Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

dokumen-dokumen yang mirip
Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Spasial dan Temporal Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Sumatera Barat

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MONSUN TERHADAP DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-a DI PERAIRAN SELATAN BALI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

Pola Angin Musiman di Perairan Malang Selatan, Jawa Timur

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

PENENTUAN ARUS PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT NOAA DAN METODE MAXIMUM CROSS CORRELATION

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di :

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KETERKAITAN VARIBILITAS ANGIN TERHADAP PERUBAHAN KESUBURAN DAN POTENSI DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN JEPARA

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

IDENTIFIKASI VARIABILTAS UPWELLING BERDASARKAN INDIKATOR SUHU dan KLOROFIL-A DI SELAT LOMBOK Randy Yuhendrasmiko, Kunarso, Anindya Wirasatriya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman Online di :

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

DAMPAK KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP INTENSITAS UPWELLING DI PERAIRAN SELATAN JAWA

3. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal , Desember 2011

ANALISA VARIASI HARMONIK PASANG SURUT DI PERAIRAN SURABAYA AKIBAT FENOMENA EL-NINO

JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013,Hal Online di :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Diagram TS

Abstract. SUHU PERMT]KAAI\{ LAUT I}I PERAIRAN RAJAAMPAT PROPINSI PAPUA BARAT (Hasil Citra )

VARIABILITAS SPASIAL DAN TEMPORAL SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DI PERAIRAN SUMATERA BARAT

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT SELAT MALAKA. Universitas Riau.

Pemetaan Potensi Energi Angin di Perairan Indonesia Berdasarkan Data Satelit QuikScat dan WindSat

KAJIAN KEDALAMAN MIXED LAYER DAN TERMOKLIN KAITANNYA DENGAN MONSUN DI PERAIRAN SELATAN PULAU JAWA

SIFAT FISIK OSEANOGRAFI PERAIRAN KEPULAUAN TAMBELAN DAN SEKITARNYA, PROPINSI KEPULAUAN RIAU

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Samudera Hindia bagian Timur

ANALISIS DISTRIBUSI ARUS PERMUKAAN LAUT DI TELUK BONE PADA TAHUN

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

PEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT BERDASARKA N MUSIM ANGIN DI PERAIRAN PULAU BINTAN ABSTRACT

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa)

Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Timur Di Perairan Tamperan, Pacitan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Physics Communication

Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang

Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus di Manado

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS LAUT DI PERAIRAN TANJUNG MAS SEMARANG DALAM UPAYA PENCARIAN POTENSI ENERGI ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS CURAH HUJAN DASARIAN III MEI 2017 DI PROVINSI NTB

ANALISA PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP SEBARAN GUMUK PASIR DI PANTAI PARANGTRITIS TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

POLA ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT DI TELUK BAYUR. Yosyea Oktaviandra 1*, Suratno 2

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman Online di :

Pola dan Karakteristik Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik Perairan Selatan Jawa

DAFTAR PUSTAKA Dransfeld, S., Larnicol, G., dan Traon, P.L., Emery, B., Bowen, M., Knewston, B., Baldwin, D., dan Shannon, B.,

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

Karakteristik Upwelling di Sepanjang Perairan Selatan NTT Hingga Barat Sumatera

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN DINAMIKA SUHU PERMUKAAN LAUT GLOBAL MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH MICROWAVE

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

VARIASI BULANAN GELOMBANG LAUT DI INDONESIA MONTHLY OCEAN WAVES VARIATION OVER INDONESIA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 429-437 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat Ulha Fadika, Aziz Rifai, Baskoro Rochaddi Program Studi Oseanografi Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedharto, SH Tembalang Semarang 50239 Telp. 024-7460044 papahrifa@yahoo.com; b.rochaddi@yahoo.com Abstrak Perairan Selatan Pangandaran merupakan perairan yang dipengaruhi oleh sistem angin Muson. Pergerakan angin berpengaruh terhadap dinamika pergerakan arus permukaan. Arus permukaan dapat berpengaruh terhadap sebaran suhu permukaan laut yang berada di perairan Selatan Pangandaran. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan arah dan kecepatan angin setiap musim yang bertiup di perairan Selatan Pangandaran, dan untuk mengetahui sebaran suhu permukaan laut oleh arus permukaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013. Metode kuantitatif digunakan dalam analisa data penelitian secara statistik untuk mengetahui nilai error suhu permukaan laut dari citra MODIS. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa pada musim Barat angin dominan bertiup dari arah Barat Daya menuju ke Timur Laut dengan kecepatan 5,7 8,8 knot menyebabkan arus permukaan bergerak ke Timur dengan kecepatan rata rata 0,4 knot. Pada musim Timur angin yang bertiup dari arah Timur menuju Barat dengan kecepatan 8,8 11,1 knot menggerakan arus permukaan ke Barat Laut dengan kecepatan rata rata 0,18 knot. Sedangkan pada musim Peralihan arah angin tidak berpengaruh terhadap arah arus permukaan. Pada musim Peralihan didapatkan suhu permukaan laut yang maximum yaitu 31,7 o C dan minimum yaitu 25,4 o C sepanjang tahun. Kata kunci : Selatan Pangandaran, Angin, Suhu Permukaan Laut Abstract The Southern Pangandaran water are being affected by Monsoon wind. The speed and direction of Monsoon wind will affect the dynamics of sea surface current. The sea surface current will affect the distribution of sea surface temperature at Sourthen Pangandaran waters.the purpose of research was to determine the change of Mosoon wind speed and direction, and to describe the distribution of sea surface temperature in relation with sea surface current at Southern Pangandaran waters. The research was conducted on August 2013. The quantitative method was used to analyse the data statistically to obtain the mean relative error value on MODIS satellite. Image the result showed that in the west Monsoon, the dominant wind direction was Southern with speed 5,7 8,8 knot. Caused the surface current moved to East with speed average 0,4 knot. In the east Monsoon, the dominant wind dirrection was east with speed average 8,8 11,1 knot. Caused the surface current moved to Northwest with speed average 0,18 knot. During the Transition periode, the wind direction have no relation with surface current direction. The transition period have the maximum and minimum sea surface temperature i.e. 31.7 C and 25.4 C respectively. Keywords : Southern Pangandaran, Wind, Sea Surface Temperature 1. Pendahuluan Wilayah Indonesia merupakan daerah yang berada di wilayah tropis dan dilintasi garis khatulistiwa. Gerak semu matahari, yang melintasi khatulistiwa menyebabkan Indonesia mengalami dua musim yang berbeda yaitu Musim Barat dan Musim Timur ( Hutabarat, 2006 ). Musim Barat terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 430 Sedangkan Musim Timur terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Angin yang bertiup di Indonesia dipengaruhi oleh musim sehingga sistem angin ini disebut angin Musim atau angin Muson. Perairan Selatan Jawa merupakan perairan yang dipengaruhi oleh sistem angin muson. Sistem angin Muson berpengaruh terhadap fluktuasi karakteristik perairan seperti angin, arus, serta sebaran suhu. McPhaden dan Hayes (1991) menyatakan bahwa pergerakan angin akan mempengaruhi karakteristik massa air di laut, salah satunya adalah terjadinya perubahan arah arus permukaan. Pergerakan angin yang kencang juga dapat mempengaruhi terjadinya percampuran massa air pada lapisan atas yang mengakibatkan sebaran suhu menjadi homogen. Berdasarkan penelitian Putra (2004) diketahui bahwa pada saat Musim Timur, di selatan pulau Jawa angin bertiup dari benua Australia menuju ke Barat. Hal ini menyebabkan pergerakan massa air permukaan dari Selatan pulau Jawa menuju bagian Barat samudera Hindia. Pergerakan massa air permukaan menyebabkan naiknya massa air dari bagian dalam yang bersuhu rendah, menggantikan massa air permukaan yang berpindah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui arah dan kecepatan angin yang bertiup setiap musim di perairan Selatan Pangandaran Jawa Barat serta mengetahui sebaran suhu permukaan laut yang dipengaruhi arus permukaan di perairan Selatan Pangandaran Jawa Barat. 2. Materi dan Metode Penelitian dilaksanakan di Perairan Selatan Pangandaran. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa nilai suhu permukaan laut yang diukur secara insitu sebagai verifikasi data citra. Sedangkan data sekunder berupa data arah dan kecepatan angin, arus permukaan serta citra MODIS Terra level III bulanan tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan karena analisis data penelitian yang menggunakan statistik umtuk mengetahui nilai error dari citra MODIS. a. Metode Pengambilan Data Data Citra MODIS Citra MODIS yang digunakan adalah citra Terra MODIS level 3, bulanan selama satu tahun untuk tahun 2013 dengan resolusi 4 km. Citra Terra MODIS yang didapatkan dari situs NASA (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov). Data SPL Insitu Sebagai Verifikasi Data Citra Pengambilan data lapangan dilakukan di perairan Pangandaran Jawa Barat pada 12 titik sampling. Data ini diukur menggunakan digital pocket termometer dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Data Angin Data angin yang digunakan adalah data yang didapatkan dari Instansi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Cilacap Jawa Tengah. Data angin yang didapatkan berupa titik koordinat, arah, dan kecepatan angin yang bertiup di Selatan Pangandaran. Arus Permukaan Data arus permukaan didapatkan dari Instansi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Cilacap Jawa Tengah. Data arus permukaan yang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 431 didapatkan berupa titik koordinat, arah, dan kecepatan angin yang bertiup di Selatan Pangandaran. b. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode Pengolahan data Angin Data angin mendapatkan dua output. Pertama arah dan kecepatan angin dominan permusim di Selatan Pangandaran dengan menggunakan software WRPLOT View. Kedua berupa vektor angin di Pangandaran. Diolah menggunakan software ArcGIS 9.3 berdasarkan angin bulanan. Metode Pengolahan Data Arus Permukaan Data arus permukaan dipetakan menggunakan software ArcGIS 9.3. Sehingga dapat menampilkan berupa arah perubahan arus permukaan setiap musimnya. Metode pengolahan data SPL citra Terra MODIS Data SPL dari satelit Terra MODIS. Nilai suhu permukaan laut diolah menggunakan software ENVI 5.0, Microsoft Excel 2010 dan ArcGis 9.3. c. Analisis Verifikasi Data Citra dengan Data Lapangan Analisis verifikasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara data suhu permukaan laut berdasarkan nilai rekaman citra satelit Terra MODIS dengan data suhu permukaan laut yang diambil secara insitu. Menurut Triatmodjo (2010) Verifikasi data dilakukan dengan menghitung MRE.Koreksi kesalahan relatif dapat dihitung dengan cara :...(3.1)...(3.2) Keterangan : RE : kesalahan relatif (Relative Error) MRE : rata-rata kesalahan relatif (Mean Relative Error) X : data SPL hasil pengukuran di lapangan C : data SPL citra n : jumlah data d. Analisis Data SPL Citra dengan Data Arus Permukaan Analisis data sebaran suhu permukaan laut dan data arus permukaan digunakan untuk mengetahui kaitan sebaran suhu permukaan laut dan arus permukaan yang terjadi di perairan selatan Pangandaran Jawa Barat. Hasil analisa disajikan berbentuk overlay dari pola sebaran suhu permukaan laut dan arah arus permukaan. 3. Hasil dan Pembahasan a. Data Angin Data angin permukaan yang diperoleh dari instansi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap didapatkan hasil berupa arah dan kecepatan angin. Software WRPLOT View memperlihatkan arah angin yang dominan setiap musimnya. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 432 a. Musim Barat (Desember Februari) b. Musim Peralihan I (Februari Mei) c. Musim Timur d. Musim Peralihan II (Juni Agustus) (September November) Gambar 1. Windrose Permusim Tahun 2013 Gambar 1 menunjukan arah angin yang dominan pada setiap musimnya. Pada musim Barat ditunjukan oleh gambar 10.a angin berhembus dominan dari arah Barat Daya dengan kecepatan 5,7 8,8 knot. Pada musim Peralihan I yang ditunjukan oleh gambar 10.b angin berhembus dari tiga arah, yaitu Tenggara, Selatan, dan Barat Daya, dengan kecepatan angin 2,6 5,7 knot. Pada musim Timur yang ditunjukan oleh gambar 10.c angin dominan berhembus dari arah Timur, dengan kecepatan 8,8 11,1 knot. Sedangkan pada musim Peralihan II yang ditunjukan oleh gambar 10.d angin dominan berhembus dari arah Tenggara dengan kecepatan 2,6 11,1 knot. Data angin diproses dengan menggunakan software ArcGIS 9.3, sehingga akan menghasilkan output berupa gambar angin yang bertiup di atas perairan Pangandaran.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 433 Gambar 2 sampai dengan 5 merupakan hasil visualisasi data angin menggunakan software ArcGIS 9.3. Pada musim Barat yang diwakili bulan Januari, angin bertiup ke arah Timur dengan kecepatan rata rata 9 knot. Pada musim Peralihan I diwakili oleh bulan April, angin bertiup menuju arah Barat Laut dengan kecepatan rata rata 5 knot. Pada musim Timur yang diwakili oleh bulan Agustus, angin bertiup menuju arah Barat dengan kecepatan rata rata 10 knot. Pada musim Peralihan II yang diwakili oleh bulan Oktober, angin bertiup menuju arah Barat Laut dengan kecepatan rata rata 7 knot. b. Data Arus Permukaan Gambar 6 sampai dengan 9 menunjukan vektor arus permukaan. Data ini didapatkan dari instansi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Cilacap. Dapat dilihat pada gambar 15 sampai dengan 18 pergerakan dan perubahan arus permukaan setiap musimnya. Arus permukaan berubah arah setiap pergantian musim. Pada musim Barat arus permukaan bergerak menuju arah Timur dengan kecepatan 0,40 knot. Pada musim Peralihan I arus permukaan bergerak menuju arah Timur dengan kecepatan 0,20 knot. Memasuki musim Timur arus permukaan berubah arah menuju kearah Barat Laut dengan kecepatan 0,18 knot. Sedangkan untuk musim Peralihan II arus permukaan bergerak menuju arah Timur Laut dengan kecepatan 0,14 knot.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 434 c. Data Suhu Permukaan laut Data suhu permukaan laut didapatkan berdasarkan analisa suhu permukaan laut dari citra MODIS. Data tersebut kemudian diverifikasi dengan data suhu permukaan laut hasil pengukuran dilapangan. Hasil verifikasi ditinjukan pada tabel berikut : Tabel 1. Tabel Perbandingan Suhu insitu dan Suhu dari Citra Koordinat Suhu Insitu Rata Rata No Rata Rata Lintang Bujur 1 2 3 SPL Pixel 1-7,708 108,673 28 27,5 27,3 27,6 2-7,700 108,679 28,4 27,6 27,5 27,8 3-7,711 108,684 27,7 27,3 27,2 27,4 4-7,701 108,687 27,5 27,3 27,3 27,4 5-7,705 108,692 27,7 27,4 27,3 27,5 6-7,714 108,693 27,6 27,5 27,3 27,5 7-7,725 108,693 27,8 27,7 27,5 27,7 8-7,732 108,682 27,9 27,6 27,5 27,7 SPL Citra error 27,7 27,9 0,66% 27,4 28,0 2,15% 27,6 28,1 1,81% 9-7,734 108,662 27,9 27,7 27,5 27,7 27,7 28,0 1,08% 10-7,716 108,642 27,6 27,5 27,4 27,5 27,5 27,8 1,09% 11-7,710 108,633 27,7 27,6 27,5 27,6 12-7,705 108,620 27,5 27,4 27,4 27,4 27,5 27,7 0,67% Jumlah 7,46% MRE 1,24% Tabel 1 menunjukan data insitu suhu permukaan laut pada 12 titik pengamatan dengan pengulangan sebanyak tiga kali di perairan Pangandaran, serta data suhu permukaan laut berdasarkan citra MODIS. Hasil verifikasi menunjukan nilai koreksi kesalahan relatif dengan rata rata presentase kesalahan 1,24%. Dari nilai koreksi kesalahan relatif tersebut dapat disimpulkan bahwa data citra satelit Terra MODIS dapat digunakan dalam penelitian untuk mengetahui persebaran suhu permukaan laut di perairan Selatan Pangandaran. Hasil pengolahan sebaran suhu permukaan citra satelit MODIS di visualisasikan menggunakan software ArcGIS 9.3. Hasil yang ditampilkan adalah sebagai berikut:

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 435 Gambar 10 sampai dengan 13 menunjukan sebaran suhu permukaan laut yang didapatkan dari citra MODIS di perairan Selatan Pangandaran. Pada musim Barat suhu permukaan laut memiliki nilai rata rata minimum 26,8 o C dan maximum 31,3 o C. Pada musim Peralihan I suhu permukaan laut memiliki nilai minimum 29,2 o C dan nilai maximum 31,7 o C. Musim Timur suhu permukaan laut nilai minimum 27 o C dan nilai maximum 31 o C. Musim Peralihan II suhu permukaan laut memiliki nilai minimum 25,4 o C dan nilai maximum 31,1 o C. d. Variabilitas Pergerakan Angin Permukaan Pada gambar 10.a dapat dilihat pada musim Barat angin yang bertiup dominan dari arah Barat Daya. Pada musim Barat selain angin yang bertiup dari arah Barat Daya yang mendominasi, terdapat pula angin yang bertiup dari arah Barat, sehingga pada musim Barat menyebabkan angir bergerak menuju Timur dan Timur Laut. Pergerakan angin dari Barat menuju Timur dapat disebabkan karena tekanan udara di daerah sebelah Barat lebih tinggi dari pada di daerah sebelah Timur. Pada musim Peralihan I angin didominasi oleh angin yang bertiup dari arah Utara dan Tenggara. Selain dari arah Tenggara dan Utara, ada pula angin yang bertiup dari arah Barat Daya. Hal tersebut disebabkan karena pada musim ini merupakan musim Peralihan dari musim Barat menuju musim Timur. Pada musim Timur didominasi oleh angin yang bertiup dari arah Timur. Selain dari arah Timur, pada musim Timur angin juga bertiup dari arah Tenggara dan Utara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pusat tekanan di daerah Timur lebih tinggi dari pada di daerah Barat. Memasuki musim Peralihan II angin dominan bertiup dari arah Tenggara. Hal tersebut ditandakan sebagai berakhirnya musim Timur. Pada musim ini terdapat sisa dari musim Timur yaitu terdapat angin yang bergerak dari arah Timur. Hal tersebut menyebabkan angin bergerak menuju arah Barat Laut. Maka dapat dilihat dari gambar 11 sampai dengan 14 bahwa daerah perairan Selatan Pangandaran pun masih terkena pengaruh oleh sistem Muson. Dengan variabilitas angin yang bertiup diatas perairan akan mempengaruhi dinamika perairan yang dilalui oleh angin tersebut. e. Pengaruh Angin Terhadap Pergerakan Arus Permukaan Pada musim Barat ini diwakilkan dengan bulan Januari. Pada bulan Januari angin bertiup menuju arah Timur dengan kecepatan rata rata 9 knot. Sedangkan arus permukaan bergerak rata rata menuju arah Timur dengan rata rata kecepatan 0,40 knot. Dari gambar 15 dan 17 terlihat bahwa arus permukaan bergerak searah dengan tiupan angin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arus permukaan pada musim Barat dipengaruhi oleh angin yang bertiup diatas permukaan perairan Pangandaran. Pada musim Peralihan I diwakilkan dengan bulan April. Pada periode ini angin bertiup menuju arah Barat Laut dengan kecepatan rata rata 5 knot. Sedangkan arus permukaan bergerak rata rata menuju arah Timur Laut dengan rata rata kecepatan

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 436 0,20 knot. Dari hasil analisis arus permukaan yang bergerak diperairan Selatan Pangandaran tidak didominasi oleh pengaruh angin. Hal ini dikarenakan kecepatan angin yang bertiup di atas permukaan laut terlalu kecil. Diduga arus permukaan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh pasang surut. Musim Timur diwakilkan oleh bulan Agustus. Pada periode ini angin bertiup menuju arah Barat Laut dengan kecepatan rata rata 10 knot. Sedangkan arus permukaan bergerak rata rata menuju arah Barat Laut dengan rata rata kecepatan 0,18 knot. Arus permukaan yang bergerak di perairan Selatan Pangandaran searah dengan bertiupnya angin. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa arus permukaan pada musim Timur di Selatan Pangandaran dipengaruhi oleh angin yang bertiup di atas permukaan laut. Musim Peralihan II diwakilkan oleh bulan Oktober. Pada periode ini angin bertiup menuju arah Barat Laut dengan kecepatan rata rata 7 knot. Sedangkan arus permukaan bergerak rata rata menuju arah Timur Laut dengan rata rata kecepatan 0,14 knot. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata rata kecepatan arus permukaan lebih rendah daripada nilai kecepatan angin yang bergerak di atas permukaan air. Arus permukaan yang bergerak diperairan Selatan Pangandaran tidak didominasi oleh pengaruh angin. Hal ini dikarenakan kecepatan angin yang bertiup di atas permukaan laut terlalu kecil, dan diduga arus permukaan yang terjadi dibangkitkan oleh pasang surut. f. Pengaruh Arus Permukaan Terhadap Sebaran Suhu Permukaan Laut Pada musim Barat arus permukaan bergerak menuju arah Timur. Sedangkan sebaran suhu permukaan laut pada musim ini massa air yang lebih rendah berada di perairan sebelah Selatan, semakin menuju ke daratan suhu permukaan laut semakin tinggi. Sehingga pada musim Barat belum tampak adanya keterkaitan antara sebaran suhu permukaan laut dengan arah gerak arus permukaan. Pada musim Peralihan I dapat dilihat bahwa sebaran suhu permukaan laut mengalami perubahan.pada musim ini belum tampak keterkaitan antara sebaran suhu permukaan laut dengan arah gerak arus permukaan. Musim Peralihan I nilai suhu permukaan laut cenderung lebih tinggi daripada saat musim Barat. Pada musim ini memiliki nilai paling tinggi dalam kurun waktu satu tahun yaitu 31,7o C. Musim Timur nilai suhu permukaan laut cenderung mengalami penurunan daripada musim Barat dan musim Peralihan I. Pada musim ini terlihat bahwa arus permukaan bergerak menuju Barat Laut dengan mengankut massa air yang bersuhu rendah. Selain itu pada musim Timur paparan sinar Matahari minimum, sehingga mempengaruhi suhu permukaan laut yang terkena paparan sinar Matahari. Diketahui bahwa pada musim Timur suhu permukaan laut tidak minimum, hal tersebut dikarenakan air membutuhkan waktu dalam melepaskan panas. Pada musim peralihan II dapat dilihat dari bulan ke bulan cenderung memiliki nilai suhu permukaan laut yang relatif sama. Pada musim ini pola pergerakan arus bergerak ke arah Timur Laut mengangkut massa air yang bersuhu lebih rendah ke arah Timur Laut. Pada musim ini masih terkena pengaruh pada musim Timur, air membutuhkan waktu dalam melepaskan panas. Akibat dari pergerakan arus tersebut maka pada musim ini memiliki nilai minimum sepanjang tahun 2013 yaitu 25,4 o C. 4. Kesimpulan dan Saran Perubahan arah dan kecepatan angin musiman di perairan selatan Pangandaran berpengaruh terhadap perubahan arah dan kecepatan arus permukaan pada musim Barat dan musim Timur. Pada musim Barat angin yang dominan bertiup dari arah Barat Daya menuju ke Timur Laut dengan kecepatan 5,7 8,8 knot menyebabkan arus permukaan

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 437 bergerak ke Timur dengan kecepatan rata rata 0,4 knot. Pada musim Timur angin yang bertiup dari arah Timur menuju Barat dengan kecepatan 8,8 11,1 knot menggerakan arus permukaan bergerak ke Barat Laut dengan kecepatan rata rata 0,18 knot. Sedangkan pada musim Peralihan, perubahan arah dan kecepatan angin tidak berpengaruh terhadap arah dan kecepatan arus permukaan. Pada musim Barat sebaran suhu permukaan laut cenderung semakin ke arah daratan (Utara) suhunya semakin tinggi. Pada musim Peralihan I sebaran suhu permukaan cenderung lebih merata ke segala arah. Pada musim Timur sebaran suhu permukaan laut mengikuti arah gerak arus permukaan. Pada musim Peralihan II sebaran suhu permukaan laut cenderung mengikuti arah gerak arus permukaan. Daftar Pustaka Hutabarat, S. dan SM. Evans.2006. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta. Iskandar, I., M T Tozuka., H. Sasaki., Y. Masumoto and T. Yamagata. 2006. Intraseasonal Variations of Surface and Subsurface Current Off Java As Simulated in High - Resolution Ocean General Circulation Model. Geophys. Re., 111:15 pp. McPhaden, and S. P. Hayes, 1991. On The Variability of Winds, Sea Surface Temperature, and Surface Layer Heat Content in The Western Wquatorial Pasific. J. Geosphys. Res. 96: 3331 3342 Putra, E. 2004. Variabilitas Angin dan Paras Laut Serta Interaksina di Perairan Utara dan Selatan Pula Jawa. Bogor. Intitut Pertanian Bogor Susanto, D., A.L. Gordon, and Q. Zheng. 2001. Upwelling Along The Coast of Java and Sumatera and Its Relation to ENSO. Geophys. Res. Lett. 28(8):1599 1602. Triatmodjo, Bambang. 2010. Metode Numerik.Yogyakarta. Betta Offset Tubalawony, S., Kusmanto E., Muhadjirin. 2012. Suhu dan Salinitas Permukaan Merupakan Indikator Upwelling Sebagai. LIPI. Jakarta. Vol 17