INVESTIGASI KARAKTERISTIK RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
THE INVESTIGATION ON MIX PROPORTION S CHARACTERISTIC OF RECYCLE MATERIAL MADE OF RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI PENENTUAN JOB MIX DESAIN PERKERASAN LENTUR DENGAN MEMANFAATKAN ASPAL DAUR ULANG / RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ABSTRAK

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT

KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN TERHADAP KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR CAMPURAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Hasil Bongkaran Perkerasan Jalan sebagai Bahan Lapis Fondasi Jalan Raya

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

Muhammad Rizal Permadi, Retno Handayani Prastyaningrum, Bagus Hario Setiadji *), Supriyono *)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

NASKAH SEMINAR INTISARI

ANALISIS PENGARUH BAHAN TAMBAH KAPUR TERHADAP KARAKTERISTIK RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) Naskah Publikasi

Lampiran 1. Hasil Uji Agregat Kasar Dengan Mesin Impact Test

S. Harahab 1 *, R. A. A. Soemitro 2, H. Budianto 3

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

KARAKTERISTIK BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) RUAS JALAN PANTURA JAWA

BAB V PENUTUP JULIE-CVL 11

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN BATUGAMPING KEPRUS SEBAGAI CAMPURAN AGREGAT PADA LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB IV METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan

2.4 Daur Ulang Lapis Keras Aspal (Asphalt Pavement Recycling) 6

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

The 4 th Univesity Research Coloquium INVESTIGASI SIFAT KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG BAHAN RAP BERGRADASI EME (Enrobé à Module Élevé)

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Selamat Datang. Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

PEMANFAATAN ABU KERAS SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI MARSHALL TEST PADA CAMPURAN LATASTON TUGAS AKHIR

ANALISIS GRADASI BAHAN RAP TERHADAP NILAI KEPADATAN DAN CBR MENGGUNAKAN RUMUS FULLER

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS NILAI KEPADATAN DAN CBR PADA GRADASI BATAS ATAS, MEDIAN, DAN BAWAH BERDASARKAN RUMUS COOPER

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)

PENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

Transkripsi:

INVESTIGASI KARAKTERISTIK RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelessaikan Pendidikan Strata 1 Faktultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta DISUSUN OLEH: CAHYO PRAMUDYO D 100 080 001 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

LEMBAR PENGESAHAN Naskah Publikasi ini telah dipertahankan dan dipertanggungjawabkan di depan Dewan Penguji guna melengkapi tugastugas dan memenuhi syaratsyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dengan Judul Investigasi Karakteristik RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) Artifisial Diajukan oleh Cahyo Pramudyo NIM : D 100 080 001

KARAKTERISTIK BAHAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL Nama Mahasiswa :Cahyo Pramudyo NIM : D100 080 001 Jurusan : Teknik Sipil UMS Dosen Pembimbing I : Ir.Sri Sunarjono, M.T, Ph.D Dosen Pembimbing II : Senja Rum Harnaeni, S.T, M.T ABSTRAK Perkembangan teknologi telah mendorong diterapkannya teknik daur ulang pada bidang transportasi. Akhirakhir ini, muncul teknologi baru untuk mendaur ulang material bekas bongkaran aspal tersebut dengan cara menambahkan bahan peremaja atau bahan adiditive untuk kemudian dijadikan material perkerasan jalan yang baru. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menyelidiki karakteristik menggunakan bahan tiruan RAP sehingga datadata sumber bahan diketahui. RAP artifisial juga dapat disebuat RAP tiruan atau RAP imitasi. RAP ini dibuat dengan cara menuakan aspal baru dengan cara pemanasan di laboratorium sehingga didapat sifat dan karakteristik yang equivalen dengan RAP yang diambil dari lapangan. Karakteristik RAP artifisial yang perlu diketahui adalah kadar aspal, karakteristik kandungan agregat, karakteristik kandungan aspal, karakteristik sifat fisik RAP, kepadatan dan daya dukung dengan pengujian CBR. Hasil investigasi ini kemudian di bandingkan dengan karakteristik RAP lapangan sehingga dapat di peroleh perbedaan karakteristiknya. Hasil pemeriksaan fisik RAP artifisial didapat nilai ektrasi sebesar 4,03%, nilai keausan 29,26% dan nilai kelekatan aspal terhadap agregat sebesar 100%. Karakteristik agregat penyusun RAP artifisial setelah di lakukakn ekstraksi didapat berat jenis dari agregat kasar sebesar 3,095, berat jenis agregat halus sebesar 2,566 dan nilai keausan dari agregat adalah 28,26%. Karakteristik aspal penyusun RAP setelah mengalami penuaan didapat nilai penetrasi sebesar 27,5, berat jenis adalah 1,15, titik lembek pada suhu 54,5 o C, titik nyala pada suhu 270 o C, titik bakar pada suhu 329 o C dan nilai daktilitas adalah sebesar 950. Nilai kadar air optimum adalah sebesar 1,2%. Nilai CBR untuk RAP dengan metode tanpa perendaman (unsoaked) didapat nilai 100 % sebesar 61,8 %, sedangkan hasil pemeriksaan CBR untuk RAP dengan metode dengan perendaman (soaked) didapat nilai CBR 100% sebesar 50,8%. RAP artifisial yang tidak ditambah aspal dan agregat baru tidak dapat digunakan untuk material penyusun lapis bahu jalan tanpa penutup aspal, lapis pondasi bawah atau lapis pondasi atas. Hasil karakteristik RAP artifisial ini hanya digunakan sebagai pembanding dari karakteristik RAP lapangan karena karakteristik RAP arifisial dapat dikontrol sifat sifat penyusunnya. Kata kunci : Daur Ulang Perkerasan Jalan, RAP Artifisial, Sifat fisis RAP, Sifat penyusun RAP, CBR

1. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah mendorong diterapkannya teknik daur ulang pada bidang transportasi. Salah satu bahan yang dapat di daur ulang adalah bongkaran aspal. Bahan ini dapat menjadi limbah yang tidak bermanfaat dan menimbulkan permasalahan baru bagi lingkungan sekitar. Akhirakhir ini, muncul teknologi baru untuk mendaur ulang material bekas bongkaran aspal tersebut dengan cara menambahkan bahan peremaja atau bahan adiditive untuk kemudian dijadikan material perkerasan jalan yang baru. Teknologi daur ulang ini memberikan berbagai keuntungan teknis, sosial dan lingkungan, antara lain mengurangi penggunaan bahan alam natural ( agregat dan aspal), mengurangi dampak sosial dan ramah lingkungan. Pada penelitian sebelumnya, RAP yang digunakan adalah RAP yang di ambil dari lapangan. Pengambilan sampel RAP lapangan terdapat beberapa masalah antara lain tidak diketahui jenis perkerasan atau lokasi ruas jalan sumber bahan RAP tersebut. Selain itu bahan RAP lapangan biasanya mengandung kontaminasi benda seperti tumbuhan, akar dan tanah yang akan mengurangi kekuatan RAP itu sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menyelidiki karakteristik menggunakan bahan tiruan RAP sehingga datadata sumber bahan diketahui. Bahan RAP ini dapat digunakan untuk penelitian dan pengembangan teknologi RAP dapat dikembangkan lebih lanjut. 2. Landasan Teori Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Pasal 1 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Kerusakan perkerasan konstruksi jalan dapat disebabkan oleh : a. Lalu lintas yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban. b. Air yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang jelek, naiknya air karena kapilaritas air yang terdapat di tanah. c. Rendahnya kualitas material konstruksi perkerasan. d. Iklim. e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. f. Proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik. Umumnya kerusakan kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan penyebab yang saling kait mengkait. Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No : 03/MN/B/ 1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas : a. Retak (Cracking) b. Perubahan bentuk (Distorsion) c. Cacat permukaan (Disintegration) d. Pengausan (Polished aggregate) e. Kegemukan (Bleeding or flushing) f. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (Utility Cut Depression) Perbaikan jalan raya di Indonesia selama ini seringkali hanya melapisi perkerasan jalan lama dengan perkerasan baru (overlay) yang menyebabkan bertambahnya elevasi jalan. Bertambahnya elevasi akan menimbulkan masalah pada lokasi yang padat dengan penduduk. Akhir akhir ini terdapat suatu metode untuk memperbaiki jalan dengan material jalan yang lama. Metode ini disebut daur ulang (recycling) dengan menggunakan bahan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement). BebeRAPa keuntungan menggunakan metode ini adalah lebih hematnya dalam biaya produksi

atau perbaikan jalan, selain itu teknologi penggunaan RAP juga merupakan teknologi ramah lingkungan. RAP adalah material hasil penggarukan bahan perkerasan jalan yang sudah rusak. Pada umumnya material RAP diambil dari tempat stockpile dimana material RAP berpotensi mempunyai properties beragam karena dimungkinkan material berasal dari hasil garukan beberapa ruas jalan. Ukuran partikel RAP juga sangat beragam. Biasanya, material RAP dibagi menjadi beberapa fraksi kasar, medium dan halus untuk mengurangi efek keberagaman material. Gradasi RAP lebih baik ditentukan berdasarkan wash sieving agar partikel halus terlepas dari partikel kasar. Kadar aspal RAP juga akan beragam tergantung dari jenis sumber materialnya (Sunarjono, 2008a). Menurut suhu pencampurannya metode daur ulang dapat dibagi menjadi: a. Coldmix recycling, Daur ulang campuran dingin (cold mix recycling) yaitu material jalan yang sudah dihancurkan ditempat, kemudian dicampur dengan semen aspal emulsi atau kombinasi keduanya dengan sistem pencampuran dingin (tidak perlu memanaskan agregat RAP), sebelum dipadatkan menjadi konstruksi perkerasan jalan yang baru. Pada teknologi coldmix recycling yang terkini, bahan tambah aspal emulsi diganti dengan foamed bitumen yang menghasilkan hasil campuran yang lebih cepat mengeras, sehingga bias langsung open traffic begitu proses pemadatan selesai (Sunarjono, 2008). b. Hot mix recycling, Hotmix recycling, konstruksi perkerasan aspal yang telah rusak digali, digiling dan dihancurkan dengan mesin, kemudian ditambahkan sedikit aspal baru dengan pencampuran dalam kondisi panas (sekitar suhu 140 o C180 o C). Material yang sudah tercampur rata kemudian digelar dan dirapikan permukaannya, untuk kemudian dipadatkan dengan roller compactor, sehingga terbentuklah konstruksi perkerasan jalan yang baru (Sunarjono, 2008). c. Warmmix recycling, Warmmix recycling, konstruksi perkerasan aspal yang telah rusak digali, digiling dan dihancurkan dengan mesin, kemudian ditambahkan sedikit aspal baru dengan pencampuran dalam kondisi hangat pada suhu pencampuran sekitar 600 C. Material yang sudah tercampur rata kemudian digelar dan dirapikan permukaannya, untuk kemudian dipadatkan dengan roller compactor, sehingga terbentuklah konstruksi perkerasan jalan yang baru (Sunarjono, 2008). Menurut tempat pencampurannya metode daur ulang dapat dibagi menjadi Inplant recycling dan Inplace recycling. 3. Tinjauan Pustaka RAP artifisial juga dapat disebuat RAP tiruan atau RAP imitasi. RAP ini dibuat dengan cara menuakan aspal baru dengan cara pemanasan di laboratorium sehingga didapat sifat dan karakteristik yang equivalen dengan RAP yang diambil dari lapangan. Pembuatan RAP artificial ini dibuat dengan metode yang di temukan oleh Brown & Scholz. Brown & Scholz (2000) menemukan bahwa campuran beraspal yang disimpan dalam keadaan lepas (di laboratorium) pada suhu 135 o C selama 4 jam setara dengan nilai kekakuan sebuah benda uji yang diperoleh dilapangan telah mengalami proses penuaan selama produksi, pengangkutan dan pelaksanaan. Sedangkan campuran beraspal sejenis yang baru dibuat namun disimpan terlebih dahulu dalam oven selama 120 jam atau ± 5hari pada suhu 85 o C, interval nilai modulusnya hampir sama dengan perkerasan lentur yang memiliki kinerja baik kirakira selama 15 tahun. Pengujian RAP Artifisial yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik RAP artifisial dengan berdasarkan sifat fisik dari RAP tersebut, beberapa tes yang dilakukan adalah: a. Uji Ekstraksi b. Uji Fisik RAP meliputi tes abrasi, dan tes gradasi.

c. Uji Kepadatan d. Uji CBR Pemeriksaan agregat penyusun RAP meliputi Pemeriksaan: a. Berat jenis b. Keausan dengan mesin Los Angeles c. Pemeriksaan Gradasi Agregat (Analisa Saringan) d. Pemeriksaan Kelekatan Aspal Terhadap Agregat Pemeriksaan bitumen penyusun RAP meliputi Pemeriksaan: a. Pemeriksaan penetrasi b. Pemeriksaan berat jenis aspal c. Pemeriksaan titik lembek aspal d. Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal e. Pemeriksaan daktalitas aspal. 4. Bahan Dan Metode Kajian Penelitian ini dilaksanakan di dalam laboratorium tepatnya di laboratorium teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini meggunkan metode uji coba hingga di dapat hasil yang sesuai. Material yang digunakan adalah sisa perkerasan lentur dari praktikum bahan perkerasan teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bagan alir penelitian dapat dilihat dibawah ini: Gambar 1. Bagan Alir Penelitian 5. Karekteristik RAP Artifisial 1. Pemeriksaan Sifat fisik RAP artifisial Hasil pemeriksaan fisik RAP Artifisial dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik RAP Artifisial Jenis Pengujian Hasil Pengujian Pemerikasaan Ekstraksi RAP Artifisial 4,03% Pemerikasaan Keausan RAP Artifisial 33,28% Sedangkan hasil Pemerikasaan Gradasi RAP Artifisial adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik berdasarkan uji analisis saringan RAP Artifisial 2. Pemeriksaan Bahan Penyusun RAP Artifisial. Pemeriksaan bahan penyusun RAP artifisial meliputi pengujian: a. Hasil pemeriksaan Agregat Penyusun RAP Artifisial dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pemeriksaan Agregat Penyusun RAP Artifisial Hasil pengujian Jenis Pengujian Agregat Kasar Agregat Halus Berat Jenis 2,89 2,57 PenyeRAPan (%) 1,00 2,46 Pemeriksaan Keausan Agregat (%) 29,68 Pemerikasaan Kelekatan Aspal Terhadap Agregat (%) 98,11 Sedangkan hasil Pemerikasaan Gradasi RAP Artifisial adalah sebagai berikut: Gambar 3. Grafik berdasarkan uji analisis saringan RAP Artifisial Seteleh dilakukan Ekstraksi b. Pemeriksaan Bitumen Penyusun RAP Artifisial setelah dituakan dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Pemeriksaan Bitumen Penyusun RAP Artifisial Setelah Dituakan Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Penetrasi (x10 1 mm) 33,7 Pemeriksaan Berat Jenis 1,08 Pemeriksaan Titik Lembek ( o C) 51,5 Pemeriksaan Titik nyala ( o C) 253 Pemeriksaan Titik Bakar ( o C) 346 Pemeriksaan Daktilitas (mm) 1128 3. Pemeriksaan Daya Dukung Dan Kepadatan Grafik hubungan berat isi kering (γd) dan kadar air (w), Grafik hubungan berat isi kering dengan kadar air ditampilkan pada Gambar 4: Gambar 4. Grafik hubungan berat isi kering (γd) dan kadar air (w) Kesimpulan dari pembacaan Grafik diataasadalah di dapat kadar air optimum 1,2 % dan berat volume kering 5,02 (g/cm3). Hasil kadar air 1,2%. Kadar air seperti tidak rasional karena material RAP masih terselimuti aspal sehingga daya resapnya sangat kecil. Selain itu pemadatan yang dilakukan menggunakan alas berlubang sehingga air yang tidak bias terserap keluar dari lubang tersebut. 4. Pemeriksaan Daya Dukung Dan Kepadatan Dengan Mesin CBR Hasil pemeriksaan CBR untuk RAP dengan metode tanpa perendaman (unsoaked) dapat dilihat pada Tabel 4. Di bawah ini Tabel 4. Hasil pemeriksaan CBR untuk RAP dengan metode tanpa perendaman (unsoaked) (%) Berat Isi Kering Nilai CBR (%) 100 % 61,8 95% 52 90% 46,1 Sedangkan hasil pemeriksaan CBR untuk RAP menggunakan metode dengan perendaman (soaked) dapat dilihat pada Tabel 5. di bawah ini: Tabel 5. Hasil pemeriksaan CBR untuk RAP menggunakan metode dengan perendaman (soaked) (%) Berat Isi Kering Nilai CBR (%) 100 % 50,8 95% 45,7 90% 40,5 6. Perbandingan Antara RAP artificial dengan Campuran AC baru dan RAP lapangan

Karakteristik AC baru diambil dari data sekunder dari hasil paktikum mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2012. Sedangakan karakteristik RAP Lapangan diambil dari data sekunder dari tugas akhir Danny Girry Kelana, alumni mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2010. Pengujian aspal RAP diambil dari jurnal dengan judul Optimalisasi Penggunaan Material Hasil Cold Milling Untuk Daur Ulang Lapisan Perkerasan Jalan Beton Aspal Type AC/Asphalt Concrete milik Suwantoro, 2010. Hasil perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perbandingan Antara RAP artificial dengan Campuran AC baru dan RAP lapangan NO. Jenis Pemeriksaan 1 Pemeriksaan fisik RAP Ekstraksi (%) Abrasi (%) 2 Pemeriksaan agregat Penyusun RAP meliputi: Pemeriksaan berat jenis agregat kasar Pemeriksaan berat jenis agregat halus Penyerapan (absorpsi) agregat kasar (%) Penyerapan (absorpsi) agregat halus (%) Pemeriksaan keausan (%) Pemerikasaan Kelekatan Aspal Terhadap Agregat (%) 3 Pemeriksaan aspal penyusun RAP meliputi: Pemeriksaan penetrasi (x10 1 mm) Pemeriksaan berat jenis Pemeriksaan titik lembek ( o C) Pemeriksaan titik nyala ( o C) Pemeriksaan titik bakar ( o C) Pemeriksaan daktilitas (mm) Campuran AC baru 4,55 3,14 2,74 2,47 2,88 29,8 65,9 1,05 50 268 332 1500 belum putus 4 Nilai CBR RAP Unsoaked (%) 5 Nilai CBR RAP Soaked (%) RAP artifisial 4,03 33,28 2,89 2,57 1,00 2,46 29, 68 98,11 27,5 1,15 54,5 270 346 950 RAP Lapangan 4,55 59,6 64,6 48,5 310 320 1100 61,8 31,3, 29,1, 40,8 50,8 7. Penggunaan RAP Artifisial Menurut Bina Marga 2010 Setiap bagian jalan memiliki spesifikasi tertentu yang diatur pada Spesifikasi Bina Marga 2010. Spesifikasi bagian jalan yang kemungkinan dapat disusun dari material RAP artifisial dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Spesifikasi Bagian Jalan Yang Kemungkinan Dapat Disusun Dari Material RAP Artifisial Menurut Bina Marga Sifat sifat Bahu Jalan Pondasi Pondasi Tanpa Penutup Atas Bawah Aspal Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 2417;2008) 040% 040% 040% Indek Plastisitas (SNI 1966;2008) 06 010 415 Hasil kali Indek Plastisitas dengan % Lolos Ayakan no. 200 Maks 25 Batas Cair (SNI 1967;2008) 025% 035% 035% Bagian yang lunak (SNI 034141 1996 05% 05% 05% CBR (SNI 0317441989) Min. 90% Min. 60% Min. 50% Sedangkan ukuran dari dari masing masing lapisan adalah seperti pada Tabel 8 dibawah ini: Tabel 8 Ukuran Dari Dari Masing Masing Lapisan Menurut Bina Marga 2010 Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S 2 50 100 1 ½ 37,5 100 8895 1 25,0 7885 7085 89100 3/8 9,5 4458 3065 5590 No. 4 4,75 2944 2555 4075 No. 10 2,0 1730 1540 2659 No.40 0.425 717 820 1233 No. 200 0,075 28 28 422 Kemungkinan penggunaan untuk: 1. Lapis Pondasi Atas Nilai CBR RAP artifisial sebesar 50,8 %, sedangkan spesifikasi untuk lapis pondasi atas nilai CBR sebesar minimum 90%. Nilai keausan RAP artifisial adalah sebesar 29,26% sedangkan spesifikasi untuk lapis pondasi atas nilai keausan 0 40%. Sesuai dari tabel 5.7 dan 5.8 gradasi RAP tidak masuk dalam spesifikasi lapis pondasi atas, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5. Grafik Spesifikasi Lapis Pondasi Atas Dan Hasil Uji Analisis Saringan RAP Artifisial Dari data diatas maka RAP artifisial tidak dapat digunakan untuk lapis pondasi atas karena nilai CBR dan ukuran gradasi tidak masuk spesifikasi lapis pondasi atas. 2. Lapis Pondasi Bawah Nilai CBR RAP artifisial sebesar 50,8 %, sedangkan spesifikasi untuk lapis pondasi bawah nilai CBR sebesar minimum 60%. Nilai keausan RAP artifisial adalah sebesar 29,26% sedangkan spesifikasi untuk lapis pondasi bawah nilai keausan 0 40%. Sesuai dari tabel 5.7 dan 5.8 gradasi RAP tidak masuk dalam spesifikasi lapis pondasi bawah, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6. Grafik Spesifikasi Lapis Pondasi Bawah Dan Hasil Uji Analisis Saringan RAP Artifisial Dari data diatas maka RAP artifisial tidak dapat digunakan untuk lapis pondasi atas karena nilai CBR dan ukuran gradasi tidak masuk spesifikasi lapis pondasi atas. 3. Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal Nilai CBR RAP artifisial sebesar 50,8 %, sedangkan spesifikasi untuk lapis bahu jalan tanpa penutup aspal nilai CBR sebesar minimum 50%. Nilai keausan RAP artifisial adalah sebesar 29,26% sedangkan spesifikasi untuk lapis bahu jalan tanpa penutup aspal nilai keausan 0 40%. Sesuai dari tabel 5.7 dan 5.8 gradasi RAP tidak masuk dalam spesifikasi lapis bahu jalan tanpa penutup aspal, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 7. Grafik Spesifikasi Lapis Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal Dan Hasil Uji Analisis Saringan RAP Artifisial Dari data diatas maka RAP artifisial tidak dapat digunakan untuk lapis bahu jalan tanpa penutup aspal karena tidak masuk spesifikasi lapis bahu jalan tanpa penutup aspal.

Dari pembahasan diatas material RAP artifisial tanpa penambahan material baru tidak dapat digunakan untuk material penyusun lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah maupun lapis bahu jalan tanpa penutup aspal. Apabila ingin digunakan untuk lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah maka harus ditambah dengan agregat baru yang memiliki karakteristik lebih baik dan ukuran yang lebih besar sehingga nilai CBR dan ukuran gradasi bisa diperbaiki. Sedangkan untuk lapis bahu jalan tanpa penutup aspal hanya perlu penambahan agregat baru untuk memperbaiki gradasi dari RAP artifisial. Kesimpulan 1. Hasil pemeriksaan fisik RAP artifisial didapat nilai ektrasi sebesar 4,03%, nilai keausan 29,26% 2. Pemeriksaan agregat penyusun RAP artifisial setelah ekstraksi didapat berat jenis dari agregat kasar penyusun sebesar 2,89, berat jenis agregat halus penyusun sebesar 2,57, nilai keausan dari agregat penyusun RAP artifisial adalah 28,26%, dan nilai kelekatan aspal terhadap agregat sebesar 98,11% 3. Pemeriksaan aspal penyusun RAP artifisial setelah dituakan didapat nilai penetrasi aspal penyusun sebesar 27,5x10 1 mm, berat jenis dari aspal penyusun adalah 1,15, titik lembek aspal penyusun pada suhu 54,5 o C, titik nyala aspal penyusun pada suhu 270 o C, titik bakar aspal penyusun pada suhu 346 o C dan nilai daktilitas adalah sebesar 950. 4. Nilai kadar air optimum adalah sebesar 1,2%, 5. Nilai CBR untuk RAP dengan metode tanpa perendaman (unsoaked) didapat nilai 100 % sebesar 61,8 %, CBR 95 % sebesar 52%, dan CBR 90 % sebesar 46,1% sedangkan hasil pemeriksaan CBR untuk RAP dengan metode dengan perendaman (soaked) didapat nilai CBR 100% sebesar 50,8%, CBR 95 % sebesar 45,7%, dan CBR 90 % sebesar 40,5%. 6. RAP artifisial yang tidak ditambah aspal dan agregat baru tidak dapat digunakan untuk material penyusun lapis bahu jalan tanpa penutup aspal, lapis pondasi bawah atau lapis pondasi atas. Apabila ingin digunakan untuk lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah maka harus ditambah dengan agregat baru yang memiliki karakteristik lebih baik dan ukuran yang lebih besar sehingga nilai CBR dan ukuran gradasi bisa diperbaiki. Sedangkan untuk lapis bahu jalan tanpa penutup aspal hanya perlu penambahan agregat baru untuk memperbaiki gradasi dari RAP artifisial 7. Hasil karakteristik RAP artifisial ini hanya digunakan sebagai pembanding dari karakteristik RAP lapangan karena karakteristik RAP arifisial dapat dikontrol sifat sifat penyusunnya.

Daftar Pustaka Anonim, 2001, Pedoman Penyusunan Laporan Tugas Akhir, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Anonim, 2008, Modul Praktikum Bahan Perkerasan, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Danny Kelana Girry, 2010, K arakteristik Daya Dukung Material RAP (reclaimed asphalt pavement) Sebagai Bahan Daur Ulang Perkerasan Jalan. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Departemen pekerjaan umum, 1991, Spesifikasi Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta Departemen pekerjaan umum, 2010, Spesifikasi Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta Hardiyatmo, H.C, 2011, Perancangan Perkerasan Jalan dan Penyelidikan Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sukirman, Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova, Bandung. Sunarjono, Sri, 2006, Evaluasi Engineering Bahan Perkerasan Jalan Menggunakan Rap Dan Foamed Bitumen, Jurnal, UMS, Surakarta. Suwantoro, 2010, Optimalisasi Penggunaan Material Hasil Cold Milling Untuk Daur Ulang Lapisan Perkerasan Jalan Beton Aspal Type AC/Asphalt Concrete, Jurnal, ITS, Surabaya.