BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi banyak di definisikan para ahli akuntansi, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jasa. Menurut PSAK No.16 (2004:5) aktiva tetap adalah : Aktiva berwujud yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan. normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12) transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN KETERKAITANNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PG. TOELANGAN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap perusahaan pada umumnya memiliki aset tetap dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu:

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan operasional sebuah perusahaan banyak faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bagian aset yang umumnya selalu dimiliki oleh setiap

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam penyajian laporan keuangan. Didalam mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement

AKTIVA TETAP. Prinsip Akuntansi => Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga Perolehannya.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya membutuhkan peralatan dan sarana-sarana yang mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ASET TETAP PADA BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II LANDASAN TEORITIS. informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud Ditinjau Dari Sudut Pandang Akuntansi dan Perpajakan Pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

AKTIVA TETAP BERWUJUD (FIXED ASSETS)

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. macam peralatan, atau alat-alat yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.16 PADA PT.WAHANA WIRAWAN MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aset Tetap Definisi Aset Tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. menentukan bagaimana sederhana dan kompleknya suatu badan usaha

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dipercaya mengenai transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL AKTIVA TETAP PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN ASAHAN

ANALISIS PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA RUGI PADA PT. GENDARIN INDONESIA CABANG PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

ANALISIS AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA CV. AGUNG PERKASA MANDIRI PANGKALAN KERINCI SKRIPSI

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar sesuai dengan kebutuhan, sehingga investasi yang dilakukan terhadap

BAB III TOPIK PENELITIAN. aktiva tetap yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berdasarkan

DEPRESIASI DAN AMORTISASI FISKAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PENELITIAN A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Menurut PSAK No.16 (2004 : paragraph 5) aktiva tetap adalah : Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap, maka ada beberapa defenisi aktiva tetap yang dikemukakan oleh beberapa ahli dibidang akuntansi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan dibawah ini. Menurut Mulyadi (2002 hal.179) aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual. kembali.

Menurut Soemarso (2003 hal.20) aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar. Warren,dkk (2005 hal.492) mengemukakan bahwa, aktiva tetap (fixed asset) merupakan Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanen. Dari semua penjelasan dan defenisi yang dikemukakan diatas aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. mempunyai bentuk fisik, b. digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan, c. dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual, d. memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun), e. memberi manfaat dimasa yang akan datang. Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain dari sudut pandang substansinya dan sudut pandang disusutkan dan tidak disusutkan. 1) Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi menjadi aktiva berwujud dan aktiva tidak berwujud.

a) Aktiva Berwujud (Tangible Assets) Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisikserta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Aktiva tetap berwujud dibagi menjadi lima bagian, antara lain Tanah, Bangunan, Kendaraan, Mesin, Peralatan, Inventaris. b) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets) Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari : Paten, Hak Cipta dan Merek Dagang, Goodwill. 2) Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan : a) depreciated plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris fan lain-lain, b) undepreciated plant assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti tanah. 2. Penyusutan Aktiva Tetap Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisik dan faktor fungsional.

a. Faktor fisik Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena cuaca. b. Faktor fungsional Faktor fungsional terjadi karena : 1) ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi, 2) perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, 3) kemajuan tegnologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi. Menurut IAI, PSAK No. 16 Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison, Robinson dan Secokusomo (2001 : 509) yaitu : tujuan utama dari akuntasi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya. Masa manfaat menurut PSAK No 16 (2009) adalah : a. periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau, b. jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.

Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dari padanya dikenal tiga istilah yaitu penyusutan, deplesi dan amortisasi. 1. Penyusutan Istilah penyusutan digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, 2. Deplesi Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulangulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual, 3. Amortisasi Istilah amortisasi sebagai penyusutan aktiva tidak berwujud, misalnya paten, goodwill dan biaya yang ditangguhkan. Jika melihat semua keterangan diatas dapat disimpulkan ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode yaitu harga perolehan, nilai residual dan masa manfaat. a) Harga Perolehan Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai,

b) Nilai residual atau nilai sisa Nilai sisa adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi, c) Masa Manfaat Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 16.2) dalam PSAK No.16 masa manfaat adalah (1) Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau (2) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan. Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang bersangkutan. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut : a. alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan, b. untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi biayanya dikenal dengan deplesi, c. untuk aktiva tidak berwujud, seperti goodwill proses alokasi biaya disebut amortisasi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2009:16.3), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria berdasarkan waktu, berdasarkan penggunaan dan berdasarkan kriteria lainnya.

1. Berdasarkan waktu a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation, b. Metode pembebanan menurun (decreasingt-chargedepreciation): (1) Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method), (2) Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda (declining/double declining-balance-method). 2. Berdasarkan penggunaan : a. Metode-jam-jasa (service-hour-method), b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method). 3. Berdasarkan kriteria lainnya : a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-compositemethod), b. Metode-anuitas (annuity-method), c. Sistem-persediaan (inventory-system). Penggunaan dari masing-masing metode penyusutan diatas beserta contoh perhitungan penysutannya akan dicoba dijelaskan oleh penulis sebagai berikut. 1. Berdasarkan waktu a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation) Metode garis lurus adalah metode yang paling sering digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam metode garis lurus aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode (kecuali ada penyesuaianpenyesuaian). Kelemahan metode garis lurus adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakinlama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu periode ke periode berikut

akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut. Untuk perhitungan penyusutan garis lurus didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut : 1) kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun dan, 2) beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode. Untuk menentukan besarnya penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus Penyusutan Garis Lurus = 100% Atau dalam Persentase = = d% n Penyusutan (D) = Contoh : Harga Perolehan - Nilai Sisa Estimasi Umur Manfaat dalam Tahun d% x (Biaya Akuisisi - Nilai Residu) PT.X membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 20.000.000-. Taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran umur mesin 5 tahun, maka biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut Penyusutan Garis Lurus = Harga Perolehan - Nilai Sisa Estimasi Umur Manfaat dalam Tahun Rp. 20.000.000 - Rp.2.000.000 = 5 = Rp.3.600.000,-

Tabel 2.1 Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus Thn. Harga perolehan Beban Akumulasi Penyusutan Penyusutan Nilai Buku 1 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 3,600,000 Rp. 6,400,000 2 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp. 2,800,000 3 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 4 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 5 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000 Metode garis lurus lebih sesuai jika dipergunakan oleh perusahaan yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak berfluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, penggunaan metode garis lurus kurang tepat, karena penghapusan selalu sama setiap tahunnya. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyustan mempengaruhi tingkat penjualan. Pada saat pasar sedang sepi dimana prosuksi kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya, pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru rendah. b. Metode pembebanan menurun (decreasingt-chargedepreciation) (1) Metode-jumlah-angka tahun (sum-of-the-year-digit method) Dalam metode jumlah angka tahun beban penyusutan akan menurun secara tetap, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa jika ada. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva

tersebut. Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil penjumlahan angka-angka itu. Jika suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : r= n(n+1) = 15 2 atau dapat dihitung dengan cara lain yaitu : 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15 Contoh : PT X membeli peralatan seharga Rp.20.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai residunya ditaksir sebesar Rp.2.000.000,- Harga Perolehan Nilai Sisa Nilai Buku : Rp.20.000.000,- : Rp. 2.000.000,- : Rp.18.000.000,- Tabel 2.2 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun Thn Akumu-lasi Dasar Nilai Beban Penyusutan Penyusutan Penyusutan Buku Rp.20,000,000 1 Rp.18,000,000 5/15 x Rp.18.000.000 =Rp.6,000,000 Rp. 6,000,000 Rp.14,000,000 2 Rp.18,000,000 4/15 x Rp.18.000.000 =Rp.4,800,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 3 Rp.18,000,000 3/15 x Rp.18.000.000 =Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 4 Rp.18,000,000 2/15 x Rp.18.000.000 =Rp.2,400,000 Rp.16,800,000 Rp. 3,200,000 5 Rp.18,000,000 1/15 x Rp.18.000.000 =Rp.1,200,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000

(2) Metode-saldo-menurun / Saldo-menurun-ganda (declining / double declining balance method) Metode saldo menurun adalah perhitungan beban penyusutan dalam suatu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap, dengan menggunakan rumus : r = 1- n c s Keterangan : r = persentase per tahun s = nilai sisa n = taksiran umur prmakaian c = harga perolehan Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dengan penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai berikut r = 1- r = 1- n 5 s c Rp.2.000.000 Rp.20.000.000 r = 1 0,63 r = 37% (dibulatkan)

Tabel 2.3 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Akumulasi Thn Beban Penyusutan Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 37% x Rp.20.000.000 = Rp.6,400,000 Rp.2,466,667 Rp.17,533,333 2 37% x Rp.20.000.000 = Rp.6,487,333 Rp.4,196,622 Rp.15,803,378 3 37% x Rp.20.000.000 = Rp.5,847,250 Rp.5,366,072 Rp.14,633,928 4 37% x Rp.20.000.000 = Rp.5,414,553 Rp.6,088,013 Rp.13,911,987 5 37% x Rp.20.000.000 = Rp.5,147,435 Rp.6,431,175 Rp. 3,568,825 Beban penyusutan yang dihitung dengan metode saldo menurun tiap periode akan semakin kecil dibandingkan dengan periode sebelumnya. Metode saldo menurun tidak dapat digunakan apabila aktiva yang dihitung tersebut tidak memiliki nilai sisa. Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaanya hanya terletak pada penentuan persentase tarif penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif penyusutan dalam periode ini dengan mengalikan dua persentase tarif penyusutan yang digunakan dalam menghitung penyusutan garis lurus tanpa memperhatikan nilai sisa. Misalnya suatu peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda adalah 2(100%/5) = 40%. Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dan penyusutan dapat dihitung sebagai berikut

Tabel 2.4 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda: Tarif Saldo Beban Thn Nilai Buku Aktiva Awal Tahun Menurun Ganda Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 Rp.20,000,000 40% Rp.8,000,000 Rp. 8,000,000 Rp.12,000,000 2 Rp.12,000,000 40% Rp.4,800,000 Rp.12,800,000 Rp. 7,200,000 3 Rp. 7,200,000 40% Rp.2,880,000 Rp.15,680,000 Rp. 4,320,000 4 Rp. 4,320,000 40% Rp.1,728,000 Rp.17,408,000 Rp. 2,592,000 5 Rp. 2,592,000 40% Rp. 592,000 Rp.16,816,000 Rp. 2,000,000 Beban penyusutan pada tahun terakhir terbatas hanya pada Rp. 592.000,- karena nilai buku tidak boleh lebih rendah dari nilai sisa. 2. Berdasarkan penggunaan a. Metode-jam-jasa (service-hour-method) Metode jam jasa didasarkan atas asumsi bahwa penurunan umur manfaat aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga di dalam mengestimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. besarnya beban penyusutan menurut metode jam jasa adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut : Harga Perolehan - Nilai Sisa Penyusutan = Jumlah Jam Kerja

Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,- Jumlah jam kerja mesin tersebut diestimasi sebesar 500.000 jam. Beban penyusutan mesin per jam dapat dihitung sebagai berikut Rp.20.000.000 - Rp.1.500.000 Penyusutan = = 37,-/ Jam 500.000 jam Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama 100.000 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100.000 jam x 37 jam = Rp.3.700.000,- Tabel 2.5 Penyesuaian berdasarkan Jam Jasa Tahun Jam kerja Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp. 20,000,000 1 100,000 Rp. 3,700,000 Rp. 1,850,000 Rp. 16,300,000 2 20,000 Rp. 740,000 Rp. 2,590,000 Rp. 15,560,000 3 130,000 Rp. 4,810,000 Rp. 7,400,000 Rp. 10,750,000 4 140,000 Rp. 5,180,000 Rp.12,580,000 Rp. 5,570,000 5 110,000 Rp. 4,070,000 Rp.16,650,000 Rp. 1,500,000 b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method) Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Jika pada metode sebelumnya menggunakan jam kerja sebagai dasar perhitungan maka pada metode jumlah unit produksi jumlah jam kerja tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah

Penyusutan = Harga Perolehan - Nilai Sisa Output Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah Total produksi tahun berjalan x besarnya penyusutan per unit. Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,- Taksiran produksi aktiva tersebut sebesar 1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat dihitung sebagai berikut Rp.20.000.000 - Rp.1.500.000 Penyusutan = = 1.000.000 Unit Rp.18,5 / Unit Jika pada hari pertama diproduksi 120.000 unit, maka besarnya beban penusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000 unit x Rp.18,5/unit = Rp.2.220.000,- Tabel 2.6 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi Thn. Unit Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp. 20,000,000 1 120,000 Rp. 2,220,000 Rp. 1,850,000 Rp. 17,780,000 2 150,000 Rp. 2,775,000 Rp. 4,625,000 Rp. 15,005,000 3 300,000 Rp. 5,550,000 Rp.10,175,000 Rp. 9,455,000 4 240,000 Rp. 4,440,000 Rp.14,615,000 Rp. 5,015,000 5 190,000 Rp. 3,515,000 Rp.18,130,000 Rp. 1,500,000

3. Berdasarkan kriteria lainnya a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-andcomposite-method) Perhitungan penyusutan menurut metode kelompok, tarif penyusutan didasarkan pada umur rata-rata seluruh aktiva dalam kelompok. Apabila menggunakan metode berdasarkan jenis dan kelompok akan tidak ada nilai buku aktiva tetap yang dihdapuskan 100 %. Penyusutan dicatat berdasarkan nilai sisa tanpa memandang umur aktiva tersebut. Apabila suatu aktiva dalam kelompok tersebut dihentikan penggunaanya, tidak ada keuntungan dan kerugian yang akan dicatat, perkiraan aktiva tersebut dikredit sebesar harga perolehannya dan perkiraan penilaian didebit sebesar selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa. Contoh PT.X membeli duapuluh buah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- Taksiran umur aktiva tersebut 5 tahun Enam buah peralatan tersebut ditarik pada akhir tahun ke-4. duabelas buah mesin ditarik pada tahun ke-5 dan sisanya berhenti beroperasi pada tahun ke-6. berdasarkan rata-rata umur tersebut 20% dari harga perolehan akan dibebankan sebagai penyusutan. beban penyusutan sebenarnya adalah Rp. 2.000.000,- per mesin per tahunnya. Maka beban penyusutan dapat dihitung sebagai berikut

Akhir Thn Tabel 2.7 Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Kelompok Beban Penyusutan Aktiva Akumulasi Penyusutan Nilai Debit Kredit Saldo Debit Kredit Saldo Buku Rp.20,000 Rp.20,000 Rp.20,000 1 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp. 4,000 Rp.16,000 2 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp. 8,000 Rp.12,000 3 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp.13,600 Rp. 6,400 4 Rp. 4,000 Rp. 6,000 Rp.14,000 Rp. 6,000 Rp. 4,000 Rp.10,000 Rp. 4,000 5 Rp. 2,800 Rp. 8,000 Rp. 6,000 Rp. 8,000 Rp. 2,800 Rp. 4,800 Rp. 1,200 6 Rp. 1,200 Rp. 6,000 - Rp. 6,000 Rp. 1,200 - Rp.20,000 Rp.20,000 Rp.20,000 Rp.20,000 Rp. 20,000 Maka pada akhir tahun 1, 2, 3, dan 4 penyusutan dicatat sebagai berikut Biaya Penyusutan Akumulasi Penyusutan Rp.4.000.000,- Rp.4.000.000,- Dan pada tahun ke-5 dan tahun ke-6 penyusutanya masing-masing Rp. 2.800.000,- dan Rp.1.200.000,-. Jika dalam metode penyusutan kelompok, jenis aktiva yang dikelompokkan adalah aktiva yang sejenis, maka dalam Metode Jenis yang dikelompokkan memiliki masa manfaat yang berbedabeda maka penyusutannya dihitung dengan mencari umur rata-rata terlebih dahulu. Jika terjadi penarikan dalah satu aktiva yang dikelompokkan maka dijurnal dengan mengkreditkan perkiraan itu dan mendebit perkiraan akumulasi penyusutan sebesaar perbedaan harga pokok dengan nilai residu. Dan tidak dicatat laba/rugi pada saat penarikan suatu aktiva.

Contoh Tabel 2.8 Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Jenis Jenis Aktiva Harga Perolehan Nilai Residu Harga Perolehan yang Disusutkan Taksiran Umur dalam Tahun Beban Penyusutan Tahunan (Garis Lurus) A Rp 4,000,000 Rp. 800,000 Rp. 3,200,000 5 Rp. 640,000 B Rp. 7,000,000 Rp.1,200,000 Rp. 5,800,000 5 Rp.1,160,000 C Rp.10,000,000 Rp.2,000,000 Rp. 8,000,000 5 Rp.1,600,000 D Rp. 8,000,000 Rp.1,000,000 Rp. 6,200,000 10 Rp. 620,000 Rp.29,000,000 Rp.5,000,000 Rp.23,200,000 Rp.4,020,000 Tarif penyusutan dapat dihitung sebagai berikut Rata - rata Umur Aktiva Total Biaya Penyusutan = Total Harga Perolehan Rp.23.200.000 = = 5,7 Tahun Rp.4.020.000 Tarif penyusutan Penusutan per Tahun = Harga Perolehan = Rp.4.020.000 Rp.29.000.000 = 13,86% b. Metode-anuitas (annuity-method) Dalam metode anuitas aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokanatau jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode anuitas penyusutan merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan

aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut Penyusutan = Harga Perolehan - Present Value Nilai Sisa PVIF n,, i Contoh PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10%. Taksiran umur aktiva tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat dihitung sebagai berikut Penyusutan = Rp.1.600.000 - PVIF PVIF 5,,10 5,,10 Rp.134.776 Rp.1.600.000 - Rp.134.776 = 7,581574 x 0,1241842 Rp.1.600.000 - Rp.83.668 = 7,581574 = Rp.400.000 Melalui perhitungan diatas diketahui besarnya beban penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue dihitung 10% dari nilai buku. Iktisar beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.9 Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas Implisit Akumulasi Interest Akumulasi Thn Penyusutan Penyusutan Revenue Penyusutan /tahun 10% Nilai Buku Rp.1,600,000 1 Rp. 400,000 Rp.160,000 Rp.240,000 Rp. 240,000 Rp.1,360,000 2 Rp. 400,000 Rp.136,000 Rp.264,000 Rp. 504,000 Rp.1,096,000 3 Rp. 400,000 Rp.109,600 Rp.290,400 Rp. 794,400 Rp. 805,600 4 Rp. 400,000 Rp. 80,560 Rp.319,440 Rp.1,113,840 Rp. 486,160 5 Rp. 400,000 Rp. 48,616 Rp.351,384 Rp.1,465,224 Rp. 134,776 Tahun I Beban penyusutan Interest Revenue Akumulasi Panyusutan Rp.400.000,- Rp.160.000, Rp.240.000,- Tahun II Beban penyusutan Interest Revenue Akumulasi Panyusutan Rp.400.000,- Rp.136.000,- Rp.264.000,- Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode anuitas sangat cocok digunkan dalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing.

c. Sistem-persediaan (inventory-system) Dalam metode persediaan, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode persediaan biasanya dipakai untuk menilai aktiva tetap yang kecil-kecil seperti perkakas atau peralatan metode persediaan cukup mudah digunakan, tetapi tidak sistematis dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada akhir periode. 3. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntasi Keuangan (2002 : 1.3) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut : 1. neraca, 2. laporan laba rugi, 3. laporan perubahan ekuitas, 4. laporan arus kas, 5. catatan atas laporan keuangan. Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut Sofyan Safri harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah : 1. neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara global,

2. informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangn. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan akumulasi penyusutan masing-masing, 3. informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap. Berikut ini penulis akan mencoba membuat suatu contoh penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan. Neraca Per 31 Desember 200x ASET Aset Lancar KEWAJIBAN dan EKUITAS Kewajiban Lancar Kas Investasi Jangka Pendek Piutang Persediaan Jumlah Aset Lancar Aset Tetap Tanah Bangunan Kendaraan Peralatan Inventaris Kantor Aset Tetap Tidak Berwujud Jumlah Aset Tetap Kewajiban Tak Lancar Ekuitas Jumlah Aset Jumlah Kewajiban dan Ekuitas

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu : Tabel 2.10 Tinjauan Peneliti Terdahulu Nama Perumusan Masalah Hasil Penelitian Ernie M. Tampubolon Tahun Penelitian: 2005 Apakah penggunaan, penghentian aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan telah sesuai dengan PSAK No.16 Kebijakan perusahaan dalam menentukan capital expenditure atau renenue expenditure dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4 bagian. Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode Garis Lurus. Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap termasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sudah cukup baik. Ramot Nurlela. A Tahun Penelitian: 2004 Bagaimana perlakuan Akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap pada perusahaan jasa angkutan darat Antar Kota Antar Propinsi di lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap busbusnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.

C. Kerangka Konseptual Untuk meneyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan alur berfikir penulis dalam permasalahan sebagai berikut : PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) MEDAN Perolehan Aktiva Tetap Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap Capital Expenditure Penarikan Aktiva Tetap Revenue Expenditure Penyusutan aktiva Tetap Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan sesuai SAK Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Penulis. 2010 Kebijakan akuntansi aktiva tetap yaitu kebijakan dalam pemilihan prinsipprinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk menentukan : a. cara perolehan aktiva tetap, b. pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap yang terbagi menjadi capital expenditure dan revenue expenditure,

c. penarikan aktiva tetap, d. metode penghitungan penyusutan aktiva tetap, e. penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan. Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK No.16.