AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes)

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes)

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru

Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno. Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

5. PROSES KERJA AKREDITASI LAM-PTKes

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes

Oleh Pengurus LAM-PTKes

BAB 1 TAHAP-TAHAP PROSES KERJAAKREDITASI

PEDOMAN KERJA ASESOR LAM-PTKes

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015)

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8)

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015)

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement).

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement).

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) UNTUK OPERATOR PT [Panduan Penggunaan SIMAK untuk Operator PS]

OPERASIONALISASI LAM-PTKes

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) UNTUK OPERATOR PROGRAM STUDI

LAMPIRAN 10. (Halaman 1-41)

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI

Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN

LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Dr. Arum Atmawikarta, MPH

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan (LPUK-Nakes)

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) UNTUK VALIDATOR

OPERASIONALISASI LAM-PTKes

Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes. 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN

Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012

LAMPIRAN 5. (Halaman 1-4)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KLINIK AKREDITASI LAM-PTKes 2017

Pedoman Asesor LAM-PTKes Indonesia

LAPORAN BULANAN PERTAMA

ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK)

LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) UNTUK ASSESOR

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) UNTUK SEKRETARIAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI

PANDUAN PROGRAM HIBAH REVITALISASI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN SELEKSI TAHAP II

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

LAPORAN CAPAIAN TASK FORCE LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA JAKARTA FEBRUARI 2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

RENCANA OPERASIONAL PRODI NERS STIKES MATARAM

Informasi Registrasi Peserta Pertemuan Tahunan LAM-PTKes (IAAHEH Annual Meeting) 2016

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan.

PETA MASALAH DALAM AKREDITASI PRODI BERDASARKAN ISIAN BORANG AKREDITASI

Illah Sailah Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti. Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Instrumen Penilaian Usulan Pembukaan Program Studi Pendidikan Jarak Jauh

Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

LAMPIRAN 9. (Halaman 1-7)

TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 2: RPL TIPE B & RPL DOSEN dalam TUGAS

AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Health Professional Education Quality (HPEQ) Project

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

STUDI KELAYAKAN. PENDIRIAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) BIDANG ILMU : KESEHATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA STRATEGIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

Transkripsi:

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) INDONESIAN ACCREDITATION AGENCY FOR HIGHER EDUCATION IN HEALTH (IAAHEH) Gedung Victoria Lt. 2 Jalan Sultan Hassanuddin Kav. 47-51, Jakarta Selatan 12160 Telp. 021-7279-1384 ; 021-3417-3304/05/06 ; Fax. 7279-1388 Laman: www.lamptkes.org Surel: sekretariat@lamptkes.org

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahhiwabarokatuh, Salam perkenalan dari LAM-PTKes kepada institusi pendidikan/program studi; organisasi profesi/asosiasi institusi pendidikan; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa. Dengan buku kecil ini, kami ingin menyampaikan akreditasi sistem baru melalui kerangka pikir, sejarah pendirian, landasan hukum, organisasi, tata nilai, rencana strategis, sampai dengan proses kerja akreditasi oleh LAM-PTKes. Penerapan dari semua konsep tersebut di atas ditemukan pada Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Akreditasi LAM-PTKes. Inilah inti dari akreditasi prodi kesehatan dengan sistem baru. Dalam sistem baru akreditasi ini, tujuan akreditasi bukan hanya untuk memberikan status dan peringkat akreditasi program studi saja, tetapi utamanya untuk menumbuhkan kesadaran, motivasi, dan langkah-langkah konkret yang akhirnya bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement). Berkaitan dengan upaya menumbuhkan budaya peningkatan mutu pada program studi tersebut, maka LAM-PTKes akan melakukan inovasi dengan cara menambahkan unsur fasilitator sebagai anggota tim penilai selain unsur asesor dan validator yang secara konvensional selama ini dilakukan dalam akreditasi pendidikan tinggi. Fasilitator akan berperan pada persiapan akreditasi sebelum dilakukan asesmen oleh asesor dan akan memantau perbaikan akreditasi setelah keputusan tentang status dan peringkat akreditasi ditetapkan oleh LAM-PTKes. Dengan demikian, akreditasi oleh LAM-PTKes tidak hanya bersifat sumatif tetapi juga bersifat formatif. Inilah inovasi lainnya dari LAM-PTKes. Diharapkan dengan berbagai upaya inovatif tersebut ditambah dengan komitmen terhadap peningkatan mutu serta akuntabilitas dalam akreditasi pendidikan tinggi kesehatan, visi LAM-PTKes dapat terwujud, yaitu: Terjaminnya Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan yang Berstandar Global. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Direktur Pembelajaran Mahasiswa (Dirbelmawa) Direktorat Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), seluruh pimpinan Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality/ HPEQ) Ditjen Dikti Kemdikbud khususnya kepada Komponen 1, Liason Committee on Medical Education (LCME), dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungannya dalam persiapan operasionalisasi LAM-PTKes. Ketua Umum LAM-PTKes, Prof. dr. Usman Chatib Warsa, Sp.MK, Phd. i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... Daftar Kotak... Daftar Gambar... Daftar Tabel... hal. i ii ii iii iii 1 KERANGKA PIKIR... 1 1.1 Persoalan pada Sistem Kesehatan... 1 1.2 Tantangan Pendidikan Profesi Kesehatan... 2 1.3 Orientasi Strategis Pengembangan Pendidikan Profesi Kesehatan... 2 2 SEJARAH PENDIRIAN LAM-PTKes... 3 3 LANDASAN HUKUM... 5 3.1 Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik... 5 3.2 Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi... 5 3.3 Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repbulik Indonesia Nomor AHU 30.AH.01.07. Tahun 2014 tentang Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia 5 3.4 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 291/P/2014 tentang Pengakuan Pendirian Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan 5 4 ORGANISASI LAM-PTKes... 6 4.1 Majelis Akreditasi... 9 4.2 Divisi Akreditasi... 9 4.3 Fasilitator... 10 4.4 Asesor... 4.5 Validator... 5 TATA NILAI LAM-PTKes... 12 6 RENCANA STRATEGIS LAM-PTKes... 19 7 PROSES KERJA AKREDITASI LAM-PTKes... 24 11 11 Referensi... 30 DAFTAR KOTAK hal. Kotak 3.1 : Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan adalah Pelayanan Publik... 5 Kotak 4.1 : Tujuan Akreditasi oleh LAM-PTKes... 6 Kotak 5.1 : Peran LAM-PTKes dalam Interprofesionalisme... 18 ii

DAFTAR GAMBAR hal. Gambar 1.1 : Peringkat Indonesia dalam Studi EQUITAP tahun 2005 dari Segi Pelayanan Kesehatan yang Adil-Merata... 1 Gambar 1.2 : Orientasi Pengembangan Pendidikan Profesi Kesehatan... 2 Gambar 2.1 : Road Map dan Milestones Pembentukan LAM-PTKes... 4 Gambar 4.1 : Organogram LAM-PTKes sebagai Badan Hukum Perkumpulan... 7 Gambar 4.2 : Tugas Fasilitator LAM-PTKes (Continuous Quality Improvement)... 10 Gambar 5.1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan... 13 Gambar 5.2 : Quality Cascade... 13 Gambar 5.3 : Conceptualization - Production Usability (CPU)... 15 Gambar 5.4 : Siklus Akuntabilitas Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan... 16 Gambar 5.5 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan... 17 Gambar 7.1 : Peta Proses Kerja Akreditasi oleh LAM-PTKes... 29 DAFTAR TABEL hal. Tabel 6.1 : Rencana Strategis LAM-PTKes... 20 Tabel 6.2 : Peta Perjalan Prospektif LAM-PTKes tahun 2014 2018... 22 Tabel 7.1 : Tahap-Tahap Proses Kerja Akreditasi LAM-PTKes... 24 iii

1. KERANGKA PIKIR 1.1. PERSOALAN PADA SISTEM KESEHATAN Ada 3 kecenderungan yang memprihatinkan terkait dengan sistem pelayanan kesehatan, yaitu : [1] 1. Sistem pelayanan kesehatan semakin berfokus pada pelayanan kuratif yang spesialistik; 2. Berbagai program vertikal untuk pengendalian penyakit yang berfokus pada hasil jangka pendek semakin memecah-belah sistem pelayanan kesehatan; 3. Sistem pelayanan kesehatan yang tidak ditata semakin bersifat komersial dan tidak terkendali. Kecenderungan tersebut di atas menghambat upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan. Hal ini akan mengakibatkan hilangnya stabilitas sosial karena akses pelayanan kesehatan yang tidak adil-merata, biaya pelayanan yang tidak terjangkau dan hilangnya kepercayaan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. [1] Dibanding dengan negara-negara lain dalam studi EQUITAP di tahun 2005, dari segi pelayanan kesehatan yang adil-merata, Indonesia menduduki peringkat terbawah dalam hal pemanfaatan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan formal lain sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1 di bawah [2;3;4]. Gambar 1.1 : Peringkat Indonesia dalam Studi EQUITAP tahun 2005 dari Segi Pelayanan Kesehatan yang Adil-Merata [2;3;4] Share of Public Inpatient Hospital Utilization by Poorest and Richest Quintile (Indonesia has the Largest Inequities in Inpatient Hospital Utilization Among the EQUITAP Study Countries [Same is true for Public Outpatient Hospital and Non-Hospital Services]) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Bangladesh Hong Kong India Indonesia Malaysia Sri Lanka Thailand Vietnam Poorest 20% Richest 20% 1

Selain kesenjangan dan ketidakadilan dalam pelayanan kesehatan di atas, berbagai penyakit infeksi baru (SARS, Flu Burung, Flu Babi dsb.), penyakit akibat pencemaran lingkungan dan perilaku yang tidak sehat ditambah dengan transisi demografi dan transisi epidemiologi semakin mengancam sistem kesehatan nasional maupun global. 1.2. TANTANGAN PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN Dalam menghadapi persoalan kesehatan yang telah diuraikan di atas, profesi kesehatan masih terbebani oleh berbagai hal berikut ini : [5] Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi kepada pelayanan medik / pengobatan bukan Paradigma Sehat yang berorientasi pada manusia sebagai subyek; Pelayanan kepada pasien yang hanya bersifat episodik bukan holistik yang berkelanjutan (continuous care); Orientasi yang lebih condong ke pelayanan rumah sakit dari pada pelayanan kesehatan dasar; Kebutuhan tenaga kesehatan yang belum terpenuhi baik dari segi kualitas maupun kuantitas; Arogansi profesi (tribalism of the professions) dalam bentuk elitisme bahkan kompetisi antar profesi kesehatan. 1.3. ORIENTASI STRATEGIS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN Untuk menanggapi berbagai tantangan tersebut di atas, pada tahun 2010 dibentuklah Global Independent Commission on Education of Health Professionals for the 21 st Century yang terdiri atas 20 pemuka profesi dan akademisi dari berbagai negara. Setelah bekerja satu tahun melakukan riset, konsultasi, pengumpulan dan analisis data maka Komisi tersebut merumuskan Orientasi Strategis Pengembangan Pendidikan Profesi Kesehatan di tingkat internasional sebagaimana terlihat pada Gambar 1.2 di bawah. Gambar 1.2 : Orientasi Pengembangan Pendidikan Profesi Kesehatan [6] MASUKAN (Man, Money, Material, Method, Management & Organization, Market, Moral, Mentality, Momentum) PROSES (STRATEGI) 1. Komitmen antar pemuka akademisi, profesi, pemerintah dan masyarakat; 2. Pendanaan berbasis Kinerja 3. Akreditasi berbasis kriteria Instruksional dan Institusional 4. Pembelajaran global dengan adaptasi lokal TUJUAN (LUARAN) Reformasi Instruksional dan Institusional pendidikan profesi kesehatan MISI (HASIL AKHIR) Terbentuknya Fasilitator Perubahan (Change Agents) sebagai hasil dari pembelajaran yang bersifat transformatif dan interdependensi dalam pendidikan profesi kesehatan VISI (DAMPAK) Tersedianya pelayanan kesehatan yang adilmerata dalam sistem kesehatan yang berfokus pada individu, keluarga dan masyarakat 2

2. SEJARAH PENDIRIAN LAM-PTKes Pemikiran untuk membentuk suatu lembaga akreditasi pendidikan tinggi kesehatan diawali tahun 2010 melalui fasilitasi oleh Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality / HPEQ), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Fasilitasi oleh HPEQ meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Bimbingan teknis (technical assistance) yang dilakukan oleh konsultan akreditasi pendidikan tinggi dari Bank Dunia; 2) Penyusunan Naskah Akademik; 3) Studi banding (benchmarking) di Amerika Serikat dan Kanada untuk 4 bidang ilmu, yaitu : dokter, dokter gigi, perawat, dan bidan; 4) Pertemuan Organisasi Profesi (OP) dan Asosiasi Institusi Pendidikan (AIP) dari 7 bidang ilmu kesehatan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan, gizi, kesehatan masyarakat, dan farmasi Pertemuan OP dan AIP dari 7 bidang ilmu kesehatan ini merupakan tonggak sejarah (milestone) pendirian LAM-PTKes yang menunjukan partisipasi aktif dari masyarakat sipil kesehatan dalam bentuk kesepakatan sebagai berikut: 3

Sebagai ilustrasi, Gambar 2.1 di bawah menunjukkan sejarah pendirian LAM-PTKes. Gambar 2.1 : Road Map dan Milestones Pembentukan LAM-PTKes 4

3. LANDASAN HUKUM 3.1. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik [7] Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Pasal 1, Ayat 1). Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pendidikan,... kesehatan, jaminan sosial,, dan sektor strategis lainnya (Pasal 5, Ayat 1 dan 2). Kotak 3.1 : Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan adalah Pelayanan Publik Berdasarkan UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, maka akreditasi pendidikan tinggi kesehatan merupakan suatu pelayanan publik. 3.2. Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi [8] Program Studi diselenggarakan atas izin Menteri setelah memenuhi persyaratan minimum akreditasi (Pasal 33, Ayat 3). Selanjutnya, Ayat 6 menyatakan bahwa Program Studi wajib diakreditasi ulang pada saat jangka waktu akreditasinya berakhir. Akreditasi Program Studi sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan oleh lembaga akreditasi mandiri (Pasal 55, Ayat 5). Selanjutnya, Ayat 6 menyatakan bahwa lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan lembaga mandiri bentukan Pemerintah atau lembaga mandiri bentukan Masyarakat yang diakui oleh Pemerintah atas rekomendasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. 3.3. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repbulik Indonesia Nomor AHU 30.AH.01.07. Tahun 2014 tentang Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia 3.4. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 291/P/2014 tentang Pengakuan Pendirian Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan 5

4. ORGANISASI LAM-PTKes Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) yang bahasa Inggrisnya adalah Indonesian Accreditation Agency For Higher Education In Health (IAAHEH) didirikan pada awal tahun 2014 sebagai badan hukum perkumpulan dengan anggota berbagai organisasi kesehatan sebagai berikut: [9] 1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 2. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) 3. Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) yang Bahasa Inggrisnya adalah The Association Of Indonesian Nurse Education Center 4. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) 5. Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND) 6. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) 7. Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) 8. Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) 9. Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI) 10. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) yang Bahasa Inggrisnya adalah Indonesian Public Health Association 11. Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) 12. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) yang Bahasa Inggrisnya adalah Indonesian Dental Association 13. Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) 14. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Maksud dan tujuan didirikannya Perkumpulan LAM-PTKes adalah sebagai berikut : [9] 1) untuk menjamin mutu proses pendidikan dan lulusan pendidikan tinggi kesehatan; 2) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kegiatan penilaian program studi; serta 3) untuk menentukan kelayakan program studi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Kotak 4.1 : Tujuan Akreditasi oleh LAM-PTKes Bagi LAM-PTKes tujuan akreditasi bukan hanya untuk memberikan status dan peringkat akreditasi program studi saja, tetapi utamanya untuk menumbuhkan kesadaran, motivasi, dan langkah-langkah konkret yang akhirnya bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement). Berkaitan dengan upaya menumbuhkan budaya peningkatan mutu pada program studi, maka LAM-PTKes akan melakukan inovasi dengan cara menambahkan unsur fasilitator sebagai anggota tim penilai selain unsur asesor dan validator yang secara konvensional selama ini dilakukan dalam akreditasi pendidikan tinggi. 6

Gambar 4.1 : Organogram LAM-PTKes sebagai Badan Hukum Perkumpulan Dewan Penyantun Rapat Anggota (Dewan LAM-PTKes) (Dewan LAM-PTKes) Ketua Umum Ketua Pengawas Advisor Majelis Akreditasi 1 orang dari setiap OP, 1 orang dari setiap AIP, dan 1 orang dari perwakilan masyarakat (total 15 orang) Sekretaris Umum Sekretaris Bendahara Sekretariat Divisi Kedokteran Divisi Kedokteran Gigi Divisi Keperawatan Divisi Kebidanan Divisi Farmasi Divisi Gizi Divisi Kes.Masyarakat Divisi.... DIVISI Keterangan: = Struktural = Fungsional Fasilitator TIM PENILAI Asesor Validator = Garis Komando = Garis Koordinasi = Garis Konsultasi 7

Struktur organisasi LAM-PTKes sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1 terdiri atas organorgan berikut ini : 1. Anggota Perkumpulan yang terdiri atas OP dan AIP dari 7 bidang ilmu kesehatan yang melalui Dewan LAM-PTKes menghasilkan keputusan tertinggi; 2. Dewan Penyantun; 3. Pengawas; 4. Advisor 5. Pengurus yang terdiri atas : a. Ketua Umum; b. Ketua; c. Sekretaris Umum (Perencanaan dan Pengembangan/Renbang) d. Sekretaris (Akreditasi) e. Bendahara (Umum dan Keuangan) f. Ketua Divisi untuk 7 bidang ilmu kesehatan 6. Majelis Akreditasi; 7. Tim Penilai untuk 7 bidang ilmu kesehatan yang terdiri atas : a. Fasilitator; b. Asesor; dan c. Validator. Dari organogramnya, dapat dilihat bahwa LAM-PTKes sebagai organisasi pelayanan merupakan suatu organisasi matriks yang memiliki unsur fungsional dan unsur struktural. Unsur fungsional terdiri atas sebagai berikut : Dewan LAM-PTKes; Dewan Penyantun; Pengawas; Advisor Majelis Akreditasi; dan Tim Penilai. Sedangkan unsur struktural merupakan Pengurus yang terdiri atas : Ketua Umum; Ketua; Sekretaris Umum (Perencanaan dan Pengembangan/Renbang); Sekretaris (Akreditasi); Bendahara (Umum dan Keuangan); serta Ketua Divisi. Pasal 4 dari Anggaran Dasar LAM-PTKes menyatakan bahwa perkumpulan ini bersifat mandiri, independen dan nirlaba [9]. Kemandirian LAM-PTKes lebih diutamakan pada kemandirian secara finansial. Kemandirian secara finansial LAM-PTKes ditentukan oleh 3 hal sebagai berikut : 1. Struktur biaya akreditasi; 2. Pendanaan untuk akreditasi; serta 3. Tarif akreditasi. 8

Komitmen LAM-PTKes untuk bertindak secara independen dapat dilihat pada organogramnya yang menunjukkan bahwa garis komando ke Ketua Pengurus LAM-PTKes hanya berasal dari Dewan LAM-PTKes yang terdiri atas perwakilan dari OP dan AIP kesehatan. Hubungan Pengurus dengan organ-organ lain hanyalah bersifat koordinasi atau konsultasi. Demikian pula para anggota dari Dewan Penyantun, Pengawas dan Majelis Akreditasi, walaupun berasal dari unsur-unsur pemerintah, industri pendidikan dan kesehatan serta masyarakat sipil mereka TIDAK mewakili kepentingan unsur-unsur tersebut. Sebagai organisasi pelayanan, LAM-PTKes bersifat nirlaba. Ini berarti bila ada sisa dari pendapatannya setelah dikurangi oleh biaya-biaya akreditasi, operasional, investasi dan gaji, maka sisa tersebut adalah untuk mengembangkan serta meningkatkan lebih lanjut pelayanan akreditasi bagi prodi kesehatan. 4.1. MAJELIS AKREDITASI Majelis Akreditasi merupakan badan normatif dalam LAM-PTKes. Fungsinya adalah menentukan status dan peringkat akreditasi program studi pada bidang ilmunya. Jumlah anggota Majelis Akreditasi adalah 15 orang yang diusulkan berdasarkan kepakaran oleh : Organisasi Profesi sebanyak 7 orang, Asosiasi Institusi Pendidikan sebanyak 7 orang, dan 1 dari masyarakat. Tanggung Jawab Majelis Akreditasi adalah sebagai berikut : a. Terselenggaranya penjaminan mutu eksternal program studi; b. Terjaminnya mutu internal tenaga fungsional tim penilai LAM-PTKes. Tugas Majelis Akreditasi adalah sebagai berikut : a. Menyusun berita acara sidang Majelis Akreditasi; b. Menetapkan status dan peringkat akreditasi program studi; c. Menyusun dokumen pengembangan proses akreditasi yang lebih berkualitas; d. Menyusun dokumen pengembangan dan penyusunan instrumen akreditasi; e. Menyusun dokumen evaluasi tim penilai. 4.2. DIVISI AKREDITASI Setiap bidang ilmu kesehatan mempunyai satu orang Ketua Divisi yang berfungsi membantu Ketua Pengurus dalam proses akreditasi. Tanggung jawab Ketua Divisi adalah terselenggaranya pengorganisasian sumber daya non teknis dalam pelaksanaan akreditasi program studi di bidang ilmunya. 9

Tugas Ketua Divisi adalah sebagai berikut : a. Menyusun daftar prioritas program studi yang akan diakreditasi; b. Melakukan rekrutmen tim penilai akreditasi; c. Menyusun distribusi tim penilai akreditasi; d. Menyusun laporan hasil akreditasi; e. Menyusun telaahan program studi banding; f. Menyusun dokumen pengembangan instrumen akreditasi. 4.3. FASILITATOR Fungsi fasilitator adalah memberi pendampingan (nurturing) kepada program studi. Fasilitator akan berperan pada persiapan akreditasi sebelum dilakukan asesmen oleh asesor dan akan memantau perbaikan akreditasi setelah keputusan tentang status dan peringkat akreditasi ditetapkan oleh LAM-PTKes sebagaimana terlihat pada Gambar 4.2 di bawah. Dengan demikian, akreditasi oleh LAM-PTKes tidak hanya bersifat sumatif tetapi juga bersifat formatif. Inilah inovasi lainnya dari LAM-PTKes. Gambar 4.2 : Tugas Fasilitator LAM-PTKes (Continuous Quality Improvement) Manajemen Program Studi Kualifikasi Lulusan sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) EVALUASI DIRI PERSIAPAN AKREDITASI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERBAIKAN PASCA AKREDITASI PROGRAM STUDI Bimbingan Persiapan Akreditasi oleh FASILITATOR Akreditasi oleh ASESOR (Asesmen Kecukupan Asesmen Lapangan) SISTEM PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL Pemantauan Perbaikan Akreditasi oleh FASILITATOR Keputusan Akreditasi oleh LAM-PTKes Tanggung jawab fasilitator adalah terselenggaranya tugas pokok pembimbingan program studi (nurturing) untuk menganalisis persoalan dalam persiapan program studi menghadapi akreditasi. Tugas Fasilitator adalah sebagai berikut: a. Menyusun resume perencanaan bimbingan; b. Menyusun dokumen laporan pembimbingan. 10

4.4. ASESOR Tanggung jawab Asesor adalah terselenggaranya analisis kondisi program studi melalui proses asesmen kecukupan (desk evaluation) dan asesmen lapangan (visitasi). Tugas Asesor adalah sebagai berikut: a. Menyusun dokumen format penilaian borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola (F1 F3) hasil pemeriksaan asesmen kecukupan; b. Menyusun dokumen berita acara asesmen lapangan program studi dan unit pengelola (F4 dan F5); c. Menyusun dokumen format penilaian akhir borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola (F6 F8) hasil pemeriksaan asesmen lapangan; d. Menyusun dokumen rekomendasi pembinaan program studi (F9). 4.5. VALIDATOR Tanggung jawab Validator adalah terselenggaranya validasi hasil asesmen kecukupan dan asesmen lapangan. Tugas Validator adalah mengisi dokumen format penilaian akhir komentar validator (F10, F11, dan F12) untuk memvalidasi penilaian asesor terhadap borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola. 11

5. TATA NILAI LAM-PTKes Tata Nilai (values) adalah falsafah yang menjadi motivasi bagi didirikannya organisasi. Tata Nilai suatu organisasi memiliki sifat sebagai berikut : [10] Mencerminkan identitas organisasi; Merupakan alasan untuk eksistensinya organisasi; Biasanya tidak berubah walaupun organisasi akan bubar sekalipun. Tata Nilai adalah prinsip-prinsip universal dasar yang terkandung dalam semua hubungan manusia dan hubungannya dengan organisasinya. Penerapan Tata Nilai secara konsisten akan mewujudkan perilaku yang membudaya yang mendorong transformasi individu dan organisasinya, serta hubungan antar keduanya. Berorientasi pada Tata Nilai berarti kita meletakkannya sebagai pusat dari hidup kita, pusat dari hubungan kita dengan yang lain, pusat dari komitmen kita, pusat dari proses manajerial dan pusat dari misi organisasi. Organisasi yang berorientasi pada Tata Nilai akan memiliki budaya saling percaya yang tinggi. Pada saat-saat yang sulit, organisasi semacam ini akan termotivasi untuk berkonsolidasi secara sinergistis, bukan menjadi terpecah-belah. Menanamkan fondasi saling percaya berdasarkan Tata Nilai akan memungkinkan segenap jajaran dalam organisasi untuk menjalin hubungan yang baik antar mereka sendiri; dengan mitranya; pemasoknya; distributornya dan pelanggannya. Pada saat-saat yang sulit, hubungan tersebut akan tetap terjaga. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa Tata Nilai adalah ibaratnya ruh dari organisasi. Tata Nilai LAM PTKes terdiri atas : a. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri b. Nilai Operasional Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misinya berlandaskan pada Nilai Dasarnya, LAM- PTKes menganut 5 Prinsip Operasional sebagai berikut : 1. Continuous Quality Improvement (CQI); 2. Quality Cascade; 3. Conceptualization Production Usability (CPU); 4. Trustworthy; 5. Pendidikan Interprofesional sebagai Landasan Kolaborasi Interprofesional (Interprofessionalism). 1. CONTINUOUS QUALITY IMPROVEMENT (CQI) Nilai Operasional ini merupakan komitmen untuk meningkatkan kinerja program studi. Agar mutu menjadi budaya pada program studi, maka diperlukan komitmen berupa Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan sebagaimana terlihat pada Gambar 5.1 di bawah. 12

Gambar 5.1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Manajemen Program Studi Kualifikasi Lulusan sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) EVALUASI DIRI PERSIAPAN AKREDITASI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERBAIKAN PASCA AKREDITASI PROGRAM STUDI Bimbingan Persiapan Akreditasi oleh FASILITATOR Akreditasi oleh ASESOR (Asesmen Kecukupan Asesmen Lapangan) SISTEM PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL Pemantauan Perbaikan Akreditasi oleh FASILITATOR Keputusan Akreditasi oleh LAM-PTKes 2. QUALITY CASCADE Nilai Operasional ini menuntut keterkaitan antara kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan di masyarakat. Sistem Akreditasi merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan dalam rangkaian penjagaan kualitas sampai kepada kesehatan masyarakat yang berkualitas sebagaimana terlihat pada Gambar 5.2 di bawah. Kegagalan dalam menjaga kualitas pada satu tahap / mata rantai, akan menyebabkan kegagalan dalam upaya mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang berkualitas. Gambar 5.2 : Quality Cascade Kualitas Kesehatan Masyarakat Pengembangan Profesional Berkelanjutan Kualitas Praktik Sistem Sertifikasi Kualitas Lulusan Kualitas Institusi Sistem Akreditasi Kualitas Sistem Sistem Pendidikan Kesehatan 13

3. CONCEPTUALIZATION - PRODUCTION USABILITY (CPU) Nilai Operasional ini menuntut kesinambungan pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan sejak mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutannya sebagaimana terlihat di bawah ini. Standar Akreditasi Menggunakan Model CPU (Conceptualization Production Usability) Conceptualization : merupakan konsep profesi kesehatan yang dibutuhkan dan konsep sistem pelayanan kesehatan yang akan memanfaatkannya. 1. Acuan 1.1. Nilai-nilai : mengacu kepada nilai-nilai mutu, keadilan, relevansi dan efektifitas 1.2. Masyarakat : mengacu kepada ciri-ciri dan prioritas kebutuhan kesehatannya 1.3. Sistem Kesehatan : mengacu kepada perkembangan sistem kesehatan setempat agar terpadu 1.4. Tenaga Kesehatan : mengacu kepada kebutuhan kualitatif dan kuantitatif (lihat 1.1, 1.2, 1.3) 2. Kegiatan 2.1. Mandat / amanat : Misi dan Tujuan prodi konsisten dengan Acuan (lihat 1) 2.2. Ruang Lingkup : terlibat dalam pengelolaan kesehatan pada wilayah dan masyarakat tertentu 2.3. Kemitraan : kemitraan dengan pemangku kepentingan utama di tingkat lokal dan nasional 2.4. Luaran yang diharapkan : definisi / justifikasi profil kompetensi lulusan (lihat Acuan) 3. Tata Kelola 3.1. Rencana Strategis : meliputi kegiatan dalam rencana pengembangan yang sudah disepakati 3.2. Manajemen : validasi, koordinasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan dari rencana 3.3. Sumber Daya : Mobilisasi sumber daya internal dan eksternal sesuai dengan Kegiatan (lihat 2) Production : adalah pembelajaran oleh mahasiswa dan pendidikan yang diterimanya. 4. Ruang Lingkup : pendidikan, penelitian dan pelayanan yang konsisten dengan Kegiatan (lihat 2) 5. Program Pendidikan 5.1. Tujuan dan substansi : konsisten dengan profil tenaga profesional kesehatan (lihat 2.4) 5.2. Struktur Kurikulum : pemaparan sejak dini dan berkelanjutan kepada isu-isu kesehatan di komunitas 5.3. Proses Pembelajaran : mengatasi persoalan kesehatan yang kompleks pada individu dan komunitas 5.4. Wahana Praktek : utamanya fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang berhubungan dengan tingkat pelayanan kesehatan lainnya 6. Mahasiswa 6.1. Penerimaan : kesempatan yang adil-merata dengan prioritas calon mahasiswa dari komunitas yang kurang mendapat pelayanan publik 6.2. Pengembangan Karir : mengarahkan dan membantu lulusan untuk memperoleh pekerjaan yang berkaitan dengan isu kesehatan prioritas 6.3. Evaluasi : mengacu kepada definisi / justifikasi profil kompetensi lulusan (lihat 2.4) 7. Dosen 7.1. Asal : beragam dari sektor kesehatan dan sosial 7.2. Kemampuan : berperan sebagai teladan mengacu kepada profil kompetensi lulusan (lihat 2.4) 14

7.3. Dukungan yang diberikan : pelatihan dan insentif untuk meningkatkan kemampuan dalam pendidikan kedokteran dan kesehatan masyarakat 8. Penelitian : berkaitan dengan manajemen sistem kesehatan (lihat Acuan di butir 1, dan Usability di butir 10 dan 11) 9. Pelayanan/Pengabdian : pelayanan kesehatan dasar yang prima (lihat Usability dibutir 10 dan 11) Usability : merupakan upaya institusi pendidikan untuk menjamin agar lulusannya dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya. 10. Pekerjaan 10.1. Peluang Kerja : advokasi dan kemitraan untuk tumbuhnya profesi kesehatan yang menjadi prioritas 10.2. Penempatan / penugasan : retensi dan distribusi lulusan sesuai kebutuhan (lihat 1.1 dan 1.2) 10.3. Mutu pelayanan : mempertahankan kompetensi lulusan (lihat 2.4) 10.4. Praktek : meningkatkan kondisi kerja di tingkat pelayanan kesehatan dasar (lihat butir 4, 9, 10) 11. Dampak 11.1. Kemitraan : bersama pemangku kepentingan memperbaiki manajemen sistem kesehatan 11.2. Imbas pada kesehatan : penurunan risiko dan promosi kesehatan dalam Ruang Lingkupnya (lihat 2.2, 2.3, 4) 11.3. Promosi : diseminasi hasil Usability ke lembaga pembuat keputusan di tingkat lokal dan nasional Gambar 5.3 : Conceptualization - Production Usability (CPU) Conceptualization (konsep profesi kesehatan yang dibutuhkan dan konsep sistem pelayanan kesehatan yang akan memanfaatkannya) Production (pembelajaran oleh mahasiswa dan pendidikan yang diterimanya) Usability (upaya institusi pendidikan untuk menjamin agar lulusannya dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya) 15

4. TRUSTWORTHY Nilai Operasional ini menuntut agar LAM-PTKes pantas dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi/ program studi; organisasi profesi / asosiasi institusi pendidikan; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional. Gambar 5.4 : Siklus Akuntabilitas Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan Pemerintah : DPR; Kemendikbud; BAN-PT; Kemenkes; Kemenkeu LAM- PTKes Usaha/Industri : PTN; PTS;masyarakat pengguna; mahasiswa; masyarakat internasional Civil Society: AIPKI; AFDOKGI; AIPKIND; AIPNI; AIPGI; AIPTKMI; APTFI; IDI; PDGI; IBI; PPNI; PERSAGI; IAKMI; IAI; MTKI; dsb. Keterangan : AIPKI : Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia AFDOKGI : Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia AIPKIND : Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia AIPNI : Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia AIPGI : Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia AIPTKMI : Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia APTFI : Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia PDGI : Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia IBI : Ikatan Bidan Indonesia PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia IAKMI : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia IAI : Ikatan Apoteker Indonesia MTKI : Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia 5. PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL SEBAGAI LANDASAN KOLABORASI INTERPROFESIONAL (INTERPROFESSIONALISM) Kini sudah tidak cukup lagi bagi tenaga kesehatan untuk sekedar bersikap profesional. Dalam iklim globalisasi seperti saat ini, tenaga kesehatan juga harus bersikap interprofesional. Kolaborasi Interprofesional bukan hanya sekedar bersepakat dan berkomunikasi, tetapi lebih merupakan sinergi dan kreasi. Kolaborasi Interprofesional terwujud bila 2 orang atau lebih dari profesi yang berbeda berinteraksi untuk menghasilkan pemahaman 16

bersama yang tidak akan mungkin terjadi jika mereka bekerja sendiri-sendiri. Satusatunya cara tenaga kesehatan dapat menerapkan Kolaborasi Interprofesional adalah melalui Pendidikan Interprofesional. Pendidikan Interprofesional terjadi saat 2 atau lebih profesi saling belajar bersama dari satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan mutu pelayanan kesehatan. Pendidikan Interprofesional mencakup semua pembelajaran di lingkungan akademik dan lingkungan kerja sejak sebelum sampai dengan setelah kualifikasi lulusan. Pendidikan Interprofesional akan memicu Kolaborasi Interprofesional di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan di masyarakat sebagaimana terlihat pada Gambar 5.5. Gambar 5.5 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan SISTEM KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Konteks Nasional Peningkatan Kesehatan Sistem Kesehatan dan Pendidikan Praktisi yang siap berkolaborasi Praktek Kolaboratif Tenaga kerja kesehatan Sistem Kesehatan yang terpadu Pelayanan kesehatan yang optimal Tenaga Kesehatan Sekarang dan di Masa Depan Pendidikan Kesehatan Interprofesional Sistem kesehatan yang fragmentasi KEBUTUHAN KESEHATAN NASIONAL Pendidikan Interprofesional Kesehatan adalah aplikasi nyata dari 4 Nilai Operasional LAM-PTKes yang pertama yaitu : Continuous Quality Improvement (CQI); Quality Cascade; Conceptualization - Production Usability (CPU); dan Trustworthy. 17

Kotak 5.1 : Peran LAM-PTKes dalam Interprofesionalisme LAM-PTKes memiliki peran strategis untuk menerapkan Pendidikan Interprofesional dalam Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dengan cara sebagai berikut : [11] Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; 6. RENCANA STRATEGIS LAM-PTKes Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi pendidikan tinggi kesehatan. 18

6. RENCANA STRATEGIS LAM-PTKes Rencana strategis LAM PTKes terdiri atas : 1. Visi 2. Misi 3. Tata Nilai : a. Nilai Dasar b. Nilai Operasional 4. Tujuan 5. Langkah Strategis 1. Visi LAM PTKes adalah : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global 2. Misi LAM PTKes adalah : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (Sustainable dan Credible) 3. Tata Nilai : sudah disampaikan pada Bab 5 sebelumnya. 4. Tujuan LAM-PTKes Tujuan LAM-PTKes bersifat SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant dan Time Bound) yaitu : a. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan yang dioperasionalkan oleh LAM-PTKes (Specific). b. Meningkatnya mutu program studi yang diakreditasi oleh LAM-PTKes berdasarkan indikator antara lain berupa uji kompetensi dan Tracer Study (Measurable). c. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi, dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan melalui instrumeninstrumen yang sinkron (Achievable). d. Terwujudnya lulusan dari program studi yang telah terakreditasi oleh LAM-PTKes yang mampu melaksanakan praktik pelayanan kesehatan dengan kompetensi sesuai standar dan kebutuhan masyarakat (Relevant). e. Terwujudnya kemampuan LAM-PTKes untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri sejak tahun 2015 (Time Bound). Pada Tabel 6.1 di bawah, dapat dilihat Rencana Strategis LAM-PTKes mulai dari Visi sampai dengan Langkah Strategis. 19

Tabel 6.1 : Rencana Strategis LAM-PTKes VISI, MISI, TATA NILAI TUJUAN LANGKAH STRATEGIS Visi: Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global. Misi: Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (Sustainable dan Credible). Tata Nilai : 1. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri 2. Nilai Operasional : - Continuous Quality Improvement - Quality Cascade - Conceptualization- Production-Usability - Trustworthy - Interprofessionalisme 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan yang dioperasionalkan oleh LAM- PTKes (Specific) 2. Meningkatnya mutu program studi yang diakreditasi oleh LAM-PTKes berdasarkan indikator antara lain berupa uji kompetensi dan Tracer Study (Measurable) 3. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi, dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan melalui instrumen-instrumen yang sinkron. (Achievable) 4. Terwujudnya lulusan dari program studi yang telah terakreditasi oleh LAM-PTKes yang mampu melaksanakan praktik pelayanan kesehatan dengan kompetensi sesuai standar dan kebutuhan masyarakat (Relevant) 5. Terwujudnya kemampuan LAM-PTKes untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri sejak tahun 2015 (Time Bound) I. Perspektif PELANGGAN : 1. LAM-PTKes merekomendasikan akses dan media untuk peningkatan mutu prodi sebagai nilai tambah utamanya. 2. LAM-PTKes melakukan sosialisasi rencana strategisnya ke para pemangku kepentingan antara lain: Prodi, Kemdikbud, BAN-PT, KemKes, dan jaringan kerjanya. 3. LAM-PTKes harus menjalin kerjasama dengan LPUK. 4. LAM-PTKes menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga lembaga penjaminan mutu dan akreditasi pendidikan tinggi internasional. 5. LAM-PTKes menjalin hubungan kerjasama antara pemerintah, industri pendidikan & kesehatan serta masyarakat sipil. 6. LAM-PTKes mengajukan untuk diakreditasi atau menjadi anggota perkumpulan lembaga akreditasi internasional. II. Perspektif KEUANGAN : 1. LAM-PTKes membentuk Dewan Penyantun untuk menunjang pendanaan biaya operasionalnya. 2. Dewan Penyantun LAM-PTKes bersama prodi, pemerintah, industri pendidikan dan kesehatan, masyarakat sipil serta donor nasional maupun internasional menyusun mekanisme pendanaan bersama. III. Perspektif PRODUKSI : 1. LAM-PTKes harus mendorong Majelis Akreditasi untuk mengembangkan instrumen terpadu bagi ketujuh profesi kesehatan. 2. LAM-PTKes perlu menawarkan nilai tambah kepada prodi berupa : 1) Mengoperasionalkan Sistem Penjaminan Mutu Internal prodi (SPMI); 2) Meningkatkan efektifitas SPMI prodi; 3) Menjaga keberlanjutan SPMI prodi yang efektif. 4) Persiapan proses akreditasi; 5) Pembinaan akreditasi yang berkelanjutan; 6) Umpan balik proses akreditasi yang bersifat : tepat waktu; spesifik; konstruktif dan adil. 7) Nilai akreditasi LAM-PTKes mendapat pengakuan internasional; 8) Persiapan dan pembinaan akreditasi oleh Fasilitator sebagai customer representative; 20

9) Penerapan nilai-nilai operasional : Continuous Quality Improvement (CQI); Quality Cascade; Conceptualization-Production-Usability (CPU); Trusworthy. Interprofesionalism 10) Turut mensosialisasikan profil prodi yang sudah terakreditasi penuh di website; 11) Menyelenggarakan Pelatihan, Seminar dan Workshop dengan narasumber dari dalam dan luar negeri; 12) Menyediakan fasilitas agar prodi yang sudah terakreditasi penuh bisa menjadi peserta Education expo. 3. LAM-PTKes menerapkan standar CPU (Conceptualization Production Usability) dalam instrumen akreditasinya yaitu : 1) Konsep profesi kesehatan yang dibutuhkan dan konsep sistem pelayanan kesehatan yang akan memanfaatkannya. 2) Pembelajaran oleh mahasiswa dan pendidikan yang diterimanya. 3) Upaya institusi pendidikan untuk menjamin agar lulusannya dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya. IV. Perspektif BELAJAR dan BERKEMBANG : 1. LAM-PTKes mendorong OP dan AIP yang belum berbadan hukum untuk berbadan hukum agar menjadi anggota perkumpulan LAM-PTKes. 2. Semua OP dan AIP yang sudah berbadan hukum didorong untuk berperan aktif dalam Rapat Anggota (RA) dan Majelis Akreditasi LAM-PTKes. 3. LAM-PTKes merangkul OP dan AIP dari seluruh profesi kesehatan selain ketujuh profesi di HPEQ. 4. Melakukan pelatihan asesor, fasilitator dan validator LAM-PTKes terhadap pool mantan asesor BAN-PT dan tenaga baru. 5. Melakukan pelatihan Kepala Divisi, Majelis Akreditasi dan tenaga Sekretariat LAM-PTKes. 21

Tabel 6.2 di bawah memperlihatkan Peta Perjalanan Prospektif LAM-PTKes tahun 2014 2018 sebagai penjabaran lebih lanjut dari Langkah Strategisnya. Tabel 6.2 : Peta Perjalanan Prospektif LAM-PTKes tahun 2014 2018 KEGIATAN 2014 2015 2016 2017 2018 1. Pengembangan Kapasitas Organisasi : 1.1. Pengesahaan BH Perkumpulan LAM-PTKes di Lembaran Negara 1.2. Penyelenggaraan Rapat Anggota (RA) 1.3. Pengesahan Dewan Penyantun LAM-PTKes 1.4. Penambahan Anggota Perkumpulan LAM-PTKes 1.5. Penyusunan ART 1.6. Evaluasi Struktur Organisasi LAM-PTKes 1.7. Penataan Lebih Lanjut Organisasi LAM-PTKes 1.8. Penyusunan Pedoman Kerja (Company Manual) 2. Pengembangan Kapasitas SDM : 2.1. Perekrutan Majelis Akreditasi dari 7 jenis bidang ilmu kesehatan 2.2. Perekrutan Majelis Akreditasi dari jenis bidang ilmu kesehatan lain 2.3. Perekrutan Ketua Divisi Akreditasi dari 7 jenis bidang ilmu kesehatan 2.4. Perekrutan Ketua Divisi Akreditasi dari jenis bidang ilmu kesehatan lain 2.5. Perekrutan Tim Penilai Akreditasi dari 7 jenis bidang ilmu kesehatan 2.6. Perekrutan Tim Penilai Akreditasi dari jenis bidang ilmu kesehatan lain 2.7. Pelatihan Majelis Akreditasi 2.8. Pelatihan Ketua Divisi Akreditasi 2.9. Pelatihan Tim Penilai Akreditasi 2.10. Diklat SDM Kantor LAM-PTKes 3. Pengembangan Kapasitas Informasi : 3.1. Pengembangan dan penerapan SIM Akreditasi 3.2. Pengembangan dan penerapan SIM Kepegawaian 3.3. Pengembangan dan penerapan SIM Keuangan 3.4. Perancangan Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System / KMS) 3.5. Penerapan Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) 4. Pengembangan Kapasitas Finansial : 4.1. Kesepakatan tentang kisaran Biaya Satuan akreditasi prodi kesehatan secara nasional 4.2. Mengusulkan Standar Biaya Khusus (SBK) akreditasi oleh LAM-PTKes kepada Kemdikbud dan Kemkeu 4.3. Kesepakatan tentang dibentuknya Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan secara nasional 4.4. Kesepakatan tentang Besarnya Kisaran Tarif Akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan 4.5 Pengembangan Usaha-Usaha yang Terkait Akreditasi 22

KEGIATAN 2014 2015 2016 2017 2018 5. Akreditasi Prodi Kesehatan : 5.1. Akreditasi prodi Kedokteran, Kedokteran Gigi, Perawat, dan Bidan 5.2. Akreditasi prodi Farmasi, Gizi dan Kesehatan Masyarakat 5.3. Akreditasi prodi dari semua jenis bidang kesehatan 5.4. Pengembangan instrumen baru akreditasi 5.5. Evaluasi dan Perbaikan Instrumen Lama 5.6. Evaluasi dan Perbaikan Proses Kerja Akreditasi 6. Pengembangan Relasi dengan Pelanggan (Customer Relationship Management) : 6.1. Pengembangan Rencana Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) 6.2. KIE kepada pelanggan LAM-PTKes 6.3. Bina Relasi dengan Pelanggan 6.4. Publikasi (newsletter, majalah) 6.5. Pengembangan website 23

7. PROSES KERJA AKREDITASI LAM-PTKes Proses Kerja Akreditasi LAM-PTKes terdiri atas 6 tahap sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Asesmen Kecukupan / Desk Evaluation 3. Tahap Asesmen Lapangan / Visitasi 4. Tahap Validasi 5. Tahap Keputusan Status dan Peringkat Akreditasi 6. Tahap Pengajuan Keberatan Program Studi atas Keputusan Akreditasi Tabel 7.1 : Tahap-Tahap Proses Kerja Akreditasi LAM-PTKes NO. WAKTU (Bulan) TAHAPAN AKREDITASI I. PERSIAPAN 1-12 s/d +1 Sekretariat mempelajari profil Program Studi yang akan habis masa berlakunya 12 bulan yang akan datang berdasarkan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) 2 Idem Dua belas (12) bulan sebelum masa berlaku akreditasi berakhir, Sekretariat LAM-PTKes memberitahu program studi untuk meminta diakreditasi melalui surat elektronik yang dikonfirmasi melalui SMS. 3 Idem Setelah menerima pemberitahuan dari Sekretariat, Program Studi bersama Unit Pengelola Program Studi membentuk Tim Persiapan Akreditasi yang minimal terdiri atas : 1) Ketua Program Studi / Wakil Dekan / Wakil Ketua Sekolah Tinggi sebagai Ketua Tim Persiapan; 2) Sekretaris Program Studi sebagai Sekretaris Tim Persiapan; 3) Dosen di Program Studi yang memiliki pengalaman di dalam sistem penjaminan mutu internal dan eksternal (asesor). 4 Idem Ketua Tim Persiapan Akreditasi mengangkat penanggung jawab untuk masing-masing : 1) Evaluasi Diri Program Studi; 2) Borang Program Studi; 3) Borang Unit Pengelola Program Studi; dan 4) Data. 5 Idem Program Studi menanggapi surat LAM-PTKes dengan menyampaikan susunan Tim Persiapan Akreditasi untuk komunikasi selanjutnya dengan Sekretariat. 6 Idem Ketua Tim Persiapan Akreditasi mendiseminasi data yang sudah lengkap dari Penanggung Jawab Data Program Studi dan Unit Pengelola Program Studi kepada Penanggung Jawab Laporan Evaluasi Diri Program Studi; Borang Program Studi; Borang Unit Pengelola Program Studi. 7 Idem Program Studi dengan Tim Persiapan Akreditasi menyusun jadwal pendampingan oleh fasilitator yang disampaikan ke Sekretariat LAM-PTKes dengan permintaan untuk didampingi persiapan akreditasinya melalui surat elektronik. 8 Idem Jika Sekretariat menerima permintaan untuk didampingi persiapan akreditasinya, maka disiapkan daftar fasilitator yang akan bertugas berdasarkan usulan ketua divisi. Keputusan penugasan adalah berdasarkan database fasilitator yang sudah disetujui oleh Ketua Pengurus dan ditembuskan kepada Majelis Akreditasi. 9 Idem Fasilitator (pendamping) menyatakan kesediaannya ke Sekretariat. 10 Idem Sekretariat menyiapkan surat tugas yang berlaku selama 3 bulan (untuk fasilitasi tahap pertama) dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. 24

NO. WAKTU TAHAPAN AKREDITASI (Bulan) 11 Idem Sekretariat mengirimkan surat jawaban secara elektronik kepada Program Studi yang dikonfirmasi melalui SMS tentang nama fasilitator yang telah ditunjuk serta jadwal pendampingan sesuai dengan jadwal yang diminta Program Studi (lihat Langkah 6) atau jadwal yang diusulkan Fasilitator. 12 Idem Program Studi mengkonfirmasi jadwal pendampingan dan menyampaikannya ke LAM-PTKes. 13 Idem Ketua Tim Persiapan Akreditasi bersama anggota timnya melakukan pemutakhiran, analisis dan perbaikan pengisian Evaluasi Diri Program Studi; Borang Program Studi; Borang Unit Pengelola Program Studi. 14-6 Pendampingan oleh fasilitator dapat dilakukan melalui Sistem Informasi Akreditasi secara online Tugas Fasilitator antara lain adalah: 1. Memberi penjelasan tentang proses akreditasi dan hal-hal yang perlu dipersiapkan; 2. Memperkenalkan lebih jauh tentang standar yang harus dipenuhi; 3. Mengevaluasi kesiapan untuk akreditasi; 4. Jika semua dokumen sudah memenuhi syarat, fasilitator merekomendasi kelengkapan dokumen akreditasi ke LAM-PTKes. 15 Idem Program Studi melakukan perbaikan dokumen akreditasi sesuai hasil pendampingan 16 Idem Fasilitator membantu melakukan identifikasi mulai dari keabsahan program studi, evaluasi diri, borang Program Studi, borang pengelola, renstra, rencana operasional, dll. 17 Idem Jika dalam 3 bulan pertama pendampingan oleh Fasilitator, Program Studi telah melengkapi dokumen usulan akreditasi, maka Program Studi dapat mengajukan akreditasi kepada LAM-PTKes. Jika Fasilitator menyatakan dokumen usulan akreditasi program studi belum lengkap, maka Fasilitator merekomendasikan untuk pendampingan tahap 2 selama 3 bulan lagi, dan seterusnya. 18 Idem Berkas akreditasi yang sudah lengkap dikirim oleh Program Studi ke Sekretariat LAM-PTKes berikut dengan Formulir Evaluasi Kinerja Fasilitator. II. ASESMEN KECUKUPAN / DESK EVALUATION 19 0 s/d +1 Setelah dipastikan bahwa berkas sudah lengkap, maka Sekretariat menyiapkan daftar Tim Asesor yang akan bertugas berdasarkan database asesor yang diusulkan oleh Ketua Divisi untuk ditetapkan oleh Ketua Pengurus dengan tembusan kepada Majelis Akreditasi. 20 Idem Tim Asesor menyatakan kesiapannya ke Sekretariat setelah melihat Pedoman Kerja Asesor. 21 Idem Sekretariat mengirimkan file (dalam bentuk PDF) meliputi: Laporan evaluasi diri, borang program studi, borang unit pengelola program studi (fakultas/sekolah tinggi/politeknik/akademi), lampiran-lampiran, informasi jadwal lama waktu pemeriksaan/penilaian, rencana waktu visitasi program studi kepada para asesor secara elektronik yang dikonfirmasi melalui SMS. 22 Idem Tim Asesor membuka file yang telah dikirimkan dengan kode/password yang dimiliki setiap asesor kemudian melakukan pemeriksaan dan penilaian satu persatu mulai dari Format 1: Penilaian Borang Program Studi, Format 2: Penilaian Evaluasi Diri Program Studi dan Format 3: Penilaian Borang Unit Pengelola Program Studi. 25

NO. WAKTU TAHAPAN AKREDITASI (Bulan) 23 Idem Tim Asesor diberikan waktu 1 minggu untuk melakukan Asesmen Kecukupan per program studi di lokasi keberadaan asesor secara elektronik. 24 Idem Hasil penilaian kemudian dikirim oleh Tim Asesor kembali ke Sekretariat melalui Sistem Informasi Akreditasi online 25 Idem Sekretariat memeriksa kelengkapan dokumen yang diterima dari Tim Asesor. 26 Idem Tim Asesor menyepakati antar mereka jadwal visitasi dan melaporkan ke Sekretariat. III. ASESMEN LAPANGAN / VISITASI 27 0 s/d +1 Setelah berkas Asesmen Kecukupan dinyatakan lengkap, Sekretariat menginformasikan ke program studi tentang jadwal visitasi. 28 Idem Program Studi mengkonfirmasi jadwal visitasi, informasi tentang hotel dan transportasi serta menyampaikannya ke Sekretariat LAM-PTKes. 29 Idem Sekretariat LAM-PTKes mengirimkan kepada Tim Asesor dan program studi surat tugas visitasi Tim Asesor, nama dan alamat Program Studi serta nomor telepon kontak, surat pemberitahuan resmi ke program studi berikut nama, dan nomor telepon kontak Tim Asesor. 30 Idem Sekretariat mempersiapkan dokumen visitasi (format penilaian lengkap dalam bentuk program Microsoft Excel, termasuk berita acara), dokumendokumen asesmen kecukupan Program Studi pada laptop masing-masing asesor dan biaya perjalanan bagi Tim Asesor. 31 Idem Program Studi yang telah menerima surat pemberitahuan resmi dari LAM- PTKes mempersiapkan sarana yang meliputi dokumen pendukung dan ruang khusus yang dilengkapi dengan peralatan kantor (printer, kertas, proyektor LCD, dan wifi) di kampus untuk digunakan sebagai ruang kerja tim asesor termasuk ruangan untuk pertemuan dengan dosen, mahasiswa, alumni, dan pemangku kepentingan. 32 Idem Sekretariat melakukan koordinasi persiapan visitasi Tim Asesor. 33 Idem Tim Asesor berangkat dari tempat masing-masing langsung menuju lokasi visitasi. 34 Idem Sehari sebelum asesmen lapangan, Tim Asesor melakukan pertemuan untuk menyamakan persepsi dan membahas pembagian tugas tim sebelum bertemu pimpinan unit pengelola program studi dan pimpinan program studi di hari pertama pukul 16.00. 35 Idem Tim Asesor menemui pimpinan unit pengelola program studi, yang didampingi oleh pimpinan program studi dan tim penyusun borang akreditasi, untuk memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan, dan rangkaian kerja visitasi serta membacakan Kode Etik Asesor. 36 Idem Presentasi dan penjelasan dari pimpinan unit pengelola Program Studi dan pimpinan program studi, yang dihadiri oleh pimpinan unit pendukung program studi (misal: kepala lab, kepala perpustakaan, kepala bagian akademik, kepala bagian kemahasiswaan, dan kepala departemen). 37 Idem Tim Asesor memeriksa data, informasi, dan bukti yang telah disiapkan oleh program studi dan keadaan lapangan lainnya, di lokasi yang terkait (Tim Asesor dapat membagi tugas untuk mengunjungi tempat yang berbeda). 38 Idem Tim Asesor mengobservasi/meninjau kegiatan pembelajaran dan fasilitas/instalasi pendukung, seperti: ruang pimpinan, ruang dosen, ruang administrasi, perpustakaan dan aksesnya, laboratorium yang sesuai, ruang kuliah, fasilitas mahasiswa, fasilitas alumni, dan wahana praktek (rumah sakit, puskesmas, klinik, atau laboratorium lapangan). 26