Mata kuliah: Komunikasi Kelompok Hari/ Tanggal: Jumat/ 4 Maret 2011 KPM (212) Praktikum ke-: 2

dokumen-dokumen yang mirip
PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

BAB II. Kajian Teori

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENDAHULUAN Latar Belakang

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

II. PENGUKURAN KINERJA

PSIKOLOGI KOMUNIKASI KOMUNIKASI KELOMPOK

PELUANG AGRIBISNIS BENIH JAGUNG KOMPOSIT DI JAWA TENGAH

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

Bidang Produksi Tanaman Hortikultura

PEKAN SEREALIA NASIONAL I JULI 2010

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 50

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

BAB I. PENDAHULUAN A.

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 35

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN MUTU SAYURAN MELALUI SERTIFIKASI PRIMA 3 PADA KAWASAN PRIMA TANI PAAL MERAH KOTA JAMBI. Abstrak

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

sangatlah mudah karena danau atau sungai yang di setiap desa masih terdapat banyak ikan dan menjadi sumber mata pencaharian masyarakat.

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN MODEL OPERASIONAL PERCEPATAN PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI PROGRAM PRIMATANI.

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

BAB II TUGAS PEMBANTUAN

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

PROGRES PELAKSANAAN REVITALISASI PERTANIAN

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Transkripsi:

Mata kuliah: Komunikasi Kelompok Hari/ Tanggal: Jumat/ 4 Maret 2011 KPM (212) Praktikum ke-: 2 Kelompok 3: Lutfi Afifah (A34070039) Yolanda (D24080040) Liza Nur Aziza (D24080089) Siska Maryana Dewi (G54070006) Indira Indraswari (G84070029) Risqiana Dewi (G84070048) Asisten: Auliyaul Hafizhoh (I34070021) TUGAS ANALISIS KELOMPOK BINAAN DEPARTEMEN PERTANIAN Pengertian Komunikasi Kelompok: a. Komunikasi yang berlangsung antara bebera orang dalam suatu kelompok kecil dalam suatu rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya (Arifin 1994) b. Interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota yang lain secara tepat. Kedua difinisi komunikasi kelompok diatas mempunyai kesamaan yakni adanya komunikasi tatap muka dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Michael Burgoon (Wiryanto 2005) Berikut ini terdapat 7 klasifikasi kelompok: a. Kelompok Formal-Informal Kelompok formal dalam struktur keanggotaannya serba formal dan tidak fleksibel. Kelompok informal dalam strukturnya sangat fleksibel, sehingga mudah untuk keluar masuk menjadi anggotanya.

b. Kelompok Primer-Sekunder (Charles Horton Cooley pada tahun 1990 dalam Jalaludin Rakhmat, 1995) Kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerjasama. Kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Perbedaan antara keduanya: Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi., menyingkap unsure- unsur backstage (pelaku yang kita tampakkan dalam suasuana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. Komuikasi pada keompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. Komunikasi kelompok primer lebih menekaknkan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. c. Kelompok Ingroup-Outgroup Ingroup adalah kelompok kita dan outgroup adalah kelompok mereka. Ingroup dapat berupa kelompok primer dan sekunder. Secara lebih jelas In-group adalah komunikasi antar individu di dalam kelompok, baik secara vertikal maupun horizontal, baik secara informal, non formal dan formal. Out-group adalah

komunikasi individu atau kelompok dengan luar kelompok, baik dengan individu, kelompok dan massa. Keluarga adalah ingroup-kelompok primer, jurusan adalah ingroup yang kelopok sekuder. Perasaan ingroup diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerjasama. Untuk membedakan ingroup dan outgroup, kita membuat batas (siapa yang mamsuk orang dalam dan luar), bias berupa: geografis, suu bangsa, bahasa, status sosisal. Dengan semangat ke kita an, ingroup akan merasa terikat. Semangat ini lazim disebut kohesi kelompok. d. Kelompok Keanggotaan-Rujukan Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administrative dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normative, dan fugsi perspektif. e. Kelompok Tugas-Sosial Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah selain itu ada tugas tertentu yang harus dikerjakan bersama. Sedangkan kelompok social tugasnya adalah untuk kesenangan kelompok. f. Kelompok Deskriptif-Prespektif Kelompok deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok prespektif mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Terdapat enam format

kelompok prespektif, yaitu: diskusi meja bundar, symposium, diskusi panel, forum, kolukium dan parlementer. g. Kelompok Interacting-Coating-Counteracting Interacting group: setiap anggota harus bekerjasama dengan anggota lainya agar dapat mencapai tujuan-tujuan kelompok. Co-acting group: masing-masing anggotanya dapat bertindak sendiri, tapi semua mengarah pada tercapainya tujuan kelompok (bersama) Counter-Acting group: kelompok terbelah karena masing-masing mempunyai tuuan berbeda/ berlawanan/ bersaing. Dalam hal ini tiap kelompok bersaing untuk mendapatkan yang terbaik.

Hasil Analisis Kelompok Binaan Departemen Pertanian Artikel 1 Kelompok Penangkar Binaan Industri Benih Jagung Berbasis Komunal Kelompok formal. Dalam struktur keanggotaannya serba formal. Hal ini dapat dilihat dari kelompok penangkar binaan tersebut yang sudah mempunyai struktur yang sangat jelas dan mempunyai pembagian tugas yang sudah terspesialisasi secara baik. Seperti contoh nya sudah ada bagian-bagian atau divisi-divisi dari pratanam sampai pascapanen. Selain itu pertemuanpertemuan yang dilakukan lebih bersifat formal. Dalam keanggotaan kelompok ini tidak fleksibel. Kelompok Sekunder. Dalam kelompok penangkar binaan ini hubungan antar anggotanya cenderung tidak akrab. Hal ini dikarenakan oleh terforsirnya anggota-anggota kelompok binaan tersebut untuk melakukan tugas sesuai target yang telah dibuat diawal kontrak kerja. Hubungan antar anggotanya tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati antar anggota-anggota dalam kelompok tersebut. Out-group. Dalam kelompok penangkar binaan ini terdapat hubungan di luar kelompok tersebut. Kelompok ini berhubungan dengan banyak pihak dari luar untuk sehingga kelompok binaan penangkar tersebut dapat berhasil dengan baik. Kelompok rujukan. Dalam kelompok ini digunakan sebagai alat ukur untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap antar anggota-anggota kelompok binaan. Kelompok Tugas. Dalam kelompok ini ada tugas tertentu yang harus dikerjakan bersama untuk mendapatkan hasil terbaik. Kelompok Prespektif. Dalam kelompok ini sering diadakan seperti diskusi panel antar anggota kelompok penangkar binaan. Diskusi panel tersebut membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan inovasi baru yang akan dijalankan oleh kelompok tersebut. Dalam hal ini, kelompok tersebut

mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Interacting group. Setiap anggota dalam kelompok binaan ini bekerja sama dengan anggota lainya agar dapat mencapai tujuan kelompok binaan tersebut. Sehingga semua tujuan dapat terlaksan sesuai target yang telah direncanakan. Artikel 2 Kelompok Binaan TP PKK Kelurahan Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kelompok informal karena struktur kepengurusan dalam kelompok ini dan keangotaannya pun flexible sehingga untuk mudah keluar masuk anggotanya. Pertemuan yang dilakukan pun lebih bersifat secara informal antara ibu-ibu pengurus PKK dan para pekerja nya. Kelompok primer karena dalam TP PKK Kelurahan Gedongkiwo hubungan yang terjalin sangat erat. Hal ini ditunjukkan dengan kreatifitas ibu-ibu PKK yang mengolah limbah padat tahu menjadi nugget dan kue kering dan limbah cair tahu diolah menjadi nata de soya yang data menjadi mata pencaharian masyarakat sekitar dan mendapat bimbngan langsung di bawah departemen pertamian (Badan Pengembangan Teknologi Pertanian). Kelompok in-group, karena kelompok TP PKK Kelurahan Gedongkiwo merupakan kelompok yang keanggotaannya terkait dengan adanya rasa solidaritas yang tinggi antar sesame dan kerjasama untuk dapat mempertahankan kreatifitas mereka. Kelompok keanggotaan, karena anggotanya adalah ibu-ibu seluruh warga desa yang bergabung dalam suatu kepengurusan dan mengembangkan ide untuk pengolahan limbah tahu agar bernilai jual. Kelompok social, karena didalam kelompok TP PKK ini tugas yang diberikan kepada anggotanya bersifat untuk kesenangan walaupun ada pertanggung jawabannya tetapi tugas atau pekerjaan tidak memberikan beban kepada anggotanya. Kelompok Prespektif, karena Kelompok TP PKK kelurahan Gedongkiwo membagi tugasnya berdasarkan ke kreatifitasan yang dimiliki atau

berdasarkan keahlian yang dimiliki untuk dapat mencapai kekreativitasan yang dapat bernilai jual. Kelompok Co-Acting, karena setiap anggtanya memiliki tugas masingmasing dan pekerja pada bidangnya masing-masing tetapi semuanya mengarah kepada tujuan dari dibentuknya TP PKK kelurahan gedongkiwo. Artikel 3 Kawasan Hortikultura Tumohon Kelompok formal. Dalam struktur keanggotaanya formal, karena kelompok petani tersebut memiliki ketua dan memilki struktur yang jelas untuk mengembangkan pengembangan agribisnis hortikultura. Seperti contohnya Kelompok ini kelompok tani Gema Agape diketuai oleh Alfred, yang mengebangkan sayuran organik secara terpadu mencakup pengembagan sayuran, ternak kelinci dan produksi pupuk organik cair maupun padat Kelompok Primer karena kelompok ini dalam menguasai dan mengembangkan pasar disarankan agar petani menerapkan perinsip Supply Chain Management, serta berhimpun dalam asosiasi kemudian melakukan kerjasama pemasaran dengan supermarket/hypermarket atau pemasok ke daerah lainnya. Kelompok outgroup, karena kelompok ini berhubungan dengan pihak luar untuk bekerjasama dalam memasarkan produknya ke pemasok-pemasok atau ke supermarket. Kelompok rujukan karena kelompok ini membentuk anggota-anggota binaan yang memilki fungsi perspektif seperti adanya pengaturan pola tanam produksi antar sntra untuk menghindari terjadinya fluktuasi harga. Kelompok Tugas. Kelompok ini mempunyai tugas untuk dikerjakan bersama-sama, contohnya tumohon yang merupakan sebagai kota yang terkenal sebagai kota bunga dan andalan sayuran maka kelompok petani tersebut bekerjasama untuk mengembangkan potensi yang adadi kota tumohon dengan pengembangan dibidang agribisnis. Kelompok Perspektif. Kelompok ini memiliki langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mencapai tujuan kelompok yaitu dikembangkannya adalah

inventarisasi sertifikasi pupuk organik di daerah sebagai sasaran pemasaran, pengaturan pola tanam produksi antar sentra sehingga menghindari terjadinya fluktuasi harga, promosi intensif produk sayuran organik dari Rurukan sehingga dapat menjadi trade mark tersendiri. Kelompok interacting group, karena setiap anggota harus bekerjasama dengan anggota lainnya untuk mencapai tujuan-tujuan dari kelompok tersebut. Seperti contohnya berhimpun dalam asosiasi untuk memasarkan produk. Artikel 4 Manfaat Dan Dampak Pelaksanaan Alternative Development Di Bumi Serambi Mekah Kelompok formal. Telah terdapat struktur keanggotaan dalam kelompok binaan tersebut. Kelompok tersebut juga dibina secara aktif oleh bebepa pihak yaitu tim dari Ditjen Hortikultura, pejabat BNN, Pemda Provinsi Aceh, dan Yayasan Sambino. Kelompok sekunder. Dalam kelompok tersebut hubungan antar anggotanya tidak akrab dan tidak personal. Adanya target-target tertentu yang harus dicapai masing-masing petani. Taerget tersebut dilakukan masing-masing petani, dan tidak bergantung pada anggota lainnya. Kelompok out-group. Adanya hubungan dengan berbagai pihak luar. Perasaan kelompok ini tidak diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerjasama Kelompok Rujukan. digunakan sebagai alat ukur untuk menilali diri sndriri atau untuk membentuk sikap. Kelompok Prespektif. Adanya langkah-langkah yang dilakukan berbagai pihak agar tercapainya tujuan kelompok binaan tersebut. Terdapat penyuluhan, diskusi dan rapat-rapat yang dilakukan oleh para anggota kelompok binaan dengan pihak-pihak pembina. Kelompok Tugas. Adanya tugas kepada para anggota kelompok untuk meningkatkan hasil pertanian mereka dan tidak menanam ganja lagi.

Kelompok Co-acting group. masing-masing anggotanya dapat bertindak sendiri, tapi semua mengarah pada tercapainya tujuan kelompok (bersama). Meningkatkan pendapatan dari hasil pertanian dengan cara yang legal dan tidak berlawanan dengan hukum seperti bertanam tanaman ganja. Sebagai sumber dan alternatif pendapatan yang legal dan sebagai alternatif tanaman pengganti ganja. Artikel 5 Hidup Sehat dengan Beras Sehat Kelompok formal. Struktur keanggotaannya formal karena pembagian tugas yang jelas. Pertemuan yang dilakukan pun bersifat formal. Kelompok primer. Hubungan antaranggota sangat akrab karena kelompok ini berasal dari satu desa yang berdasarkan hubungan kekeluargaan. Outgroup. Adanya kerjasama dengan pihak luar khususnya, USAID sehingga beras yang dihasilkan berkualitas baik dan sehat. Kelompok rujukan. Tujuan yang diwujudkan secara bersama yakni, mencapai lingkungan yang bersih dari pestisida dan memperoleh beras organik membuat tolak ukur dari anggota tersebut. Kelompok tugas. Adanya pembagian tugas secara merata terhadap masingmasing anggota merupakan hal yang diperlukan untuk mencapai kemandirian kelompok tani tersebut. Kelompok perspektif. Kelompok tani ini memulai tugasnya dengan pembagian tugas secara bersamaan dan pertanggungjawaban yang diberikan merupakan hak setiap anggota. Interaction group. Kelompok binaan ini merupakan interaksi antaranggota yang dimulai dari masyarakat petani. Hal ini menyebabkan keinginan yang kuat untuk memperoleh beras yang sehat.

Daftar Pustaka Arifin Anwar. 1984. Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas Bandung: Armico. Balai Penelitian Sereal. 2004. Industri Benih Jagung Berbasis Komunal http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/eng//index.php?option=com_content &task=view&id=49&itemid=137. NTB Balai Penelitian Hortikultura. 2011. Kawasan Hortikultura Tumohon. http://www.hortikultura.go.id/index.php?option=com_content&task=view &id=261&itemid=1. Tomohon Balai Penelitian Hortikultura. 2010. Manfaat Dan Dampak Pelaksanaan Alternative Development Di Bumi Serambi Mekah. Aceh. http://www.hortikultura.go.id/index.php?option=com_content&task=view &id=245&itemid=1 Badan Informasi Daerah Jogjakarta. 2007. http://mediainfokota.jogjakota.go.id/detail.php?berita_id=23. Jogjakarta Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Lampiran Artikel 1 Kelompok Penangkar Binaan Industri Benih Jagung Berbasis Komunal Dalam kaitannya dengan penyebarluasan teknologi hasil penelitian utamanya varietas, dan agar teknologi tersebut dapat diterapkan di lahan petani maka ketersediaan benih di tingkat petani mutlak diperlukan. Ketersediaan benih di tingkat petani ini penting agar petani dapat mengakses benih berkualitas setiap saat dengan harga terjangkau. Menyadari hal tersebut, Balitsereal telah melakukan pembinaan penangkar benih di tingkat petani sejak 2004 di Nusa Tenggara Barat. Pembinaan penangkar ini dilakukan setelah diketahui melalui temu lapang sebelumnya bahwa petani berminat untuk mengembangkan varietas Lamuru. Untuk memfasilitasi ketersediaan benih, dilaksanakan kegiatan penang-karan benih berbasis komunal atas kesepakatan kelompok tani dengan para peneliti dan penyuluh serta tokoh masyarakat untuk mempercepat pengembangan varietas Lamuru. Penangkaran benih dilaksanakan di Desa Sambelia, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Dalam kegiatan ini Balitsereal juga bekerjasama dengan BPTP NTB, Dinas Pertanian, BBI/BBU, dan BPSB. Artikel 2 Kelompok Binaan TP PKK Kelurahan Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kreatifitas ibu-ibu PKK Kelurahan Gedongkiwo patut diacungi jempol. Betapa tidak, ditengah himpitan harga bahan pangan semakin merangkak naik, mereka dapat berperan serta dalam mencegah dan menanggulangi masalah pangan. Banyaknya limbah tahu disekitar mereka yang sebelumnya hanya diberikan pada ternak bahkan hanya terbuang sia-sia, kini dimanfaatkan untuk meningkatkan kemandirian rumah tangga dalam mewujudkan ketahanan pangan. Limbah tahu ditangan ibu-ibu PKK ini ternyata bisa disulap menjadi berbagai bahan pangan bernilai ekonomis. Limbah padat tahu diolah menjadi nugget dan kue kering, sedang limbah cair tahu diolah menjadi nata de soya. Di Kelurahan Gedongkiwo ada sekitar 30 orang pengrajin tahu, tempe dan susu kedelai, yang menyerap 100 orang tenaga kerja. Mereka terdapat di sepanjang sungai Winongo

yaitu di RW 12, 14 dan 15. Sedangkan sentra industri rumah tangga limbah tahu terdapat di RW 17. Kelompok pengrajin dan industri rumah tangga ini telah mendapatkan bimbingan dari BPPT ( Badan Pengembangan Teknologi Pertanian ) Departemen Pertanian. Khusus pengolahan limbah tahu dan tanaman hias telah menjadi program percontohan Prima Tani (Program Rintisan Akselerasi Teknologi Pertanian) dari BPPT. Menurut Ketua TP PKK Kelurahan Gedongkiwo Dra Riyanti Sujoko, Selain produk unggulan tahu dan limbah tahu, Kelompok binaannya mempunyai produk unggulan lain yang dihasilkan yaitu tanaman hias/toga, pembibitan lobster, kripik bonggol pisang, kripik daun singkong dan pupuk dari limbah sampah. Saat ini TP PKK Gedongkiwo kerjasama dengan BPTP juga sedang mengembangkan pembuatan kembang tahu. Artikel 3 Tumohon Kawasan Hortikultura Selama ini Kota Tomohon dikenal sebagai kota Bunga, ini didukung penuh oleh Pemda dan masyarakatpun antusias melakoninya, bahkan untuk menyemarakkan hal tersebut telah ditetapkan pelaksanaan Tomohon Flower Festival yang merupakan agenda secara berkala setiap tahun, pada tahun ini akan dilaksanakan di akhir Juli 2010. Dalam pembangunan pertanian, Pemda Tomohon sebenarnya telah mengaisikasikan daerahnya berdasarkan potensi pengembangan komoditas dan agrekosistem, yaitu Tomohon Utara sebagai sentra bunga, Tomohon Timur sebagai sentra sayuran yang bersambungan dengan daerah Minahasa, sementara bagian barat dan selatan merupakan daerah kehutanan dan tanaman pangan. Selain terkenal dengan bunganya dan sebagaimana telah ditetapkan melalui Perda No 7/2008 sebagai Kota Bunga. Namun disamping itu secara turun temurun sebenarnya Tomohon juga sebagai sentra sayuran andalan di Sulawesi Utara, khususnya sayuran daun dan sayuran dataran tinggi. Karenanya tidak salah Kunker Spesifik DPR RI datang kesini untuk mendapatkan gambaran kawasan hortikultura secara komprehensif.

Artikel 4 Manfaat Dan Dampak Pelaksanaan Alternative Development Di Bumi Serambi Mekah Program Alternative Development dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai institusi dan elemen masyarakat dalam rangka memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kegiatan ekonominya sebagai alternatif solusi pengganti ketergantungan pada tanaman ganja. Desa Mahaeng (kabupaten Aceh Besar) sebagai desa binaan yang di kembangkan sebagai agrowisata untuk pemberdayaan masyarakat eks petani penanam ganja dengan pengembangan peternakan (domba), sayuran, tanaman pangan dan perikanan. Di kecamatan Lamteba, program Alternative Development telah dilaksanakan oleh dua kelompok tani (mencakup 52 orang petani). Kegiatan yang dibiayai melalui pendanan dari Ditjen Hortikultura hanya seluas 40 Ha pada dua kelompok tani, namun dewasa ini areal tersebut telah membesar, menjadi 100 Ha sebagai aktivitas masyarakat secara swadaya. Artikel 5 Beras Sehat dengan Hidup Sehat Untuk menghasilkan produk beras sehat, yang bebas dari residu pestisida kimia sintetis, dibutuhkan kualitas lingkungan yang baik dan cara berbudidaya yang ramah lingkungan. Proses untuk mewujudkan prasyarat tersebut membutuhkan waktu dan keseriusan dalam menjalankannya. Lembaga Pertanian Sehat (LPS) sejak tahun 1999 telah melakukan beberapa upaya untuk ikut serta mewujudkan pertanian sehat ramah lingkungan tersebut. Dedikasi LPS untuk menghasilkan pertanian yang ramah lingkungan direalisasikan dalam dua bentuk program: Pertama, Program Pengembangan Pertanian Sehat yang menghasilkan teknologi budidaya pertanian sehat dan sarana produksi pertanian ramah lingkungan. Kedua, Program Pemberdayaan Petani Sehat yang menghasilkan puluhan Kelompok Tani, pejuang pertanian ramah lingkungan.