KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2015, pp. 289~293 KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA 289 Heri Maulana AMIK BSI Yogyakarta Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) nilai-nilai karakter yang berpengaruh bagi mahasiswa, (2) program atau kegiatan yang mendukung pengembangan karakter, dan (3) faktor penghambat pendidikan karakter. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Sampel diperoleh dari mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta dan berjumlah orang yang dipilih menggunakan teknik convenience sampling. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai karakter yang paling berpengaruh bagi mahasiswa adalah religiusitas, disiplin, dan tanggung jawab. Program atau kegiatan yang dapat mendukung pendidikan karakter sangat beragam dan tergantung pada kenyamanan dan instensitas melakukan kegiatan tersebut. Adapun program atau kegiatan tersebut adalah kegiatan kemahasiswaan, dan budaya akademik. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pendidikan karakter lebih banyak bersumber dari diri pribadi mahasiswa sendiri dan masih belum optimalnya penerapan pendidikan karakter di kampus. Keywords: Konsep, Pendidikan Karakter, Survei 1. Pendahuluan Salah satu tantangan terbesar bangsa Indonesia di masa depan adalah dalam hal menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. SDM yang berkualitas dengan sumber daya alam Indonesia yang belimpah merupakan keberkahan yang akan menghasilkan banyak kebaikan lainnya. Sumber daya alam yang dikelola oleh manusia cerdas dan bermoral tinggi akan menghasilkan kemakmuran bagi rakyat Indonesia. Untuk dapat menghasil SDM yang cerdas dan bermoral tinggi, maka peran Perguruan Tinggi menjadi sangat vital. Perguruan tinggi yang bertujuan untuk mendidik dan mencetak generasi emas masa depan harus mampu menjawab tantangan tersebut. Selain dengan program akademik yang berkualitas, tentunya program pendidikan karakter juga harus menjadi perhatian serius di dalam pengelolaan pendidikan tinggi. Menurut Suhartono (2008), pendidikan seharusnya mampu menumbuh kembangkan potensi cipta, rasa dan karsa manusia hingga titik padu untuk mendirikan sikap dan perilaku arif, agar mampu memimpin kelangsungan hidup dan kehidupan. Potensi-potensi ini yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang terus belajar dan senantiasa memperbaiki kehidupan. Pendidikan juga harus menjamin proses pembimbingan dan pelatihan bagi seseorang agar tumbuh kesadaran tentang eksistensi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap persoalan kehidupan. Bahkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional telah mengisyaratkan tiga ranah tujuan sebagai tujuan utuh pendidikan yang harus dicapai. Ketiga ranah itu adalah pengembangan watak dan peradaban bangsa sebagai tujuan eksistensial, pencerdasan kehidupan bangsa sebagai tujuan kolektif dan pengembangan potensi peserta didik sebagai tujuan individual (Kartadinata: 2010). Secara yuridis, pendidikan karakter memiliki dasar yang kuat, yaitu berlandaskan pada Pancasila dan pembukaan UUD tahun Ia juga sejalan dengan fungsi pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 Pasal 3 yang menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dan seterusnya.. Dan secara lebih operasional, pendidikan karakter mendapatkan penguatan dengan dijadikannya landasan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun , di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai Diterima 7 Januari 2015; Revisi 18 Februari 2015; Disetujui 15 Maret 2015

2 landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Pendidikan karakter yang sudah tertuang di dalam berbagai peraturan pemerintahan dan menjadi semangat dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkulitas tentu saja tidak boleh diabaikan begitu saja oleh pemangku kepentingan baik di pemerintahan maupun diberbagai lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi. Perguruan tinggi mesti segera mengambil rencana aksi yang nyata dan terarah untuk menerapkan pendidikan karakter. Berkaitan dengan hal di ataslah penelitian ini dilakukan dan bertujuan untuk mengetahui (1) nilai-nilai karakter yang berpengaruh bagi mahasiswa, (2) program atau kegiatan yang mendukung pengembangan karakter, dan (3) faktor penghambat pendidikan karakter. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kampus yang ada di Yogyakarta dan sebagai representasi adalah mahasiswa yang aktif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dari beberapa kampus di Yogyakarta. Untuk mengatasi hambatan dan keterbatasan penelitian, maka teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Namun teknik ini tidak mengurangi dari kualitas data yang diperoleh. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap mahasiswa di beberapa kampus di Yogyakarta. Mahasiswa yang dijadikan sampel selain aktif, juga memiliki IPK minimal 3.00, aktif di kegiatan kemahasiswaan/sosial atau yang sudah bekerja. Hal ini bertujuan agar mahasiswa yang dipilih memiliki kematangan emosi sebagai modal pendidikan karakter. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan statistika deskriptif. Semua data yang telah dikumpulkan lalu diolah dengan menggunakan software pengolahan data statistik SPSS+. 3. Pembahasan Berdasarkan pengambilan dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa pendidikan karakter sebagai penanaman, pembangunan maupun pembiasaan terhadap nilai-nilai karakter yang melekat pada diri seseorang. Nilai-nilai karakter yang paling berpengaruh dalam pendidikan karakter adalah religiusitas (12,8%). Nilai ini merupakan sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Banyaknya mahasiswa yang memilih religiusitas, membuktikan bahwa agama menjadi landasan dalam membentuk moral perilaku dalam kehidupan. Agama memiliki sekian perangkat untuk mengarahkan kehidupan manusia lebih baik, tidak hanya kehidupan pribadi tetapi juga mengatur hubungan dengan orang lain dan lingkungan. Nilai kedua yang banyak dipilih adalah disiplin (11,9%). Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Dengan disiplin, kehidupan seseorang bahkan masyarakat dan bernegara akan lebih teratur dan berdampak positif terhadap produktifitas. Rendahnya kualitas pendidikan, pembangunan dan lain sebagainya dapat diakibatkan dari lemahnya kesadaran dalam menegakkan kedisiplinan. Mahasiswa yang berhasil dengan yang gagal dapat dibedakan dengan komitmen menjalankan nilai disiplin. Disiplin dalam mengerjakan budaya-budaya akademik dan organisasi akan berpengaruh terhadap kualitas diri Disiplin akan mengarahkan kehidupan mahasiswa kepada hal-hal yang bermanfaat untuk masa depan. Disiplin dalam mengerjakan tugas akan berdampak pada penilaian dosen dan tidak menumpuk dengan tugas-tugas yang lain. Salah satu yang mengakibatkan mahasiswa menjadi malas dan tidak produktif adalah menumpuknya berbagai macam tugas dan tanggung jawab sehingga menghambat aktivitas lainnya yang juga harus diselesaikan. Hal ini memberikan dampak mudah lelah dan stress bagi Selanjutnya nilai ketiga yang paling berpengaruh adalah nilai tanggung jawab (11,6%). Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini membuktikan tingkat kesadaran dan ketaatan mahasiswa dalam menjalankan berbagai macam tugas atau amanah. Rasa tanggung jawab akan menjaga mahasiswa dari perilaku 290

3 meremehkan pekerjaan, merendahkan orang lain dan pada akhirnya akan menghilangkan kepercayaan orang lain. Hilangnya kepercayaan orang lain akan berdampak pada pergaulan sosial dan secara otomatis akan membatasi sekian banyak jaringan yang suatu saat dibutuhkan. Membangun kepercayaan orang lain perkejaan yang tidak mudah. Salah satu caranya adalah dengan membiasakan hidup penuh tanggung jawab. Tabel 2 Nilai-Nilai Karakter Yang Berpengaruh Nilai-Nilai Karakter Jumlah % Religius Disiplin Tanggung Jawab Jujur Kerja Keras Kreatif Mandiri Toleransi Gemar Membaca Rasa Ingin Tahu Peduli Lingkungan Bersahabat/Komunikatif Menghargai Prestasi Peduli sosial Semangat Kebangsaan Cinta Tanah Air Cinta Damai Demokratis ,8 11,9 11,6 9,3 8,7 6,7 5,5 4,3 4,0 4,0 3,7 3,0 2,8 2, ,2 2,2 1,7 Jumlah 760 Pada poin selanjutnya adalah pada aspek program atau kegiatan apa saja yang mendukung pendidikan karakter bagi Berdasarkan pilar utama pendidikan karakter di perguruan tinggi, program yang paling mendukung pembentukan karakter mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan atau sosial (27,9%). Pendidikan karakter dapat diciptakan melalui integrasi ke dalam kegiatan kemahasiswaan, antara lain pramuka, olahraga, karya tulis, seni, workshop, dan acara yang melibatkan mahasiswa dalam sistem kepanitiaannya. Program kemahasiswa atau sosial ini berisi berbagai macam stimulus bagi mahasiswa untuk melatih dan mengembangkan diri. Mahasiswa yang terlibat aktif diberbagai kegiatan akan merasakan bermacammacam situasi dan kondisi baik positif maupun negatif, yang akan membuat mahasiswa lebih berkembang dan kuat menghadapi tantangan. Di dalam organisasi kemahasiswaan, mahasiswa akan belajar banyak tentang kepemimpinan, manajemen organisasi, menghadapi konflik, komunikasi dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut pastinya akan membentuk karakter unggul Program kedua adalah budaya akademik yang sehat, membangun dan produktif (20,5%). Budaya akademik merupakan kumpulan kebiasaan, perilaku, pemahaman dan lain sebagainya yang mencerminkan semangat menuntut ilmu dan berusaha untuk diaplikasi dalam kehidupan seharihari. Budaya akademik menjadi tolak ukur apakah sebuah perguruan tinggi itu maju atau biasa saja. Pertemuan mahasiswa dengan kehidupan kampus diikat oleh budaya akademik. Rendahnya budaya akademik ini menunjukkan lemahnya visi dan misi lembaga serta rendahnya kesadaran elemen di dalamnya. Mahasiswa yang komitmen dengan budaya akademik akan mampu mengasah dirinya dengan berbagai pengetahuan, keterampilan sikap yang produktif. Selain kesadaran mahasiswa, tentunya kualitas dosen dan pelayanan lembaga sangat menentukan tinggi atau rendahnya budaya akademik yang ada. Apabila lembaga benar-benar mengedepankan kualitas pelayanan dan dosen, kesadaran mahasiswa dapat dibangun secara bertahap. Mahasiswa akan lebih mudah mengikuti sebuah aturan yang benar-benar dijalankan dan terwujud di dalam pribadi dosen setiap harinya. Keberadaan dosen yang berkualitas sangat menentukan budaya akademik yang dihadirkan kepada Kemudian program ketiga adalah budaya organisasi/pt (19,5%). Budaya organisasi tercermin dari visi dan misi lembaga yang kuat, terlihat pada bentuk kepemimpinan lembaga atau organisasi PT, dan mengakar hingga tingkatan karyawan dan Kepemimpinan yang kuat, didukung dengan visi/misi lembaga yang terarah dan manajemen yang solid akan memunculkan budaya organisasi yang kuat. Kuatnya budaya organisasi akan memudahkan tumbuhnya nilai-nilai karakter di lingkungan PT. Budaya organsiasi berisi berbagai macam aturan yang sehat dan kebiasaankebiasaan yang produktif yang berfungsi untuk menjalankan cita-cita lembaga. Organisasi yang solid akan berdampak pada kesadaran mahasiswa untuk terbiasa dengan kehidupan kampus, berusaha dan berkomitmen untuk sama-sama memajukan kehidupan kampus. 291

4 Tabel 3 Program Pendukung Pendidikan Karakter Program Jumlah % Kegiatan Kemahasiswaan/Sosial Budaya Akademik Budaya Organisasi/PT Tri Dharma PT Kegiatan Keseharian Jumlah ,9 20,5 19,5 16,4 15,6 Untuk faktor penghambat pendidikan karakter bagi mahasiswa yang paling besar adalah hambatan yang bersumber dari diri mahasiswa sendiri (23,9%). Ada banyak faktor yang dapat menghambat pendidikan karakter pada diri Dari sekian banyak faktor ternyata hambatan internal menjadi faktor penghambat yang paling dominan. Faktor ini dapat berupa lemahnya motivasi dan komitmen mahasiswa, tidak pahamnya dengan visi dan misi lembaga dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter, adanya rasa malas dan akhirnya meremehkan adanya pendidikan karakter di kampus. Faktor penghambat kedua adalah lemahnya visi dan misi lembaga dalam menerapkan pendidikan karakter secara total (22,6%). Kelemahan ini secara tidak langsung maupun secara langsung dapat melemahkan semua komponen perguruan tinggi, terutama mahasiswa sebagai komponen yang terkena dampak dengan kebijakan-kebijakan kampus. Lemahnya visi dan misi ini akan semakin lemah dengan tidak kuatnya kepemimpinan organisasi, tidak solidnya manajemen organisasi, bahkan adanya konflik internal organisasi. Kelemahan dan konflik ini akan terbawa pada iklim atau budaya akademik dan pada akhirnya akan berdampak pada kualitas Faktor ketiga adalah masih rendahnya kompetensi dosen baik dalam mengajar, mendampingi dan menampilkan nilai-nilai karakter di dalam diri (22,1%). Dosen merupakan komponen terdepan dalam memberikan pelayanan dan contoh kepada Rendahnya kualitas dosen akan menjadi cerminan rendahnya kualitas Hal ini dikarenakan dosen dijadikan figur utama dalam menjalankan pendidikan karakter di kampus. Tabel 4 Faktor Penghambat Pendidikan Karakter Nilai-Nilai Karakter Jumlah % Internal mahasiswa (Komitmen, motivasi, dll) Visi&misi lembaga yang lemah Rendahnya kompetensi dosen Sumber belajar yang terbatas Pengaruh Lingkungan sosial Nilai karakter yang ,9 22,6 22,1 15,4 12,7 3,2 terbatas&belum terintegrasi Jumlah Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dilapangan, terdapat beberapa hal yang menjadi kesimpulan penelitian ini. Pertama, mahasiswa memiliki nilai-nilai karakter yang mempengaruhi kehidupan baik selama di kampus maupun di luar kampus. Nilai- nilai karakter yang paling berpengaruh adalah religiusitas, disiplin, dan tanggung jawab. Kedua, untuk mengembangkan nilai-nilai karakter dibutuhkan program atau kegiatan yang tepat. Program atau kegiatan yang mempengaruhi penanaman nilai karakter bagi mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan dan budaya akademik yang baik dan tri dharma PT yang berkualitas. Ketiga, dalam menerapkan pendidikan karakter di kampus terdapat hambatanhambatan yang mempengaruhinya. Hambatan tersebut adalah yang berasal dari diri mahasiswa sendiri (malas, hilangnya komitmen, dan lain sebagainya) dan masih belum optimalnya penerapan pendidikan karakter di kampus. Sebagai contoh, masih lemahnya visi dan misi lembaga terhadap pendidikan karakter, masih banyak tenaga pengajar yang kurang mencerminkan kematangan emosi atau karakter. Implikasi dari penelitian ini bahwa dalam menerapkan pendidikan karakter di perguruan tinggi dibutuhkan kerjasama semua komponen perguruan tinggi. Terlebih lagi dalam hal memenuhi kebutuhan mahasiswa agar mampu mendukung pendidikan karakter di kampus. Selain itu, perguruan tinggi juga memperhatikan berbagai hambatan yang terjadi pada penerapan pendidikan karakter dan sesegera mungkin mengambil tindakan konstruktif untuk mengatasinya. Referensi Budimansyah, D, Ruyadi, Y, dan Rusmana, N. (2010). Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 292

5 Kartadinata, Sunaryo, (2010). Isu-isu Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan Bandung:UPI Press. Kemendiknas, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai- nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Jakarta: Kemendiknas, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010). Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai- Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (t.t.: t.p., 2010). Pusat Perkembangan Kurikulum, Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral (Kementerian Pendidikan Malaysia, 2000). Soetanto, Hendrawan Pendidikan Karakter. Malang: Univ. Brawijaya Suhartono, Suparlan, (2008). Wawasan Pendidikan Sebuah Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, Sunaryo Kartadinata, Isu-isu Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan (Bandung: UPI Press, 2010), pp Winataputra, Saripudin, Udin (2010). Implementasi Kebijakan Nasional PembangunanKarakter Bangsa Melalui Pendidikan Karakter (Konse p, Kebijakan, dan Kera ngka Pr ogramatik). ( press.com/2010/07/makalah-1.pdf). 293