SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
NURJANNAH NIM

KESULITAN MAKAN PADA ANAK. Oleh : Dr. Djoko Sunarjo, Sp.A.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

Pendahuluan Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah bagi orang tua atau pengasuh anak. Fenomena yang ada di masyarakat saat ini masih

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. respon tiap-tiap orang berbeda (Notoatmodjo,2003). manusia sebagai mahkluk individu, sosial, dan kebutuhan (Purwanto,1999).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB III METODE PENELITIAN

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, spiritual, dan sosial yang begitu signifikan. Pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kurnia Mutiara. Prodi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

GAMBARAN FACTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BATITA DI DESA BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SULIT MAKAN PADA USIA PRASEKOLAH DI TK ISLAM NURUL HIKMAH. Lenny Irmawaty

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN PERILAKU SARAPAN PADA SISWA(I) SMU. 1. Apakah yang saudara ketahui tentang gizi seimbang?

RAHMAH Mahasiswi Pada STikes U BUDIYAH Banda Aceh

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PERTIWI DESA BUGEL KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

MASALAH MAKAN PADA ANAK

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUMBUH KEMBANG BAYI USIA 0 12 BULAN DI DESA GAMPONG JAWA KECAMATAN IDI RAYEUK ACEH TIMURTAHUN 2015.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ruang perawatan kelas III, dan data-data terkait antara lain standar

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PICKY EATER (SULIT MAKAN) PADA ANAK BALITA DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh Oleh : NURJANNAH NIM. 10010151 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013 ABSTRAK

Faktor-Faktor Apasaja Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 Nurjannah 1, Syahbuddin 2 xii + 40 halaman: 8 Tabel, 1 Gambar, 12 Lampiran Latar Belakang : Masalah sulit makan pada anak sifatnya kompleks dan perlu dicermati faktor penyebabnya. Kesulitan makan pada anak disebabkan oleh tiga factor yaitu hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Penanganan sulit makan pada anak secara optimal diharapkan akan mencegah timbulnya masalah gizi, terutama masalah kurang gizi, sehingga dapat meningkat Taman Kanak-Kanakan kualitas anak Indonesia. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 yang ditinjau dari nafsu makan berkurang, gangguan proses makan di mulut dan gangguan psikologis. Metodelogi Penelitian : ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga sejak tanggal 12 sampai dengan 16 Juli 2013. Pengambilan sampel menggunakan tehknik achidental sampling terhadap 56 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan 20 pertanyaan. Hasil Penelitian : yang diperoleh dari 56 responden ditinjau dari nafsu makan berkurang diketahui yaitu 16 orang (72,7%) sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara sulit makan pada anak dengan nafsu makan berkurang didapatkan nilai p Value 0.000. Ditinjau dari gangguan proses makan diketahui yaitu 14 orang (87,5%) sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara sulit makan pada anak dengan gangguan proses makan nilai p Value 0.000. sedangkan ditiniau dari faktor gangguan psikologis diketahui yaitu 3 orang (60,0%) sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sulit makan pada anak dengan hubungan anggota keluarga tidak harmonis p Value 0.101. Kesimpulan dan Saran : faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak meliputi nafsu makan berkurang dan gangguan proses makan di mulut, sedangkan faktor yang tidak berhubungan yaitu gangguan psikologis. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan upaya pelayanan kesehatan dan menjadi bahan informasi bagi rumah sakit agar dapat menjadi acuan untuk dipedoman dalam meningkatkan program pelayanan kesehatan yang lebih baik.. Kata kunci : Sulit Makan, Nafsu Makan Berkurang, Gangguan Proses Makan, Hubungan Keluarga Tidak Harmonis Sumber : 20 buku (2004-2012) + 7 internet 1. Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan STIKes U budiyah 2. Dosen Pembimbing Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan STIKes U budiyah

DAFTAR ISI Hal JUDUL LUAR HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN PENGUJI... iv KATA PENGANTAR... v MOTTO... vii DAFTAR ISI..... viii DAFTAR TABEL..... x DAFTAR GAMBAR..... xi DAFTAR LAMPIRAN..... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah dan Permasalahan... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 1.Tujuan Umum... 5 2. Tujuan Khusus... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II TIJAUAN KEPUSTAKAAN... 7 A. Konsep Dasar Balita... 7 1. Definisi Balita... 7 2. Penyediaan Menu Seimbang Balita...... 8 3. Kebutuhan Gizi... 9 4. Pengaturan Makanan Balita... 10 B. Kesulitan Makan Pada Balita... 11 1. Pengertian... 11 2. Gejala dan Kelurhan... 12 3. Penyebab... 13 4. Penatalaksanaan... 18 5. Dampak Kesulitan Makan... 19 BAB III KERANGKA PENELITIAN... 21 A. Kerangka Konsep... 21 B. Definisi Operasional... 22

C. Cara Pengukuran Variabel... 23 D. Hipotesa Penelitian... 23 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 24 A. Jenis Penelitian... 24 B. Populasi dan sampel... 24 1.Populasi... 24 2. Sampel... 24 C. Tempat dan waktu penelitian... 25 D. Cara pengumpulan Data... 25 1. Data Primer... 25 2. Data Skunder... 25 E. Instrumen Penelitian... 25 F. Pengolahan Data dan Analisa Data... 26 1. Pengolahan Data... 26 2. Analisa Data... 26 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 28 A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian... 28 B. Hasil Penelitian... 28 C. Pembahasan... 34 BAB VI PENUTUP... 39 A. Kesimpulan... 30 B. Saran... 40 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Konsep... 21 Hal

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembaran Kuesioner Lampiran 2. Master Tabel Lampiran 3. Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data Awal/Studi Pendahuluan Lampiran 6. Balasan Surat Izin Pengambilan Data Awal/Studi Pendahuluan Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Lampiran 8. Balasan Surat Izin Penelitian Lampiran 9. Daftar Mengikuti Sidang KTI Lampiran 10. Lembar Konsul KTI Lampiran 11. Biodata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat. Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Depkes RI, 2007). Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang Vitamin A, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang Yodium dan gizi lebih (obesitas) masih banyak tersebar di kota dan desa di seluruh tanah air. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain adalah tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga dalam memilih, mengolah dan membagi makanan di tingkat rumah tangga, ketersediaan air bersih dan

fasilitas sanitasi dasar serta ketersediaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat yang berkualitas (Depkes RI, 2007). Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. (Kemenkes, RI, 2011). Angka kesakitan bayi balita menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan ini juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesaehatan, layanan petugas kesehatan, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial ekonomi dan pendidikan ibu (Aziz, 2009). Gangguan sulit makan sering dialami anak-anak usia 1 5 tahun. Usia 1-5 tahun biasanya anak menjadi sulit makan karena semakin bertambahnya aktivitas mereka seperti bermain dan berlari sehingga kadang mereka menjadi malas untuk makan. Selain itu, pola pemberian makan yang tidak sesuai dengan keinginan anak dapat menyebabkan anak menjadi sulit makan, sedangkan pada balita terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan kecukupan nutrisi. Nutrisi yang dikonsumsi pada usia balita mengalami banyak perubahan mulai dari perubahan bentuk makanan mulai dari ASI, makanan bertekstur halus dan sampai akhirnya makanan bertekstur padat sebagai asupan utama (Liza, 2010). Kesulitan makan pada anak balita merupakan masalah yang sering dialami orang tua atau pengasuh anak. Apabila sulit makan pada anak tidak segera diatasi,

maka mengganggu tumbuh kembang anak. Orang tua seringkali mengambil jalan pintas untuk mengatasi asupan gizi yang kurang karena anak sulit makan, dengan memberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan padahal tindakan tersebut tidak selalu tepat. Keluhan yang sering muncul adalah anak tidak mau makan, menolak makan, proses makan yang terlalu lama, hanya mau minum saja, kalau diberi makan muntah, mengeluh sakit perut, bahkan ada yang disuruh makan marah marah bahkan mengamuk. Keluhan keluhan yang sering muncul pada balita menunjukkan tanda tanda gangguan kesulitan makan (Vina, 2011). Masalah sulit makan pada anak sifatnya kompleks dan perlu dicermati factor penyebabnya. Kesulitan makan pada anak dibedakan menjadi tiga factor yaitu hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Penanganan sulit makan pada anak secara optimal diharapkan akan mencegah timbulnya masalah gizi, terutama masalah kurang gizi, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia (Liza, 2010). Cara-cara yang dilakukan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balitanya sangat bervariasi. Berbagai cara yang sudah dilakukan ibu menunjukkan bahwa ibu sangat berperan dalam mengatasi kesulitaan makan pada anak balitanya. Masalah kesulitan makan pada balita membutuhkan peran penting ibu, sehingga pengaruh ibu terhadap pemberian makan pada anak sangat penting, terutama untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pada anak. Seorang ibu harus dapat mengetahui berbagai hal yang terkait dengan perannya dalam memenuhi nutrisi pada anak. Peran itu meliputi mengetahui makanan yang bergizi untuk anak, membentuk pola makan, cara mempersiapkan makanan, cara menyajikan dan menciptakan situasi yang menyenangkan pada saat anak makan (Liza, 2010)

Sebagian ibu ada yang menyatakan bisa mengatasinya dengan berbagai cara dan sebagian masih ada yang belum mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi kesulitan makan pada anak balitanya. Cara ibu yang biasa dilakukan jika anaknya susah makan adalah membawa anaknya jalan-jalan, memberikan susu yang banyak untuk mencukupi nutrisinya, membelikannya jajan yang disukai (sejenis jajan keliling), memaksa anak dengan menakut-nakuti agar anak mau makan, dan memberikan ramuan tradisional yang terbuat dari tanaman herbal yang biasanya disebut dengan jamu jawa. Ramuan jamu ini terbuat dari temulawak dan temu ireng yang diparut kemudian diambil sarinya, dan kemudian diminumkan kepada anak yang mengalami susah makan. Banyak peran ibu yang belum dilaksanakan untuk membantu menangani kesulitan makan pada balita misalnya dalam menyajikan makanan yang menarik (Vina, 2011). Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga didapatkan jumlah murid TK Negeri Pembina berjumlah 50 balita, diantaranya 20 murid kelompok A yaitu laki-laki 11 orang dan perempuan 9 orang dan sedangkan kelompok B 30 orang diantaranya laki-laki 7 orang dan perempuan 23 orang. Pada saat peneliti melakukan wawancara d dengan 15 orang ibu yang sedang menunggu anak balitanya di berikan pertanyaan, dari 7 orang ibu mengatakan anak - anak mereka susah makan, dimana harus dipaksa, jika bermain lama tidak ingat makan, dan suka meminta jajan sehingga tidak mau makan lagi.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 B. Rumusan Masalah dan Permasalahan Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Faktor-Faktor Apa saja Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan nafsu makan dengan sulit makan b. Untuk mengetahui hubungan gangguan proses makan di mulut dengan sulit makan c. Untuk mengetahui hubungan gangguan psikologis dengan sulit makan.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Untuk menambah informasi bagi masyarakat dan menambah pengetahuan orang tua mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak. 2. Bagi Tempat Penelitian Sebagai informasi kepada pihak sekolah mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak. 3. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan petugas kesehatan dapat lebih memberikan penyuluhan berupa pendidikan kesehatan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kosep Dasar Balita 1. Definisi Balita Suparyanto (2011) menjelaskan Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot (Murwani, 2009). Kemenkes RI (2011) menyatakan usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Menururt Wahyuningsih (2009) masa krisis proses tumbuh kembang anak adalah masa dibawah lima tahun (balita). Sedangkan Aziz (2006) menyatakan setiap individu mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda-beda, bisa cepat maupun lambat tergantung dari individu dan

lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor herediter, lingkungan, budaya lingkungan, sosial ekonomi, iklim/cuaca, nutrisi dan lain-lain. 2. Penyediaan Menu Seimbang Balita Konsep dasar gizi seimbang menurut Dirjembinkesmas (2002) merupakan pemberian makanan yang sebaik-baiknya yang harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil, menyusui. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiridari aneka ragam bahan makanan. Gizi anak memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan makanan yang bergizi akan meyebabkan retardasi pertumbuhan anak, makan yang berlebihan juga tidak baik karena akan menyebabkan obesitas. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas anak (Soetjiningsih, 2005). Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita

dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Suparyanto, 2011). Menurut Rumdasih dkk (2005) setelah anak berumur satu tahun menunya harus bervariasi untuk mencegah kebosanan dan diberi susu, serealia (seperti bubur beras, roti), daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Makanan padat yang diberikan tidak perlu di blender lagi melainkan yang kasar supaya anak yang sudah mempunyi gigi dapat belajar mengunyah. Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Depkes RI, 2007). 3. Kebutuhan Gizi Balita Menurut Suparyanto (2011) kebutuhan gizi pada balita meliputi: a. Kebutuhan Energi Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

b. Kebutuhan zat pembangun Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil. c. Kebutuhan zat pengatur Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia. Rumdasih dkk (2005) mejelaskan pemberian makanan pada balita sebagaimana halnya kelompok usia lain yang lebih tua, harus memenuhi kebutuhan balita itu yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zatzat gizi utama yang meliputi lima komponen dasar yakni: hidrat arang, protein, lemak, mineral dan vitamin (termasuk air dalam keadaan yang cukup). 4. Pengaturan Makanan Balita Menurut Jitowono (2010) dalam memenuhi kebutuhan gizi anak usia 1-5 tahun hendaknya digunakan kebutuhan prinsip sebagai berikut: a. Bahan makan sumber kalori harus dipenuhi baik yang berasal dari makanan pokok, minyak dan zat lemak serta gula. b. Berikan sumberp protein nabati dan hewani. c. Jangan memaksa anak makan makanan yang tidak disenangi, berikan makanan lain yang dapat diterima misalnya jika anak menolak sayuran mubgkin karena cara memasaknya buatlah cara lain. Jika masih tetap

menolak gantilah sayuran dengan menambah buah-buahan yang penting anak mendapat vitamin dan mineral. Begitupun sumber protein, kalori dan sebagainya bisa diganti-ganti yang penting kebutuhan gizi anak terpenuhi. d. Berilah makanan selingan (makanan ringan) misalnya biskuit dan semacamnya diberikan antara waktu makan pagi, siang dan malam. B. Kesulitan Makan Pada Balita 1. Pengertian Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, khususnya ibu. Jika dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, makan merupakan pendidikan agar anak terbiasa kebiasaan makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan bagi anak maupun bagi pemberinya terutama ibu (Sunarjo, 2009). Pengertian kesulitan makan menurut Judarwanto (2010) adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap

dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Soedibyo dan Mulyani (2009) menjelaskan bahwa kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela. Kesulitan makan pada anak merupakan masalah yang serius karena dampak terhadap tumbuh kembang anak serta kemungkinan kualitas hidup kurang optimal. Deteksi dini masalah kesulitan makan sangat penting agar dampak negatif dapat dicegah dan tidak berkepanjangan. Sedangkan menurut Nurhayati (2008) kesulitan makan pada anak balita merupakan masalah yang sering dialami orang tua atau pengasuh anak. Apabila sulit makan pada anak tidak segera diatasi, maka mengganggu tumbuh kembang anak. Orang tua seringkali mengambil jalan pintas untuk mengatasi asupan gizi yang kurang karena anak sulit makan, dengan memberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan padahal tindakan tersebut tidak selalu tepat. 2. Gejala dan Keluhan Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam di antaranya (Sunarjo, 2009): a. Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan

b. Makan tidak mau ditelan c. Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan d. Penolakan atau melawan pada waktu makan e. Kebiasaan makan makanan yang aneh (pika) f. Hanya mau makan jenis tertentu saja g. Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan h. Kelambatan dalam tingkat keterampilan makan dan keluhan lain Menurut Judarwnto (2010) Gejala kesulitan makan pada anak adalah: a. Memuntahkan atau menyemburnyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak b. Makan berlama-lama dan memainkan makanan c. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat d. Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua e. Tidak menyukai banyak variasi makanan atau suka pilih-pilih makan f. Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil. 3. Penyebab Judarwanto (2010) menguraikan ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali timbul

bersamaan. Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Bila dikelompokkan dalam penggolongan utama penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang. Penyebab sulit sangat banyak dan bervariasi. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Penelitian yang telah dilakukan di Picky Eaters Clinic Jakarta (Klinik Khusus Kesulitan makan Anak) penyebab yang paling dominan adalah gangguan fungsi saluran cerna pada anak. Gangguan fungsi saluran cerna tersebut seringkali berlangsung lama dan akan membaik seiring dengan membaiknya ketidak matangan saluran cerna pada anak atau sekitar usia 5-7 tahun. Meskipun pada beberapa kasus berkepanjangan hingga sampai usia dewasa. Sehingga seringkali gangguan sulit makan akan berlangsung jangka panjang hilang timbul, tetapi pada usia tertentu akan membaik. a. Nafsu Makan Berkurang Atau Hilang Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan nafsu makan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan

hanya sedikit atau mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya, menepis suapan orang tua atau tidak mau makan dan minum sama sekali (Judarwanto, 2010). Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya (Sunarjo, 2009). Menurut Supartini (2004) beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Nafsu makan berkurang b. Anak lebih tertarik pada aktifitas bermain c. Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru d. Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan keluarga. b. Gangguan Proses Makan Di Mulut Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan. Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak bisa makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun, tidak bisa makan

daging sapi (empal) atau sayur berserat seperti kangkung. Bila anak sedang muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak sempurna. Tetapi kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras seperti krupuk atau biskuit tidak terganggu, karena hanya memerlukan beberapa kunyahan. Gangguan koordinasi motorik mulut ini juga mengakibatkani kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja (Judarwanto, 2010). Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan (Sunarjo, 2009). c. Gangguan psikologis Judarwanto (2010) menjelaskan gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam

jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog. Berdasarkan hasil penelitian Aizah (2012) mengenai faktor penyebab kesulitan makan pada anak usia sekolah menyatakan bahwa yang termasuk kedalam gangguan psikologis dapat terjadi oleh karena: aturan makan yang ketat atau berlebihan terhadap anak, ibu suka memaksa kehendak terhadap anak, hubungan anggota keluarga tidak harmonis dan Anak mengalami alergi pada makanan. Sedangkan Sunarjo (2009) menguraikan faktor gangguan atau kelainan psikologis yaitu: a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya b. Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan. c. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak disukai. d. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam, mual atau muntah dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan.

e. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan sebagainya. 4. Penatalaksanaan Menurut Enny (2009) untuk mengatasi anak susah makan dapat dilakukan dengan cara: a. Ciptakan suasana yang menyenangkan misalnya menghidangkan makanan dengan aneka bentuk dan wadah yang menarik b. Hindarkan gaya memaksa dan mengancam dalam membujuk anak c. Libatkan anak untuk menyiapkan makanan d. Hindarkan memberi isyarat makanan penutup sebagai hadiah e. Batasi pemberian minuman di sela-sela waktu makan. Anjuran pada orang tua menurut Supartini (2004) adalah: a. Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak mengenal nutrisi b. Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit berikan dengan frekuensi lebih sering yaitu 4-5 kali sehari. Apabila memberi makanan padat seperti nasi yaitu 3 kali dalam sehari, berikan makanan ringan atau kudapan diantara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali sehari.

c. Izinkan anak membantu orang tua menyiapkan makanan d. Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru e. Fasilitasi anak untuk mengekspresikan ide, pikiran serta perasaan saat makan bersama. Arisman (2007) menjelaskan pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis makanan selama berminggu-minggu, orang tua tidak perlu gusar asal makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Sementara orang tua tidak boleh jera menawarkan kembali jenis makanan lain setiap kali makan. Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang terkait antara satu dengan yang lainnya seperti contoh interaksi antara orang tua dan anak soal makanan. Orang tua sebaiknya selalu memberikan perhatian khusus tentang makanan anak. Interakasi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi dengan anak tetapi lebih ditentukan dari kualitas interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masingmasing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang (Supariasa, 2004). 5. Dampak Kesulitan Makan Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan

tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP) (Sunarjo, 2009).

BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Menurut Judarwanto (2010) menguraikan ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali timbul bersamaan. Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali timbul bersamaan. Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Bila dikelompokkan dalam penggolongan utama penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan sehingga dapat digambarkan pada suatu kerangka konsep seperti pada gambar berikut ini: Variabel independen Variabel dependen Nafsu makan berkurang Gangguan proses makan di mulut ngguan psikologis Picky Eaters (Sulit makan pada anak) B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambar 3.1 Kerangka Konsep

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Variabel dependen 1 Sulit makan pada anak Variabel independen 2 Nafsu makan berkurang 3 Gangguan proses makan di mulut Anak tidak mau Penyebaran koisener dengan atau menolak wawancara untuk makan, a.ya, jika respondemenjawab > atau mengalami 50% kesulitan b.tidak, jika responden mengkonsumsi menjawab <50% makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar memakan makan hanya sedikit atau mengeluarkan, menyemburnyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama Adanyan gangguan makan berupa gangguan mengunyah makanan yang disebabkan oleh tumbuh gigi baru, sariawan dan gangguan lainnya. Penyebaran kuesioner dan wawancara a.ya,jika anak makan sedikit b.tidak,jika anak makan banyak Penyebaran kuesener dan wawancara a.ya, jika anak mengalami gangguan makan > 50% b.tidak, jika anak tidak mengalami gangguan makan < 50%, jika anak mengalami gangguan makan > 50% Kuesioner a. Ya b.tidak Kuesioner a.ya b.tidak Kuesioner a.ya b.tidak Ordinal Ordinal Ordinal

4 Gangguan psikologis Anak tidak mau makan karena stres yang diakibatkan dari aturan makan yang ketat atau salah dari orang tua. Penyebaran kuesener dan wawacara a.ya, jika anak tidak mengalami gangguan makan < 50% b.tidak,, jika responden menjawab < 50% jika anak tidak mengalami gangguan makan < 50% jika anak tidak mengalami gangguan makan < 50% jika anak tidak mengalami gangguan makan < 50% Kuesioner a.ya b.tidak C. Cara pengukuran variable 1. Sulit makan pada anak di bagi 2 katagori (Judarwanto, 2010) yaitu: a. Ya, jika responden menjawab > 50% b. Tidak, jika responden menjawab < 50% 2. Nafsu makan berkurang di bagi 2 katagori (Judarwanto, 2010) yaitu: a. Ya jika anak hanya makan sedikit, memuntahkan makanan, menyemburkan makanan dan menahan makanan dalam mulut b. Tidak, jika anak tidak hanya makan sedikit, tidak memuntahkan makanan, tidak menyemburkan makanan dan tidak menahan makanan dalam mulut 3. Gangguan proses makan dibagi 2 katagori (Judarwanto, 2010) yaitu: a. Ya jika anak mengalami gangguan dalam menguyah makanan > 50% b. Tidak, jika anak tidak mengalami gangguan dalam menguyah makanan > 50% 4. Hubungan anggota keluarga tidak harmonis dibagi menjadi 2 katagori (Judarwarto, 2010) yaitu : a. Ya, jika responden menjawab > 50% b. Tidak, jika responden menjawab < 50%

D. Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan nafsu makan terhadap sulit makan pada anak 2. Ada hubungan gangguan proses makan di mulut terhadap sulit makan pada anak 3. Ada hubungan gangguan psikologis terhadap sulit makan apada anak BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik dengan pendekatan cros sectional yaitu cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, dimana pengumpulan data variable Dependen dan Independen dilakukan penelitian disaat yang bersamaan. (Notoadmojo, 2005) B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 12 sampai dengan 14 September 2013.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita di sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga berjumlah 56 orang 2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita di sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga berjumlah 56 orang dengan tekhnik pengambilan sampel yaitu total sampling D. Cara Pengumpulan. Data 1. Data Primer. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada semua ibu yang mempunyai anak balita di sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga. 2. Data Sekunder Didapat dari sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga serta referensi buku-buku perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya. E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 16 pertanyaan- pertanyaan yang menyediakan jawaban alternatif dan respon hanya memilih 1 diantara yang sesuai dengan pendapatnya. Dengan membagikan kuesioner yang berisi 5 pertanyaan tentang nafsu makan, 5 pertanyaan tentang gangguan proses makan di mulut, 5 pertanyaan tentang gangguan psikologis dan 1 pertanyaaan apakah anak sulit makan. F. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan software SPSS Versi 16.0. 2. Analisa Data. a. Analisa Univariat Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Kemudian ditentukan persentase (P) dengan menentukan rumus (Budiarto, 2005) sebagai berikut. P = n F X 100% Keterangan : P = Persentase n = Sampel

F = Frekuensi Teramati b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test (X 2 ) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P 0,05) sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program computer SPSS for windows. Melalui perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Taman Kanak-Kanak Negri Pembina di bangun pada lokasi di Jalan Simpang Tiga Kembang tanjong dengan luas tanah + 273 M 2. Untuk melakukan proses belajar mengajar Taman Kanak-Kanak Negri Pembina menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik, serta mudah diikuti oleh anak-anak. fasilitas sekolah seperti jumlah ruang belajar 2 lokal, ruang kelas yang cukup luas, ruang perpustakaan dengan koleksi bukubuku yang dapat dibawa pulang oleh siswa, ruang bermain outdoor dan indoor beserta peralatannya, taman sekolah dan terdapat 2 toilet,dan jumlah guru nya 8 orang, dengan batas wilayah meliputi : 1. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan Sigli-Kembang Tanjong. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Pante. 3. Sebelah Utara berbatasan dengan SMA Negeri 1 Simpang Tiga. 4. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Jalan Pante B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12 sampai 16 Agustus 2013 dengan menggunakan kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Analisa Univariat a. Sulit makan pada anak Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 No Sulit Makan Pada Anak frekuensi % 1 Ya 16 32,0 2 Tidak 34 68,0 Total 50 100 Sumber : Data primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 50 responden mayoritas balita tidak mengalami sulit makan yaitu 34 orang (68,0%). b. Gangguan proses makan Tabel 5.2 Distribusi Frekwensi Terjadinya Gangguan Proses Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 No 1 2 Ganggguan Proses Makan Ya Tidak frekuensi % 16 34 32,0 68,0 Total 50 100 Sumber : Data primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 50 responden mayoritas balita tidak mengalami gangguan proses makan akibat dari sulit makan yaitu 34 orang (68,0%).

c. Nafsu Makan Berkurang Tabel 5.3 Distribusi Frekwensi Terjadinya Nafsu Makan Berkurang Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 No Nafsu Makan Berkurang frekuensi % 1 Ya 22 44,0 2 Tidak 28 56,0 Total 50 100 Sumber : Data primer (diolah) 2013 Berdasarkan table 5.3 dapat dilihat bahwa dari 50 responden mayoritas balita tidak mengalami nafsu makan berkurang akibat dari sulit makan yaitu 28 orang (56,0%). d. Gangguan Psikologis Tabel 5.4 Distribusi Frekwensi Terjadinya Gangguan Psikologis Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 No Gangguan Psikologis frekuensi % 1 2 Ya Tidak 5 45 10,0 90,0 Total 50 100 Sumber : Data primer (diolah) 2012 Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 50 responden mayoritas balita tidak mengalami Gangguan Psikologis yaitu 45 orang (90,0%).

2. Analisa Bivariat a. Hubungan Nafsu Makan Dengan Sulit Makan Tabel 5.5 Hubungan Nafsu Makan Berkurang Dengan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 N o 1 2 Nafsu makan berkurang Ya Tidak Sulit Makan Pada Anak Ya Tidak Total f % f % f % 16 0 72,7 0 6 28 27,3 100 22 28 100 100 Jlh 16 32,0 34 68,0 50 100 Signifikan: p value < 0,05 p value 0,000 Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami nafsu makan kurang mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (72,7%) sebaliknya anak yang tidak mengalami nafsu makan kurang seluruhnya berasal dari anak yang tidak mengalami sulit makan (100%) Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak. b. Hubunga Gangguan Proses Makan Di Mulut Dengan Sulit Makan Tabel 5.6

Hubungan Gangguan Proses Makan Dengan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie N o 1 2 Gangguan Proses Makan Ya Tidak Sulit Makan Pada Anak Ya Tidak Total f % f % f % 14 2 87,5 5,9 2 32 12,5 94,1 16 34 100 100 Jlh 16 32,0 34 68,0 50 100 Signifikan: p value < 0,05 p value 0,000 Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (87,5%) dan sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (94,1%). Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan pada anak. c. Hubungan Gangguan Psikologis Dengan Sulit Makan Tabel 5.7.

Hubungan Gangguan Psikologis Dengan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie N o 1 2 Gangguan Psikologis Ya Tidak Sulit Makan Pada Anak Ya Tidak Total f % f % f % 3 13 60,0 28,9 2 32 40,0 71,1 5 45 100 100 Jlh 16 32,0 34 68,0 50 100 Signifikan: p value < 0,05 p value 0,311 Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (60,0%) sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (71,1%). Hasil uji statistik dengan Chi Square g pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.311 sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan gangguan psikologis dengan terjadinya sulit makan pada anak. C. Pembahasan

1. Hubungan Dengan Terjadinya Sulit Makan Ditinjau Dari Nafsu Makan Berkurang Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami nafsu makan kurang mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (72,7%) sebaliknya anak yang tidak mengalami nafsu makan kurang seluruhnya berasal dari anak yang tidak mengalami sulit makan (100%) Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak. Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, khususnya ibu. Jika dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, makan merupakan pendidikan agar anak terbiasa kebiasaan makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan bagi anak maupun bagi pemberinya terutama ibu (Sunarjo, 2009).

Soedibyo dan Mulyani (2009) menjelaskan bahwa kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela. Kesulitan makan pada anak merupakan masalah yang serius karena dampak terhadap tumbuh kembang anak serta kemungkinan kualitas hidup kurang optimal. Deteksi dini masalah kesulitan makan sangat penting agar dampak negatif dapat dicegah dan tidak berkepanjangan. Menurut asumsi peneliti kesulitan makan pada anak memang sering terjadi pada anak balita dan ini merupakan masalah yang sering dialami orang tua atau pengasuh anak, tetapi hal ini jika dibiarkan dapat menggagu kesehatan anak. Apabila sulit makan pada anak tidak segera diatasi, maka mengganggu tumbuh kembang anak. Biasanya orang tua seringkali mengambil jalan pintas untuk mengatasi asupan gizi yang kurang karena anak sulit makan, dengan memberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan padahal tindakan tersebut tidak selalu tepat. Dimana orang tua sebaiknya selalu memberikan perhatian khusus tentang makanan anak. Interakasi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi dengan anak tetapi lebih ditentukan dari kualitas interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang.

2. Hubungan Dengan Terjadinya Sulit Makan Ditinjau Dari Gangguan Proses Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (87,5%) dan sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (94,1%). Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan pada anak. Menurut Judarwanto (2010) Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Bila dikelompokkan dalam penggolongan utama penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang. Penyebab sulit sangat banyak dan bervariasi. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam di antaranya (Sunarjo, 2009):

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan nafsu makan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan hanya sedikit atau mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya, menepis suapan orang tua atau tidak mau makan dan minum sama sekali (Judarwanto, 2010) Menurut asunsi peneliti kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan dengan makanan makanan atau jajanan diluar sehingga untuk nafsu makan yang disajikan oleh orang tua akan berkurang, dan juga balita lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan.

3. Hubungan Dengan Terjadinya Sulit Makan Ditinjau Dari Gangguan Psikologis Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (60,0%) sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (71,1%). Hasil uji statistik dengan Chi Square g pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.311 sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan gangguan psikologis dengan terjadinya sulit makan pada anak. Judarwanto (2010) menjelaskan gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog. Berdasarkan hasil penelitian Aizah (2012) mengenai faktor penyebab kesulitan makan pada anak usia sekolah menyatakan bahwa yang termasuk kedalam gangguan psikologis dapat terjadi oleh karena: aturan makan yang ketat atau berlebihan terhadap anak, ibu suka memaksa

kehendak terhadap anak, hubungan anggota keluarga tidak harmonis dan Anak mengalami alergi pada makanan Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang terkait antara satu dengan yang lainnya seperti contoh interaksi antara orang tua dan anak soal makanan (Supariasa, 2004). Menurut asumsi peneliti gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog. orang tua sebaiknya selalu memberikan perhatian khusus tentang makanan anak untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang. Anak yang kesulitan makan, biasanya disebabkan oleh tidak terpenuhi keinginan terhadap suatu makanan, baik dari segi warna makanan, tekstur makanan maupun bau makanan, tetapi ada juga anak yang tidak mau makan jika orang tuanya tidak menyediakan sesuatu barang atau mainan yang dapat membuat anak mau makan.