PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN (PEDOMAN GCG) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

dokumen-dokumen yang mirip

PEDOMAN CODE OF TATA KELOLA CORPORATE PERUSAHAAN GOVERNANCE PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT UNILEVER INDONESIA TBK

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)


Tentang Panduan Good Corporate Governance.

Daftar Isi... i Tentang Panduan Good Corporate Governance... 1 Visi... 3 Misi... 3 Nilai-Nilai Dasar Perseroan... 4 Komitmen Perseroan...

Tentang Panduan Good Corporate Governance.

BOARD MANUAL PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

LAPORAN TUGAS DAN PENGAWASAN === DEWAN KOMISARIS === PT PLN TARAKAN TAHUN BUKU 2015

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)

PEDOMAN KERJA DIREKSI PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. ("Perusahaan")

b. bahwa prinsip good corporate governance belum diterapkan sepenuhnya dalam lingkungan BUMN;

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

Board Manual PJBS Tahun 2011

BOARD MANUAL BOARD MANUAL. PT Logindo Samudramakmur Tbk. Graha Corner Stone Jl. Rajawali Selatan II No. 1 Jakarta Pusat Indonesia

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER 01 /MBU/2011 TENTANG

DAFTAR ISI BOARD MANUAL

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PT JAMKRIDA RIAU

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

CODE OF CORPORATE GOVERNANCE (CODE OF CG) PT PELINDO III (PERSERO)

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

GFIifl. PT ADHI KARYA (Persero) Tbk GOOD CORPORATE GOVERNANCE CODE ADHI

Pedoman Dewan Komisaris. PT United Tractors Tbk

PEDOMAN KERJA DIREKSI PT METROPOLITAN LAND TBK

Pedoman Kerja Dewan Komisaris

KESEPAKATAN BERSAMA DIREKSI DAN KOMISARIS DALAM MENERAPKAN BOARD MANUAL

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK

PEDOMAN DEWAN DIREKSI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING TBK

PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI (BOARD MANUAL) PT BIO FARMA (PERSERO)

PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. ("Perusahaan")

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. DASAR HUKUM

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

PT LIPPO CIKARANG Tbk. Piagam Dewan Komisaris

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PANDUAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI (BOARD MANUAL) PT PEMBANGUNAN JAYA ANCOL TBK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Deskripsi Tugas, Tanggung Jawab Dan Wewenang. Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

Pedoman Direksi. PT Acset Indonusa Tbk

PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS PERUSAHAAN UMUM BULOG. Nomor : PD- 16 / DU000 / 05 / 2017 Nomor : KEP- 02 / DW000 / 05 / 2017

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

3. Menerapkan asas-asas GCG yakni, transparansi, akuntabi/itas, responsibi/itas, independensi. Makassar, 11 Februari 2014

Pedoman Direksi. PT United Tractors Tbk

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT SOECHI LINES Tbk.

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

DAFTAR ISI. Daftar Isi

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PANDUAN BAGI KOMISARIS DAN DIREKSI (BOARD MANUAL)

DAFTAR ISI. C. Rangkap Jabatan... 16

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI

PEDOMAN. TATA KELOLA PERUSAHAAN (Code of Corporate Governance)

Transkripsi:

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN (PEDOMAN GCG) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN (PEDOMAN GCG) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

DAFTAR 151 Hal BAB I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Pengertian... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan... 2 5. Maksud dan Tujuan... 2 6. Manfaat... 3 7. Referensi... 3 8. Daftar Istilah... 3 BAB II. PRINSIP-PRINSIP GCG... 6 1. Transparansi... 6 2. Akuntabilitas... 6 3. Responsibilitas... 6 4. Kemandirian... 7 5. Kewajaran... 7 BAB III. PEDOMAN BAGI ORGAN PERSEROAN... 8 1. Prinsip Dasar... 8 2. Organ Utama... 8 2.1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)... 8 2.2. Dewan Komisaris... 11 2.3. Direksi... 13 3. Organ Pendukung... 15 3.1. Komite Dewan Komisaris... 15 3.2. Sekretariat Dewan Komisaris... 16 3.3. Sekretaris Perusahaan... 17 3.4. Satuan Pengawasan Internal... 18 BAB IV. PEDOMAN BAGI STAKEHOLDERS... 19 1. Prinsip Dasar... 19 2. Pekerja... 19 3. Pelanggan... 19 4. Mitra Kerja... 20 5. Penyedia Barang dan Jasa... 20 6. Kreditur... 21 7. Investor... 21 8. Pemerintah... 21 9. Masyarakat dan Lingkungan... 21 BAB V. PEDOMAN KEBIJAKAN PERUSAHAAN... 22 1. Prinsip Dasar... 22 2. Pengelolaan Keuangan dan Akuntansi... 22 3. Pengendalian Internal... 22 4. Manajemen Risiko... 23 5. Manajemen Mutu... 23 6. Tata Kelola Teknologi Informasi... 23 i

7. Pengelolaan Sumber Daya Manusia... 24 8. Sistem Penilaian Kinerja dan Remunerasi... 24 9. Pengelolaan Aset... 25 10. Pengembangan Usaha... 25 11. Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan... 26 12. Pengadaan Barang dan Jasa... 26 13. Benturan Kepentingan... 26 14. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan... 27 15. Keterbukaan Informasi... 27 BAB VI. PELAKSANAAN PEDOMAN GCG... 29 1. Penerapan Pedoman GCG... 29 2. Sosialisasi... 29 BAB VII. PENUTUP... 30 II

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Peningkatan aktivitas bisnis perusahaan dan semakin ketatnya persaingan diperlukan pengelolaan bisnis yang bukan hanya mengejar keuntungan semata namun juga pengelolaan yang penuh amanah, transparan dan akuntabel. Oleh karena itu, implementasi Good Corporate Governance (GCG) dalam sebuah perusahaan menjadi kebutuhan sekaligus tuntutan yang tidak dapat dihindari dalam perkembangan bisnis global dewasa ini. GCG merupakan sistem sekaligus struktur dalam rangka memberi keyakinan kepada seluruh pihak yang berkepentingan (Stakeholders) bahwa perusahaan dikelola dan dikendalikan untuk melindungi kepentingan Stakeholders sejalan dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip GCG. Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) memiliki komitmen untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat dan beretika dalam menjalankan usahanya. Untuk itu dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, Perseroan berkomitmen untuk mengimplementasikan GCG secara konsisten berlandaskan pada standar etika bisnis yang tinggi. Implementasi GCG bagi Perseroan tidak hanya dipandang sebagai bagian dari pemenuhan atau kepatuhan terhadap regulasi akan tetapi juga sebagai kebutuhan dalam meningkatkan kinerja Perseroan menuju well governed company. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip GCG diterapkan, Perseroan memandang perlu adanya sebuah Pedoman GCG sebagai panduan dalam implementasi GCG di Perseroan. Pedoman GCG merupakan acuan dalam menentukan kebijakan dan sasaran Perusahaan. Dengan demikian Pedoman GCG ini tidak hanya bertujuan agar Perseroan patuh terhadap peraturan perundang-undangan, akan tetapi juga mempunyai kontribusi yang signifikan pada pencapaian kinerja Perusahaan. Sebagai pedoman yang bersifat dinamis, Pedoman GCG ini akan dikaji secara berkala dan berkelanjutan sesuai dengan dinamika lingkungan usaha yang terjadi. Namun demikian, dalam setiap perubahannya Perseroan tidak akan mengorbankan nilai-nilai yang telah ada hanya untuk keuntungan jangka pendek. 2. PENGERTIAN Pedoman GCG merupakan kristalisasi kaidah-kaidah GCG, peraturan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar Perseroan, visi, misi dan tata nilai perusahaan serta praktik-praktik terbaik GCG yang menjadi dasar dan acuan bagi Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi dan Pekerja dalam pengelolaan Perseroan serta menjadi acuan bagi Stakeholder dalam berhubungan dengan Perseroan. Pedoman GCG juga menjadi acuan bagi peraturan Perusahaan yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan unit kerja organisasi dalam Perseroan. 3. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Pedoman GCG ini adalah untuk memberikan arahan kepada seluruh Insan Perseroan dalam menjalankan aktivitas bisnis Perseroan yang di dalamnya mengatur mengenai: a. Fungsi dan peran RUPS b. Fungsi dan peran Dewan Komisaris c. Fungsi dan peran Direksi 1

d. Hubungan antara Perseroan dengan Stakeholders e. Prinsip-prinsip mengenai Kebijakan Perusahaan. 4. VISI, MISI DAN NILAI-NILAI PERUSAHAAN Visi Menjadi Perusahaan Dagang (Trading Company) yang Kompetitif, Berkualitas, Berkompetensi serta Menguasai Sumber dan Jaringan Pemasaran di Dalam dan Luar Negeri. Misi a. Melakukan perdagangan umum yang menangani beraneka ragam produk dengan kualitas yang baik. b. Melaksanakan transaksi perdagangan lokal maupun lintas negara. c. Memberikan layanan yang lengkap dan kompetitif kepada pelanggan d. Memenuhi harapan seluruh stakeholders. Nilai-Nilai Perusahaan a. Bersih, artinya dikelola secara professional, menghindari kepentingan, tidak menerima suap, menjunjung tinggi moralitas dan berpedoman kepada prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik. b. Berdaya Saing, artinya mampu bersaing secara baik dalam lingkungan nasional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar waktu dan biaya dan meghargai kinerja. c. Berkemampuan, artinya dipimpin oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki kriteria jujur, mempunyai kemauan, kemampuan dan pengalaman, berkomitmen dalam membangun dan mengembangkan Perusahaan. d. Fokus pada Konsumen, artinya memberikan pelayanan terbaik bagi Konsumen. e. Komersial, artinya memberikan nilai tambah bagi perusahaan dengan orientasi komersial dan mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip GCG. f. Percaya Diri, artinya berperan serta dalam perekonomian nasional dan membangun bangsa. S. MAKSUD DAN TUJUAN Pedoman GCG ini disusun sebagai acuan bagi Perseroan dalam menerapkan GCG dengan maksud dan tujuan yaitu: a. Menciptakan kesinambungan usaha melalui pengelolaan Perseroan yang didasarkan pada prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran. b. Meningkatkan pelaksanaan fungsi dan kemandirian masing-masing Organ Perseroan yaitu RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi serta mendorong masing-masing Organ Perseroan agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. c. Menciptakan kesadaran dan tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar Perseroan. d. Mengoptimalkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham dengan tetap memperhatikan kepentingan Stakeholders. 2

6. MANFAAT a. Memberikan pedoman bagi seluruh Insan Perseroan dalam pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian. b. Memberikan pedoman dalam mengarahkan hubungan dengan Stakeholders dalam mendukung penerapan GCG di Perseroan. c. Memberikan pedoman bagi seluruh Insan Perseroan agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan senantiasa dilandasi nilai moral dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap Stakeholders dan lingkungan. 7. REFERENSI a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. d. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), jo Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero). e. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. f. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara. g. Anggaran Dasar PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero). h. Pedoman Umum GCG Indonesia, Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006. i. Pedoman Komisaris Independen, Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004. 8. DAFTAR ISTILAH a. Anak Perusahaan adalah Perseroan Terbatas yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh BUMN dan/atau Perseroan Terbatas yang dikendalikan oleh BUMN. b. Aset adalah semua aktiva tetap bergerak maupun tidak bergerak milik Perseroan. c. Auditor Eksternal adalah Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk untuk melakukan audit atas Laporan Keuangan untuk memberikan pendapat yang independen dan obyektif mengenai kewajaran, ketaatazasan dan kesesuaian laporan keuangan Perseroan dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Benturan Kepentingan adalah situasi dimana Insan Perseroan karena kedudukan dan wewenang yang dimilikinya dalam Perseroan, mempunyai perbedaan kepentingan ekonomis pribadi atau keluarga dengan kepentingan ekonomis Perseroan yang mempengaruhi langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan tugas yang diamanatkan oleh Perseroan. e. Daftar Khusus adalah daftar yang berisi catatan kepemilikan saham Anggota Direksi, Anggota Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam Perseroan dan/atau perusahaan lain termasuk tanggal saham tersebut diperoleh. 3

f. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan Direksi dan apabila diperlukan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan Perseroan. Dewan Komisaris merupakan keseluruhan anggota Dewan Komisaris sebagai suatu kesatuan Dewan (Board). g. Direksi adalah Organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Direksi merupakan keseluruhan Direktur sebagai satu kesatuan Dewan (Board). h. Etika adalah sekumpulan norma atau nilai yang berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok masyarakat sebagai standar perilaku. i. Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. l j. Insan Perseroan adalah keseluruhan Dewan Komisaris, Direksi dan Pegawai Perseroan. k. Komisaris Independen adalah Anggota Dewan Komisaris yang memenuhi persyaratan umum dan khusus yang ditetapkan Perseroan serta memenuhi kriteria independensi sesuai peraturan perundang-undangan dan/atau praktik terbaik GCG. l. Mitra Kerja adalah mitra Perseroan, seperti mitra Kontrak Operasi Bersama (Join Operation Contract), Joint Venture dan mitra usaha lainnya. m. Organ Utama Perseroan adalah RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero). n. Organ Pendukung adalah Organ Perseroan yang mendukung tugas Organ Utama Perseroan. o. Pekerja adalah setiap orang yang mempunyai hubungan kerja berdasarkan suatu perjanjian kerja dengan Perseroan dengan mendapat upah baik yang berstatus organik maupun non organik (tidak termasuk Direksi, Dewan Komisaris dan Organ Pendukung Dewan Komisaris). Termasuk istilah Pekerja dalam hal ini adalah Karyawan dan Pegawai. p. Perusahaan atau Perseroan adalah PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero). q. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Dewan Komisaris dan Direksi dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dan/atau Anggaran Dasar. r. Remunerasi adalah gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya yang diterima oleh Insan Perseroan. s. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) adalah penjabaran tahunan dari Rencana Jangka Panjang (RJP) Perusahaan. 1 Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-O1/MBU/2O11 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN 4

t. Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) adalah rencana strategis yang mencakup rumusan mengenai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh Perseroan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. u. Stakeholders adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap Perseroan dan pihak-pihak yang terpengaruh secara langsung oleh keputusan strategis dan operasional Perseroan. 5

BAB II PRINSIP-PRINSIP GCG 1. TRANSPARANSI Transparansi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai Perseroan. 2 Pengungkapan informasi dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh Stakeholders sesuai dengan haknya. Perseroan menjamin akurasi material menyangkut kinerja, keadaan keuangan, serta kepemilikan saham Perseroan dan informasi lainnya yang penting serta pengungkapannya kepada seluruh pihak yang berkepentingan. Prinsip keterbukaan ini tidak mengurangi kewajiban untuk melindungi informasi rahasia mengenai Perseroan, Konsumen dan Mitra Kerja sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan praktik-praktik GCG. 2. AKUNTABILITAS Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3 Perseroan menjamin kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Insan Perseroan yang memungkinkan pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas merujuk kepada kewajiban seseorang atau organ kerja Perseroan yang berkaitan dengan pelaksanaan wewenang yang dimilikinya dan/atau pelaksanaan tanggung jawab yang dibebankan oleh Perseroan kepadanya. Oleh karenanya Perseroan menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing Organ Perseroan yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi Perseroan. Akuntabilitas Perseroan diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi masalah yang timbul sebagai konsekuensi logis perbedaan kepentingan individu maupun kepentingan Perseroan dengan pihak yang berkepentingan. Penerapan prinsip akuntabilitas ini agar Perseroan dapat mengkomunikasikan hak dan kewajiban masing-masing dan selalu dapat mengupayakan agar pihak-pihak yang berkepentingan dengan Perseroan benar-benar memahami hak dan kewajiban masing-masing tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perseroan memastikan berlakunya ukuran kinerja dari semua Insan Perseroan berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati selaras dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran usaha dan strategi serta memiliki kebijakan tentang reward and punishment. 3. RESPONSIBILITAS Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 4 Prinsip pertanggungjawaban mencerminkan adanya kesesuaian dan kepatuhan pengelolaan Perseroan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Implementasi 2 Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-O1/MBU/2O11 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN 3 Ibid 4 Ibid 6

prinsip ini merupakan wujud Perseroan sebagai agen ekonomi yang bertanggung jawab (good corporate citizen). Perseroan menjamin kesesuaian dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya berdasarkan prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap pemerintah sesuai peraturan yang berlaku, bekerjasama secara aktif untuk manfaat bersama dan berusaha untuk dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. 4. KEMANDIRIAN Kemandirian yaitu keadaan dimana Perseroan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5 Oleh karena itu, Perseroan dalam mengambil keputusan bertindak obyektif dan bebas dari segala tekanan, menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest). Kemandirian ditekankan oleh Perseroan dengan selalu menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan masing-masing Organ Perseroan. Perseroan yakin bahwa kemandirian merupakan suatu keharusan agar organ Perseroan dapat bertugas dengan baik serta mampu membuat keputusan yang terbaik bagi Perseroan. Setiap Organ Perseroan akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip GCG. Selain Organ Perseroan tidak ada yang dapat mencampuri pengurusan Perseroan. S. KEWAJARAN Kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. 6 Prinsip kewajaran mengharuskan adanya perlakuan adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak Pemegang Saham dan Stakeholders, baik yang timbul karena perjanjian maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perseroan akan selalu memastikan agar pihak yang berkepentingan dapat mengeksekusi hak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perseroan juga akan selalu memastikan agar Perseroan dapat mengeksekusi haknya terhadap pihak yang berkepentingan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perseroan memberikan kesempatan kepada seluruh Stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Perseroan sesuai dengan prinsip keterbukaan dan melalui mekanisme yang berlaku. 5 Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-O1/MBU/2O11 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN 6 Ibid 7

BAB III PEDOMAN BAGI ORGAN PERSEROAN 1. PRINSIP DASAR Salah satu keberhasilan dalam menerapkan GCG di Perseroan adalah terciptanya hubungan yang wajar dan efektif antar Organ Perseroan yaitu RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Agar terjalin hubungan yang harmonis antara Organ Perseroan maka hubungan ketiga Organ Perseroan tersebut harus dilandasi dengan prinsip kesetaraan dan saling menghargai, menghormati fungsi dan peranan masingmasing dan bertindak demi kepentingan Perseroan. Perseroan mendorong Organ Perseroan agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tugasnya dilandasi oleh itikad baik dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab perusahaan terhadap pihak yang berkepentingan (Stakeholders) maupun pelestarian lingkungan. 2. ORGAN UTAMA 2.1. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan Organ Perseroan yang memiliki semua kewenangan yang tidak didelegasikan kepada Dewan Komisaris dan Direksi. RUPS berfungsi sebagai sarana bagi Pemegang Saham dalam mempengaruhi dan mengarahkan Perseroan. RUPS juga merupakan forum dimana Dewan Komisaris dan Direksi melaporkan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas serta kinerjanya kepada Pemegang Saham. Pemegang Saham tidak diperkenankan untuk mencampuri kegiatan operasional Perseroan yang menjadi tanggung jawab Direksi sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemegang Saham memiliki hak untuk: 1) Menghadiri RUPS dan memberikan suara sesuai dengan klasifikasi dan jumlah saham yang dimiliki. 2) Menerima pembagian dari keuntungan Perseroan dalam bentuk dividen dan bentuk pembagian keuntungan lainnya sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya. 3) Memperoleh informasi material mengenai Perseroan secara tepat waktu dan teratur. 4) Memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS. 5) Menerima secara proporsional sisa lebih perhitungan likuidasi apabila Perseroan dilikuidasi. 6) Mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan (Pemegang Saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah). 7) Melihat Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus pada waktu jam kerja kantor Perseroan. 8) Menyelenggarakan RUPS dalam hal Direksi lalai menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa. 8

Pada setiap pelaksanaan RUPS, Perseroan senantiasa berpedoman pada hal-hal sebagai berikut: 1) RUPS diselenggarakan dengan melakukan pemanggilan terlebih dahulu kepada para Pemegang Saham dengan surat tercatat dan/atau dengan iklan dalam surat kabar dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS. 7 2) Dalam pemanggilan RUPS tersebut harus dicantumkan mata acara, tanggal, waktu, tempat penyelenggaraan RUPS. 3) Setiap Pemegang Saham berhak memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS, termasuk penjelasan mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan agenda RUPS yang diberikan sebelum RUPS maupun pada saat RUPS berlangsung. 4) Informasi dan/atau usulan-usulan dalam panggilan untuk RUPS tersebut harus disediakan di kantor Perseroan sebelum RUPS diselenggarakan. 5) Penyelenggaraan RUPS merupakan tanggung jawab Direksi. 8 Untuk itu, Direksi harus mempersiapkan dan menyelenggarakan RUPS dengan baik sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6) RUPS dapat diselenggarakan atas permintaan tertulis seorang atau lebih Pemegang Saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham yang telah dikeluarkan Perseroan dengan hak suara yang sah. RUPS juga dapat diselenggarakan atas permintaan Dewan Komisaris. 9 7) RUPS dapat dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat. 10 8) Penunjukan pimpinan rapat, penyusunan berita acara, penentuan kuorum, hak suara, dan keputusan rapat dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang diatur di dalam Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan. 9) RUPS dalam mata acara lain-lain tidak berhak mengambil keputusan, kecuali semua Pemegang Saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan menyetujui penambahan mata acara rapat. 11 10) Keputusan RUPS harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat melalui prosedur yang transparan dan adil. 11) Setiap penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan ditandatangani oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang Pemegang Saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS. Tanda tangan tersebut tidak disyaratkan apabila risalah RUPS dibuat dengan akta notaris. 12 12) Risalah RUPS berisi hal-hal yang dibicarakan dan hal-hal yang diputuskan termasuk pendapat yang berbeda (dissenting opinion) dan diadministrasikan oleh Direksi. 13) Pemegang Saham dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan RUPS secara fisik, dengan ketentuan semua Pemegang Saham telah diberitahu secara tertulis dan semua Pemegang Saham memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut (RUPS Sirkuler). Keputusan yang diambil dengan cara demikian mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam RUPS. 13 7 Pasal 23 Ayat (15) dan (16) Anggaran Dasar Perseroan 8 Pasal 79 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 9 Pasal 23 Ayat 5 Anggaran Dasar Perseroan 10 Pasal 77 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 11 Ibid, Pasal 20 Ayat (3) 12 Ibid, Pasal 24 Ayat (2) dan (3) 13 Ibid, Pasal 25 Ayat (10) 9

Terdapat dua jenis RUPS yang diselenggarakan oleh Perseroan, yaitu RUPS Tahunan dan RUPS lainnya yang selanjutnya disebut RUPS Luar Biasa. 1. RUPS Tahunan RUPS Tahunan diadakan tiap-tiap tahun, terdiri dari: a) RUPS Tahunan mengenai Persetujuan Laporan Tahunan. b) RUPS Tahunan mengenai Persetujuan RKAP. RUPS Tahunan mengenai Persetujuan Laporan Tahunan diadakan paling lambat dalam bulan Juni setelah penutupan tahun buku yang bersangkutan. 14 Agenda dalam RUPS Tahunan mengenai Persetujuan Laporan Tahunan meliputi: a) Pengesahan Laporan Tahunan; b) Pembagian keuntungan dan besarnya dividen yang dibayarkan; c) Usulan penggunaan Laba Bersih Perseroan; d) Pemberian pelunasan dan pembebasan (acquit et decharge) bagi Direksi dan Dewan Komisaris atas pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang bersangkutan, sepanjang tindakan tersebut tercatat dalam laporan tahunan dan perhitungan tahunan serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku; e) Hal-hal lain yang memerlukan persetujuan RUPS untuk kepentingan Perseroan. RUPS Tahunan mengenai Persetujuan RKAP tahun buku berikutnya diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan. Agenda dalam RUPS Tahunan mengenai Persetujuan RKAP meliputi: a) Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan; b) Hal-hal lain yang memerlukan persetujuan RUPS untuk kepentingan Perseroan yang belum dicantumkan di dalam RKAP. Terkait pelaksanaan RUPS Tahunan mengenai Persetujuan RKAP, Perseroan senantiasa memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: a) Direksi wajib menyampaikan usulan RKAP tahunan yang telah ditandatangani oleh semua Anggota Direksi dan semua Anggota Dewan Komisaris kepada Pemegang Saham untuk mendapatkan persetujuan RUPS paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang. b) Apabila RKAP belum disampaikan oleh Direksi dan/atau RKAP belum disetujui oleh RUPS dalam jangka waktu tersebut, maka RKAP tahun sebelumnya yang diberlakukan. 15 2. RUPS Luar Biasa RUPS Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan. 14 Pasal 21 Ayat (2) Anggaran Dasar Perseroan 15 Ibid, Pasal 17 Ayat (5) 1 O

2.2. DEWAN KOMISARIS Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertanggungjawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dewan Komisaris bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perseroan melaksanakan GCG. Komposisi Dewan Komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara independen. Fungsi pengawasan Dewan Komisaris dilaksanakan dalam 2 (dua) tingkatan, yaitu: a. Level performance, yaitu fungsi pengawasan yang dijalankan Dewan Komisaris dengan memberikan pengarahan dan petunjuk kepada Direksi serta memberikan masukan kepada RUPS. b. Level conformance, yaitu berupa pelaksanaan kegiatan pengawasan tahap lanjut untuk memastikan nasihat telah dijalankan serta dipenuhinya ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perseroan. Dalam menjalankan fungsi pengawasan dan penasihatan, Dewan Komisaris berpedoman pada prinsip-prinsip berikut: a. Pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisaris terhadap pengelolaan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi. b. Dalam menjalankan fungsi pengawasan, keputusan yang dikeluarkan oleh Dewan Komisaris bersifat kolegial (majelis). c. Tugas pengawasan Dewan Komisaris tidak boleh dan tidak dapat berubah menjadi tugas pelaksanaan (eksekutif) yang merupakan kewenangan Direksi. d. Pengawasan Dewan Komisaris dilaksanakan kepada keputusan-keputusan strategis yang sudah diambil dan/atau terhadap keputusan-keputusan strategis yang akan diambil untuk dilaporkan kepada Dewan Komisaris. e. Pengawasan Dewan Komisaris dilakukan bukan hanya dengan menerima informasi dari Direksi dan/atau RUPS tetapi juga dapat dilakukan dengan mengambil tindakantindakan lain berdasarkan informasi dari sumber lain. f. Pengawasan Dewan Komisaris mencakup semua aspek bisnis dan aspek korporat dari Perseroan dan tidak hanya terhadap tindakan-tindakan Direksi yang memerlukan persetujuan Dewan Komisaris menurut ketentuan Anggaran Dasar Perseroan. g. Pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Komisaris dapat dibantu oleh komite-komite Dewan Komisaris atau tenaga ahli lainnya yang memberikan saran profesional secara independen atas beban Perseroan. 1. Komisaris Independen Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris dituntut untuk dapat bertindak secara independen, dalam arti tidak mempunyai benturan kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugas secara mandiri dan kritis, baik dalam hubungan satu sama lain maupun hubungan terhadap Direksi. Agar tujuan tersebut tercapai, maka diperlukan Komisaris Independen. Jumlah Komisaris Independen adalah paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari Anggota Dewan Komisaris. 16 16 Pasal 13 Ayat (1) Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN 11

Untuk dapat diangkat menjadi Komisaris Independen, selain harus memenuhi persyaratan umum dan khusus, juga harus memenuhi persyaratan independensi yaitu tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, anggota Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Komisaris Independen mempunyai misi untuk mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif dan menempatkan kesetaraan (fairness) diantara berbagai kepentingan termasuk kepentingan Perseroan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh Dewan Komisaris. Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip GCG di dalam Perseroan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi Perseroan. 2. Program Orientasi dan Peningkatan Kapabilitas Program Orientasi sangat penting untuk dilaksanakan pada saat awal pengangkatan Anggota Dewan Komisaris mengingat perbedaan latar belakang Anggota Dewan Komisaris. Program Orientasi yang diberikan dapat berupa presentasi, pertemuan atau kunjungan ke fasilitas perusahaan. Program Orientasi dapat juga berupa programprogram lain yang disesuaikan dengan kebutuhan Perseroan. Prosedur Program Orientasi meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Program Orientasi mengenai Perseroan wajib diberikan kepada Anggota Dewan Komisaris yang baru pertama kali menjabat sebagai Komisaris di Perseroan. b. Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Orientasi. 17 c. Materi yang diberikan pada Program Orientasi meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG oleh Perseroan. 2. Gambaran mengenai Perseroan berkaitan dengan tujuan, sifat, dan lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha jangka pendek dan jangka panjang, posisi kompetitif, risiko dan masalah-masalah strategis lainnya. 3. Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal, termasuk Komite Audit. 4. Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris serta hal-hal yang tidak diperbolehkan. Program Peningkatan Kapabilitas merupakan salah satu program penting agar Dewan Komisaris dapat selalu memperbaharui informasi tentang perkembangan terkini dari aktivitas bisnis Perseroan dan pengetahuan-pengetahuan lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas Dewan Komisaris. Perseroan secara teratur mengadakan Program Pembelajaran yang berkelanjutan bagi Dewan Komisaris dengan agenda dan materi sesuai kebutuhan Dewan Komisaris. 17 Pasal 43 Ayat (2) Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN 12

Prosedur Program Peningkatan Kapabilitas Dewan Komisaris meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Program Peningkatan Kapabilitas bagi Dewan Komisaris dilaksanakan dalam rangka meningkatkan efektivitas kerja Dewan Komisaris. b. Rencana pelaksanaan Program Peningkatan Kapabilitas dimasukkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Dewan Komisaris. c. Setiap Anggota Dewan Komisaris yang mengikuti Program Peningkatan Kapabilitas seperti seminar dan/atau pelatihan diwajibkan untuk melakukan sharing know/edge kepada Anggota Dewan Komisaris lain. 3. Evaluasi Kinerja dan Pelaporan Evaluasi kinerja Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip 18 : a. Kinerja Dewan Komisaris akan dievaluasi oleh Pemegang Saham dalam RUPS mengacu pada Indikator Pencapaian Kinerja (Key Performance indicators) yang ditetapkan RUPS berdasarkan usulan Dewan Komisaris. b. Indikator Pencapaian Kinerja merupakan ukuran penilaian atas keberhasilan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengawasan dan pemberian nasihat oleh Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau Anggaran Dasar Perseroan. c. Dewan Komisaris wajib menyampaikan laporan triwulanan perkembangan realisasi Indikator Pencapaian Kinerja kepada Pemegang Saham. Terkait dengan pelaporan, Dewan Komisaris memiliki kewajiban untuk 19 : a. Menyampaikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS. b. Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan dan perusahaan lain termasuk setiap perubahannya. 4. Etika Jabatan 2.3. DIREKSI Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Dewan Komisaris harus melandasi diri dengan standar etika berikut: a. Menghindari terjadinya benturan kepentingan; b. Menghindarkan diri dari praktik-praktik korupsi, gratifikasi, dan penyuapan; c. Senantiasa menjaga kerahasiaan informasi; d. Tidak mengambil keuntungan dan/atau peluang bisnis Perseroan untuk kepentingan pribadi; e. Senantiasa mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. Memberikan contoh keteladanan dengan mendorong terciptanya perilaku etis dan menjunjung tinggi standar etika Perseroan. Direksi adalah Organ Perseroan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengelolaan Perseroan dalam rangka mencapai visi, misi dan sasaran yang telah digariskan dalam Anggaran Dasar Perseroan serta menjalankan keputusan yang telah diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 18 Pasal 15 Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN 19 Pasal 116 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 13

Pengelolaan Perseroan yang dilakukan Direksi berpedoman pada prinsip-prinsip berikut: a. Pelaksanaan pengelolaan Perseroan yang memiliki potensi mempengaruhi kinerja Perseroan, perlu dikomunikasikan kepada Dewan Komisaris. b. Apabila terjadi kondisi dimana tugas dan kepentingan Perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi, maka Anggota Direksi yang bersangkutan harus mengungkapkan benturan atau potensi benturan kepentingan tersebut kepada Dewan Komisaris dan Direksi. c. Anggota Direksi yang mempunyai benturan kepentingan tidak berwenang mewakili Perseroan dan digantikan oleh Anggota Direksi lain yang tidak mempunyai benturan atau potensi benturan kepentingan. d. Apabila seluruh Anggota Direksi mempunyai benturan atau potensi benturan kepentingan maka kepentingan Perseroan diwakili oleh Dewan Komisaris atau seorang yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris. 1. Program Orientasi dan Peningkatan Kapabilitas Program Orientasi sangat penting untuk dilaksanakan pada saat awal pengangkatan Anggota Direksi, karena Anggota Direksi dapat berasal dari berbagai latar belakang, sehingga untuk dapat membentuk suatu tim kerja yang solid, Program Orientasi tersebut wajib untuk dijalankan. Program Orientasi yang diberikan dapat berupa presentasi, pertemuan, kunjungan ke Perseroan dan pengkajian dokumen atau program lainnya yang dianggap sesuai dengan Perseroan dimana program tersebut dilaksanakan. Ketentuan tentang Program Orientasi meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Anggota Direksi yang baru pertama kali menjabat wajib mengikuti Program Orientasi mengenai Perseroan. b. Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab untuk mengadakan Program Orientasi. 20 c. Program Orientasi yang diberikan kepada Anggota Direksi antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG oleh Perseroan. 2. Gambaran mengenai Perseroan berkaitan dengan tujuan, sifat, dan lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha jangka pendek dan jangka panjang, posisi kompetitif, risiko dan masalah-masalah strategis lainnya. 3. Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal, termasuk Komite Audit. 4. Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi serta hal-hal yang tidak diperbolehkan. Program Peningkatan Kapabilitas menjadi penting agar Anggota Direksi dapat selalu mengikuti perkembangan terbaru tentang core business Perseroan dan selalu siap mengantisipasinya bagi keberlangsungan dan kemajuan Perseroan. 20 Pasal 43 Ayat (2) Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN 14

Ketentuan tentang Program Peningkatan Kapabilitas bagi Direksi adalah sebagai berikut: a. Program Peningkatan Kapabilitas dilaksanakan dalam rangka meningkat-kan efektivitas pelaksanaan tugas Direksi. b. Rencana pelaksanaan Program Peningkatan Kapabilitas harus dimasukkan dalam RKAP. c. Setiap Anggota Direksi yang mengikuti Program Peningkatan Kapabilitas seperti seminar dan/atau pelatihan diwajibkan untuk melakukan sharing know/edge kepada Anggota Direksi lainnya. 2. Evaluasi Kinerja Penilaian kinerja Direksi dilakukan oleh RUPS mengacu pada ketentuan sebagai berikut: a. Penilaian kinerja Direksi dilakukan oleh RUPS berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan di dalam KPI (Key Performance Indicators) sebagaimana tertuang di dalam Kontrak Manajemen. b. Penilaian kinerja Direksi dilakukan RUPS dengan memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab (acquit et decharge) kepada Direksi atas pengurusan Perseroan yang dilakukan dalam RUPS Tahunan. 3. Etika Jabatan 3. ORGAN PENDUKUNG Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Direksi harus melandasi diri dengan standar etika berikut: a. Menghindari terjadinya benturan kepentingan; b. Menghindarkan diri dari praktik-praktik korupsi, gratifikasi, dan penyuapan; c. Senantiasa menjaga kerahasiaan informasi; d. Tidak mengambil keuntungan dan/atau peluang bisnis Perseroan untuk kepentingan pribadi; e. Senantiasa mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. Memberikan contoh keteladanan dengan mendorong terciptanya perilaku etis dan menjunjung tinggi standar etika Perseroan. 3.1 KOMITE DEWAN KOMISARIS Dewan Komisaris dapat membentuk komite-komite sebagai pendukung untuk membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta merumuskan kebijakan Dewan Komisaris sesuai ruang lingkup tugas komite yang bersangkutan. Penetapan pembentukan komite-komite dilakukan dengan Surat Keputusan Dewan Komisaris. Setiap komite diketuai oleh salah satu Anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris. Komite Dewan Komisaris yang dibentuk saat ini yaitu Komite Audit. Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris yang bekerja secara kolektif dalam rangka membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dalam menilai kecukupan sistem pengendalian internal serta kecukupan pelaporan dan pengungkapan laporan keuangan. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris dan dilaporkan kepada RUPS. 15

Kebijakan umum terkait dengan pelaksanaan tugas Komite Audit adalah sebagai berikut: a. Komite Audit terdiri dari maksimal 3 (tiga) orang anggota, yang terdiri dari 1 (satu) orang Anggota Dewan Komisaris dan 2 (dua) orang pihak independen dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lain yang dibutuhkan yang bukan merupakan Karyawan Perseroan. 21 b. Komite Audit diketuai oleh seorang Anggota Dewan Komisaris. Apabila Komisaris Independen telah ditetapkan, maka Komite Audit diketuai oleh seorang Komisaris Independen. 22 c. Masa jabatan anggota Komite Audit yang bukan berasal dari Anggota Dewan Komisaris yaitu maksimal 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang satu kali selama 2 (dua) tahun masa jabatan dengan tidak mengurangi hak Dewan Komisaris untuk memberhentikannya sewaktu-waktu. 23 d. Anggota Komite Audit yang bukan berasal dari Anggota Dewan Komisaris tidak boleh merangkap sebagai angota komite lain di Perseroan maupun anggota komite pada perusahaan lain. 24 e. Anggota Komite Audit harus memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang cukup di bidang pengawasan/pemeriksaan dan bidang-bidang lainnya yang dianggap perlu sehingga dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. f. Fungsi Utama Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan terutama terkait dengan peningkatan kualitas laporan keuangan, memastikan efektivitas sistem pengendalian internal, memastikan kualifikasi dan independensi SPI dan auditor eksternal, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. g. Komite Audit dapat melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Dewan Komisaris berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. h. Komite Audit wajib menyampaikan laporan kepada Dewan Komisaris atas setiap pelaksanaan tugasnya termasuk menyampaikan laporan triwulanan dan tahunan kepada Dewan Komisaris. i. Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite Audit diatur di dalam Piagam Komite Audit. 3.2 SEKRETARIAT DEWAN KOMISARIS Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugasnya, Dewan Komisaris atas biaya Perseroan membentuk Sekretariat Dewan Komisaris dengan fungsi pokok membantu Dewan Komisaris untuk memperlancar tugas-tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsifungsinya. 21 Pasal 2 Ayat (3) Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN 22 Pedoman Komisaris Independen, Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004 23 Pasal 14 Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN 24 Ibid, Pasal 31 Ayat (3) 16

Kebijakan umum terkait dengan pelaksanaan fungsi Sekretariat Dewan Komisaris adalah sebagai berikut: a. Sekretariat Dewan Komisaris dipimpin oleh seorang Sekretaris Dewan Komisaris yang berasal dari luar Perseroan dibantu staf Sekretariat Dewan Komisaris. 25 b. Fungsi utama Sekretaris Dewan Komisaris dan staf Sekretariat Dewan Komisaris adalah menjalankan tugas-tugas administrasi dan kesekretariatan yang berkaitan dengan seluruh kegiatan Dewan Komisaris. c. Sekretaris Dewan Komisaris dan staf Sekretariat Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris. d. Masa jabatan Sekretaris dan staf Sekretariat Dewan Komisaris ditetapkan oleh Dewan Komisaris maksimum 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk paling lama 2 (dua) tahun dengan tidak mengurangi hak Dewan Komisaris untuk memberhentikannya sewaktu-waktu. 26 3.3 SEKRETARIS PERUSAHAAN Perseroan mengangkat Sekretaris Perusahaan yang bertugas sebagai pejabat penghubung (liaison officer) dalam rangka memperlancar hubungan antar Organ Perseroan, hubungan antara Perseroan dengan Stakeholders serta dipenuhinya ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Kebijakan umum terkait dengan pelaksanaan fungsi Sekretaris Perusahaan adalah sebagai berikut: a. Sekretaris Perusahaan diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama. Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. b. Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah 27 : 1) memastikan bahwa Perseroan mematuhi peraturan tentang persyaratan keterbukaan sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip GCG; 2) memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris secara berkala dan/atau sewaktu-waktu apabila diminta; 3) sebagai penghubung (liaison officer); 4) menatausahakan serta menyimpan dokumen Perseroan, termasuk tetapi tidak terbatas pada Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus dan risalah rapat Direksi, rapat Dewan Komisaris dan RUPS. 5) memastikan kelancaran komunikasi antara Perseroan dengan pemangku kepentingan (Stakeholders). 6) menjamin tersedianya informasi yang dapat diakses oleh Stakeholders secara wajar, akurat dan tepat waktu. 25 Pasal 3 Ayat (1) Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN 26 Ibid, Pasal 5 27 Pasal 29 Ayat (4) Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN 17

3.4 SATUAN PENGAWASAN INTERNAL Salah satu tugas Direksi adalah memastikan efektivitas sistem pengendalian internal Perseroan. Untuk itu Direksi membentuk Satuan Pengawasan Internal (SPI) yang merupakan unit kerja Perseroan yang melakukan fungsi pengendalian internal di Perseroan. Kebijakan umum terkait dengan pelaksanaan fungsi Satuan Pengawasan Internal adalah sebagai berikut: a. Untuk menjamin independensi pelaksanan tugas SPI, unit kerja SPI secara struktur berada di bawah Direktur Utama dan memiliki hubungan fungsional dengan Komite Audit. b. SPI dipimpin oleh Kepala SPI yang diangkat dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Utama. c. Kepala SPI dijabat oleh pejabat satu level di bawah Direksi. d. SPI merupakan fungsi dalam Perseroan yang melaksanakan aktivitas secara independen, memberikan layanan assurance obyektif dan jasa konsultasi dengan tujuan untuk memberikan nilai tambah dan peningkatan terhadap operasi Perseroan guna mencapai tujuan Perseroan. e. SPI bertugas untuk memastikan sistem pengendalian internal, manajemen risiko, dan proses tata kelola perusahaan telah berfungsi dan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan. f. Dalam menjalankan tugasnya SPI harus senantiasa menjaga independensi dan profesionalisme sesuai standar profesi yang ada sesuai dengan Internal Audit Charter yang ditetapkan. 18

BAB IV PEDOMAN BAGI STAKEHOLDERS 1. PRINSIP DASAR Perseroan menyadari bahwa keberhasilan penerapan GCG di Perseroan tidak terlepas dari dukungan para pemangku kepentingan (Stakeholders). Stakeholders memiliki peran yang sangat penting melalui komitmennya untuk senantiasa menerapkan prinsip-prinsip GCG dan standar etika yang tinggi dalam melakukan hubungan dengan Perseroan. Dengan demikian akan terjadi pola hubungan yang seimbang dan harmonis antara Perseroan dengan Stakeholders sesuai dengan asas kewajaran dan kesetaraan serta saling menghormati. Perseroan menghormati dan berupaya memenuhi segala hak Stakeholders yang timbul karena peraturan perundang-undangan, perjanjian/kontrak atau karena nilai etika/moral dan tanggung jawab sosial perusahaan. Perseroan akan menindaklanjuti setiap permasalahan atau keluhan dari Stakeholders terkait dengan pemenuhan haknya melalui mekanisme yang telah ditetapkan. 2. PEKERJA Perseroan menganggap bahwa Pekerja adalah aset strategis Perseroan. Oleh karena itu Perseroan senantiasa menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi Pekerja. Perseroan akan melindungi Pekerja dari segala bentuk kemungkinan yang membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja. Perseroan berkomitmen untuk memberikan lingkungan kerja yang bebas dari pelecehan dalam bentuk apapun dan menjamin tidak adanya tindakan ancaman ataupun kekerasan di lingkungan kerja. Perseroan menjamin hak Pekerja untuk membentuk Serikat Pekerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perseroan menganggap bahwa Serikat Pekerja merupakan mitra Manajemen sekaligus sebagai penyambung komunikasi antara Pekerja dengan Manajemen dalam memperjuangkan, membela dan melindungi hak dan kepentingan Pekerja. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) disusun melalui proses negosiasi antara Serikat Pekerja dan Manajemen yang di dalamnya mengatur mengenai hak dan kewajiban Pekerja dalam rangka menjamin terpeliharanya hubungan industrial yang harmonis antara Manajemen dan Pekerja. Dalam pengelolaan sumberdaya manusia, Perseroan berpegang pada nilai-nilai keterbukaan, adil, dan bebas dari diskriminasi karena perbedaan suku, warna kulit, jenis kelamin, dan agama serta hal-hal lainnya. Perseroan menetapkan remunerasi, memberikan pelatihan, menetapkan jenjang karir, menetapkan besarnya gaji, mengikutsertakan dalam pelatihan dan menentukan persyaratan kerja lainnya secara obyektif, tanpa adanya diskriminasi. Sistem penilaian kinerja Pekerja ditetapkan dan dilaksanakan secara adil dan transparan. Perseroan memastikan tersedianya informasi yang perlu diketahui oleh Pekerja sesuai dengan ketentuan melalui sistem komunikasi yang berjalan baik dan tepat waktu. 3. PELANGGAN Perseroan akan senantiasa mengutamakan kepuasan dan kepercayaan Pelanggan. Upaya ini dilakukan dengan memberikan pelayanan dengan kualitas prima, bermutu serta solusi yang inovatif kepada Pelanggan yang didasarkan pada kebutuhan mereka. Perseroan bertanggung jawab atas kualitas produk maupun jasa yang dihasilkan kepada Pelanggan. 19

Perseroan senantiasa menjaga komunikasi yang efektif dan berkesinambungan secara sehat, wajar, dan jujur dengan Pelanggan. Hal ini dilakukan guna mengetahui keinginan dan harapan Pelanggan yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu acuan dalam menyusun strategi dan kebijakan Perseroan terkait pengelolaan terhadap Pelanggan. Setiap keluhan yang berasal dari Pelanggan akan ditangani secara profesional melalui mekanisme yang baku dan transparan. Setiap perjanjian kerja dengan Pelanggan akan dituangkan ke dalam kontrak kerja yang disepakati bersama dimana di dalamnya tercantum hak dan kewajiban para pihak secara jelas. Setiap kontrak kerja dibuat dengan mempertimbangkan prinsip keseimbangan hak dan kewajiban diantara para pihak sehingga tidak akan merugikan satu pihak dan menguntungkan pihak lain. 4. MITRA KERJA Perseroan senantiasa menjalin hubungan baik dengan Mitra Kerja atas dasar profesionalisme, itikad baik, kepercayaan, kejujuran, saling menghormati dan saling menguntungkan. Perseroan menganggap bahwa Mitra Kerja memiliki peran strategis dalam rangka mendukung kegiatan operasional Perusahaan. Kontrak pekerjaan yang dilakukan antara Perseroan dengan Mitra Kerja merupakan perikatan yang memberikan hak dan kewajiban kepada masing-masing pihak. Perseroan mempunyai komitmen untuk menyusun kontrak dan menyampaikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kontrak tersebut secara benar dan bukan informasi yang menyesatkan atau mengelabui Mitra Kerja. Penyusunan kontrak pekerjaan dengan Mitra Kerja dilakukan dengan mengutamakan prinsip kesetaraan dalam hubungan bisnis yang saling menguntungkan. Perseroan senantiasa memenuhi kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam kontrak pekerjaan tersebut dengan penuh tanggung jawab. S. PENYEDIA BARANG DAN JASA Keberadaan Penyedia Barang dan Jasa seperti Pemasok dan Rekanan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan usaha Perusahaan. Oleh karena itu, Perseroan senantiasa menjaga hubungan kerja sama secara profesional dan saling menguntungkan dengan Penyedia Barang dan Jasa. Perseroan akan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh calon Penyedia Barang dan Jasa dalam memperoleh informasi yang relevan secara wajar dalam kaitannya dengan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan Perseroan. Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang dan jasa akan disampaikan kepada calon Penyedia Barang dan Jasa secara transparan. Perseroan mendorong pelaksanaan pengadaan barang dan jasa melalui persaingan yang sehat. Perseroan akan memberikan perlakuan yang setara terhadap semua calon Penyedia Barang dan Jasa yang telah memenuhi syarat dan kriteria yang ditetapkan Perseroan. Proses pengadaan barang dan jasa dilakukan secara adil dan tidak diskriminatif dengan memberikan perlakuan yang sama kepada semua calon Penyedia Barang dan Jasa secara proporsional serta tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara apapun. 20