BAB V HASIL PENELITIAN. Pengamataan pasca rawat inap dilakukan pada 77 anak yang mengikuti studi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Sub bagian Gastroenterologi bagian Ilmu

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Penyebab utama kematian diare

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5. HASIL PENELITIAN. diperoleh 52 subjek yang menderita LLA yang terbagi menjadi 2 kelompok,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN. Populasi penelitian terdiri dari anak usia 6-24 bulan. Penelitian ini

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Karakteristik sampel, faktor risiko tumbuh kejar. dijadikan sebagai sampel, terdiri atas 13 bayi KMK dan 13 bayi SMK.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini adalah kasus dan kontrol, 13

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 6. PEMBAHASAN. Penelitian adalah penelitian case control yang melibatkan 52 penderita

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

METODE PENELITIAN 1 N

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB VI PEMBAHASAN. Pada penelitian ini didapatkan insiden terjadinya dermatitis atopik dalam 4 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. postpartum adalah masa yang dimulai dari tanda akhir periode intrapartum

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

Diare masih merupakan masalah kesehatan

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS SURVIVAL DENGAN MODEL REGRESI COX TERHADAP LAJU KESEMBUHAN PENDERITA DBD DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH MEDAN TAHUN 2014.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kejadian Miopia pada Anak di SDN Cemara Dua Surakarta telah dilakukan pada

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Puskesmas Ngesrep, Puskesmas Srondol,

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN DURASI PENYEMBUHAN DIARE DEHIDRASI RINGAN-SEDANG BALITA YANG DIBERIKAN ASI DAN SENG (Studi Kasus di RSUP Dr.Kariadi)

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB II KAJIAN TEORI. Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

BAB 4 HASIL Universitas Indonesia

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN Pengamataan pasca rawat inap dilakukan pada 77 anak yang mengikuti studi I, namun hanya sebanyak 75 anak dapat dilakukan pengamatan selama 3 bulan, 2 orang subyek di ekslusi karena pindah alamat rumah keluar kabupaten Semarang, sehingga kunjungan rumah tidak dapat dilakukan. Rerata umur saat pertama kali mengikuti penelitian adalah 11,20 ± 4,02 dengan umur termuda 6 bulan dan tertua 24 bulan. Distribusi kelompok umur tampak pada tabel 4. Berdasarkan umurnya, subyek dikelompokkan menjadi kelompok umur 6-12 bulan dan > 1 tahun. Sebagian besar subyek adalah kelompok umur 6-12 tahun. Proporsi kelompok umur pada masingmasing kelompok tampak pada tabel 4. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p=0,113) pada uji Chi-Square. Perbandingan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dari keseluruhan sampel hampir sama. Distribusi jenis kelamin antar kelompok tampak pada tabel 4. Dari uji Chi-Square menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada distribusi jenis kelamin antar kelompok (p=0,518). Status gizi subyek ditentukan berdasarkan Z score WHO Anthro 2005. Subyek dikelompokkan menjadi gizi baik dan gizi kurang. Sebagian besar subyek adalah gizi baik. Distribusi status gizi antar kelompok tampak pada tabel 4. Berdasarkan uji Chi-Square tidak didapatkan perbedaan bermakna pada distribusi 51

status gizi antar kelompok (p=0,791). Setelah pengamatan 3 bulan, didapatkan perubahan status gizi. Satu subyek pada kelompok yang hanya mendapatkan terapi baku mengalami penurunan status gizi dari gizi baik menjadi gizi kurang. Sedangkan pada kelompok yang mendapatkan suplementasi probiotik dan suplementasi seng serta probiotik secara bersamaan mengalami peningkatan status gizi. Sebagian besar subyek diasuh oleh ibu, namun beberapa anak diasuh oleh pengasuh lain selain ibu, diantaranya oleh nenek atau anggota keluarga lain. Berdasarkan tingkat pendidikan pengasuh, dibedakan menjadi dua kelompok yaitu lulus atau tidak lulus pendidikan dasar. Hanya sebagian kecil pengasuh yang tidak lulus pendidikan dasar (17,3%). Distribusi tingkat pendidikan pengasuh pada masingmasing kelompok tampak pada tabel 4. Berdasarkan uji Chi-Square tidak didapatkan perbedaan bermakna pada pendidikan pengasuh antar kelompok (p=0,77). Hanya sebagian kecil subyek mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan (12,1%). Pemberian susu formula pada subyek didapatkan lebih sering, baik diberikan bersama ASI maupun susu formula saja. Distribusi riwayat pemberian ASI antar kelompok tampak pada tabel 4. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antar kelompok berdasarkan riwayat pemberian ASI (p=0,330) pada uji Chi-Square. Status sosial ekonomi ditentukan berdasarkan indikator kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Keseluruhan subyek didapati tergolong sosial ekonomi kurang, dengan distribusi 58 subyek (77,3%) termasuk mendekati miskin, dan 17 subyek (22,7%) termasuk miskin. Distribusi status sosial ekonomi antar kelompok 52

dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan uji Chi-Square tidak didapatkan perbedaan status sosial ekonomi antar kelompok (p=0,596). Status higiene dan sanitasi ditentukan berdasarkan indikator higenitas Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dimana dikatakan higenitas baik apabila memenuhi empat dari 10 indikator kesehatan lingkungan yaitu tersedianya jamban, ventilasi yang cukup, terdapat akses air bersih, dan terdapat aliran pembuangan air. Berdasarkan pengamatan didapati subyek 51 anak (68,0%) termasuk higienitas dan sanitasi baik, dan 24 anak (32,0%) termasuk ke dalam kelompok higienitas dan sanitasi yang kurang baik. Distribusi status higienitas dan sanitasi antar kelompok dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan uji Chi-Square tidak didapatkan perbedaan higiene dan sanitasi antar kelompok (p=0,062). Kadar seng serum diukur dengan menggunakan alat AAS dengan sampel darah yang diambil saat subyek datang ke UGD RSDK. Rerata kadar seng serum adalah 183,5±5, 8 µg/dl dengan kadar terendah 71,3 µg/dl dan kadar tertinggi 363 µg/dl. Hasil uji Anova menunjukkan tidak didapatkan perbedaan bermakna pada beda rerata kadar seng serum antar kelompok(p=0,581). Tidak ada subyek yang mengalami defisiensi seng pada saat awal pengamatan. Kadar seng serum masingmasing kelompok tidak berbeda bermakna pada dengan uji anova (p=0,0581). Setelah 3 bulan pengamatan, sebagian besar orangtua subyek menolak pengambilan darah subyek untuk pemeriksaan seng serum. Hanya 20 subyek yang berhasil dilakukan pemeriksaan seng serum. Rerata kadar seng serum adalah 144,2 + 30,4 µg/dl kadar terendah 83,2 µg/dl kadar tertinggi 189,90 µg/dl. 53

Asupan seng dinilai selama tiga bulan pengamatan dengan food recall, kemudian dianalisa dengan program nutrisoft. Diperoleh data asupan seng terendah adalah 0.9 mg/hari dan tertinggi 7,8 mg/hari. Rerata asupan seng adalah 4, 26 1,71 mg/hari. Semua subyek mendapatkan asupan seng yang kurang. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada asupan seng dalam masing-masing kelompok dengan uji anova (p=0,581). Sebagian besar subyek tinggal dalam wilayah kota semarang, ada beberapa anak tinggal di daerah periurban. Sebaran penderita diare berdasarkan tempat tinggalnya tampak pada gambar 6. 10% 31% 12% 7% 3% 11% 19% 1% 1% 5% Gambar 6. Persebaran diare menurut wilayah tempat tinggal 54

Tabel berikut adalah karakteristik subyek penelitian pada keempat kelompok. Tabel 4. Karakteristik subyek penelitian No Karakteristik Kontrol Seng Probiotik Sengprobiotik Nilai p n=19 (%) n=19 (%) n=19 (%) n=18 (%) 1 Jenis kelamin Laki-laki 9 47,4 13 68,4 9 47,4 10 55,6 0,518* Perempuan 10 52,6 6 31,6 10 52,6 8 44,4 2 Kelompok umur 6 12 bulan 15 78,9 17 89,5 13 68,4 10 55,6 0,113* 13 24 bulan 4 21,1 2 10,5 6 31,6 8 44,4 3 Riwayat ASI Tanpa ASI 8 42,1 10 52.6 6 31.6 4 22,2 0,330* ASI + formula 8 42,1 6 31,6 12 60,0 12 62,3 ASI eksklusif 3 15.8 3 15,8 1 8,4 2 14,5 4 Status gizi Gizi baik 15 78,9 17 89,5 16 84,2 15 83.3 0,852* Gizi kurang 4 21,1 2 10,5 3 15,8 3 16.7 5 Pendidikan pengasuh 15 78,9 16 84,2 17 89,5 14 77,8 0,770* lulus pend. Dasar 4 21,1 3 15,8 2 10,5 4 22,2 tidak lulus pend. dasar 6 Status Sosial Ekonomi Mendekati miskin 14 73,7 13 68,4 13 31.6 15 83.3 0.596* Miskin 5 26,3 6 31,6 6 68.4 3 16.7 7 Status higiene sanitasi Kurang baik 10 52,6 6 31,6 6 31.6 2 11.1 0.062* Baik 9 47,4 13 68,4 13 68.4 16 88,9 8 Rerata asupan seng 4,1+ 1,5 4,4 +1,7 3,9 +1,8 4,5 +1,8 0,710** 9 Rerata kadar seng serum 186,3+63,6 170,3+49,4 185,3+41,7 192,6+43,0 0,581** * Chi square ** Anova 55

Selama 3 bulan pengamatan, didapatkan 26 orang (34,7%) dari seluruh subyek mengalami diare kembali setelah rawat inap karena diare akut. Kelompok yang mendapat suplementasi seng dan probiotik mengalami diare berulang, lebih sedikit dibanding kelompok lainnya. Distribusi kejadian diare berulang masingmasing kelompok tampak pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi subyek yang mengalami diare berulang berdasarkan kelompok perlakuan Terapi baku Terapi baku + Seng Terapi baku + probiotik Terapi baku + Sengprobiotik n=19 (%) n=19 (%) n=19 (%) n=18 (%) Kejadian diare berulang 7 37 7 37 7 37 5 28 Rerata survival diare berulang pada kelompok yang mendapatkan terapi baku saja 9,84 minggu (CI 95% 7,82-11,87), kelompok dengan tambahan suplementasi seng 9,83 minggu (CI 95% 7,93-11,74), kelompok probiotik 10,42 minggu (CI 95% 8,57-12,27). Kelompok yang mendapatkan tambahan suplementasi seng dan probiotik secara bersamaan rerata survival diare berulang 10,94 minggu (CI 95% 9,24-12,65), relatif lebih lama dibanding ketiga kelompok lainnya. Meskipun diketahui ada perbedaan rerata, namun setelah dilakukan uji log rank dengan metode kaplan meier tanpa memperhitungkan faktor umur, status gizi, 56

pendidikan pengasuh, riwayat pemberian ASI, status sosial ekonomi dan status higiene sanitasi tidak didapatkan perbedaan bermakna secara statistik pada rerata survival (p=0,892). Secara lebih jelas, rerata survival masing-masing kelompok tampak pada grafik kaplan meier di bawah ini. Survival Functions 1.0 0.8 0.6 Kelompok perlakuan kontrol zinc zinc dan probiotik probiotik kontrol-censored zinc-censored zinc dan probiotikcensored probiotik-censored 0.4 0.2 0.0 0 2.5 5 7.5 10 12.5 waktu terjadinya diare pertama (minggu) Gambar 7. Grafik terjadinya diare pertama kali setelah suplementasi Selanjutnya dilakukan uji cox regression untuk mengetahui seberapa besar peranan faktor perancu terhadap kejadian diare berulang. analisa dilakukan dengan melibatkan faktor umur, status gizi, pendidikan pengasuh, riwayat pemberian ASI, status sosial ekonomi dan status higiene sanitasi didapatkan hasil tidak bermakna (p=0,556). Hal ini berarti bahwa seluruh kovariat tidak bermakna terhadap kejadian diare berulang. Tidak didapatkan keadaan defisiensi seng pada seluruh subyek. Rerata asupan seng selama tiga bulan pengamatan di bawah nilai normal asupan seng yang 57

dianjurkan. Penyakit penyerta tidak dilaporkan pada keseluruhan subyek selama tiga bulan pengamatan. Tabel 6. Razio hazard diare berulang setelah suplementasi sesuai model cox regression berdasarkan kelompok perlakuan Faktor risiko Rasio hazard CI 95% Sosial ekonomi miskin 0,51 0,16-1,56 Pemberian ASI ekslusif 0,69 0,28-1,68 Status Gizi kurang saat awal sakit 3,04 0,66-14,03 Status higiene sanitasi kurang baik 1,32 0,51-3,44 Umur 6-12 bulan 2,35 0,94-5,88 Pengasuh tidak lulus pendidikan dasar 1,62 0,458-5.73 0.5 0.4 Kelompok perlakuan kontrol zinc zinc dan probiotik probiotik 0.3 0.2 0.1 0.0 0 2 4 6 8 10 waktu terjadinya diare pertama (minggu) 12 Gambar 8. Grafik hazard function pada masing-masing kelompok Tampak pada tabel 7, pada bulan pertama, diare paling sering terjadi pada kelompok yang hanya mendapatkan terapi baku (0,58 kali). Bulan kedua, kelompok 58

yang diberikan terapi baku dengan penambahan suplementasi seng, tersering mengalami diare. Namun pada kelompok ini tidak didapatkan diare pada bulan ketiga. Kelompok yang tersering mengalami diare pada bulan ketiga adalah kelompok yang hanya mendapatkan terapi baku. Keempat kelompok tidak berpengaruh secara bermakna terhadap frekuensi diare berulang selama bulan pertama, kedua dan ketiga dengan uji kruskal-wallis. Tabel 7. Frekuensi diare pada bulan pertama, kedua dan ketiga Bulan ke- Pertama kedua Ketiga Rerata SD Rerata SD Rerata SD Terapi baku 0,58 1,170 0,26 0,806 0,21 0,918 Terapi baku+ Seng 0,37 0,895 0,63 1,116 0 Terapi baku + Probiotik 0,32 0,749 0,26 0,806 0,16 0,501 Terapi baku + Seng + probiotik 0,39 0,916 0,11 0,471 0,17 0,707 p* 0,862 0,290 0,581 *uji kruskal-wallis Dapat terlihat pada tabel 8, kelompok yang hanya mendapatkan terapi baku mengalami diare lebih lama dibandingkan kelompok lainnya (rerata 1,58 3,18 hari) pada bulan pertama. Sedangkan di bulan kedua, kelompok terapi baku dengan penambahan suplementasi seng mengalami diare terlama dibandingkan kelompokkelompok yang lain (rerata 1,79 3,19 hari). Pada bulan ketiga terjadi penurunan rerata lama diare pada keempat kelompok bila dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Kelompok yang mendapat terapi baku ditambah suplementasi seng tidak mengalami diare berulang. Tidak didapatkan perbedaan pengaruh keempat kelompok 59

terhadap lama diare pada bulan pertama, kedua maupun ketiga. Rerata lama hari mengalami diare bulan pertama, kedua dan ketiga pada masing-masing kelompok perlakuan. Tabel 8. Lama diare pada bulan pertama, kedua dan ketiga Bulan ke- Pertama Kedua Ketiga Rerata SD Rerata SD Rerata SD Terapi baku 1,58 3,185 0,89 2,726 0,47 2,065 Terapi baku + Seng 0,84 2,544 1,79 3,190 0,0 0,00 Terapi baku + Probiotik 1,05 2,505 0,79 2,371 0,42 1,427 Terapi baku +Seng + probiotik 1,28 3,025 0,33 1,414 0,56 2,357 p* 0,927 0,267 0,582 * uji kruskal-wallis 60