilaporkan dengan pembebanan biaya yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (aktual). 4. Dari hasil perhitungan biaya produksi terdapat selisih berdasarkan sistem akuntansi biaya tradisional dan sistem Activity based Cost System. Hal ini disebabkan karena dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang digunakan pada hanya menggunakan satu dasar alokasi yaitu volume produksi, sedangkan dalam sistem Activity Based Cost System memiliki berbagai kelompok (cost pools) biaya dengan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers). Perhitungan biaya produksi berdasarkan Activity Based Cost System pada PT. Multi Sari Makassar dapat meyakinkan pihak manajemen perusahaan untuk mengambil sejumlah langkah untuk menjadi perusahaan yang lebih kompetitif. 6.2 Saran Beberapa saran yang dapat diajukan penulis kepada pihak manajemen, yaitu: 1. Bagi perusahaan yang menggunakan teknologi maju dan melakukan diferensiasi produk seharusnya menggunakan Activity Based Cost System, karena dengan menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional maka informasi yang dihasilkan tidak akurat. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan usaha dari perusahaan dalam menghadapi persaingan baik di dalam maupun di luar negeri. 2. Dengan mengingat adanya persaingan bebas sebaiknya perusahaan mempertimbangkan penerapan Activity Based Cost System dalam perhitungan 26

biaya produksi. Activity Based Cost System dapat memberikan informasi yang akurat untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan dan akan membuat manajemen berada pada posisi untuk melakukan penawaran yang kompetitif. 3. Untuk menerapkan Activity Based Cost System dalam perhitungan baiaya produksi, sebaiknya perusahaan terlebih dahulu memperhatikan biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Di samping itu, perusahaan juga perlu memperhatikan manfaat yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dengan menganalisis biaya, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai impas (break event). 27