Karakter Kepemimpinan Menurut Kearifan Lokal Minangkabau

dokumen-dokumen yang mirip
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

Analisis metaforis..., Widya, FIB, UI, 2010.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Abdul Muiz, M.Pd Dosen Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

MENUMBUHKAN KARAKTER PADA ANAK MELALUI TUTORIAL SIMULASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Seperti yang diamanatkan oleh. masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERAN GURU DI SEKOLAH

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8

Abdul Muiz, M.Pd Dosen Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

Konsep Dasar Pendidikan Berkarakter

Pendidikan Karakter KARAKTER??? Ketertentuan sesuatu. Kejelasan sesuatu. Jati diri, akhlak, sifat jiwa. Who are you?

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

Nilai-nilai Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa MAJELIS LUHUR

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN-PERMAINAN EDUKATIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

PERSEPSI GURU GEOGRAFI TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI SE-KOTA GORONTALO. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

PERANAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBANGUN PERILAKU PEMBELAJARAN. Oleh : I Gede Sujana Abstrak

Transkripsi:

Karakter Kepemimpinan Menurut Kearifan Lokal Minangkabau Oleh : Alfian Jamrah Widyaiswara Ahli Madya Bandiklatprov Sumbar A. Latar Belakang Membicarakan kepemimpinan memang suatu hal yang menarik yang dapat dimulai dari sudut pandang apa saja. Dari waktu ke waktu kepemimpinan selalu berkembang dan menjadi perhatian serta bahan kajian. Ada yang berpendapat masalah kepemimpinan itu sama tuanya dengan sejarah manusia, bahkan lebih tua dari umur manusia itu sendiri. Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya keterbatasan dan kelebihan tertentu pada manusia, tak ada seorangpun yang sempurna. Di satu pihak manusia terbatas kemampuannya untuk memimpin, namun di pihak lain ada orang yang punya kelebihan kemampuan untuk memimpin. Di sinilah timbulnya kebutuhan untuk mempelajari pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah melakukannya dalam kerja dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon Bonaparte, George Washington, Abraham Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin bukan dengan 1

cara menyuruh atau mondorong dari belakang. Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya tersebut melayani dia.pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya. Dari batasan kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas, seorang dikatakan pemimpin apabila mempunyai pengikut atau bawahan. Bawahan ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Untuk itu diperlukan adanya strategi untuk menjalanlan tugas-tugas kepemimpinan. Maka guna memberikan ulasan tentang strategi kepemipinan yang efektif, dalam tulisan ini akan mengulas hal-hal yang berkaitan dengan masalah tersebut, terutama tentang pola kepemimpinan Minangkabau agar lebih dapat dimengerti dan jelas. B. Karakter Kepemimpinan Menurut Sudewo, Karakter sebagai kumpulan sifat baik yang menjadi perilaku sehari-hari, sebagai perwujudan kesadaran menjalankan peran, fungsi dan tugasnya dalam mengemban amanah dan tanggung jawab. Kemudian menurut Khan, Karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan. Sedangkan menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional, bahwa : Karakter adalah tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari internalisasi berbagai kabajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Menurut Prayitno dan Khaidir, Karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma. Lebih jauh Prayitno dan Khaidir menguraikan arti dari karakter sebagai berikut : 2

a. Sifat pribadi : ciri-ciri yang ada dalam pribadi seseorang yang tewujudkan dalam tingkah laku, b. Relatif stabil : suatu kondisi yang apabila telah terbentuk akan tidak mudah diubah, c. Landasan : kekuatan pengaruhnya sangat besar/dominan dan menyeluruh terhadap halhal yang terkait langsung dengan kekuatan yang dimaksud d. Penampilan perilaku : aktifitas individu atau kelompok dalam bidang dan wilayah (setting), kehidupan sebagaimana tersebut di atas, e. Standar nilai/norma : kondisi yang mengacu kepada kaidah-kaidah agama, ilmu dan teknologi, hukum, adat dan kebiasaan yang tercermin dalam prilaku sehari-hari. Dalam dua pengertian ini terkandung beberapa unsur yang harus dimiliki oleh seseorang bisa disebut mempunyai karakter, yaitu adanya : (a) peran dan fungsi, (b) amanah dan tanggung jawab, (c) standar nilai dan norma. Artinya karakter lebih ditempatkan sebagai sikap dalam menjalan tugas sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Untuk membentuk karakter bangsa dilaksanakan melalui berbagai media, dan salah satu yang terpenting adalah dengan pendidikan dan pelatihan karakter. Melalui pelatihan yang berkesinambungan dimasukkan materi-materi yang berkenaan dengan pembangunan karakter bangsa (character building). Pendidikan dan pelatihan karakter dapat mengembangkan potensi diri pribadi dan mengembangkan nilai-nilai yang menjadi kepribadiannya dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan dan pelatihan budaya dan karakter bangsa bertujuan untuk dapat mengembangkan potensi kalbu/nurani (aspek afektif) sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Juga untuk mengembangkan kebiasaan dan perilaku yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius serta menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab. Dalam Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa (RIPPKB) telah dirumusukan 18 macam nilai karakter bangsa yang harus dikembangkan secara sungguhsungguh. Delapan belas karakter bangsa dimaksud adalah : 3

NO NILAI-NILAI DESKRIPSI 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan selalu hidup rukun dengan pemeluk agama lain, 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya, 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, 5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya, 6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki, 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas, 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain, 9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar, 10. Semangat kebangsaan Cara berfikir, bertindk dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya, 11. Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan rasa kesetiaan, kepeduliaan dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, 12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain, 13. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bargaul dan bekerja sama dengan orang lain, 14. Cinta damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya 15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagi bacaan yang memberikan kebajikan bagi 4

dirinya, 16. Pedui lingkungan Sikap dan tindakan yang sellau berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yag sudah terjadi, 17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan, 18. Tanggungjawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhdap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Masa Esa. Nilai-nilai karakter tersebut bersumber pada empat kekuatan sebagaimana yang dirumuskan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu : a. Agama : masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama, oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraanpun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama, b. Pancasila : Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilainilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni, c. Budaya : sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu. Budaya adalah salah satu sumber nilai-nilai pendidikan karakter yang penting, yang lahir, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Budaya telah menjadi kebiasaan keseharian dan kebutuhan bagi masyarakat sehingga menjadi ukuran baik atau buruk, salah satu enis yang kaya akan nilai-nilai budaya di Indonesia adalah suku Minangkabau. 5

C. Pola Kepemimpinan Kepemimpinan berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu leadership. Menurut Tikno Lensufie, Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan. Kepemimpinan bukan berarti memimpin orang untuk sesaat (insidental) seperti memimpin upacara bendera, memimpin paduan suara dan sebagainya. Tapi kepemimpinan lebih kepada seseorang yang memimpin suatu organisasi atau institusi. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Oleh sebab itu diantara para anggota kelompok tentulah membutuhkan seseorang yang bisa memimpin kelompok itu, sebab jika tidak ada pemimpin maka akan terpecah belah lah kelompok tersebut. Untuk mengelolanya, diperlukan pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik serta dapat menjadi panutan untuk anggota kelompoknya. Pemimpin adalah figur seseorang yang bijaksana, berani mengambil keputusan dan yang paling penting berwibawa dan bisa memimpin untuk mencapai tujuan bersama. Sekarang sudah sangat sedikit orang yang mempunyai ciri-ciri seorang pemimpin yang baik didalam organisasi maupun badan-bandan usaha, bisnis, dan pemerintahan. Untuk itu maka sangat penting bagi para remaja-remaja mulai membiasakan diri untuk belajar menjadi seorang pemimpin yang berani dan bisa memberikan arahan yang baik didalamo rganisasi. Salah satunya memberikan pendidikan atau pembelajaran tentang pentingnya kepemimpinan didalam organisasi. Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif. Secara sederhana kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses untuk mengubah dan mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan terhadap para bawahan. Seorang pemimpin harus mencapai serta mampertahankan kepercayaan yang diberikan oleh orang lain. Dengan sebuah surat keputusan, maka seseorang dapat diberikan kekuasaan besar tetapi hal tersebut tidak secara otomatis membuatnya menjadi seorang 6

pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Di bawah ini akan dikemukakan perbedaan antara pemimpinan dengan non pemimpin, yaitu : Pemimpin : dapat memberikan inspirasi kepada bawahan, dapat menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan bawahan, memberikan contoh kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan, dapat menerima kewajiban-kewajiban, dan dapat memperbaiki segala kesalahan atau kekeliruan. Sedangkan Non Pemimpinan : hanya dapat memberikan dorongan kepada bawahan, hanya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan mongorbankan bawahan, hanya dapat menanamkan perasaan takut pada bawahan dan memberikan ancaman, hanya dapat melimpahkan kewajiban kepada orang lain, dan hanya dapat melimpahkan kesalahan kepada orang lain dengan apabila terdapat kekeliruan atau penyimpangan-penyimpangan. D. Kepemimpinan Kearifan Lokal Minangkabau Kearifan lokal atau local wisdom adalah merupakan ide-ide atau gagasan lokal pada suatu tempat yang bersifat bijaksana, bernilai baik yang tumbuh dan berkembang serta menjadi pedoman bagi masyarakatnya. Biasanya kearifan lokal merupakan produk masyarakat masa lalu yang kemudian menjadi unggulannya, yang digunakan secara terus menerus sehingga menjadi pegangan bagi masyarakat setempat. Biasanya kearifan lokal menjadi sumber ilmu pengetahuan, sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan dan terintegrasi dalam kehidupan masyarakatnya. Kearifan lokal adalah juga suatu kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu daerah yang berpedoman pada filosofi, nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Definisi pengertian kearifan lokal menurut Naritoom dalam Wagiran adalah : Local wisdom is the knowledge that discovered or acquired by local people throught the accumulation of experiences in the trials and integrated with the understansing of surrounding nature and culture. Local wisdom is dynamic by function of created local wisdom and connected to the global situation Menurut Wagiran, Ruang lingkup kearifan lokal dapat dibagi menjadi delapan, yaitu : (1) Norma-norma lokal yang dikembangkan, pantangan dan kewajiban, (2) Ritual dan tradisi masyarakat serta makna disebaliknya, (3) Lagu-lagu rakyat, legenda, mitos dan 7

cerita rakyat yang biasanya mengandug pelajaran atau pesan-pesan tertentu yang hanya dikenali oleh komunitas local, (4) Informasi data dan pengetahuan yang terhimpun pada diri sesepuh masyarakat, tetua adat, pemimpin spiritual, (5) Manuskrip dan kitab-kitab suci yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat, (6) Cara komunitas lokal dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari, (7) Alat-bahan yang dipergunakan untuk kebutuhan tertentu, dan (8) Kondisi sumber daya alam/lingkungan yang biasa dimanfaatkan dalam penghidupan masyarakat sehari-hari. Kepemimpinan menurut kearifan lokal Minangkabau dapat dikemukakan dalam beberapa criteria berikut ini : 1. Syarat-syarat seseorang dipilih menjadi seorang pemimpin, dalam hal ini pangulu atau datuak adalah : Memenuhi 4 sifat Nabi: Sidik, Tabligh, Amanah, dan Fathanah, Loyalitas yang tinggi terhadap kaum, suku, anak kemenakan dan nagari, Berilmu pengetahuan tentang adat dan agama dan lain lain, Adil dalam memimpin anak kemenakan dan keluarga, Berani dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kebathilan, Taat menjalankan ajaran agama dan adat, Tidak cacat moral dimata masyarakat dalam nagari. 2. Martabat seorang pemimpin di Minangkabau, adalah : Pertama, berakal dan kuat pendirian, Kedua, berilmu, berpaham, berma rifat ujud yakin, tawakal pada Allah, Ketiga, kaya dan miskin pada hati dan kebenaran, Kempat, murah dan mahal pada laku dan perangai yang berpatutan., Kelima, hemat dan cermat, mengenai awal dan akhir, Keenam, ingat dan ahli pada adat. Dengan martabat seorang penghulu yang demikian, maka wajarlah apabila dalam masyarakat Minagkabau seorang penghulu sangat disegani dan dihormati, terutama oleh kaummnya. 3. Disamping sifat tersebut seorang pemimpin seperti telah disebutkan di atas harus memakai sifat yang empat, yakni : 8

Pertama : Siddiq, yaitu benar dan tidak merubah yang benar kepada yang salah., Kedua : Tablig, yaitu seorang pemimpin menyampaikan hukum syarak (agama) kepada seluruh rakyat atau kaum kerabatnya, Ketiga : Amanah, yaitu memegang teguh kepercayaan yang telah diterima untuk digunakan sepenuhnya pada masyarkat yang dipimpin, Keempat : Fathanah, yaitu cerdik dan kuat dalam bekerja sehingga memberikan manfaat yang terbaik bagi masyarakat yang dipimpinnya. Kemudian juga dapat menyelesaikan benang kusut atau permasalahan yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Ada beberapa pola kepemimpinan tradisional berdasarkan kearifan lokal Minangkabau yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini beranjak dari tatanan hidup dan keunikan budaya di Sumatera Barat tersebut. Pemimpin menurut adat Minangkabau hanya ditinggikan sarantiang dan didahulukan salangkah sehingga masyarakat masih bisa menjangkaunya dengan tangan dan masih dapat mengingatkannya. Seperti dalam ungkapan dikatakan sebagai berikut : Pemimpin itu bagaikan : tinggi sarantiang jombojomboan sarangguik runtuah badaram, didahulukan cuman salangkah bajarak tungkaitungkaian sahambua lompeklah tibo sadatiak wakatu nampak satitiak salah basuo baitu ukua jo jangko di dalam alam Minangkabau. Itulah sebabnya pemimpin disebut dengan : Bak kayu gadang ditangah koto ureknyo tampek baselo batangnyo tampek basanda dahannyo tampek bagantuang daun rimbunnyo tampek bataduah, tampek bahimpun hambo rakyat, pai tampek batanyo pulang tampek babarito, sasek nan kamanyapo tadorong nan kamanyintak, tibo dikusuik kamanyalasai tibo dikaruah mampajaniah, mahukum adia bakato bana. Beberapa prinsip-prinsip kepemimpinan yang berasal dari kearifan lokal Minangkabau untuk membentuk masyarakat yang kuat dan berkarakter, antara lain adalah : 1. Kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka panghulu, panghulu barajo ka mufakat, mufakat barajo ka nan bana : yaitu menegakkan kebenaran sesuai peraturan, 2. Hilang nan ka mancari, anyuik ka maminteh, luluih nan ka manyalami : yaitu perhatian yang besar pada masyarakat, 3. Indak lamak karano santan, indak kuniang karano kunyik : yaitu berpendirian dan berprinsip, 9

4. Kato putuih, biang tabuak : yaitu bijaksana dalam mengambil keputusan, 5. Tinggi tampak jauah, gadang tampak ampia : yaitu dapat menempatkan diri, 6. Bahari abih babadan litak, rantau jauah diulangi, rantau dakek dikana : yaitu senang dekat dengan masyarakat, 7. Bakato baiyo, bajalan bamolah, duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang : yaitu mengutamakan musyawarah, 8. Kapai tampek batanyo, pulang tampek babarito : yaitu menjadi tumpuan masyarakat, 9. Manimbang samo barek, maukua samo panjang, mamanggang samo merah : yaitu bertindak adil, 10. Tibo diparuik indak dikampihkan, tibo di dado indak dibusuangkan, tibo di mato indak dipiciangkan : yaitu memperlakukan sama semua orang, 11. Baalam laweh bapadang lapang : yaitu penyabar dan bisa menerima kritik. 12. Didahulukan salangkah, ditinggikan sarantiang, dianjuang tinggi, diamba gadang : yaitu dekat dengan masyarakat, jaraknya hanya selangkah, 13. Singkek mauleh, lamah manahua, kurang manukuak, senteang mambilai : yaitu dapat memberi bantuan, 14. Kusuik ka manyalasai, karuah mampajaniah : yaitu dapat menyelesaikan masalah, 15. Pusek jalo pumpunan ikan, bukik timbunan kabuik, taluak timbunan kapa : yaitu menjadi tempat berpegang bagi masyarakat. Perpaduan pola kepemiminan moderen dengan pola kepemimpinan tradisional Minangkabau sangat diperlukan dalam memimpin, terutama di daerah dan di tengah-tengah masyarakat Sumatera Barat. E. Penutup Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan pemimpin apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan. Pengikut pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Tugas utama dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknya adalah karena diputuskan demikian, bukan karena 10

secara kebetulan terjadi. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka semakin besar bobot dari keputusan yang diambilnya meskipun sering keputusan tersebut bersifat umum dan kualitatif. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut kemampuan berfikir secara konsepsional strategis dan makro. Dalam hal ini banyak gaya, teori dan tipe kepemimpinan yang dapat dipelajari untuk kemudian diterapkan dalam proses kepemimpinannya. Namun salah satu sumber pemebelajaran yang cukup baik adalah pola kepmimpinan berdasarkan kearifan lokal Minangkabau. Sama dengan daerah lainnya, Minangkabau juga memiliki local wisdom yang dapat dipedomani dan diambil nilai-nilai ajarannya. Bahan Bacaan Ananda, Azwar. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pendidikan Karakter Bangsa dan Strategi Pembelajaran Nilai. Padang : Universitas Negeri Padang (UNP) Press. M.S., Amir. 2007. Adat Minangkabau : Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta : PT.Mutiara Sumber Widya. Mulyasa, H.E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset. Mulyasa, H.E. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Prayitno dan Afriva Khaidir. 2011. Model Pendidikan Karakter Cerdas. Padang : Universitas Negeri Padang (UNP) Press. Prayitno dan Afriva Khaidir. 2011. Butir-butir Nilai Karakter Cerdas dalam Kandungan Pancasila serta Kehidupan yang Utuh dan Efektif. Padang : Universitas Negeri Padang (UNP). 11