ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASIDOSIS RESPIRATORI

dokumen-dokumen yang mirip
ASIDOSIS RESPIRATORIK

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

2. PERFUSI PARU - PARU

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

Kesetimbangan asam basa tubuh

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Oksigenasi dan Proses Keperawatan. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns Departemen Dasar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara 2009

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

KESEIMBANGAN ASAM- BASA. dr.sudarno

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

MACAM-MACAM SUARA NAFAS

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

DAFTAR TABEL JUDUL. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan usia. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan jenis kelamin

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.

BAB II BAWANG PUTIH DAN PENYAKIT JANTUNG

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

PENGKAJIAN PRIMER DAN SEKUNDER

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

Reaksi keseluruhannya :

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

ASKEP KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULAR. Yoani Aty

WRAP UP SKENARIO 3 DIARE

KESEIMBANGAN ASAM BASA

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

PEMERIKSAAN ASTRUP/ANALISA GAS DARAH * * * * * * * * * * EFY AFIFAH, M.Kes DKKD FIK UI

BAB I PENDAHULUAN. Intensif Care Unit berkembang cepat sejak intensif care unit (Intensive Terapy

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Perawatan Ventilator

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

ASUHAN KEPERAWATAN HPP

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASIDOSIS RESPIRATORI A. PENGAKAJIAN. 1. Teliti Riwayat Klinis Dari Perjalanan Penyakit Yang Dapat Mengakibatkan Asidosis Respiratorik. 2. Teliti Tanda Dan Gejala Klinis Yang Mengarah Pada Asidosis Respiratorik Antara Lain : a. Aktivitas/Istirahat. Gejala : Kelelahan. Tanda : Kelemahan umum, ataksia, kehilangan koordinasi (kronis) b. Sirkulasi. Tanda : Hipotensi. Nadi kuat, warna kemerah mudaan, kulit hangat berkenaan dengan hipoventolasi menunjukan vasodilatasi (asidosis berat). Takikardia, disritmia. Diaforesis, pucat, dan sianosis (tahap lanjut dari hipoksia). c. Ketidakseimbangan Asam Basa. Peningkatan PaCO2. PO2 normal atau menurun. Peningkatan kalsium serum. Penurunan natrium klorida. d. Makanan/Cairan. Gejala : Mual/muntah. e. Neurosensori. Gejala : Perasaan penuh pada kepala (akut, bekenaan dengan vasodilatasi). 7

Sakit kepala dangkal, pusing, gangguan pengelihatan. Tanda : Kacau mental, ketakutan, agitasi, gelisah, sombolen, kome (akut). Tremor, penurunan reflek. f. Pernafasan. Gejala : Dispnea dengan pengerahan tenaga. Tanda : Peningkatan upaya pernafasan dengan parnafasan cuping hidung/menguap. Penurunan frekuensi pernafasan. Krekels, mengi, stridor. 3. Periksa Hasil Pemeriksaan Laboratorium Untuk Elektrolit Dan Data Lainnya Yang Mengarah Kepada Proses Penyakit Yang Berkaitan Dengan Asidosis Respiratorik. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN. 1. Perubahan pada nafas sehubungan dengan tidak efektifnya jalan nafas. 2. Gangguan pemenuhan oksigenasi sehubungan dengan gangguan perfusi jaringan. 3. Potensial terjadinya peningkatan intracranial sehubungan dengan vasodelatasi pembuluh darah otak. 4. Jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan obstruksi saluran nafas. 5. Perubahan pada eliminasi sehubungan dengan kompensasi ginjal terhadap paco2. 6. Mekanisme coping tidak efektif sehubungan dengan somnolen. 8

C. INTERVENSI. Tindakan Atau Intervensi. Mandiri. a. Pantau frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan. Perhatikan hasil nadi oksimetri. b. Auskultasi bunyi nafas. c. Kaji terhadap penurunan tingkat kesadaran. d. Pantau frekuensi atau irama jantung. e. Perhatikan warna, suhu dan kelembaban kulit. f. Dorong atau bantu dengan membalikan, bentuk dan nafas dalam. Tempatkan pada posisi semi fowler. Penghisapan perlu. Berikan tambahan jalan nafas sesuai indikasi. Rasional. Mandiri. a. Hipoventilasi dan hipoksemia penyerta menimbulkan distres/gagal pernafasan. Penggunaan nadi oksimetri dapat mengidentifikasi kelanjutan hipoksia/ respon terhadap terapi sebelum tanda lain atau gejala diobservasi. b. Mengidentifikasi penurunan ventilasi / obstruksi jalan nafas dan kebutuhan / keefektifan terapi. c. Tanda status asidotik berat, yang memerlukan perhatian segera. Sensorium jernih dengan perlahan karena ini memerlukan waktu lama untuk ion hydrogen bersih dari CSS. d. Takikardia terjadi pada upaya untuk meningkatkan pemberian O2 ke jaringan. Disritmia dapat terjadi karena hipoksia (iskemia miokardial) dan ketidakseimbangan elektrolit. e. Diaforesis, pucat, kulit, dingin/lembab berkenaan dengan hipoksemia. f. Tindakan ini memperbaiki ventilasi dan mencegah obstruksi jalan nafas atau penurunan difusi/perfusi alveolar. Kolaborasi. a. Bantu identifikasi / pengobatan penyebab dasar. b. Pantau/grafik seri GDA, kadar elektrolit serum. c. Berikan O2 sesuai indikasi dengan masker, kanula antau ventilasi mekanik. Tingkatkan frekuensi atau volume tidal ventilator. Berikan obat obatan sesuai indikasi. Nalokson hidrosikda (Narean). Natrium bikarbonat. Kolaborasi. a. Rujuk pada daftar factor predisposisi/ pemberat. b. Mengevaluasi kebutuhan/keefektifan terapi. c. Mencegah memperbaiki hipoksemia dan gagal pernafasan. Catatan: harus digunakan dengan kewaspadaan pada adanya emfisema / PPOM karena depresi/gagal pernafasan dapat terjadi. Bermanfaat dalam membangunkan pasien dan merangsang fungsi pernafasan pada adanya obat sedasi. Diberikan pada situasi darurat 9

Larutan IV dari laktat ringer atau larutan 0,6 M Na Laktat. Kalium klorida. d. Batasi penggunaan sedative hipnotik atau tranquilizer. e. Perhatikan hidrasi (IV/PO) berikan pelembaban. f. Berikan fisioterapi dada, termasuk drainase postural. g. Bantu dalam alat Bantu ventilator mis: IPPB dalam hubungannya dengan bronkodilator. untuk memperbaiki asidosis bila PH kurang dari 7,25 dan hiperkalimea penyerta. Catatan: alkalosis rebound atau tetani dapat terjadi. Mungkin bermanfaat dalam situasi tidak darurat untuk membantu mengontrol asidosis, sampai masalah pernafasan dasar dapat diperbaiki. Asidosis perpindahan kalium keluar dari sel dan hydrogen kedalam sel. Perbaikan asidosis kemudian dapat menyebabkan hipokalemia serum saat kalium masuk kembali ke sel. Keseimbangan pun dapat merusak fungsi neuromuscular/ pernafasan. d. Pada adanya hipoventilasi, depresi pernafasan dapat terjadi dengan penggunaan sedative, dan dapat terjadi narcosis CO2. e. Membantu dalam pengenceran/ mobilisasi sekresi. f. Membantu dalam pembersihan sekresi yang dapat memperbaiki ventilasi, memungkinkan kelebihan CO2 untuk dikeluarkan. g. Meningkatkan ekspansi paru dan membuka jalan nafas untuk memperbaiki ventilasi yang mencegah gagal nafas. 10

D. EVALUASI. 1. Evaluasi gas darah arteri menunjukan PH kurang dari 7,35 dan paco2 lebih besar dari 42 mnhg pada asidosis akut. 2. Kompensasi telah terjadi secara sempurna (retensi bikarbonat pada ginjal), PH arteri mungkin dalam btasan normal lebih rendah. 3. Bergantung pada etiologi dari asidosis respiratorik, tindakan diagnosis lain dapat mencakup evaluasi elektrolit serum, ronten dada untuk menentukan segala penyakit pernafasan, dan skrin obat jika terjadi takar lajak obat. 4. Pemeriksaan EKG untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK mungkin juga tampak. 5. Analisis gas-gas darah arteri membantu dalam mendiagnosis alkalosis respiratorik. 6. Pada keadaan akut PH naik diatas normal sebagai akibat rendahnya paco2 dan kadar bikarbonat. 11

DAFTAR PUSTAKA Brunner, Dan Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. Capernito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Jakarta. EGC. Corwin, Elizabeth, J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC. Dongoes, Marilyn, E, Dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3B. Jakarta. EGC. Long, Barbarac. 1996. Perawatan Medical Bedah. Bandung. Yayasan IAPK Pajajaran Bandung. Muirhead, Norman. 1986. Keseimbangan Cairan Dan Elekttrolit. Jakarta. Binarupa Aksara. Price, Sylvia, A, Dkk. 1994. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta. EGC. 12