BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

dokumen-dokumen yang mirip
Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

Lembaga Administrasi Negara 2014

BAB I PENDAHULUAN. orang yang mempunyai kekuasaaan dan lembaga yang mengurus masalah

Analisis kebijakan Publik

: Prof. Said Zainal Abidin, Ph.D., MPIA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah

INFORMASI FAKTOR JABATAN STRUKTURAL

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK. Kebijakan Pangan TIP FTP UB

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK DIKLAT TEHNIK DAN MANAJEMEN KEBIJAKAN PUBLIK

PERMASALAHAN PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH DAERAH Oleh : Davy Nuruzzaman ABSTRAKSI

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Dasar Dasar Analisis Kebijaksanaan Kesehatan SURYA UTAMA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi oleh kota-kota yang sedang berkembang. Salah satu fungsi

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya isu di masyarakat yang menggambarkan kegagalan

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Kuliah 13. Marlan Hutahaean 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2011

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas. Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Aktivitas bisnis sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini karena kalau bisnis

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

Perspektif Kebijakan Publik

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Pelatihan Analisis Kebijakan Bidang Kesehatan

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

AREA PERUBAHAN 1. Program Manajemen Perubahan 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indon

`BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BIRO ORGANISASI

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKIP ) TAHUN 2016

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Mata kuliah Teori Analisis dan Proses Kebijakan Publik

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kebijakan Publik. 1. Definisi Kebijakan. Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

ANALISIS HUKUM DAN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM MEWUJUDKAN SISTEM PEMBANGUNAN. Oleh Siti Humulhaer*) Abstrak

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. wadah, organisasi relatif bersifat statis, sedangkan sebagai suatu rangkaian

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BAB I P E N D A H U L U A N

PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa

Transkripsi:

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika membicarakan masalah kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping tersebut, pemerintah sebagai pembuat kebijakan tentu saja akan jadi sasaran kritik dari berbagai pihak yang merasa kebijakan yang ada tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kegagalan sebuah kebijakan publik disebabkan oleh beberapa kesalahan antara lain kesalahan dalam perumusan masalah publik menjadi masalah kebijakan, kesalahan dalam formulasi alternatif kebijakan, kesalahan dalam implementasi atau kesalahan dalam evaluasi kebijakan. Untuk menghasilkan sebuah kebijakan yang berkualitas, dibutuhkan kajian dan analisa kebijakan yang sering kali sulit untuk dilakukan secara optimal oleh para pembuat kebijakan baik karena keterbatasan waktu, dana ataupun SDM. Oleh karena itu, Kementerian PAN dan RB mencoba mengatasi hal tersebut dengan mengeluarkan Permenpan No. 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya dimana para Analis Kebijakan tersebut ditugaskan untuk melakukan kajian dan analisa kebijakan yang nantinya akan menghasilkan output rekomendasi kebijakan yang didasarkan pada data yang solid sehingga diharapkan hasil rekomendasi yang diberikan Analis Kebijakan bisa lebih berkualitas. Analisis kebijakan akan sangat membantu menghindarkan suatu kebijakan yang hanya memakai pertimbangan sempit semata atau pertimbangan kekuasaan semata. Sebagaimana diketahui pertimbangan yang ilmiah, rasional dan obyektif dalam pembuatan kebijakan publik sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama, dalam praktiknya aspek politik masih sangat mewarnai dalam pembuatan kebijakan publik baik di pemerintah pusat maupun daerah. Dengan adanya analis kebijakan diharapkan dapat menghindari keadaan ini, karena analis kebijakan memberikan informasi dan argumen yang lebih komprehensif dan dapat diterima publik. Peran Analis Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Kebijakan Oleh: Sari Wahyuni, S.Ap Staf Biro Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat II. Konsep Kebijakan Publik David Easton mendefinisikan kebijakan publik adalah sebuah proses pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh masyarakat yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang seperti pemerintah. Anderson mengartikan kebijakan publik sebagai seraingkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atau

sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu. Sementara Wiliiam N. Dunn menyebut istilah kebijakan publik adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihanpilihan kolektif yang saling bergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Thomas R Dye mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan (Whatever government chooce to do or not to do). Dengan arti kata setiap tindakan pemerintah adalah kebijakan publik termasuk tindakan untuk tidak melakukan apapun atau tindakan diam. Entah tindakan diam itu dilakukan karena menurut pemerintah diam merupakan tindakan paling tepat yang harus diambil atau pemerintah memang tidak menganggapnya penting atau mengabaikan. Tapi yang jelas, apa saja yan dilakukan pemerintah akan berdampak besar bagi masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan analisa yang tepat untuk menentukan apa yang sebaiknya dilakukan pemerintah bukan hanya sebatas analisa abal-abal yang berbau keuntungan pribadi. Kebijakan publik dibuat untuk memecahkan masalah. Tapi tidak semua masalah menjadi masalah kebijakan. Masalah hanya akan menjadi masalah kebijakan kalau ada yang mempermasalahkan. Tapi jika tidak ada yang mempermasalahkan, masalah tersebut tidak akan menjadi masalah kebijakan. Untuk menjadi sebuah agenda kebijakan, sebuah permasalahan publik harus dikaji secara jelas dan dirumuskan dengan benar sebagai permasalahan publik yang bisa dijadikan isu kebijakan. William Dunn mengatakan bahwa isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Isu kebijakan timbul akibat adanya konflik atau perbedaan persepsional di antara para aktor atas suatu situasi problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu waktu tertentu. Pada kondisi normal, agar suatu isu dapat menjadi kebijakan publik, isu tersebut harus mampu menembus berbagai akses kekuasaan yang secara formal maupun informal relatif tersedia dalam sistem politik. Setelah isu kebijakan ada, diperlukan pemilihan isu yang akan menjadi agenda kebijakan. Setelah sebuah isu dimasukkan ke dalam agenda kebijakan, hal yang harus dilakukan adalah perumusan kebijakan. Pada tahapan Perumusan Kebijakan ini akan diidentifikasi alternatif-alternatif kebijakan yang akan diambil. Pada tahapan inilah alternatif yang ada tersebut bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan. Setelah rumusan kebijakan didapat yang perlu dilakukan adalah legitimasi kebijakan sebagai upaya untuk mendapatkan kekuatan hukum dari kebijakan tersebut. Setelah Kebijakan disahkan barulah bisa dilakukan implementasi Kebijakan. Dan tahapan yang terakhir dari rangkaian kebijakan adalah Evaluasi Kebijakan yang akan memberi penilaian apakah suatu kebijakan bisa berdaya guna atau tidak dan juga akan dijadikan dasar untuk penyusunan kebijakan publik selanjutnya.

III. Konsep Analisis Kebijakan William N. Dunn (2000) mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan. Jadi analisis kebijakan publik lebih merupakan nasehat dan bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan publik yang berisi tentang masalah yang dihadapi, dan berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya untuk menghasilkan kebijakan yng efektif dan efisien. Terdapat tiga elemen dalam kebijakan yang menjadi target analisis, yakni: (1) faktor determinan utama; (2) isi kebijakan; dan (3) dampak kebijakan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Dunn (2000: 117) membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan publik, yaitu: 1) Analisis kebijakan prospektif yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan, 2) Analisis kebijakan retrospektif berupa penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan, 3) Analisis kebijakan yang terintegrasi adalah bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat. Dunn (2000-21) berpendapat bahwa metodologi analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia: definisi, prediksi, preskripsi, deskripsi, dan evaluasi. Dalam analisis kebijakan prosedur-prosedur tersebut memperoleh nama-nama khusus, yakni: 1) Perumusan Masalah yang menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan, 2) Peramalan Peramalan (prediksi) yang menyediakan informasi mengenai konsekuensi di masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, 3) Rekomendasi menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah, 4) Pemantauan menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan, dan 5) Evaluasi menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah. Gaya Analisis Kebijakan Secara garis besar, gaya analisis kebijakan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif masih dibedakan menjadi 2 bagian yakni (a) analisis isi (content analysis) yang merupakan definisi empiris mengenai isi kebijakan terutama pada maksud, definisi masalah, tujuan dan orientasi sebuah kebijakan; (b) analisis sejarah

(historical analysis) yang lebih menekankan aspek evolusi isi kebijakan dari awal pembentukan hingga implementasinya bahkan bersifat ekspansif dengan membandingkan beberapa kebijakan secara kronologis-sinkronis. 2. Analisis Proses Analisis proses tidak begitu berfokus pada isi kebijakan, namun lebih memfokuskan diri pada proses politik dan interaksi faktor-faktor lingkungan luar yang kompleks dalam membentuk sebuah kebijakan. 3. Analisis Evaluasi Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat penilaian. Penilaian yang diberikan bisa didasarkan pada konsistensi logis, efisiensi dan karakteristik etis. Oleh karena itu analisis evaluasi ini masih dibedakan menjadi tiga bagian yakni (a) evaluasi logika, dimana analisis ini melakukan evaluasi atas beberapa dimensi yakni konsistensi internal tujuan kebijakan; konsistensi tujuan dan instrumen kebijakan; dan perbedaan antara konsekuensi yang diharapkan dan yang tidak diharapkan; (b) evaluasi empiris, dimana analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kebijakan publik mampu memecahkan masalah dan menekankan teknik-teknik untuk melihat efisiensi dan efektifitas sebuah kebijakan; (c) evaluasi etis yang dalam analisisnya mengacu pada etika, norma dan nilai (value) dimana dalam evaluasi yang lain sangat bersifat bebas nilai. IV. Peran Analis Kebijakan dalam Peningkatan Kualitas Kebijakan Tugas Analis kebijakan publik adalah memberikan rekomendasi untuk membantu para pembuat kebijakan dalam upaya memecahkan masalah-masalah publik. Analis kebijakan publik mempunyai peran yang sangat penting untuk membantu pembuat kebijakan dengan memberikan informasi yang diperoleh melalui penelitian dan analisis, memisahkan dan mengklarifikasi persoalan mengungkap ketidakcocokan tujuan dan upayanya, memberikan alternatif-alternatif baru dan mengusulkan cara-cara menterjemahkan ide-ide kedalam kebijakan-kebijakan yang mudah diwujudkan dan direalisasikan. Kontribusi utamanya untuk memberikan masukan-masukan terutama dengan memperhitungkan keutamaan dan kepekaan parameternya. Seorang analis kebijakan publik akan memposisikan ilmunya sebagai sesuatu yang bebas nilai, analis bekerja atas kepentingan publik, tanpa ada pengaruh kepentingankepentingan politik ataupun golongan. Jadi seorang analis dapat mengambil posisi netral dalam memperjuangkan kebijakan publik yang lebih baik dalam rangka menyelasaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Mengingat sangat pentingnya peran Analis Kebijakan ini, maka Kementerian PAN dan RB telah mengeluarkan Permenpan No. 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan adalah jabatan fungsional tertentu yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggungjawab, dan wewenang

untuk melaksanakan kajian dan analisis kebijakan dalam lingkungan instansi Pusat dan Daerah. Kajian dan Analisis Kebijakan adalah kegiatan mengkaji dan menganalisis kebijakan dengan menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, akuntabilitas, integritas, efisiensi dan efektifitas untuk mencapai tujuan tertentu dan/atau menyelesaikan masalah-masalah publik. Sub unsur kajian dan analisis kebijakan terdiri dari: a) melakukan riset dan analisis kebijakan; b) memberikan rekomendasi kebijakan; c) melakukan komunikasi, koordinasi, advokasi, konsultasi dan negosiasi kebijakan; dan d) melakukan publikasi hasil kajian kebijakan. Untuk itu seorang Analis Kebijakan diharapkan memiliki kemampuan analisis dan kemampuan politis. Tapi permasalahannya, jumlah analis kebijakan saat ini sangatlah masih sedikit. Padahal regulasi merupakan salah satu tugas penting pemerintah dan untuk menghasilkan regulasi atau kebijakan yang tepat dibutuhkan data dan informasi yang memadai yang bisa disediakan analis kebijakan sehingga kegagalan kebijakan bisa diminimalisir.