Keterkaitan Barisan Fibonacci dengan Kecantikan Wajah

dokumen-dokumen yang mirip
Solusi Rekursif pada Persoalan Menara Hanoi

Mencari Solusi Persamaan Rekursif Bilangan Catalan dengan Prinsip-prinsip Kombinatorial

Penggunaan Konsep Barisan Fibonacci dalam Desain Interior dan Arsitektur

Pemanfaatan Rekursif dan Fibonacci dalam Desain Logo Perusahaan dan Fashion

Karena relasi rekurens menyatakan definisi barisan secara rekursif, maka kondisi awal merupakan langkah basis pada definisi rekursif tersebut.

Perhitungan Nilai Golden Ratio dengan Beberapa Algoritma Solusi Persamaan Nirlanjar

Aplikasi Aljabar Geometri dalam Menentukan Volume Parallelepiped Beserta Penurunan ke Rumus Umum dengan Memanfaatkan Sifat Aljabar Vektor

Penyelesaian Barisan Rekursif dengan Kompleksitas Logaritmik Menggunakan Pemangkatan Matriks

Pembuktian Sifat Barisan Keterbagian Kuat pada Barisan Fibonacci

Keunggulan Penyelesaian Persamaan Linear dengan Metode Dekomposisi LU dalam Komputerisasi

Representasi Matriks dan Transformasi Lanjar dalam Gerakan Contra Dance

FILSAFAT SAINS Golden Rasio

Aplikasi Teori Graf dalam Permainan Instant Insanity

Aplikasi Aljabar Vektor bagi Pengembang Game (Game Developer)

Aplikasi Pohon dan Graf dalam Kaderisasi

Implementasi Algoritma Runut Balik dalam Pengenalan Citra Wajah pada Basis Data

Representasi Graf dalam Menjelaskan Teori Lokasi Industri Weber

Pemanfaatan Matriks dalam Penyeimbangan Persamaan Reaksi Kimia

Aplikasi Graf dan Pohon Merentang untuk Pemilihan Kegiatan yang akan Dilakukan Seorang Individu

Aplikasi Matematika Diskrit dalam Permainan Nonogram

Pemanfaatan Pohon Biner dalam Pencarian Nama Pengguna pada Situs Jejaring Sosial

Penyelesaian Masalah Josephus Sederhana dalam Bentuk Eksplisit

Aplikasi Aljabar Lanjar pada Teori Graf dalam Menentukan Dominasi Anggota UATM ITB

Russel Paradox dan The Barber Puzzle

Penggunaan Senarai Sirkuler dan Permutasi Inversi untuk Pengurutan pada Josephus Problem

Penerapan Pohon Keputusan pada Penerimaan Karyawan

MATEMATIKA PADA GAPURA BALI

Menentukan Susunan Pengambil Tendangan Penalti dalam Skema Adu Penalti pada Pertandingan Sepak Bola dengan Algoritma Branch and Bound

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

Kata kunci: definisi, relasi rekursi linier berkoefisien konstan, solusi relasi rekurensi, dan solusi homogen & partikelir

Matriks Sebagai Representasi Orientasi Objek 3D

Penerapan strategi runut-balik dalam penyelesaian permainan puzzle geser

Aplikasi Pohon Pencarian Biner Seimbang sebagai Memo Table Dynamic Programming

Art Gallery Problem II. POLIGON DAN VISIBILITAS. A. Poligon I. PENDAHULUAN. B. Visibilitas

Penerapan Relasi Rekursif dan Matriks dalam Partisi Bilangan Bulat

Penerapan Matriks dalam Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA

Strategi Permainan Menggambar Tanpa Mengangkat Pena

Partisi Maksimum pada Poligon

Aplikasi Pola Fraktal pada Desain Kain Gringsing Cemplong Tenganan Bali

BARISAN DAN DERET TAK BERHINGGA

Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati

Penerapan Logika dan Peluang dalam Permainan Minesweeper

II. DASAR TEORI I. PENDAHULUAN

Penerapan Algoritma BFS dan DFS dalam Mencari Solusi Permainan Rolling Block

Menyelesaikan Kakuro Puzzle dengan Kombinatorial

Memanfaatkan Pewarnaan Graf untuk Menentukan Sifat Bipartit Suatu Graf

Implementasi Pohon Keputusan untuk Membangun Jalan Cerita pada Game Engine Unity

TRY OUT MATEMATIKA PAKET 2B TAHUN 2010

Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem

Deteksi Wajah Menggunakan Program Dinamis

Aplikasi Pohon Prefix pada Pencarian Kontak di

Penerapan Aljabar Lanjar pada Grafis Komputer

Penerapan Pewarnaan Graf dalam Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Penerapan Konsep Rekursifitas pada Karya Seni Nesting Dolls

Penggunaan Strategi Algoritma Backtracking pada Pencarian Solusi Puzzle Pentomino

Pembahasan Matematika IPA SIMAK UI 2012 Kode 521. Oleh Tutur Widodo. 1. Misalkan x dan y bilangan bulat yang memenuhi sistem persamaan berikut :

Aplikasi Graf dalam Rute Pengiriman Barang

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987

Kompleksitas Algoritma Euclidean dan Stein(FPB Biner)

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) a b c d e. 4030

Pemanfaatan Algoritma Runut-Balik dalam Menyelesaikan Puzzle NeurOn dalam Permainan Logical Cell

Aplikasi Pohon pada Pohon Binatang (Animal Tree)

Menyelesaikan Permainan Wordament Menggunakan Algoritma Backtracking

Implementasi Struktur Data Rope menggunakan Binary Tree dan Aplikasinya dalam Pengolahan Teks Sangat Panjang

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

Menghitung Ketinggian Rata-Rata Pohon Terurut

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

Penyelesaian Five Coins Puzzle dan Penghitungan Worst-case Time dengan Pembuatan Pohon Keputusan

Aplikasi Interpolasi Polinom dalam Tipografi

Aplikasi Rekursifitas pada Algoritma Viola Jones

Prinsip Pigeonhole dan Aplikasinya

Pendeteksian Deadlock dengan Algoritma Runut-balik

REKURSIF. Dari bahan Dasar Pemrograman oleh: Arkham Zahri Rakhman Rev.: Fazat Nur Azizah

Pengembangan Teori Graf dan Algoritma Prim untuk Penentuan Rute Penerbangan Termurah pada Agen Penyusun Perjalanan Udara Daring

Aplikasi Graf pada Fitur Friend Suggestion di Media Sosial

Implementasi Logika Penurunan Persamaan Aritmatika pada Program Komputer

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar Pada Rangkaian Listrik

Pengaplikasian Logika, Rekursi dan Rekurens, Teori Graf, dan Teori Pohon pada Video Game Professor Layton

Pengaplikasian Graf Planar pada Analisis Mesh

Penerapan Scene Graph dalam Pemodelan Tiga Dimensi

Penerapan Teori Graf dan Kombinatorik pada Teknologi Sandi Masuk Terkini

Implementasi Konsep Rekursifitas Pada Desain Batik Fractal

SRI REDJEKI KALKULUS I

Membentuk Algoritma untuk Pemecahan Sistem Persamaan Lanjar secara Numerik

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar dalam Penyetaraan Reaksi Kimia

A. Vektor dan Skalar I. PENDAHULUAN. B. Proyeksi Vektor II. DASAR TEORI

Penerapan Teori Bilangan Bulat dalam Pemeriksaan Keabsahan Nomor IBAN

Pemanfaatan Algoritma Runut-balik dalam Penentuan Golongan Suara pada Dunia Paduan Suara

Algoritma Brute Force dalam Pattern Matching pada Aplikasi Pendeteksian Potongan Citra

Pohon dan Aplikasinya dalam Bagan Silsilah Keturunan

a b c d e. 4030

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Menyelesaikan Topological Sort Menggunakan Directed Acyclic Graph

Aplikasi Pohon dan Logika pada Variasi Persoalan Koin Palsu

Penerapan Algoritma Brute Force dan Backtracking pada Permainan Skycraper

Pemanfaatan Permodelan Ruang Vektor untuk Pengecekan Kemiripan

Penerapan Graf pada PageRank

Penerapan Matriks dalam Kriptografi

Aplikasi Teori Graf dalam Penggunaan Cairan Pendingin pada Proses Manufaktur

Transkripsi:

Keterkaitan Barisan Fibonacci dengan Kecantikan Wajah Joshua Atmadja, 13514098 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 4013, Indonesia 1 joshuatmadja@gmail.com Abstrak Cantik atau tampannya seseorang umumnya dinilai secara relatif dan subjektif. Ada juga beberapa orang yang dinilai cantik atau tampan secara objektif karena memang sudah terkenal seperti itu, misalnya aktor, aktris, penyanyi, dan tokoh publik lainnya. Banyak kriteria cantik atau tampan berbeda muncul dari masing-masing pribadi berlandaskan paham, kepercayaan, dan lingkungannya. Akan tetapi, seseorang juga dapat dikatakan cantik secara kuantitatif dan geometris dengan bantuan barisan Fibonacci. Bahkan dengan senyuman, seseorang dapat bertambah kecantikannya. Bagaimana caranya? Kata kunci barisan Fibonacci, kecantikan, rasio emas, relasi rekurens I. PENDAHULUAN Cantik atau tampannya seseorang umumnya dinilai secara personal, relatif, dan subyektif. Ada kepercayaan mengenai cantik atau tampannya seseorang muncul dari pembelajaran, budaya, lingkungan, adat istiadat, dan faktor lainnya. Misalnya, ada kepercayaan mengatakan bahwa bila ibu kandung menyatakan anaknya cantik/tampan, maka anak tersebut pasti dinilai cantik/tampan oleh orang lain. Ada juga kepercayaan mengatakan bahwa bila seseorang merasa cantik/tampan, maka dia akan sungguh-sungguh cantik/tampan. Akan tetapi, secara geometris, seseorang dapat dikatakan cantik/tampan bahkan secara objektif meskipun tidak termasuk kriteria pribadi atau kelompok tertentu. Dengan perhitungan tertentu, seseorang yang tidak cantik/tampan dapat berubah menjadi cantik/tampan juga. Perhitungan tersebut dibantu oleh barisan Fibonacci beserta solusi relasi rekurensnya. Relasi rekurens dari barisan Fibonacci ini sudah marak dipakai dalam dunia seni, biologi, terlebih fisiologi dan anatomi yang termasuk juga dalam ranah kecantikan tubuh dan wajah manusia. Bahkan solusi relasi rekurens ini sudah terkenal akan korelasinya di berbagai macam hal terutama yang datang secara alamiah. Makalah ini akan membahas mengenai keterkaitan barisan Fibonacci terutama solusi relasi rekurensnya dengan kecantikan wajah. Untuk selanjutnya, penulis menuliskan cantik yang berarti cantiknya perempuan dan tampannya laki-laki sekaligus. A. Barisan Fibonacci II. LANDASAN TEORI Barisan Fibonacci dibuat oleh seseorang matematikawan asal Italia bernama Fibonacci (1170 150) []. Ia menciptakan sebuah barisan yang dihitung secara rekursif terhadap entri sebelumnya dari barisan tersebut. Berikut ini adalah penggalan barisan tersebut. 0,1,1,,3,5,8,13,1,34,55,... Fibonacci memulai barisannya dengan angka 0 dan 1. Entri berikutnya merupakan jumlah dari dua entri sebelumnya, dan begitu seterusnya. Pada contohnya, entri ketiga, yaitu 1, merupakan hasil dari penjumlahan entri pertama, yaitu 0, dengan entri kedua, yaitu 1. Contoh berikutnya yakni entri ketujuh, yaitu 8, merupakan hasil dari penjumlahan entri kelima, yaitu 3, dengan entri keenam, yaitu 5. Sehingga secara umum, entri barisan Fibonacci dinotasikan dengan relasi rekurens sebagai berikut. 0, n = 1 f n = { 1, n = f n 1 + f n, n > B. Solusi Relasi Rekurens Relasi rekurens dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan iteratif ataupun dengan cara sistematis. Pada makalah ini hanya akan membahas mengenai cara sistematis. Batasan dari penyelesaian relasi rekurens secara sistematis ialah relasi rekurens tersebut harus homogen lanjar. Secara umum, relasi rekurens dikatakan homogen lanjar bila berbentuk a n = c 1 a n 1 + c a n + + c k a n k dengan c 1, c,..., c k adalah bilangan riil dan c k 0 []. Contoh relasi rekurens yang tidak homogen lanjar ialah sebagai berikut. H n = H n + 1, karena tidak homogen. a n = a n 1 + a n, karena tidak linier/lanjar Makalah IF10 Matematika Diskrit Sem. I Tahun 015/016 1

L n = nl n 1, karena koefisiennya tidak konstan (berubah sesuai dengan urutan entri n). Penyelesaian secara sistematis terhadap relasi rekurens homogen lanjar adalah dengan mencari bentuk a n = r n sehingga secara umumnya bentuk a n = c 1 a n 1 + c a n + + c k a n k diubah menjadi persamaan karakteristik r n = c 1 r n 1 + c r n + + c k r n k Bila persamaan di atas dibagi oleh r n-k, maka menjadi r k c 1 r k 1 c r k c k = 0 dan memiliki k akar persamaan karakteristik. C. Rasio Emas Rasio emas (golden ratio) adalah sebuah bilangan yang didapatkan dalam menghitung perbandingan jarak-jarak tertentu dalam bentuk geometri sederhana seperti segi-lima beraturan (pentagon), segi-sepuluh beraturan (decagon), pentagram, dan dodecahedron (prisma 1 sisi beraturan). Rasio emas pertama kali dipakai oleh Martin Ohm (1835) [3]. Rasio emas dinotasikan dengan simbol φ phi. Dengan perhitungan rumus mencari akar persamaan kuadrat dari persamaan di atas dan mengambil nilai positif dari akar persamaan tersebut (karena pada gambar.1., φ > 1), didapatkan φ = 1 + 5 = 1,6180339887498948 yang merupakan bilangan riil dan irasional [3]. III. SOLUSI BARISAN FIBONACCI Seperti pada bab sebelumnya, barisan Fibonacci dinotasikan dengan relasi rekurens sebagai berikut. 0, n = 1 f n = { 1, n = f n 1 + f n, n >. Basis barisan Fibonacci ialah f 1 = 0 dan f = 1, sedangkan rekurensnya ialah f n = f n 1 + f n untuk n >, sehingga didapatkan bahwa relasi rekurens tersebut dapat dicari persamaan karakteristiknya menjadi dan dapat diubah menjadi r n = r n 1 + r n, r r 1 = 0 Pada bab sebelumnya juga sudah diulas mengenai persamaan φ φ 1 = 0 yang menghasilkan akar persamaan φ = ± 1 (1 + 5) sehingga r = ± 1 (1 + 5) Gambar.1. Ilustrasi kesebangunan persegi panjang emas Sumber: mathworld.wolfram.com/goldenratio.html (akses 6 Desember 015) Pada gambar.1., diberikan sebuah persegi panjang dengan rasio panjang 1:x. φ merupakan angka unik yang menyulih x. Ketika persegi panjang tersebut dibagi dua dengan salah satu bagiannya memiliki rasio panjang 1:1 berbentuk bujur sangkar bagian lainnya membentuk sebuah persegi panjang juga yang memiliki rasio panjang 1:x. Persegi panjang tersebut disebut golden rectangle (persegi panjang emas) [3]. Bentuk kesebangunan persegi panjang tersebut dituliskan menjadi menjadikan φ 1 = 1 φ 1 φ φ 1 = 0 yang menunjukkan bahwa akar positif persamaan solusi relasi rekurens dari barisan Fibonacci adalah rasio emas. Hal tersebut juga dapat dibuktikan dengan pendekatan secara iteratif untuk n > 1. Bila kita misalkan x n adalah perbandingan bilangan Fibonacci ke-n+1 dengan bilangan Fibonacci ke-n, dituliskan x n = f n+1 f n maka untuk n > 1, x n bernilai 1,, 3/, 5/3, 8/5, 13/8, 1/13, 34/1, 55/34, dst. Untuk n yang bernilai tak hingga, barisan tersebut akan memusat ke sebuah bilangan (konvergen) sehingga lim x f n+1 n = lim = φ n n f n Keterkaitan rasio emas dengan barisan Fibonacci tidak berhenti di sini. Rasio emas juga didapatkan dengan persamaan Makalah IF10 Matematika Diskrit Sem. I Tahun 015/016

φ = 1 + ( 1)n+1 F n F n+1 n= dengan F n adalah bilangan Fibonnaci ke-n [3]. IV. KORELASI RASIO EMAS DENGAN WAJAH MANUSIA Rasio emas banyak sekali dijumpai dalam beberapa disiplin ilmu seperti arsitektur, desain, biologi, seni, dan masih banyak lagi. Pada makalah ini akan dibahas hanya mengenai korelasi rasio emas dengan wajah. Pada umumnya, korelasi rasio emas dengan wajah manusia diterapkan menggunakan spiral emas (atau spiral logaritmik), yakni spiral yang dibentuk dari susunan persegi-persegi dengan ukuran sisinya sesuai dengan barisan Fibonacci. garis dagu, garis hidung, dan lainnya. Selain itu, rasio emas juga pada pada tampak muka wajah manusia. Terdapat lebih dari 0 perbandingan yang ada pada wajah manusia, misalnya sebagai berikut [1]. 1. Jarak mata menuju tulang lunak hidung atas dengan jarak mata menuju bagian bawah hidung.. Jarak mata menuju lubang hidung bagian atas dengan jarak mata menuju bibir tengah. 3. Jarak mata menuju bagian dasar hidung dengan jarak mata menuju bagian bawah bibir. 4. Jarak mata menuju bibir tengah dengan jarak mata menuju bagian bawah dagu. 5. Jarak tulang lunak hidung bagian atas menuju bagian bawah bibir dengan jarak tulang lunak hidung bagian atas menuju bagian bawah dagu. 6. Jarak lekukan alis mata menuju bagian atas bibir dengan jarak lekukan alis mata menuju bagian bawah dagu. 7. Jarak sisi wajah (di pelipis) menuju jarak bola mata dengan jarak sisi wajah menuju tengah wajah. 8. Panjang wajah dengan lebar wajah. V. SEGITIGA EMAS DAN KECANTIKAN WAJAH Gambar 4.1. Spiral emas (atau spiral logaritmik) Sumber: mathworld.wolfram.com/goldenspiral.html (akses 8 Desember 015) Gambar 5.1. Segitiga emas Sumber: mathworld.wolfram.com/goldentriangle.html (akses 7 Desember 015) Segitiga emas didefinisikan sebagai sebuah segitiga sama kaki dimana Gambar 4.. Analisis wajah dengan spiral emas Sumber: pinterest.com (akses 8 Desember 015) Pada gambar 4.., spiral emas tersebut terbentuk dari sebuah persegi dengan ukuran yang membesar sesuai dengan barisan Fibonacci (yang perbandingan susunannya ialah mendekati rasio emas). Terlihat bahwa spiral emas yang terbentuk hampir membentuk garis-garis pada wajah manusia seperti garis daun telinga, garis pipi, garis kepala, a 1 + 5 = φ = b Bentuk segitiga ini ditemukan juga dalam pentagram (bentuk geometris dari bintang 5 sudut beraturan) sehingga nilai θ didapat dengan persamaan θ = cos 1 ( φ ) = π 5 = 36 Makalah IF10 Matematika Diskrit Sem. I Tahun 015/016 3

sehingga sudut α sama besar yang diapit oleh sisi a dan sisi b ialah sebesar α = 180 36 = 144 = 7 [4] Gambar 5.. Potongan segitiga emas pada pentagram Sumber: mathworld.wolfram.com/goldentriangle.html (akses: 7 Desember 015) Pada penerapannya dalam analisis kecantikan wajah manusia secara geometris, segitiga emas ini mempengaruhi ekspresi wajah kita. Gambar 5.4. Kesebangunan segitiga emas Sumber: goldenratiomyth.weebly.com (akses 8 Desember 015) Mengapa persyaratannya demikian? Lihat gambar 5.4. Segitiga emas juga memiliki sifat kesebangunan yang sama seperti persegi panjang emas. Segitiga ABC dan segitiga ACD adalah segitiga yang sebangun. Pada penerepannya terhadap wajah manusia, jarak AD pada segitiga di atas juga merupakan jarak antara titik luar salah satu mata manusia dengan titik bibir luar pada sisi lainnya. Misalnya, jika titik A adalah titik luar mata kiri, maka titik D adalah titik luar bibir kanan, dan sebaliknya. Dengan kata lain, segitiga emas tidak hanya berlaku antara jarak terluar mata dengan jarak terluar bibir, melainkan juga segitiga yang dibentuk pada titik terluar kedua mata dan salah satu titik terluar bibir. Gambar 5.5. mengilustrasikan pedoman segitiga emas yang lainnya. Gambar 5.3. Ilustrasi pedoman segitiga emas Sumber: flickr.com (akses 7 Desember 015) Wajah manusia dikatakan cantik bila memenuhi syarat segitiga emas tersebut antara lain. 1. Panjang alas segitiga tersebut menjadi jarak antara titik terluar dari kedua mata manusia.. Titik terluar dari bibir bagian kiri dan bagian kanan menyentuh kedua sisi tegak dari segitiga emas. Gambar 5.5. Ilustrasi pedoman segitiga emas yang lain Sumber: flickr.com (akses 7 Desember 015) Dari persyaratan tersebut didapatkan bahwa faktor wajah yang cantik adalah jarak kedua mata dan jarak perentangan bibir, yakni bila manusia tersenyum, bukan memperlebar jarak kedua matanya. Namun demikian, wajah manusia dikatakan belum cantik ketika jarak terluar bibir tidak menyentuh sisi segitiga tersebut. Dengan kata Makalah IF10 Matematika Diskrit Sem. I Tahun 015/016 4

lain, sudut α wajah manusia kurang dari 7 derajat. Gambar 5.6. Bibir bagian kanan wanita ini tidak menyentuh sisi segitiga emas Sumber: creativemediayr9.blogspot.com (akses 7 Desember 015) Gambar 5.8. Senyuman wanita ini memungkinkan wajahnya cantik secara geometris Sumber: behindthechair.com (akses 7 Desember 015) Gambar 5.9. Senyuman pria ini juga memungkinkan wajahnya tampan (cantik) secara geometris Sumber: theartmad.com (akses 7 Desember 015) Gambar 5.7. Kedua titik terluar pada bibir pria ini tidak menyentuh sisi tegak segitiga emas Sumber: austinokocha.wordpress.com (akses 7 Desember 015) Dengan demikian, tidak perlu usaha yang mengeluarkan biaya besar dan tenaga ekstra untuk mempercantik wajah manusia. Sederhananya, karena jarak kedua mata tidak bisa berubah, jarak antara titik terluar bibir lah yang harus diubah yakni dengan tersenyum. Perhatikan gambar 5.3. yang menampilkan senyuman wanita tua dapat mempercantik wajahnya. Gambar-gambar di bawah ini juga mengilustrasikan bahwa senyuman dapat mempercantik wajah manusia secara geometris. Gambar 5.10. Senyuman wanita ini juga mempercantik dirinya secara geometris Sumber: theartmad.com (akses 7 Desember 015) VI. SIMPULAN Semua manusia dilahirkan cantik dan tampan. Cantik dan tampan memang bukanlah penilaian yang mutlak. Dengan bantuan barisan Fibonacci, kita dapatkan akar solusi relasi rekurensnya, yaitu rasio emas, yang Makalah IF10 Matematika Diskrit Sem. I Tahun 015/016 5

menjadikan pedoman dasar kecantikan wajah manusia secara geometris. Wajah manusia dapat berubah menjadi cantik seketika secara geometris bila ia tersenyum. VII. UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama, penulis berterimakasih dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yang selalu membantu secara moral, material, dan doa. Penulis turut mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rinaldi Munir, selaku dosen dari mata kuliah Matematika Diskrit terutama dalam mengajarkan pokok bahasan Rekursifitas dan Relasi Rekurens. Tak lupa juga, penulis mengucapkan terima kasih kepada Brilly (MA 11) yang telah memberikan inspirasi untuk penulisan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Meisner, G. (014, Januari 1). Facial Analysis and The Beauty Mask. Dipetik Desember 7, 015, dari The Golden Number: www.goldennumber.net/beauty [] Rosen, K. H. (01). Discrete Mathematics and Its Applications 7th edition. New York: McGraw-Hill. [3] Weisstein, E. W. (t.thn.). Golden Ratio. Dipetik Desember 6, 015, dari Wolfram MathWorld: http://mathworld.wolfram.com/goldenratio.html [4] Weisstein, E. W. (t.thn.). Golden Triangle. Dipetik Desember 7, 015, dari Wolfram MathWorld: mathworld.wolfram.com/goldentriangle.html PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa makalah yang saya tulis ini adalah tulisan saya sendiri, bukan saduran, atau terjemahan dari makalah orang lain, dan bukan plagiasi. Bandung, 8 Desember 015 Joshua Atmadja, 13514098 Makalah IF10 Matematika Diskrit Sem. I Tahun 015/016 6