PERAN ISTRI DALAM MEMOTIVASI PRESTASI KERJA SUAMI 1. Oleh: Prof.Dr. Farida Hanum 2

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

Kecemasan Terhadap Kematian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

SIAPAKAH SAYA INI? INGIN JADI APAKAH SAYA INI?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

Tari Sandjojo Head of Academic Division Rumah Main Cikal & Sekolah Cikal

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

TIPS MEMBANGUN RUMAH TANGGA YANG HARMONIS DARI KANG MASRUKHAN. Tahukah anda bahwa untuk membangun sebuah Rumah Tangga yang harmonis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB 2 KETRAMPILAN INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

ETIKET-ESTETIKA DAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF 1 Oleh Prof. Dr. Farida Hanum 2

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA, URGENSI DAN UPAYANYA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB IV PEMBAHASAN. antara ayah dan anak remaja pasca perceraian, berikut peneliti memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB IV BENTUK KOMUNIKASI KONSELING DALAM AL QURAN

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

PENGURANGAN JAM KERJA BAGI PEREMPUAN: PROBLEM ATAU SOLUSI PERSPEKTIF PENDIDIKAN OLEH NURLENA RIFAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

Manusia dan Cinta Kasih

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah ( Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

PROFESSIONAL IMAGE. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lainnya. Interaksi dilakukan oleh manusia sebagai suatu kebutuhan dan harus

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau

\Pengertian Lembaga Keluarga

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK

Transkripsi:

PERAN ISTRI DALAM MEMOTIVASI PRESTASI KERJA SUAMI 1 Oleh: Prof.Dr. Farida Hanum 2 Pendahuluan Dalam bahasa Jawa istri atua suami disebut garwo atau sigaraning nyawa, artinya belahan nyawa (jiwa). Hal ini mengandung konotasi bahwa suami istri sebenarnya adalah senyawa atau sejiwa. Bila suami bahagia, istri juga merasakan sama, sebaliknya bila istri merasa sedih, suamipun ikut merasakannya. Demikian pula bila suami mampu bekerja dengan berprestasi, hal itu tidak lepas dari peran istri sebagai pasangan hidupnya. Sehingga ada katakata bijak yang menyebutkan bahwa di balik kesuksesan besar laki-laki (suami) ada peran besar perempuan (istri). Begitu juga sebaliknya, di belakang kesuksesan istri yang hebat ada peran suami yang hebat pula. Artinya tidaklah mungkin suami atau istri mencapai kesuksesan dan prestasi kerja yang tinggi tanpa peran suami atau istri mereka. Berkaitan dengan judul di atas, maka akan dibahas Bagaimana peran istri dalam memotivasi agar suami dapat terus meningkatkan prestasi kerja sehingga mencapai kesuksesan. Hal-hal apa yang perlu dilakukan istri sebagai seorang motivator suami, yang sejalan dan berkaitan dengan perannya sebagai istri dalam sebuah perkawinan dan rumah tangga. Adakah pengaruh kondisi rumah tangga terhadap prestasi kerja suami. Faktor-faktor apakah yang perlu diusahakan pasangan suami istri agar dapat mencapainya. Menurut Cox (dikutip Agustine D. dalam Kompas, 2 Agustus 2009), seyogianya tiga macam kebutuhan dapat terpenuhi melalui kehidupan perkawinan, yaitu: 1. Kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk mendapat cinta kasih, dukungan emosional, rasa aman, kebersamaan, dan pemenuhan kebutuhan romantis. 2. Kebutuhan seksual yang dalam masyarakat tertentu hubungan seks hanya sah bila terikat dalam perkawinan. 3. Kebutuhan material, di mana nafkah dan pengelolaan rumah tangga merupakan hal penting untuk kelangsungan kehidupan bagi yang terlibat dalam perkawinan tersebut. Terpenuhinya tiga macam kebutuhan tersebut diperlukan usaha bersama antara suami istri. Seyogianya kebutuhan tersebut dapat dipenuhi secara seimbang, karena ketiganya adalah 1 Disampaikan di depan Istri-Istri Staf Perkebunan Sawit Balikpapan Kaltim tanggal 9 Januari 2010 2 Dosen Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta

syarat untuk mencapai kebahagiaan. Bila salah satu kebutuhan tersebut kurang terpenuhi maka dalam kehidupan bersama suami istri dapat mengalami hambatan untuk mencapai kebahagiaan. Sebetulnya perkawinan baru dapat disebut berhasil bila tidak hanya bertahan utuh dalam waktu lama, tetapi sekaligus memberikan kebahagiaan bagi semua anggota keluarga. Oleh sebab itu adalah suatu keharusan antara suami istri terjadi hubungan yang harmonis, saling mengerti, saling membantu, dan saling mendorong kesuksesan pasangannya. Peran Istri Sebagai Motivator Suami Motivator adalah orang yang berperan melakukan motivasi. Kata-kata motivasi menyatakan tingkah laku yang dengan giat diarahkan untuk mencapai tujuan. Orang berpendapat bahwa di balik tingkah laku itu ada semacam kebutuhan atau keinginan. Istilah kebutuhan mengandung arti bahwa ada kekurangan akan sesuatu dan kekurangan itu mungkin dapat dipuaskan dengan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi dapat datang dari luar dan dalam diri seseorang sama kuatnya untuk mencapai tujuan. Peran istri sebagai motivator suami maksudnya istri member motivasi pada suami. Motivasi ini datang dari istri (luar), yang mendorong suami untuk memiliki kekuatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Beberapa pengertian yang ada hubungannya dengan motivasi dipakai dalam dunia usaha untuk menggambarkan tingkah laku dan produktivitas pekerja dan manajer. Istilah motivasi sering digunakan untuk menggambarkan semacam produktivitas, yaitu bagaimana seorang manajer menghendaki bawahannya melakukan suatu pekerjaan. Seseorang dikatakan dimotivasikan bila ia melaksanakan sesuatu seperti apa yang diharapkan kepadanya. Semua orang dewasa mempunyai motif atau kebutuhan dasar untuk menyalurkan persediaan daya potensial sebab pada prinsipnya semua orang yang cakap dan berhasil dalam bekerja dan ini dapat dilihat dari tingkah lakunya dalam bekerja. Daya potensi seseorang dapat berkembang maksimal, ini sangat tergantung pada situasi dan kekuatan motivasinya. Dapat disederhanakan sebagai berikut: Tingkah Laku = Motif x Situasi Semua orang dewasa berpotensi untuk bertingkah laku secara beraneka ragam. Bagaimana mereka bertingkah laku, tergantung kepada: 1. Kekuatan atau kesiapan dari berbagai motif yang ada pada diri seseorang. 2. Karakteristik situasi dan kesempatan Dalam hal ini istri dapat berperan membantu suami untuk memiliki kekuatan dan kesiapan agar selalu memiliki motivasi atau daya dorong untuk dapat bekerja dengan semangat dan

mengembangkan kemampuan diri. Istri dapat membantu suami dengan menciptakan situasi yang memungkinkan suami dapat bekerja dengan berprestasi agar dapat meraih berbagai kesempatan yang menguntungkan dan member dampak positif bagi perusahaan dan keluarganya. Istri dapat member situasi yang mampu mendorong suami untuk memiliki motif berprestasi dalam bekerja. Istri dapat menjadi pasangan yang mampu diajak berkomunikasi dengan efektif bagi suami. Istri dapat mendorong suami untuk mampu menjadi pekerja yang memiliki tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. Selain itu istri dapat mendorong agar suami mampu mencoba sesuatu yang baru dan senantiasa dapat member kritik saran yang membangun. Oleh karena tingkah laku orang-orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, antara lain: 1. Mampu mengambil tanggung jawab pribadi atas segala perbuatannya. 2. Mencari umpan balik (feed back) tentang segala perbuatannya. 3. Mengambil resiko yang moderat di dalam perbuatannya (memiliki tingkah laku yang menantang, tetapi dapat dicapai secara nyata); dan 4. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang kreatif dan inovatif. Individu-individu yang menginginkan dapat bertingkah laku dengan motif berprestasi tinggi, selalu memiliki pikiran-pikiran berprestasi, yaitu: 1. Ingin melakukan sesuatu lebih baik daripada orang lain 2. Mencapai atau melebihi ukuran keberhasilan yang ditetapkan sendiri 3. Hasil yang luar biasa dank has 4. Mengkaitkan atau melibatkan diri pada karier di masa depan. Sebenarnya daya potensi manusia dapat berkembang sepanjang hidupnya, hanya saja itu sangat bergantung pada kondisi motif individu tersebut dan juga motif yang datang dari luar individu tersebut. Interaksi yang harmonis dan komunikasi yang efektif antara suami istri, memudahkan isteri berperan sebagai motivator suami. Menjadi Pasangan yang Mampu Berkomunikasi Efektif Komunikasi yang efektif dapat diartikan sebagai penerima pesan oleh komunikan atau receiver sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator atau sender. Kemudian komunikan member respon yang poisitif sesuai dengan yang diharapkan. Jadi komunikasi efektif itu terjadi

apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut saling direspon sesuai dengan harapan pelaku komunikasi tersebut. Dalam keluarga, komunikasi yang harmonis merupakan syarat mutlak agar anggota keluarga merasakan kedamaian dan kedamaian. Melalui komunikasilah pasangan suami istri dapat berbagi pengalaman, perasaan, dan kegembiraan. Bila komunikasi terhambat maka hubungan akan menghambat pasangan merasakan kebahagiaan dan kedamaian tersebut. Kebutuhan psikologis seperti yang dipaparkan Cox di atas, akan mudah dipenuhi dengan adanya komunikasi yang harmonis dan efektif. Rasa cinta kasih, dukungan emosional, rasa aman, kebersamaan, dan dirasakan namun penting pula untuk diungkapkan. Dalam hal ini pasangan suami istri perlu saling memuji, mengungkapkan rasa kekaguman, rasa terima kasih, rasa sayang dalam bentuk kata-kata yang dapat didengar oleh masing-masing pasangan. Hal ini akan menambah rasa saling membutuhkan dan ketergantungan. Selain itu berkomunikasi dengan efektif dapat mungkin dari kesalahpahaman, prasangka, dan silang pendapat, karena komunikasi efektif menuntut berbicara dengan jelas, akurat, dan memperhatikan konteks dan budaya dalam menyampaikannya. Dengan demikian dapat dihindari seminimal mungkin kesalahan informasi yang diberikan. Aspek-Aspek Komunikasi yang Efektif Ada 5 aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif (Endang dan Maliki, 2003), yaitu: 1. Kejelasan (clarity) Bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas, sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan interpretasi ganda. Pasangan suami istri ketika berbicara atau berbincang-bincang alangkah baiknya bila saling mendekat. Hindari berbicara dari jarak jauh sehingga intonasi menjadi keras dan mendatangkan rasa kurang empati dan simpati. Dari jarak jauh sulit untuk berbicara dengan lemah lembut yang disertai mimik wajah. Bicara lemah lembut dengan mimik wajah cerah dan rasa sayang membuat pasangan yang diajak bicara merasakan sentuhan rasa kasih sayang, kebersamaan yang menyenangkan dan menyentuh emosi. Bila ini sering dilakukan maka sangat kecil kemungkinan terjadi pertengkaran/konflik. 2. Ketepatan (accuracy) Informasi yang disampaikan betul-betul akurat, artinya informasi tersebut benar dan tepat. Hal ini sangat penting diperhatikan. Jangan sampai berita-berita yang tidak akurat membuat pikiran kita menjadi kacau, cemas atau marah. Bila informasi itu belum akurat tidak perlu

diperbincangkan, karena itu membuang energi kita. Hal itu sama dengan gosip atau bergunjing yang tidak ada manfaatnya bila dilakukan. Sebaliknya banyak dampak negatifnya. 3. Konteks (context) Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan di mana komunikasi itu dilakukan. Dalam hal ini istri benar-benar memperhatikan kapan konteks yang tepat untuk berbincang-bincang dengan suami, perhatikan kata-kata yang dipakai (pilihan kata) dan lingkungan ketika kita mengungkapkan sesuatu yang penting pada saat yang tidak tepat, dapat mengakibatkan respon yang diharapkan tidak sesuai dan ini bisa menimbulkan rasa tidak puas (jengkel). Agar informasi tersebut efektif maka perhatikanlah konteks dan pilihan kata kita. 4. Alur (flow) Alur bahasa dan informasi harus runtut, karena akan sangat berarti dalam menjalin komunikasi efektif. Hindari berbicara dengan emosi yang tinggi, terburu-buru atau ekspresi yang berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan alur bahasa daninformasi yang kita sampaikan tidak runtut. 5. Budaya (flow) Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga tata krama atau etika. Sebagai orang timur kita selalu memperhatikan tata krama dan nilai-nilai kepantasan. Adalah sesuatu yang tidak pantas apabila pasangan suami istri berkomunikasi dengan saling berteriak dan saling menyalahkan. Berkomunikasi dapat menjadi identitas, nilai budi pekerti seseorang dapat tercermin dari cara mereka berkomunikasi. Ada pepatah mengatakan Bahasa menunjukkan bangsa. Dari cara seseorang bertutur kata kita dapat mengetahui dari keluarga seperti apa dia dibesarkan. Usahakanlah selalu menghargai pasangan kita dengan berkomunikasi yang menyenangkan, efektif, dan bermakna. Menjadi Pendamping dan Ibu yang Menyenangkan Dalam beberapa wawancara yang dilakukan pada tokoh-tokoh terkenal dan orang-orang yang masuk dalam katagori berprestasi hebat, ketika ditanyakan kepada mereka siapa tokoh penting di belakang kesuksesannya, hampir semua mereka mengatakan pendamping hidup saya. Adapun ketika anak-anak berprestasi gemilang ditanya tentang siapa orang yang sangat mereka sayangi juga mengatakan ibu saya. Istri dan ibu adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam keluarga dan sumber kasih yang tulus. Betapapun sibuknya seorang istri

dan ibu berkarir, mereka tetaplah seorang istri dari seorang suami dan ibu dari anak-anaknya. Peran mereka tak dapat digantikan oleh siapapun, bila itu terjadi tidak jarang di dalam keluarga pasangan maupun anak-anak merasa kurang bahagia. Perempuan sejak lama berperan menjadi pendidik keluarga. Peran ini sangat penting dan jangan diabaikan. Pendidikan keluarga sangat mempengaruhi proses pembentukan kepribadian seseorang. Dalam keluarga, anak belajar moral, nilai-nilai, dan cara-cara bertingkah laku yang dapat diterima masyarakat. Keluarga tempat bersemainya kasih sayang yang menjadi modal utama untuk terbentuknya kepekaan sosial, seperti: 1. Hidup rukun bersama orang lain dalam masyarakat 2. Kerjasama dan mampu berpartisipasi dalam masyarakat 3. Memiliki rasa empati dan tenggang rasa 4. Rasa hormat menghormati sesama 5. Kehalusan budi pekerti/sopan santun 6. Cinta kedamaian dan tidak suka kekerasan Kita sebagai individu mengetahui diri kita baik atau buruk melalui orang lain (teori looking-glass self). Ada tiga tahap dalam menemukannya, yaitu: 1. Persepsi seseorang terhadap bagaimana penglihatan orang itu kepada orang lain 2. Persepsi tersebut terhadap penilain orang lain kepada dirinya, pengertian, kesan orang lain terhadapnya 3. Perasaan tersebut tentang penilaian orang lain. Dengan melihat penilaian orang lain pada diri kita, maka kita dapat merasakan bagaimana diri kita di mata orang lain, yaitu: Apakah kita disayang Apakah kita dibanggakan Apakah kita ditakuti Apakah kita dibenci Apakah kita dihormati Apakah kita dibutuhkan Dan sebagainya Sebenarnya kita dapat merasakan bagaimana sikap orang lain terhadap diri kita, karena sikap orang lain terhadap seseorang akan memberi gambaran kepada seseorang itu tentang

dirinya. Bila anggota keluarga merasa sangat kehilangan kalau kita tidak ada dan selalu merasa gembira bila berkumpul bersama kita, maka kita adalah pendamping dan ibu yang menyenangkan. Bila sebaliknya yang terjadi, di mana kalau kita tidak ada di rumah suami dan anak-anak merasa lega dan terbebas dari tekanan, maka sebenarnya kita adalah sosok yang meresahkan. Sebagian orang sudah terbiasa melakukan evaluasi diri atau instrospeksi diri, namun bagi yang lain mungkin jarang sekali dilakukan. Mereka justru tidak mengenali dirinya, who am I (siapa saya, mau jadi apa saya,dan mau dikenang bagaimana saya). Bila kita sering melakukan introspeksi diri dan merenungkan hal-hal yang telah kita lakukan serta selalu berusaha memperbaiki yang salah dan meneruskan yang baik, ini berarti kita meningkatkan kemampuan kepribadian kita untuk menjadi pribadi yang berkualitas. Hampir tidak ada kaitan antara tingkat pendidikan formal dengan kemauan dan kemampuan seseorang menjadi pribadi yang terus meningkat kualitasnya. Secara ilmiah kemauan dan kemampuan ini disebut soft skill. Untuk memilikinya yang diperlukan adalah proses pembiasaan (pembudayaan), dapat diperoleh dengan melatih diri setiap saat. Kemampuan individu itu adalah hasil latihan menerapkannya dalam keseharian. Bila kit atelah memiliki pribadi yang demikian, besar kemungkinan kita akan menjadi pendamping yang menyenangkan. Demikian pula peran kita sebagai ibu dari anak-anak, usahakan mendidikan anak tanpa kekerasan. Selain itu, saat ini telah ada undang-undang perlindungan anak (UU No. 23 tahun 2002) yang dapat mengancam orang tua mendapat hukuman dari negara bila melakukan kekerasan, juga mendidik dengan kekerasan akan membentuk kepribadian yang salah bagi anak (salah didik). Bila anak dalam keluarga mengalami kekerasan, maka anak akan menderita karean merasa ditolak. Sebaliknya Bila anak dalam keluarga mendapat kasih sayang dan kehangatan, maka anak merasa aman karena diterima, dan ini akan berdampak pada emosi mereka. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik anak agar tumbuh cerdas dan bahagia: 1. Menanamkan rasa percaya diri dan rasa cinta pada anak, dengan cara merawat dan memperlakukan mereka dengan kasih sayang. 2. Belajar bahasa melalui komunikasi yang efektif, dengan cara membiasakan anak bertutur kata sopan, bila melarang jangan membentak tetapi jelaskanlah alasan mengapa tidak boleh dilakukan dengan bijaksana. 3. Belajar memahami peran, anak-anak dapat mengetahui perannya dimulai dari keluarga, seperti: Ayah berperan apa? Mengapa harus dihormati dan diteladani? Ibu berperan

apa? Mengapa harus dihormati dan diteladani? Kakak perannya apa? Adik perannnya apa? Mengapa harus saling menyayangi dan saling membantu? Masing-masing anggota keluarga punya hak dan kewajiban dan harus kita hormati. Melalui pendidikan keluarga kecerdasan emosional dan spiritual terbentuk dan tidak ada lembaga yang dapat menggantikannya. Menjadi istri dan ibu adalah pekerjaan yang sangat terhormat dan sangat menyenangkan, bila kita mampu menikmatinya. Selain itu kita dapat menumpuk pahala kebaikan setiap harinya bila kita mampu melaksanakan peran tersebut dengan ikhlas dan gembira. Inilah makna surga di bawah telapak kaki ibu. Semoga kita dapat menjadi perempuan, istri, dan ibu yang dapat membagi kasih dengan orang-orang yang kita cintai, yang membuat kita bermakna dalam kehidupan kita. Amin.