konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, serta sayuran dan buah, sehingga tercapai peningkatan skor PPH sebesar 2 persen per tahun; (3) Meningkatnya peman

dokumen-dokumen yang mirip
Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pencapaian indikator kinerja antara lain:

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

DAFTAR ISI Halaman BAB IV. PENUTUP... 24

DAFTAR ISI Halaman BAB IV. PENUTUP...28

PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

KEGIATAN PRIORITAS PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun A. Latar Belakang

5 / 7

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI MALUKU TENGGARA

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP)

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

Transkripsi:

RINGKASAN EKSEKUTIF Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 dan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan, maka Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan pola konsumsi, penganekaragaman pangan serta pengawasan keamanan pangan segar. Adapun fungsi Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan adalah: (a) pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan, dan evaluasi konsumsi pangan; (b) pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan, dan evaluasi penganekaragaman pangan; dan (c) pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan, dan evaluasi keamanan pangan segar. Mengacu visi, arah dan kebijakan pembangunan pertanian, maka disusun Visi Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan yaitu: Menjadi Institusi yang Handal, Aspiratif dan Inovatif dalam Mewujudkan Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman. Untuk mencapai visi tersebut, Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan menetapkan misi sebagai berikut: (1) Mendorong terwujudnya konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman berbasis sumberdaya, kearifan dan budaya khas daerah; (2) Mengupayakan penganekaragaman konsumsi pangan; (3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparat dalam perencanaan, pembinaan dan penanganan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan; serta (4) Mendorong terwujudnya keamanan pangan segar di peredaran. Dengan memperhatikan visi dan misi tersebut di atas, maka tujuan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan adalah sebagai berikut : (1) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap masyarakat agar dengan sukarela dan dengan kemampuannya sendiri melaksanakan penganekaragaman konsumsi pangan menuju pangan beragam, bergizi seimbang dan aman untuk meningkatkan ketahanan pangan; (2) Meningkatkan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan ke arah pangan yang lebih beragam, bergizi seimbang serta mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi pangan sumber karbohidrat khususnya beras dan pangan impor yang diimbangi dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, serta buah dan sayur dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya, kearifan dan budaya khas daerah; (3) Meningkatkan pemanfaatan pangan khas daerah dan produk olahannya sebagai sumber karbohidrat selain beras dan selain terigu; dan (4) Mengembangkan penanganan keamanan pangan yang meliputi (a) pemberdayaan konsumen, (b) pengembangan keamanan pangan industri kecil, menengah dan rumah tangga, serta (c) pengawasan keamanan pangan segar yang beredar. Sasaran yang hendak dicapai dalam penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan segar adalah : (1) Tercapainya peningkatan konsumsi pangan per kapita untuk memenuhi kecukupan energi minimal 2000 kkal/kapita/hari dan kecukupan protein sebesar 52 gram/kapita/hari dengan meningkatkan protein yang bersumber dari pangan hewani; (2) Menurunnya konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun diimbangi dengan peningkatan i

konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, serta sayuran dan buah, sehingga tercapai peningkatan skor PPH sebesar 2 persen per tahun; (3) Meningkatnya pemanfaatan pangan khas daerah dan produk olahannya sebagai sumber karbohidrat selain beras dan selain terigu; dan (4) Meningkatnya keamanan pangan segar di pasar (end product) dan kepedulian konsumen. Keberhasilan pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar dapat dilihat dari indikator sasaran yang telah ditetapkan. Sesuai Pengukuran Kinerja, berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun 2012 indikator kinerja dan nilai yang dicapai adalah sebagai berikut: (1) Jumlah desa yang diberdayakan dalam P2KP, terealisasi 100 %; (2) Laporan hasil promosi dalam kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (Laporan), terealisasi 100 %; (3) Laporan hasil koordinasi keamanan pangan segar (laporan), terealisasi 100 %; (4) Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan serta pengawasan keamanan pangan segar (Laporan), terealisasi 87,31 %; (5) Laporan hasil analisis pola konsumsi pangan penduduk (Laporan), terealisasi 32,35 %; (6) Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan kebijakan P2KP, terealisasi 100 %; (7) Jumlah hasil kerjasama dengan perguruan tinggi, terealisasi 100 %; dan (8) Jumlah hasil pengembangan olahan pangan lokal, terealisasi 100 %. Berdasarkan penyerapan anggaran, APBN tahun 2012 untuk Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan (anggaran pusat dan daerah) yang dialokasikan pada kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar adalah sebesar Rp. 195.639.100.000 (sebelum penghematan Rp. 197.443.350.000,-) terealisasi sebesar Rp. 184.820.125.556,- atau 94,47 %. Untuk anggaran di pusat adalah sebesar Rp. 9.120.600.000,- terealisasi sebesar Rp. 6.551.325.270,- atau 71,83 %. Dengan pencapaian kinerja dan penyerapan anggaran tersebut, maka Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan akan melakukan upaya upaya perbaikan secara berkesinambungan guna meningkatkan kinerja pada masa mendatang. Banyak kendala yang dihadapi dalam memenuhi sasaran dalam indikator kinerja yang telah ditetapkan dan merealisasikan seluruh kegiatan, seperti dalam optimalisasi perencanaan dan waktu pelaksanaan, adanya perubahan, pemotongan anggaran, efisiensi kegiatan dan lain-lain. Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pencapaian indikator kinerja antara lain: (1) pengoptimalan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan dan percepatan realisasi kegiatan; (2) mengoreksi tahapan kegiatan yang menjadi bottleneck (3) meminimalkan wasting time; dan (4) menyesuaikan rencana kegiatan dengan kondisi di lapangan. Untuk mencapai sasaran dan kinerja kegiatan yang lebih optimal di tahun-tahun mendatang, diperlukan dukungan dan peran serta aktif seluruh unit di Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, unit organisasi terkait lainnya dan partisipasi seluruh pemangku kepentingan serta masyarakat. Dukungan tersebut merupakan ii

pendorong utama dalam pencapaian kinerja dan sebagai perwujudan pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun mendatang antara lain: (1) evaluasi pencapaian kinerja tahun sebelumnya; (2) kendala-kendala yang terjadi di tahun sebelumnya dijadikan masukan untuk mematangkan perencanaan ke depan; (3) meminimalkan kegiatan-kegiatan yang sulit untuk direalisasikan; (4) Evaluasi Renstra; dan lain-lain. Pelaksanaan dari kegiatan Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan mengacu kepada landasan hukum yaitu : (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan Pasal 9; (3) Perpres Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal; (4) Permentan Nomor 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Untuk melihat hasil pencapaian kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan periode Januari sampai dengan Desember 2012 disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan tahun 2012. Penyusunan LAKIP ini tetap memperhatikan adanya dinamika kegiatan, perubahan fokus orientasi kegiatan, dan skala prioritas penanganan. iii

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN EKSEKUTIF... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR LAMPIRAN... v KATA PENGANTAR... vi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi... 1 B. Struktur Organisasi... 2 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 3 A. Rencana Strategik... 3 1. Ruh, Visi, dan Misi... 3 2. Tujuan dan Sasaran Strategis... 3 3. Cara Mencapai Tujuan... 4 B. Perjanjian Kinerja... 6 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA... 7 A. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja 2012... 7 B. Pengukuran Kinerja Kegiatan... 16 1. Penganekaragaman Pangan... 16 a. Pemberdayaan Kelompok Wanita melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan... 16 b. Sosialisasi dan Promosi di Daerah... 17 c. Kerja sama dengan Perguruan Tinggi... 19 d. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal... 19 e. Sosialisasi P2KP dan Kegiatan Pengembangan Pangan Lokal... 20 f. Promosi Penganekaragaman Pangan... 20 2. Pengembangan Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman...... 21 a. Analisis Situasi dan Kebutuhan Konsumsi Pangan Penduduk... 21 b. Sosialisasi Pengembangan Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman... 22 c. Apresiasi Pengembangan Pola Konsumsi Pangan... 24 d. Workshop Penge,olaan Data dan Rancangan Kebutuhan Konsumsi Pangan Penduduk... 25 e. Kajian Pola Konsumsi Pangan... 26 f. Festival Cipta Menu Beragam, Bergizi Seimbang dari Pangan Nusantara... 27 g. Workshop Ketahanan Pangan... 28 3. Pengawasan Keamanan Pangan Segar... 29 a. Penanganan Keamanan Pangan Segar Kabupaten/ Kota... 29 b. Penanganan Keamanan Pangan Segar Provinsi... 30 c. Koordinasi Keamanan Pangan Segar... 31 d. Sosialisasi/Apresiasi Keamanan Pangan Segar... 32 e. Analisis Situasi Keamanan Pangan Segar di Indonesia... 32 f. Pertemuan Nasional Penanganan Keamanan Pangan Segar... 33 g. Apresiasi Petugas Pengambil Contoh... 33 i. Pemantauan dan Pengawasan Keamanan Pangan Segar... 34 C. Kinerja Lainnya... 35 D. Aspek Keuangan... 37 BAB IV. PENUTUP... 38 iv

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1. Rencana Strategik 2. Lampiran 2. Penetapan Kinerja 3. Lampiran 3. Rencana Kinerja Tahunan 4. Lampiran 4. Pengukuran Kinerja 5. Lampiran 5. Pengukuran Kinerja Kegiatan v

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan tahun 2012 dapat diselesaikan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Strategis dan Rencana Tahunan. Dengan berakhirnya pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2012 berarti telah terselesaikan implementasi salah satu bagian dari rencana strategis (Renstra) 2010 2014 yang diwujudkan dalam Rencana Kinerja Tahun 2012. Laporan kinerja ini disusun guna menindaklanjuti Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, serta Undang-undang nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, keseluruhan perangkat hukum yang ada menegaskan terhadap segenap elemen dari bangsa untuk sungguh-sungguh menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance and clean goverment. Implementasi dari Undang-undang tersebut telah diterbitkan Instruksi Presiden nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), sebagai salah satu bentuk upaya perbaikan dalam manajemen pemerintah. LAKIP Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan tahun 2012 merupakan salah satu pertanggungjawaban pelaksanaan program pemantapan ketahanan pangan, sekaligus sebagai bahan informasi, evaluasi dan pembinaan. Dengan adanya laporan ini, diharapkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan pada masa yang akan datang bisa berjalan lebih baik. Cara pengukuran penilaian dan evaluasi kinerja yang dilakukan dalam penyusunan laporan lebih bersifat self assessment, dan disadari masih belum sempurna, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dapat diperbaiki sesuai kondisi pelaksanaan kegiatan. Akhir kata, kiranya LAKIP ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan Jakarta, Februari 2013 Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Ir. Sri Sulihanti, M.Sc vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan Pangan menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan dipahami sebagai: kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Undang-Undang tersebut juga mengamanatkan bahwa mewujudkan Ketahanan Pangan tersebut adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Ketahanan Pangan dihasilkan oleh suatu sistem Ketahanan Pangan yang terdiri dari 3 subsistem, yaitu : (a) Sub sistem ketersediaan pangan melalui upaya peningkatan produksi, ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan, (b) Sub sistem distribusi pangan melalui pemantapan distribusi dan cadangan pangan, serta (c) Sub sistem konsumsi pangan melalui peningkatan kualitas konsumsi dan keamanan pangan. Khusus terhadap upaya pencapaian konsumsi pangan individu tersebut ditempuh melalui upaya peningkatan kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan yang cukup melalui kegiatan ekonomi produktifnya, baik dari usaha agribisnis pangan atau dari usaha lainnya yang menghasilkan pendapatan untuk membeli pangan, serta peningkatan pengetahuan dan kesadaran dalam mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman. Untuk memantapkan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan dilaksanakan dengan kegiatan pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan keamanan pangan segar dengan indikator kinerja yang ditetapkan. Guna mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan tersebut selama tahun 2012, disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun 2012. 1. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) didasarkan pada : a) Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999, tanggal 15 Juni 1999 dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi, serta kewenangan pengelolaan sumberdaya dan kebijaksanaan yang dipercayakan berdasarkan perencanaan stratejik yang telah dirumuskan; b) Peraturan Pemerintah No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; c) Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian 1

2. Maksud dan Tujuan Laporan Akuntabilitas Pemerintah (LAKIP) tahun 2012 disusun sebagai pertanggungjawaban Kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan kepada Kepala Badan Ketahanan Pangan. Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi kewajiban Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2012. 3. Sistematika Penyusunan LAKIP 2012 Sistematika penyusunan LAKIP berdasarkan format yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) No. 29 tahun 2010 yaitu tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja (PK) dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Kementerian Pertanian dalam kaitannya dengan peran strategi Ketahanan Pangan, melalui Peraturan Presiden No.24 tahun 2010, tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara dalam pasal 272, Badan Ketahanan Pangan (BKP) merupakan suatu unit kerja Eselon I dalam struktur Kementerian Pertanian. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, terdapat Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan (PPKKP) merupakan unit Eselon II dengan tugas pokok dan fungsi tercantum dalam pasal 1200 dan 1201 sebagai berikut: Tugas Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan adalah melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan pola konsumsi, penganekaragaman pangan serta pengawasan keamanan pangan segar, sedangkan fungsi Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan adalah: (a) pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan, dan evaluasi konsumsi pangan; (b) pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan, dan evaluasi penganekaragaman pangan; dan (c) pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan, dan evaluasi keamanan pangan segar. yaitu: Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan terdiri dari 3 bidang, 1. Bidang Konsumsi Pangan; 2. Bidang Penganekaragaman Pangan; dan 3. Bidang Keamanan Pangan Segar. 2

Bidang Konsumsi Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan, dan evaluasi konsumsi pangan. Bidang Konsumsi Pangan terdiri dari 2 Sub Bidang, yaitu : Sub Bidang Pola Konsumsi Pangan dan Sub Bidang Kebutuhan Konsumsi Pangan. Bidang Penganekaragaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan, dan evaluasi penganekaragaman pangan. Bidang Penganekaragaman pangan terdiri dari 2 Sub Bidang, yaitu : Sub Bidang Pengembangan Pangan Lokal dan Sub Bidang Promosi Penganekaragaman Pangan. Bidang Keamanan Pangan Segar mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi, dan pengawasan keamanan pangan segar. Bidang Keamanan Pangan Segar terdiri dari 2 Sub Bidang, yaitu : Sub Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Segar dan Sub Bidang Kelembagaan Keamanan Pangan Segar. 3

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan Kinerja 1. Ruh, Visi dan Misi a. Ruh Sesuai dengan ruh pembangunan pertanian nasional maka ruh pengembangan pembangunan konsumsi dan keamanan pangan adalah Bersih dan Peduli. Bersih berarti bebas dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), amanah, transparan, dan akuntabel. Peduli berarti memberikan fasilitasi pelayanan, perlindungan, pembelaan, pemberdayaan, dan keberpihakan terhadap kepentingan umum (masyarakat pertanian) di atas kepentingan pribadi dan golongan (demokratis) dan aspiratif. b. Visi Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan pangan mempunyai visi Menjadi Institusi yang Handal, Inovatif dan Aspiratif dalam Mewujudkan Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman. c. Misi Untuk mencapai visi Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan tersebut, maka ditetapkan serangkaian misi sebagai berikut : 1). Mendorong terwujudnya konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman berbasis sumberdaya, kearifan dan budaya khas daerah. 2). Mengupayakan penganekaragaman konsumsi pangan 3). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparat dalam perencanaan, pembinaan dan penanganan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan. 4). Mendorong terwujudnya keamanan pangan segar di peredaran. 2. Tujuan dan Sasaran Strategis a. Tujuan Dengan memperhatikan ruh, visi dan misi Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, maka ditetapkan tujuan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan sebagai berikut : 1). Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap masyarakat agar dengan sukarela dan dengan kemampuannya sendiri melaksanakan 4

penganekaragaman konsumsi pangan menuju pangan beragam, bergizi seimbang dan aman untuk meningkatkan ketahanan pangan. 2). Meningkatkan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan ke arah pangan yang lebih beragam, bergizi seimbang serta mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi pangan sumber karbohidrat khususnya beras dan pangan impor yang diimbangi dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, serta buah dan sayur dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya, kearifan dan budaya khas daerah. 3). Meningkatkan pemanfaatan pangan khas daerah dan produk olahannya sebagai sumber karbohidrat selain beras dan selain terigu. 4). Mengembangkan penanganan keamanan pangan yang meliputi (a) pemberdayaan konsumen, (b) pengembangan keamanan pangan industri kecil, menengah dan rumah tangga, serta (c) pengawasan keamanan pangan segar yang beredar. b. Sasaran Strategis Sasaran yang hendak dicapai dalam penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan segar adalah : 1). Tercapainya peningkatan konsumsi pangan per kapita untuk memenuhi kecukupan energi minimal 2000 kkal/kapita/hari dan kecukupan protein sebesar 52 gram/kapita/hari dengan meningkatkan protein yang bersumber dari pangan hewani; 2). Menurunnya konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun diimbangi dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, serta sayuran dan buah, sehingga tercapai peningkatan skor PPH sebesar 2 persen per tahun; 3). Meningkatnya pemanfaatan pangan khas daerah dan produk olahannya sebagai sumber karbohidrat selain beras dan selain terigu; 4). Meningkatnya keamanan pangan segar di pasar (end product) dan kepedulian konsumen. 3. Cara Mencapai Tujuan a. Kebijakan Ketahanan pangan keluarga dipengaruhi oleh daya beli, kebiasaan makan, pengetahuan gizi dan status sosial. Sejalan dengan itu, pemantapan ketahanan pangan rumah tangga dilakukan secara komprehensif dengan meningkatkan pembinaan faktor-faktor yang lemah yang menyebabkan permasalahan ketahanan pangan di kalangan masyarakat. 5

Memperhatikan visi, misi, tujuan, sasaran, potensi, dan permasalahan, serta arah dan strategi pembangunan Ketahanan Pangan, maka arah kebijakan yang diterapkan dalam pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan adalah mendorong tercapainya: 1) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap terhadap pentingnya konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman; 2) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nutrisi bagi kesehatan dan kecerdasan bangsa yang diimplementasikan dengan menerapkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman; 3) Peningkatan ketersediaan aneka ragam pangan sumber karbohidarat selain beras dan selain terigu, sumber protein nabati dan hewani, serat, vitamin, dan mineral yang berbasis sumberdaya khas daerah, aman, terjangkau, dapat diterima secara sosial, ekonomi dan budaya, serta mampu menggerakan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM); 4) Peningkatan partisipasi industri yang mengolah bahan pangan khas daerah yang terjangkau oleh masyarakat; 5) Penguatan dan peningkatan partisipasi Pemerintah Daerah dalam pengembangan dan pelaksanaan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya khas daerah; 6) Peningkatan kesadaran dan kemampuan industri/usaha kecil dan menengah serta rumah tangga terhadap pentingnya keamanan pangan. b. Program Operasional Pelaksanaan misi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan dilakukan melalui Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar. Pelaksanaan program ini dilakukan secara berjenjang dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Implementasi kebijakan dalam pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan dituangkan ke dalam kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan Penanganan Keamanan Pangan Segar (PKPS), kegiatannya meliputi: 1) Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP); 2) Pengembangan Konsumsi Pangan; 3) Penanganan Keamanan Pangan; 4) Koordinasi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan; 6

5) Monitoring dan Evaluasi. 4. Rencana Kinerja Tahun 2012 Rencana kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun 2012 merupakan implementasi rencana jangka menengah (2010-2014) ke dalam rencana kerja jangka pendek yang meliputi: (1) Jumlah desa yang diberdayakan dalam P2KP; (2) Laporan hasil promosi dalam kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (Laporan); (3) Laporan hasil koordinasi keamanan pangan segar (laporan); (4) Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan serta pengawasan keamanan pangan segar (Laporan); (5) Laporan hasil analisis pola konsumsi pangan penduduk (Laporan); (6) Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan kebijakan P2KP; (7) Jumlah hasil kerjasama dengan perguruan tinggi; dan (8) Jumlah hasil pengembangan olahan pangan lokal. B. Penetapan Kinerja Penetapan Kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan merupakan pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara Kepala Badan Ketahanan Pangan (atasan) dan Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan (bawahan) untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan, indikator sasaran pada kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan adalah (1) Skor PPH Peningkatan Diversifikasi Pangan 89,8; dan (2) Penurunan Konsumsi Beras per kapita tiap tahun 1,5 %. Keberhasilan pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar dapat dilihat dari indikator sasaran yang telah ditetapkan. Sesuai Penetapan Kinerja, berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun 2012 indikator kinerja yang ingin dicapai adalah: (1) Jumlah desa yang diberdayakan dalam P2KP (6000 desa); (2) Laporan hasil promosi dalam kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (Laporan 1 pusat, 33 provinsi, dan 358 kabupaten/kota); (3) Laporan hasil koordinasi keamanan pangan segar (laporan 1 pusat dan 33 provinsi); (4) Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan serta pengawasan keamanan pangan segar (Laporan 1 pusat, 33 provinsi dan 100 kabupaten/kota); (5) Laporan hasil analisis pola konsumsi pangan penduduk (Laporan 1 pusat dan 33 provinsi); (6) Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan kebijakan P2KP (Laporan 1 pusat, 33 provinsi, dan 358 kabupaten/kota); (7) Jumlah hasil kerjasama dengan perguruan tinggi (5 laporan); dan (8) Jumlah hasil pengembangan olahan pangan lokal (10 laporan). 7

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja 2012 Kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan diuraikan berdasarkan kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar pada Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Keberhasilan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar dapat tercermin dengan realisasi indikator sasaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan, indikator kinerja outcomes program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat adalah (1) Skor PPH Peningkatan Diversifikasi Pangan 89,8; dan (2) Penurunan Konsumsi Beras per kapita tiap tahun 1,5 %, pencapaian ditunjukan pada Tabel 1. Tabel 1. Pencapaian Indikator Kinerja Outcomes Sasaran Indikator Kinerja Target Capaian Keterangan Outcome Meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan a. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) c. Penurunan konsumsi beras per tahun 89,8 75,4 83,9 persen 1,5 % 5,05 % Tahun 2011 = 102,8 kg/kap/tahun Tahun 2012 = 97,6 kg/kap/tahun Dalam periode 2007-2012, perkembangan agregat konsumsi pangan menunjukkan penurunan, penurunan kuantitas konsumsi energi tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan konsumsi beras sebesar 5 % selama tahun 2011-2012 (konsumsi tahun 2011 sebesar 281,71 gram/kap/hari atau 102,82 kg/kap/tahun menjadi 267,49 gram/kap/hari atau 97,63 kg/kap/tahun pada tahun 2012). Berdasarkan Hasil Susenas tahun 2012 menunjukkan konsumsi pangan penduduk dalam bentuk energi di tingkat rumah tangga secara nasional mengalami penurunan dari 1.952 kkal/kap/hari pada tahun 2011 menjadi 1.853 kkal/kap/hari pada tahun 2012 (masih dibawah angka kecukupan energi sebesar 2.000 kkal/kap/hari). Penurunan kuantitas konsumsi energi tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan konsumsi beras sebesar 5 % selama tahun 2011-2012 (konsumsi tahun 2011 sebesar 281, 71 gram/kap/hari atau 102,82 kg/kap/tahun menjadi 267,49 gram/kap/hari atau 97,63 kg/kap/tahun pada tahun 2012). Disamping itu terjadi penurunan konsumsi pada kelompok umbi-umbian (-24%), gula (-13,6 %), buah/biji berminyak (-9,5 %), kacang-kacangan (-3,3 %), sayur dan buah (-3,8 %), pangan hewani (-1,8 %), serta kelompok pangan lainnya (-10,6 %). Rata-rata konsumsi Rumah Tangga per Kelompok Pangan tahun 2011-2012 dari sisi komposisi, keragaman 8

konsumsi energi kelompok pangan terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) menunjukkan masih didominasi kelompok padi-padian diatas 58 persen, lebih besar dari proporsi ideal 50 persen, dan konsumsi umbi-umbian berkisar 2 persen atau kurang dari proporsi ideal 6 persen, seperti dalam Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Rumah Tangga Per Kelompok Pangan Tahun 2011-2012 Th. 2011 Th. 2012 Laju (%) No Kelompok Pangan % % Energi Energi AKG AKG Energi % AKG 1. Padi-padian 1236 61,8 1167 58,4-5,6-5,6 2. Umbi-umbian 53 2,6 40 2,0-24,0-24,0 3. Pangan hewani 168 8,4 165 8,2-1,8-1,8 4. Minyak dan lemak 204 10,2 212 10,6 4,2 4,2 5. Buah/biji berminyak 33 1,6 30 1,5-9,5-9,5 6. Kacang-kacangan 56 2,8 54 2,7-3,3-3,3 7. Gula 81 4,1 70 3,5-13,6-13,6 8. Sayur dan buah 83 4,2 80 4,0-3,8-3,8 9. Lain-lain 39 1,9 35 1,7-10,6-10,6 Total 1952 97,6 1853 92,6-5,1-5,1 Sumber: Susenas 2011 triwulan 1 dan 2012 triwulan 1; BPS diolah BKP Keterangan : Angka Kecukupan Energi 2000 kkal/kap/hari (Widya Karya Pangan dan Gizi VIII, 2004) - Energi : dalam kkal - Gram : untuk berat jenis pangan menurut kelompok - AKG : Angka Kecukupan Gizi Dari sisi kualitas pola konsumsi pangan yang ditunjukkan dengan Pola Pangan Harapan (PPH) pada tahun 2012 tidak sesuai dengan target. Meskipun secara agregat telah terjadi penurunan konsumsi beras, tetapi kurang diimbangi dengan kenaikan konsumsi protein hewani dan nabati, sayur dan buah, serta umbi-umbian. Untuk penurunan konsumsi beras per tahun, Badan Ketahanan Pangan melalui Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan telah melaksanakan pemberdayaan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) di 6000 desa. Skor PPH dan penurunan konsumsi beras merupakan indikator outcomes, sedangkan Output Kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan tercermin dari Indikator Kinerja Utama Pusat yaitu (1) Jumlah desa yang diberdayakan dalam P2KP; (2) Laporan hasil promosi dalam kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (Laporan); (3) Laporan hasil koordinasi keamanan pangan segar (laporan); (4) Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan serta pengawasan keamanan pangan segar (Laporan); (5) Laporan hasil analisis pola konsumsi pangan penduduk (Laporan); (6) Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan kebijakan P2KP; (7) Jumlah hasil kerjasama dengan perguruan tinggi; dan (8) Jumlah hasil pengembangan olahan pangan lokal. 9

Tabel 3. Target Indikator Kinerja (output) Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun 2012. Indikator Kinerja 2011 2012 1 Jumlah desa yang diberdayakan dalam P2KP 4720 desa 6000 Desa 2 Laporan hasil promosi dalam kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadapo konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (Laporan) 1 pusat, 33 promosi, 402 kab/kota 1 Pusat, 33 Prov, 358 Kab/kota 3 Laporan hasil koordinasi keamanan pangan segar (laporan) 1 Pusat, 33 1 Pusat, 33 4 Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan serta pengawasan keamanan pangan segar (Laporan) 5 Laporan hasil analisis pola konsumsi pangan penduduk (Laporan) 6 Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan kebijakan P2KP Prov 1 Pusat, 33 Prov, 100 Kab/kota 1 Pusat, 33 Prov 1 Pusat, 33 Prov, 259 Kab/kota Prov 1 Pusat, 33 Prov, 100 Kab/kota 1 Pusat, 33 Prov 1 Pusat, 33 Prov, 358 Kab/kota 7 Jumlah hasil kerjasama dengan perguruan tinggi 29 5 Laporan 8 Jumlah hasil pengembangan olahan pangan lokal - 10 Laporan Tabel 3 menunjukan target kinerja tahun tahun 2011 dan 2012. Penjelasan pencapaian pada masing-masing indikator kinerja sebagai berikut: 1. Jumlah desa yang diberdayakan dalam P2KP ; Pelaksanaannya dilakukan dengan metode Sekolah Lapangan (SL). Metode ini menggunakan pendekatan praktek langsung (Self Learning) dalam pengembangan pekarangan mulai dari aspek budidaya hingga pengolahan hasil pekarangan dengan memperhatikan kebutuhan gizi sehari-hari dan kelestarian lingkungan. Diharapkan dari kegiatan ini dapat mengoptimalkan pemanfaatan sebagai sumber pangan keluarga, dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan kelompok wanita untuk memanfaatkan bahan pangan yang ada di pekarangan untuk diolah sebagai menu sehari-hari. Sampai tahun 2012, perkembangan kelompok P2KP dalam pemberdayaan desa di kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan mengalami penambahan jumlah menjadi 6000 kelompok dengan masing-masing pembagian dana bansos di tahun 2012, sebagai berikut : a) Kelompok Penerima Manfaat tahun 2010, menerima bansos untuk pengembangan kebun bibit kelompok sebesar Rp 2.000.000,-. b) Kelompok Penerima Manfaat tahun 2011, menerima bansos sebesar Rp 16.000.000,- yang terdiri dari : 1) Pengembangan pekarangan sebesar Rp 12.000.000,- yang penggunaannya berdasarkan hasil musyawarah kelompok dan dimasukkan ke dalam Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA). 2) Pengembangan Kebun Bibit Kelompok sebesar Rp 2.000.000,-. 3) Pengembangan Demplot Pekarangan Kelompok sebesar Rp 2.000.000,-. 10

c) Kelompok Penerima Manfaat APBN-Penghematan tahun 2011 sebesar Rp 2.000.000,-, pemanfaatannya untuk : 1) Pengadaan KIT kelompok wanita sebesar Rp 1.000.000,-. 2) Penguatan Demplot Pekarangan Kelompok sebesar Rp 1.000.000,-. d) Kelompok Penerima Manfaat tahun 2012, mendapat bansos Rp 16.000.000,-, pemanfaatannya untuk : 1) Pengembangan Demplot Pekarangan Kelompok sebesar Rp 2.000.000,-. 2) Pengembangan Kebun Bibit sebesar Rp 2.000.000,-. 3) Pengembangan Pekarangan Anggota sebesar Rp 12.000.000,-. Kegiatan pemberdayaan kelompok wanita melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan telah berlangsung sejak tahun 2010. Setiap tahun mengalami penambahan kelompok dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk tahun 2011 dari target 4720 kelompok (desa) terealisasi di 4700 kelompok (desa), terdiri dari kelompok tahun 2010, 2011 dan mendapat tambahan kelompok menggunakan APBN Penghematan tahun 2011 sebanyak 700 kelompok, sedangkan di tahun 2012 dari target 6000 kelompok (desa), terdiri dari kelompok tahun 2010, 2011, APBN Penghematan 2011 dan 2012 dapat terealisasi 6000 kelompok (desa). Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan di lapangan yang dirangkum dari laporan kegiatan di daerah antara lain : a) Kurangnya kesadaran anggota kelompok untuk memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan dan pendapatan keluarga. b) Musim kemarau/kekeringan yang berlangsung di beberapa daerah mengakibatkan kesulitan untuk malakukan penanaman di lokasi pengembangan P2KP. c) Belum optimalnya usaha pengembangan pangan alternatif di lahan pekarangan baik tanaman palawija maupun umbi-umbian. d) Anggota kelompok masih kurang menyadari pentingnya pemanfaatan pekarangan untuk mendukung konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. e) Optimalisasi pemanfaatan pekarangan masih terhambat dengan permasalahan teknis diantaranya di beberapa lokasi lahan pekarangan kurang subur, sehingga persemaian bibit tanaman seringkali gagal, permasalahan iklim terutama masalah kemarau yang berkepanjangan sehingga pola tanam yang sudah direncanakan menjadi rusak dan banyak tanaman yang diusahakan pertumbuhannya kurang optimal bahkan mengalami kematian. f) Beberapa pendamping belum melaksanakan pendampingan secara optimal sesuai dengan tugas yang diberikan Beberapa hal yang dilakukan dalam melakukan antisipasi kendala-kendala pelaksanaan kegiatan di lapangan, adalah : a) Melakukan sosialisasi secara intensif serta memberikan motivasi dan semangat kepada anggota kelompok. b) Pembuatan sumur bor dan sumur resapan untuk menanggulangi kekeringan. 11

c) Memotivasi anggota agar lebih kreatif dan membuat percontohan untuk kelompok dalam usaha meningkatkan pengetahuan anggota dalam komoditas palawija dan umbi-umbian. d) Melakukan sosialisasi, penyuluhan dan promosi secara intensif kepada anggota kelompok untuk mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman serta pemanfaatan pekarangan secara optimal serta penggunaan pangan non beras dan non terigu. e) Untuk mengatasi lahan pekarangan yang sempit dan kemarau yang berkepanjangan anggota kelompok berinisiatif melaksanakan penanaman pada polybag sehingga pemeliharaannya lebih mudah. Permasalahan lahan yang kurang subur disiasati melalui pemberian pupuk kandang dan pengolahan tanah yang baik. Sedangkan untuk mengatasi permasalahan iklim diupayakan dengan pemilihan komoditi unggulan yang tahan terhadap perubahan iklim. 2. Laporan hasil promosi dalam kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (Laporan); Promosi dan Sosialisasi dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan didukung materi bahan promosi untuk memudahkan penyampaian pesan kepada masyarakat terkait dengan kandungan dan muatan yang ada di dalamnya; hal ini didukung dengan pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Pengembangan P2KP Bagi Siswa Usia Dini dilakukan melalui Sosialisasi Pola Konsumsi Pangan B2SA dan Pengembangan Kebun Sekolah. Dalam kegiatan sosialisasi dan promosi yang diarahkan untuk menyebarluaskan tentang konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman serta meningkatkan apresiasi dan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan dapat melalui berbagai macam promosi, antara lain melalui pembuatan poster, leaflet, baliho, banner, spanduk, penayangan iklan melalui media elektronik, gerakan, pameran, aksi, dsb. Pelaksanaan kegiatan promosi dan sosialisasi dalam memasyarakatkan pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dilakukan di setiap provinsi dan kabupaten/kota melalui gerakan diversifikasi pangan serta memanfaatkan bahanbahan materi promosi dan sosialisasi. Di tahun 2011 kegiatan ini dilaksanakan di 402 kabupaten/kota dan dapat terealisasi di 393 kabupaten/kota. Sedangkan di tahun 2012 dilaksanakan di 358 kabupaten/kota dan dapat terealisasi sebelumnya di 358 kabupaten/kota. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan promosi P2KP, adalah : a) Belum optimalnya bahan materi promosi yang dibuat sebagai wahana untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, sehingga informasi yang ditampilkan belum terlalu efektif. b) Kreasi dan inovasi terhadap materi promosi perlu dikembangkan dengan disesuaikan pada dana dan kemampuan masing-masing daerah. c) Keterbatasan anggaran menyebabkan promosi dan sosialisasi belum dapat dilakukan secara optimal. 12

3. Laporan hasil koordinasi keamanan pangan segar (laporan); Indikator kinerja hasil koordinasi keamanan pangan segar dituangkan dalam laporan penanganan keamanan pangan segar yang terdiri dari 1 (satu) laporan tahunan di pusat dan 33 laporan di provinsi yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang telah direalisasikan. Dalam Renstra, target tahun 2012 adalah 1 pusat dan 33 provinsi tidak ada perubahan jika dibandingkan target tahun 2011. Pencapaian kinerja di tahun 2012 adalah 100 % pusat (1 laporan tahunan pusat) dan 100% provinsi (33 laporan provinsi) sedangkan pada tahun 2011 pencapaiannya adalah 100 % pusat (1 laporan tahunan pusat) dan 96,97 % provinsi (32 laporan provinsi). 4. Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan serta pengawasan keamanan pangan segar (Laporan) Sama dengan laporan hasil koordinasi keamanan pangan segar, laporan yang dimaksud dalam indikator kinerja ini, diwujudkan dalam laporan penanganan keamanan pangan segar yang terdiri dari 1 (satu) laporan tahunan di pusat dan 33 laporan di provinsi dan 100 laporan di kabupaten/kota. Dalam Renstra, target tahun 2012 adalah 1 pusat, 33 prov, 150 kab/kota namun dikarenakan adanya pemotongan anggaran maka target tersebut diturunkan menjadi 100 kabupaten/kota sehingga tidak ada perubahan jika dibandingkan target tahun 2011. Pencapaian kinerja di tahun 2012 adalah 100 % pusat (1 laporan tahunan pusat), 100% provinsi (33 laporan provinsi) dan 83 % kabupaten/kota (83 laporan kabupaten/kota). Pencapaian provinsi dan kabupaten merupakan rekapan laporan masuk ke pusat melalui bidang keamanan pangan segar, untuk kabupaten/kota baru 83 kabupaten/kota yang menyampaikan laporannya. Pada tahun 2011 pencapaiannya adalah 100 % pusat (1 laporan tahunan pusat), 96,97 % provinsi (32 laporan provinsi) dan 96 % kabupaten/kota (83 laporan kabupaten/kota). Ada peningkatan pencapaian untuk provinsi namun terjadi penurunan pada kabupaten kota, hal ini dikarenakan hingga tersusunnya LAKIP ini ada kabupaten/kota belum menyampaikan laporannya atau tidak terlaksananya kegiatan, sehingga hal ini dapat dijadikan bahan evaluasi untuk menentukan provinsi atau kabupaten yang akan dialokasikan APBN di tahun 2013. 5. Laporan hasil analisis pola konsumsi pangan penduduk (Laporan) Dalam konteks ketahanan pangan, konsumsi pangan penduduk merupakan salah satu aspek yang perlu dipantau, baik untuk mengetahui perkembangan kesejahteraan penduduk maupun untuk dijadikan basis perencanaan program perbaikan pangan dan gizi ke depan. Konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman pada tahun 2015 dapat terwujud apabila perencanaan penyediaan pangan ke depan mengacu pada peningkatan kemampuan produksi, permintaan pangan (daya beli dan preferensi konsumen) dan pendekatan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang yang didukung oleh pengetahuan, pemahaman dan kesadaran 13

masyarakat. Untuk mengetahui kualitas konsumsi pangan penduduk adalah melalui analisis pola konsumsi pangan penduduk. Pada tahun 2012, laporan hasil analisis pola konsumsi pangan penduduk yang telah terkumpul adalah sebanyak 11 laporan yang terdiri dari satu laporan tingkat pusat dan 10 laporan tingkat provinsi. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 19 laporan yang terdiri dari satu laporan pusat dan 18 laporan provinsi. Kendala yang dihadapi oleh provinsi yang belum melaksanakan pemantauan dan analisis pola konsumsi pangan antara lain karena kurangnya SDM yang melakukan pemantauan konsumsi ke kabupaten/kota, terbatasnya pengetahuan dan kemampuan staf untuk melakukan pemantauan dan analisis konsumsi pangan penduduk dan mutasi staf, disamping dana yang terbatas. 6. Laporan hasil pemantauan, monitoring, evaluasi dan perumusan kebijakan P2KP; Pelaksanaan kegiatan P2KP membutuhkan penanganan yang intensif untuk mengawal dan memberikan arah yang jelas dalam pencapaian tujuan serta pendampingan kegiatan. Oleh karena itu untuk penyempurnaan ke depan perlu dilakukan hal-hal berikut : a) Melengkapi data kelompok dan penyuluh pendamping P2KP tahun 2012 dengan merekap dan entri data dari nama kelompok penerima manfaat P2KP tahun 2012 (desa dan kecamatan) serta nama dan kontak person dari penyuluh pendamping P2KP. b) Melakukan kompilasi dan pengumpulan materi dan bahan promosi P2KP tahun 2012 untuk memudahkan pencarian serta filesasi data informasi kegiatan yang terkait dengan promosi pelaksanaan kegiatan P2KP. c) Pengumpulan dan rekapitulasi data dan kegiatan P2KP di daerah terkait dengan pelaksanaan dan hasil yang diperoleh terkait dengan perkembangan kegiatan untuk mendapatkan laporan kemajuan (progress report) dari tiap daerah, terutama yang telah melaksanakannya sejak tahun 2010. d) Merangkum dan menginventarisir kendala dan masalah yang dihadapi di setiap daerah dalam pelaksanaan kegiatan P2KP sebagai saran pertimbangan pelaksanaan kegiatan P2KP di tahun yang akan datang. e) Membuat laporan dan pelengkapan data untuk keperluan Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang memantau pelaksanaan kegiatan P2KP tahun 2012. Kegiatan ini di tahun 2011 dilaksanakan di 259 kabupaten/kota dan di tahun 2012 meningkat dilaksanakan di 358 kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kabupaten/kota yang dibina dalam gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Pelaksanaan P2KP cukup berjalan 14

lancar, walaupun ada beberapa kendala, tetapi dapat diantisipasi dengan baik oleh masing masing kelompok berkoordinasi dengan aparat kabupaten/kota. Terkait pada pencairan bansos beberapa hal yang menjadi penyebab adalah: lokasi dan jarak yang cukup jauh, proses pergantian (turn over) di lingkup Badan Ketahanan Daerah yang cukup sering serta SDM yang belum terbiasa dalam menangani bansos maupun pendampingan kelompok. 7. Jumlah hasil kerjasama dengan perguruan tinggi; Kegiatan kerja sama dengan perguruan tinggi tahun 2012 diwujudkan dalam bentuk Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Lokal melalui kerja sama dengan 5 perguruan tinggi yang dilaksanakan 4 provinsi, yaitu provinsi Sumatera Utara (Univ. St. Thomas), provinsi Jawa Barat (IPB dan Univ. Pasundan), provinsi Jawa Timur (Univ. Jember), provinsi Maluku (Univ. Haluoleo). Penetapan perguruan tinggi ditentukan melalui perjanjian (MoU) antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi berkerja sama dengan perguruan tinggi. Pelaksanaan kegiatan kerja sama dengan perguruan tinggi antara lain dapat dilakukan dalam bentuk : a) Melakukan pengkajian dan pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan menjadi beras analog spesifik lokasi dan mendiseminasikan kepada masyarakat; b) Mengembangkan dan menyediakan inovasi teknologi alat pengolahan pangan lokal dan penyediaan bahan adonan untuk membuat berasan berbahan pangan lokal dengan output minimal prototype alat; c) Mengembangkan sistem kelembagaan industri pengolahan pangan lokal dan mekanisme pendistribusian; d) Memberikan masukan pengembangan pangan lokal dengan pola klaster; e) Melakukan uji penerimaan konsumen meliputi uji selera konsumen dan uji daya beli masyarakat; f) Melakukan uji produk pangan lokal untuk pangkin, antara lain: kandungan gizi, kandungan air, daya simpan, bentuk kemasan, dan biaya produksi; g) Identifikasi pangan lokal untuk pangkin; h) Melakukan sosialisasi dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan di lingkungan kampus (kantin kampus, hari cinta pangan lokal, dll); i) Membantu Badan/Dinas/Instansi Ketahanan Pangan atau pemerintah daerah pengembangan pangan lokal mendukung pangkin; seminar dan sarasehan; j) Berpartisipasi aktif dalam pertemuan koordinasi dan evaluasi Tim Akselerasi Kegiatan P2KP dan Keamanan Pangan pada tingkat nasional maupun wilayah ataupun Pertemuan Nasional Pusat Kajian Makanan Tradisional. k) Operasional, antara lain: monitoring, pemantauan, pelaporan, dan lain-lain. 15

Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan kerja sama dengan perguruan tinggi adalah : a) Usaha kegiatan kerjasama dengan perguruan tinggi terkendala pada proses pembuatan laporan kegiatan dan hasil kajiaannya yang belum benar-benar dirasakan oleh masyarakat maupun sosialisasi pengembangannya. b) Belum adanya koordinasi antar perguruan tinggi untuk melakukan kerjasama intern demi pengembangan kajian, penelitian maupun riset yang telah dilakukan. Oleh karena itu agar kegiatan kerja sama perguruan tinggi dapat berjalan dengan baik, adalah penyusunan laporan kegiatan agar lebih terperinci dengan memberikan detail pelaksanaannya sampai dengan hasil yang didapatkan. Hasil kajian yang diperoleh agar segera diterapkan ke masyarakat sehingga dapat dievaluasi mengenai mungkin tidaknya untuk dikembangkan ke depan serta melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan baik terkait hasil kajian, penelitian maupun riset yang dilakukan. Disamping itu segera menindak lanjuti proses pendampingan terhadap provinsi yang melaksanakan kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) terkait pada ide, saran dan masukan untuk keberlanjutannya. 8. Jumlah hasil pengembangan olahan pangan lokal; Kegiatan pengembangan olahan pangan lokal sebagai langkah awal dari program kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) adalah untuk mengembangkan potensi pangan lokal sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk mendukung pelaksanaan pangkin (pangan untuk orang miskin), merupakan kegiatan baru di tahun 2012 dalam mendukung gerakan P2KP. Pendekatan bantuan pangan bagi orang miskin (berdasar pada potensi agro ekosistem wilayah akan lebih mendorong pengembangan sumberdaya pangan dan perbaikan gizi masyarakat. Kegiatan ini dimaksudkan untuk : a) Mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi sumber karbohidrat selain beras dan gandum dengan menggunakan bahan lokal; b) Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi pangan pokok asalnya melalui penyediaan bahan pangan selain beras dan selan terigu dari sumber daya lokal; c) Menyediakan bahan pangan pokok lokal bagi masyarakat dengan menumbuhkan kelembagaan UKM produsen atau industri pengolahan pangan lokal menjadi bahan pangan sumber karbohidrat pengganti beras sebagai pendukung implementasi program pangkin. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan rantai nilai komoditas lokal yang produknya dapat digunakan dalam program pangan untuk orang miskin sebagai alternatif beras untuk orang miskin. Desain pelaksanaan secara umum mekanisme dan rancangannya terbagi dalam tiga kategori besar yaitu: (1) penyediaan dan pengembangan produk (jagung, ubi kayu, ubi jalar, talas dan sagu); (2) strategi dan 16

portofolio bisnis unit usaha untuk menghasilkan pangan pokok berbahan pangan lokal; dan (3) strategi pemasaran sosial yang mendorong penerimaan masyarakat atas program Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L). Penerima manfaat kegiatan pengembangan pangan lokal mendukung pangkin (Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal/MP3L) dilaksanakan di 10 kabupaten pada 9 provinsi yaitu Riau, Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. B. Pengukuran Kinerja Kegiatan Pencapaian kinerja perkegiatan Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan terbagi dalam kinerja di 3 (tiga) bidang, yaitu Bidang Penganekaragaman Pangan, Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan Segar, penjelasanya sebagai berikut: 1. Penganekaragaman Pangan a) Pemberdayaan Kelompok Wanita Melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Kelompok sasaran dari kegiatan ini adalah kelompok wanita yang telah memiliki kelembagaan yang aktif dengan pendekatan pemilihan berdasarkan dasa wisma atau tempat tinggal berdekatan dengan jumlah anggota minimal 10 rumah tangga. Tujuan pemberdayaan kelompok wanita ini dimaksudkan untuk : (1) Meningkatkan pola pikir, keterampilan dan perubahan pola sikap kelompok wanita dalam mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman; (2) Meningkatkan keterampilan kelompok wanita dalam menyusun, mengolah dan menyajikan menu makanan beragam, bergizi seimbang dan aman dengan memanfaatkan bahan pangan hasil pekarangan sendiri dan mengurangi sajian nasi dalam menu makanansehari-hari, dan (3) Meningkatkan citra positif pangan sumber karbohidrat selain beras dan terigu. Kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan dengan budidaya berbagai macam komoditi yang digunakan sebagai sumber pangan keluarga dan dikembangkan untuk pengolahan pangan lokal dengan jenis tanaman antara lain jagung, kangkung, bayam, singkong, kacang hijau, umbi-umbian, lele dan ternak ayam. Sedangkan adanya kebun bibit cukup membantu dalam penyediaan bibit sayuran dan buah di pekarangan anggota. Pendampingan, pemberdayaan dan pembinaan terhadap kelompok wanita penerima manfaat P2KP di desa dilakukan oleh pendamping yang merupakan PPL setempat. Kegiatan tersebut dilakukan dengan jadwal yang telah disepakati oleh kelompok dan pendamping serta melakukan kunjungan yang bersifat insidental. Dalam pertemuan bulanan tersebut sekaligus diberikan bimbingan dalam melakukan usaha dan budidaya pertanian serta cara menyusun menu yang beragam, bergizi seimbang dan aman. 17