BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB V PENUTUP. 1. Bahwa PT. Jasa Raharja (Persero) dalam menghimpun dan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka kurang lebih 300 kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang. dengan pangsa hampir sebesar 80 persen.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan transportasi pun juga semakin bertambah. Kendaraan bermotor

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh pula pada pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak tentu kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN DAN KEPATUHAN MASYARAKAT SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dengan ruas jalan lain, yang disebut persimpangan. Jalan Letnan Jendral M. T. Haryono, Jalan Serangan Umum 1 Maret (Jalan

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sepeda motor merupakan salah satu sarana. transportasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB III METODOLOGI III - 1

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun tidak diikuti dengan bertambah panjangnya badan jalan sehingga menimbulkan permasalahan kepadatan lalu lintas. Tidak terkecuali di Kabupaten Bantul yang mayoritas masyarakatnya menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya Masyarakat Bantul yang menggantungkan hidupnya di Kota Yogyakarta, karena letaknya yang cukup dekat maka mereka lebih memilih melakukan perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. Dalam beberapa tahun terakhir peningkatan jumlah pengendara sepeda motor ini semakin terasa dengan meningkatnya kepadatan arus lalu lintas di jalan raya karena banyaknya pengendara sepeda motor, bahkan setiap pagi hari dan jam pulang kerja tidak jarang terjadi kemacetan di beberapa ruas jalan di Kabupaten Bantul. Peningkatan jumlah pengendara sepeda motor di Kabupaten Bantul ini dapat kita lihat di dalam tabel di bawah ini: 1

2 Tabel 1. Statistik Transportasi Kab. Bantul Sumber : BPS Kab.Bantul Sepeda motor menjadi pilihan alat transportasi masyarakat karena beberapa alasan, yang pertama harga sepeda motor relatif lebih murah dari mobil dan kendaraan lainnya sehingga dapat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Apalagi sekarang dapat dibeli secara kredit dengan uang muka yang sangat murah, sehingga bagi beberapa orang tawaran kredit tersebut begitu menggiurkan sehingga tertarik untuk membeli sepeda motor. Yang kedua adalah sepeda motor merupakan alat transportasi yang sangat praktis, ukurannya kecil sehingga mudah dibawa kemana-mana dan bisa menembus kemacetan. Mengingat seiring bertambahnya penduduk maka semakin banyak pula penggunaan alat transportasi yang menyebabkan jalanan menjadi macet, dan sepeda motor dinilai sangat tepat untuk bisa menerobos kemacetan di jalan raya. Alasan yang ketiga, jika dibandingkan dengan mobil, konsumsi bahan bakar sepeda motor jauh lebih irit sehingga menghemat pengeluaran biaya. Konsumsi satu liter bensin pada sepeda motor rata-rata dapat

3 digunakan untuk menempuh jarak 50 kilometer, sedangkan pada mobil konsumsi satu liter bensin hanya dapat digunakan untuk menempuh jarak sekitar 5-15 kilometer. Dengan melihat ketiga alasan tersebut maka tidak heran jika beberapa tahun belakangan ini jumlah pengguna sepeda motor meningkat drastis karena masyarakat lebih memilih sepeda motor dari pada alat transportasi lainnya sebagai alat transportasi sehari-hari. Bertambahnya jumlah sepeda motor tersebut juga diiringi dengan bertambahnya angka kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahun. Kecelakaan tersebut didominasi oleh kecelakaan yang melibatkan sepeda motor. Jadi, wajar jika kecelakaan sepeda motor mendominasi berbagai kasus kecelakaan di jalan raya. Tingginya angka kecelakaan ini dapat kita lihat dalam tabel kecelakaan lalu lintas jalan raya di bawah ini

4 Tabel 2. Data Kecelakaan Lalu Lintas Di Indonesia 1987-2011 Tahun Mobil Bis Truk Sepeda Motor Jumlah Penumpang 1987 1.170.103 303.378 953.694 5.554.305 7.981.480 1988 1.073.106 385.731 892.651 5.419.531 7.771.019 1989 1.182.253 434.903 952.391 5.722.291 8.291.838 1990 1.313.210 468.550 1.024.296 6.082.966 8.889.022 1991 1.494.607 504.720 1.087.940 6.494.871 9.582.138 1992 1.590.750 539.943 1.126.262 6.941.000 10.197.955 1993 1.700.454 568.490 1.160.539 7.355.114 10.784.597 1994 1.890.340 651.608 1.251.986 8.134.903 11.928.837 1995 2.107.299 688.525 1.336.177 9.076.831 13.208.832 1996 2.409.088 595.419 1.434.783 10.090.805 14.530.095 1997 2.639.523 611.402 1.548.397 11.735.797 16.535.119 1998 2.769.375 626.680 1.586.721 12.628.991 17.611.767 1999 2.897.803 644.667 1.628.531 13.053.148 18.224.149 2000 3.038.913 666.280 1.707.134 13.563.017 18.975.344 2001 3.189.319 680.550 1.777.293 15.275.073 20.922.235 2002 3.403.433 714.222 1.865.398 17.002.130 22.985.183 2003 3.792.510 798.079 2.047.022 19.976.376 26.613.987 2004 4.231.901 933.251 2.315.781 23.061.021 30.541.954 2005 5.076.230 1.110.255 2.875.116 28.531.831 37.623.432 2006 6.035.291 1.350.047 3.398.956 32.528.758 43.313.052 2007 6.877.229 1.736.087 4.234.236 41.955.128 54.802.680 2008 7.489.852 2.059.187 4.452.343 47.683.681 61.685.063 2009 7.910.407 2.160.973 4.452.343 52.767.093 67.336.644 2010 8.891.041 2.250.109 4.687.789 61.078.188 76.907.127 2011 9.548.866 2.254.406 4.958.738 68.839.341 85.601.351 Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia No Tahun Jumlah kecelakaan (kali) Tabel 3.Data kecelakaan Jalan Raya Kab. Bantul 2007-2010 Meninggal dunia (orang) Luka Berat (orang) Sumber : BPS Kab.Bantul Luka Ringan (orang) Kerugian Material (Rp) 1 2007 328 66 87 440 371.230.000 2 2008 410 63 75 605 275.290.000 3 2009 1629 62 233 2574 949.605.000 4 2010 1463 33 51 2330 308.480.000 Tabel di atas menggambarkan bahwa dalam empat tahun terakhir angka kecelakaan di Indonesia dan juga di Kabupaten Bantul mengalami

5 peningkatan. Banyaknya angka kecelakaan tersebut tentunya menimbulkan banyak kerugian, baik kerugian materi hingga kerugian berupa korban jiwa.berdasarkan data dari Kepolisian Indonesia tahun 2006, Dr. Agus Taufik Mulyono dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada menyebutkan bahwa setiap 30 menit = 1 orang meninggal karena kecelakaan. (http://www.untan.ac.id, diakses pada 21 Juli 2013). Kecelakaan di jalan raya dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama faktor manusia, manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Kedua faktor kendaraan, faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, di samping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara teratur. Faktor yang ketiga adalah faktor jalan, faktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan, pagar pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlubang

6 sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor. Faktor yang keempat adalah faktor lingkungan, sebagai contoh adalah ketika terjadi hujan, hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan. (http://calvariatmc.blogspot.com, diakses pada 21 Februari 2013) Tingginya angka kecelakaan tersebut tentunya menimbulkan keprihatinan yang besar bagi pemerintah, oleh karena itu sebagai upaya mengatasi masalah tingginya angka kecelakaan tersebut pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab ataskeselamatan masyarakat, mengeluarkan sebuah kebijakan yang berkaitan dengan lalu lintas jalan raya. Kebijakan pemerintah tersebut dikenal sebagai Kebijakan Menyalakan lampu motor siang hari yang lebih familiar disebut sebagai Light on dengan alasan untuk mengurangi angka kecelakaan pengguna sepeda motor. Peraturan tersebut tertuang pada Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-Undang ini ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 Mei 2009 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009. Dalam UU tersebut terdapat peraturan baru bagi pengendara bermotor khususnya pengendara sepeda motor. (http://proposalpenelitian-kuantitatif.blogspot.com, diakses pada15 februari 2013)

7 Dari berbagai peristiwa kecelakaan yang terjadi, didapatkan fakta bahwa sebagian besar kecelakaan terjadi pada roda dua atau sepeda motor. Selain itu, kecelakaan juga banyak memakan korban jiwa. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ini melihat bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Pasal 107 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyebutkan bahwa (1) Pengemudi kendaraan bermotor wajib menyalakan lampu utama kendaraan bermotor yang digunakan di jalan pada malam hari dan pada kondisi tertentu, (2) Pengemudi sepeda motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang hari. Menyalakan lampu motor siang hari dianggap sebagai sebuah solusi yang tepat oleh pemerintah dalam rangka mengurangai tingginya angka kecelakaan khususnya kecelakaan sepeda motor. Lampu utama pada sepeda motor berfungsi untuk memberikan penerangan di saat berkendara, misalnya di saat gelap lampu pada kendaraan dapat dinyalakan untuk memberikan penerangan agar pengendara dapat terus mengendarai kendaraannya sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Selain untuk alat penerangan saat berkendara, lampu juga dapat berfungsi sebagai sign atau penanda di jalan bahwa ada kendaraan. Dengan adanya lampu kendaraan yang sedang menyala maka dengan melihat cahaya lampu tersebut orang akan segera tahu bahwa ada kendaraan yang sedang melintas. Maka dari itu lampu yang ada pada kendaraan bermotor dapat merupakan salah satu

8 kelengkapan kendaraan bermotor yang sangat vital dan harus ada pada setiap kendaraan bermotor. Itulah yang menjadikan alasan mengapa pemerintah mengeluarkan kebijakan tersebut. Namun seperti biasa, dalam sebuah kebijakan publik yang diambil oleh pemerintah pasti mengundang pro dan kontra dari masyarakat. Salah satunya adalah ayat kedua pada pasal tersebut yang berbunyi Pengemudi sepeda motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang hari tak pelak telah mengundang kontroversi di kalangan masyarakat. Satu pihak mengatakan bahwa peraturan tersebut dikeluarkan untuk menekan angka kecelakaan yang selalu meningkat setiap tahunnya. Sementara pihak lainnya berpendapat bahwa peraturan tersebut suatu kekeliruan yang dipaksakan kepada masyarakat. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa kebijakan menyalakan lampu motor di siang hari adalah pemborosan energi. Tidak hanya berhenti sampai disitusaja, implementasi kebijakan Light on ini juga terkesan kurang serius, hal ini terlihat dari upaya sosialisasi serta penindakan yang dilakukan oleh pihak implementor yang kurang tegas sehingga membuat masyarakat bertanya-tanya tentang eksistensi kebijakan Light on ini Di Kabupaten Bantul sendiri implementasinya terlihat tidak serius, terbukti dengan banyaknya pengendara sepeda motor yang tidak menyalakan lampu namun hanya dibiarkan saja oleh petugas.mengingatpentingnya tujuan kebijakan tersebut, pihak implementor seharusnya tetap melaksanakan kebijakan tersebut secara konsisten seperti saat awal-awal kebijakan ini digalakkan.berdasarkan uraian diatas, penulis

9 tertarik untuk melakukan penelitian mengenai implementasi kebijakan menyalakan lampu motor disiang hari secara mendalam. Oleh karena itu, tugas akhir ini berjudul Implementasi Kebijakan Light on Di Wilayah Kabupaten Bantul. B. Indentifikasi Masalah 1. Jumlah sepeda motor semakin bertambah dari tahun ke tahun namun tidak diimbangi oleh bertambah panjangnya jalan raya sehingga menimbulkan berbagai permasalahan lalu lintas. 2. Peningkatan angka kecelakaan lalu lintas menimbulkan keterlibatan negara, yaitu dengan mengeluarkan peraturan untuk menyalakan lampu sepeda motor di siang hari. 3. Implementasi kebijakan menyalakan lampu di siang hari ini faktanya memunculkan pro dan kontra, karena ada pihak-pihak yang m erasa diuntungkan namun disisi lain ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian dapat dilakukan lebih fokus dan mendalam, maka tidak semua permasalahan yang diindentifikasi akan diteliti. Penelitian ini hanya difokuskan pada Implementasi kebijakan menyalakan lampu motor di siang hari atau Light ondi wilayah kabupaten Bantul tahun 2010 sampai 2013. D. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana implementasi kebijakan menyalakan lampu motor di siang hari atau Light on di wilayah Kabupaten Bantul?

10 E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah: 1. Mengetahui secara mendalam Implementasi kebijakan Light on di wilayah Kabupaten Bantul. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan Light on di wilayah Kabupaten Bantul. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk dijadikan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan terkait topik dalam penelitian ini. b. Bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan administrasi negara. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Dari penelitian ini diharapkan peneliti dapat memahami lebih dalam bagaimana Implementasi kebijakan menyalakan lampu motor di siang hari sebagai di Kabupaten Bantul. b. Bagi Aparatur Negara yang terkait Penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi sekaligus memberikan masukan bagi para aparatur negara dalam menjalankan tugastugasnya di masa mendatang.

11 c. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang bagaimana implementasi sebuah kebijakan publik. Masyarakat dapat lebih tahu mengenai apa yang menjadi hak kewajiban mereka sebagai warga negara sehingga tidak dirugikan dengan adanya kebijakan Light on tersebut.