SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

POTENSI PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Afrizon dan Andi Ishak

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI BENGKULU

DESAIN PEMBANGUNAN KEBUN DENGAN SISTEM USAHA TERPADU TERNAK SAPI BALESIA

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pemanfaatan sumberdaya pakan berupa limbah pert

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

KAJIAN SOSIAL EKONOMI SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN KELAPA SAWIT (SISKA)

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak unggul (DISTANBUNNAK TANAH BUMBU, 2006). ANDJAM

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak kurang dimanfaatkan, sehingga dapat mencemari l

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak pembukaan lahan perkebunan, kehutanan, dan pert

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

POTENSI, PELUANG DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

DUKUNGAN PEMBIAYAAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA INTEGRASI SAPI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

Prospek Pengembangan Usaha Peternakan Pola Integrasi

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak C O

Prospek Pengembangan Sistem Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dan Peternakan Sapi untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Lampung Selatan

KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI TANAMAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

III KERANGKA PEMIKIRAN

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawn dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak setelah tahun 2004 sudah mencapai luasan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP PEDOMAN SISTEM INTEG RASI SAPI DI PERKEBU NAN KELAPA SAWIT

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak 3,25 persen dan 2,89 persen seperti disajikan p

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

ADOPSI TEKNOLOGI POLA INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

POTENSI LIMBAH SAWIT UNTUK PAKAN TERNAK SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU

POTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN INTEGRASI SAPI-SAWIT DI PROVINSI RIAU

PROSPEK PENGEMBANGAN TERNAK POLA INTEGRASI BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

KELAYAKAN FINANSIAL SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI MELALUI PROGRAM KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PETA POTENSI DAN SEBARAN AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA: SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT (SISKA)

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

POTENSI PENGEMBANGAN KERBAU DI PROVINSI BANTEN MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn:

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

ADAPTASI SISTEM INTEGRASI TERNAK SAPI DAN KELAPA SAWIT RAMAH LINGKUNGANDI PROVINSI KEPULAUAN RIAU. Yayu Zurriyati dan Dahono

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

PROSPEK PENGGEMUKAN SAPI DI SEKITAR PABRIK KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

Transkripsi:

Suplemen 5 SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA Latar Belakang Sejak tahun 2008, Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan telah menginisiasi program pengembangan ternak sapi yang terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit yang terkenal dengan istilah SISKA (Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit). Sasaran program ini selaras dengan program Pemerintah Pusat yaitu Revitalisasi PPK dan Swasembada Daging Sapi 2010 yang bertujuan untuk meningkatkan produksi daging sapi Sumsel dan juga nasional dengan mengoptimalkan berbagai sumber daya yang bisa saling mendukung. Pada dasarnya upaya optimalisasi produksi daging bisa dilakukan dengan beberapa alternatif seperti i) intensifikasi dan ekstensifikasi lahan tidur, ii) optimalisasi pemanfaatan sumber pakan alternatif, dan iii) integrasi ternak dengan tanaman perkebunan / industri kelapa sawit. Integrasi ternak dengan perkebunan dikembangkan berdasarkan konsep LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) dengan cara 1 : 1. Limbah perkebunan dalam hal ini kebun sawit seperti solid, pelepah, dan bungkil sawit dimanfaatkan sebagai pakan, 2. Kotoran ternak dan limbah sawit non pakan didekomposisi menjadi kompos untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, 3. Penggembalaan ternak diarahkan untuk memakan tanaman liar/gulma Gambar 1. Pola Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit Sumber pakan hijauan dan limbah sawit Sumber kompos, pemakan gulma, pengangkut TBS Sumber pakan berupa hijauan diperoleh dari area perkebunan dan juga dari produk sampingan olahan sawit seperti pelepah, solid, dan bungkil sawit. Produk sampingan tersebut sangat bermanfaat karena tersedia sepanjang tahun tidak seperti hijauan yang 1 Diwyanto, K., D. Sitompul, I. Manti, I-W Mathius dan Soentoro. 2004. Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Departemen Pertanian bekerjasama dengan PemProp. Bengkulu dan PT. Agricinal. 1

menjadi sangat terbatas pada saat musim kemarau. Hasil studi menunjukkan bahwa per ha kebun sawit dapat menyediakan pakan untuk 1-3 ekor sapi dewasa 2. Pola integrasi ternak dengan tanaman perkebunan cocok dikembangkan di Prop. Sumatera Selatan yang memiliki areal perkebunan yang luas. Luas area perkebunan kelapa sawit di Prop. Sumsel pada tahun 2008 mencapai sekitar 640 ribu hektar yang terdiri dari lahan inti sekitar 420 ribu hektar dan lahan plasma seluas 240 ribu hektar 3. Potensi perkebunan sawit yang besar tersebut merupakan modal yang sangat potensial untuk diintegrasikan dengan usaha peternakan. Pola Integrasi SISKA di PT. Agricinal, Bengkulu Salah satu pola integrasi sapi-sawit yang dianggap berhasil adalah Sistem Integrasi Sapi- Kelapa Sawit di PT. Agricinal Prop. Bengkulu yang lebih dikenal dengan pola SISKA. Pola integrasi ini telah dicanangkan oleh Menteri Pertanian sebagai Program Nasional yang dideklarasikan pada tanggal 10 September 2003 di Bengkulu 4. Penerapan pola integrasi tersebut pada awalnya ditujukan untuk mengatasi kesulitan pemanen dalam mengangkut TBS karena topografi wilayah yang berbukit / bergelombang sehingga menyulitkan pemanen untuk mengngkut Tandan Buah Segar (TBS) dari tempat pemanenan ke TPH (tempat penampungan sementara). Dengan diterapkannya pola integrasi sapi-sawit, kegiatan pengangkutan hasil panen dilakukan dengan memanfaatkan tenaga sapi baik dengan gerobak ataupun diangkut di punggung sapi. Dengan pemanfaatan tenaga sapi ini, kegiatan pengangkutan menjadi lebih efisien sehingga areal kerja pemanen bisa bertambah dari sebelumnya 10 ha menjadi 15 ha 5. Gambar 2. Pola Integrasi SISKA di PT. Agricinal PT. Agricinal Koperasi Petani 2 Et al. 3 Dinas Peternakan Prop. Sumatera Selatan, 2009 4 Manurung, B.P., Sitem Integrasi Kelapa Sawit Model Agricinal (SISKA) 5 SISKA, Model Pengembangan Agribisnis Sapi di Bengkulu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, 2004 2

Usaha peternakan di PT. Agricinal dilakukan oleh perusahaan inti dan juga oleh petani plasma (pemanen). Jenis sapi yang digunakan adalah sapi Bali dengan pertimbangan karena sapi Bali merupakan sapi lokal dengan produktivitas yang baik, kualitas daging baik, persentase karkas tinggi, lincah, memiliki tingkat adaptasi dengan lingkungan yang baik. Rata-rata kepemilikan untuk setiap rumah tangga pemanen adalah 6 ekor dan umumnya hanya 2 ekor yang dipergunakan untuk menarik gerobak. Berdasarkan hasil kajian usaha peternakan sapi di perkebunan sawit akan layak apabila setiap pemanen / petani memiliki lebih dari 1 ekor sapi 6. Untuk menjamin keamanan ternak, setiap sapi yang ada di kawasan perkebunan PT. Agricinal diberi cap bakar dan terdaftar pada tingkat kecamatan, dinas peternakan dan kepolisian setempat. Untuk pengadaan alat angkut / gerobak perusahaan memberikan kredit melalui koperasi yang pembayarannya diambil dari hasil panenan / TBS yang disesuaikan dengan sistem bunga menurun yang disesuaikan dengan kemampuan petani / pemanen. Pola integrasi sapi-kelapa sawit yang diterapkan di PT. Agricinal telah mendatangkan berbagai manfaat sebagai berikut : 1. Bagi petani plasma / pemanen - Meringankan pengangkutan TBS sehingga produktivitas pemanen meningkat - Meningkatkan pendapatan pemanen / petani plasma hingga 2-3 kali lipat 7 yang berasal dari peningkatan produktivitas, hasil pupuk kandang, dan hasil ternak. - Sapi bermanfaat untuk membersihkan tanaman di sekitar piringan kela sawit yang menjadi tugas pemanen 2. Bagi perusahaan - Menghemat tenaga pemanen - Sebagai sumber pendapatan lain yang diperoleh dari penjualan hasil pengolahan produk sampingan menjadi pakan ternak. - Jaminan ketersediaan pupuk kandang dengan harga yang lebih murah. - Dengan diberikannya kredit dan sapi beserta gerobak, pemanen / petani menjadi lebih tekun dan bertanggung jawab dalam bekerja 8. Feasibility dan Bankability Pola Integrasi Sapi-Sawit (SISKA) Salah satu kendala yang dihadapi Pemprop. Sumatera Selatan dalam menginisiasi program SISKA ini antara lain adalah terbatasnya akses petani plasma terhadap permodalan khususnya dari bank. Penyebabnya antara lain adalah tingkat feasibility dan bankabiliy dari pola SISKA yang masih banyak diragukan oleh pihak perbankan. Selain itu perbankan pada 6 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertani, SISKA, Model Pengembangan Agribisnis Sapi di Bengkulu, 7 Manurung, BP, Sistem Integrasi Kelapa Sawit Model Agricinal (SISKA), 2004 8 Et.al. 3

umumnya memberikan kredit kepada calon nasabah yang telah menekuni usahanya minimal selama 2 tahun. Terkait dengan tingkat feasibility pola SISKA, pihak perbankan masih mempertimbangkan kesiapan para petani untuk melaksanakan pola SISKA terutama para petani yang belum pernah melakukan usaha ternak. Sementara dari aspek kelayakan usaha, penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor menunjukkan bahwa dengan menggunakan data harga-harga yang berlaku pada tahun berjalan dengan tahun awal usaha adalah 1997 dan tahun akhir 2003 serta tingkat bunga 19,5% didapatkan hasil sebagai berikut : - Pada skala usaha 1 ekor induk tanpa memperhitungkan biaya tenaga kerja, usaha tersebut layak dengan tingkat R/C = 2,37; NPV=Rp 2.241.000; dan IRR=0,86% dengan NPV= - Rp 102.000,-. - Pola skala usaha 3 ekor induk sapi dengan memperhitungkan biaya tenaga kerja, usaha tersebut layak dengan R/C = 2,467, NPV = Rp 7.324.000, dan IRR = 39%. Dengan menggunakan analisis sensitivitas penurunan tingkat penerimaan 10%, usaha tersebut masih memberikan hasil yang layak secara finansial. - Skala usaha 6 ekor induk sapi dan 1 pejantan merupakan usaha yang sangat menguntungkan dengan R/C = 3,13, IRR > 50% dan NPV = Rp 22.425.000,- Salah satu contoh kasus yang bisa dijadikan pertimbangan penerapan SISKA di Prop. Sumatera Selatan adalah kasus di Prop. Riau 9. Untuk meningkatkan produksi daging dan pendapatan petani, Pemerintahan Propinsi Riau mulai tahun 2001 telah meluncurkan program Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan (PEK), berupa pinjaman kredit ternak ruminansia (Sapi dan kambing) kepada petani yang berminat memelihara ternak. Setiap petani diberi 5 sapi yang terdiri dari 2 sapi jantan dan 3 betina dewasa, atau 1 sapi jantan dan 4 betina dewasa. Pilihan pertama diarahkan pada program penggemukan dan pembibitan, sedangkan pilihan kedua diarahkan untuk pembibitan. Ternyata petani lebih menyukai pilihan pertama karena setelah dipelihara beberapa waktu 1 ternak jantan dapat dijadikan pejantan dan yang satunya lagi dapat dijual untuk membantu biaya pemeliharaan keempat ternak yang lainnya. Sementara dari aspek bankability, kendala utama akses kredit dari perbankan adalah tidak tersedianya jaminan dan pengalaman petani dalam usaha ternak yang masih nol. Terkait dengan kendala tersebut, berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada bulan Juli 2009 dengan beberapa bank pelaksana dan dinas terkait di Prop. Sumsel, beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut antara lain adalah : 9 Sisriyeni, Dwi., Sutopo, Deciyanto, Potensi, Peluang dan Tantangan Pengembangan Integrasi Sapi-Sawit di Propinsi Riau, Lokakarya SISKA Deptan. 2004 4

1. Memanfaatkan skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah dibackup dengan penjaminan sehingga kendala agunan bisa diatasi setidaknya tidak harus dengan aktiva tetap berupa tanah/lahan perkebunan yang pada umumnya telah dijaminkan oleh para petani plasma untuk kredit yang lain. 2. Apabila kredit diajukan ke bank yang sebelumnya telah memberikan kredit kepada petani, maka agunan yang telah diserahkan bisa dijaminkan kembali dengan pengikatan baru. 3. Pembiayaan dilakukan melalui koperasi inti / koperasi plasma. Skim ini bisa dilakukan oleh beberapa bank yang memberikan kredit modal kerja kepada koperasi dan koperasi menyalurkan kredit tersebut kepada anggotanya. Dalam hal ini koperasi tidak mewajibkan anggotanya untuk menyediakan jaminan aktiva tetap. Pembiayaan kredit dilakukan secara kelompok dengan pola tanggung renteng. Jaminan yang dimiliki oleh satu orang atau lebih dalam kelompok diserahkan untuk menjamin kredit kepada anggota kelompok. 5

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 6