9. URUSAN PENANAMAN MODAL

dokumen-dokumen yang mirip
IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG

Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.C.5.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tahun 2013

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

7. URUSAN PERDAGANGAN

URAIAN sebelum perubahan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

URUSAN WAJIB PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Tahun 2015 BP3MD Prov. Sumsel Page 1

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

13. URUSAN KETAHANAN PANGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

BAB IV STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATAN INVESTASI ASING

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

DATA DAN INFORMASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN (BPMP) KABUPATEN SUBANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

Penjabaran dari urusan Kependudukan dan Catatan Sipil kami uraikan sebagai berikut :

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU TAHUN 2016

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

PROGRESS REPORT KINERJA TAHUN ANGGARAN 2013 SEKRETARIAT DAERAH BAGIAN KOORDINASI PEREKONOMIAN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2017

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang dapat di manfaatkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja BPMPT Tahun 2014 dan Capaian Renstra BPMPT

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : ABDUL QUDUS, SH Kepala Dinas Penanaman Modal & PTSP Kabupaten Jombang

terealisasi sebesar Rp atau 97,36%. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut :

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KATA PENGANTAR. Kediri, Januari Kepala DPM-PTSP Kabupaten Kediri. Drs. INDRA TARUNA. ttd.

Investasi di Era Otonomi Daerah Dalam Rangka Interaksi Antara Penanaman Modal Dengan Keuangan Daerah 1

I. PENDAHULUAN. provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

USULAN BANTUAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PURBALINGGA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU TAHUN 2018

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

,00 (Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung diluar belanja hibah. IV.B.11. Urusan Wajib Kependudukan dan Pencatatan Sipil

PROGRAM DPM KABUPATEN BENGKULU UTARA TANGGAL 01 PEBRUARI 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, DAN KEBIJAKAN Visi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Dan Penanaman Modal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN REKAPITULASI KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH APBD PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

LAKIP Kabupaten Temanggung Tahun 2013 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA. Meningkatnya penanaman modal bagi pengembangan potensi unggulan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

RENJA TAHUN 2017 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2018

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

9. URUSAN PENANAMAN MODAL Peningkatan penanaman modal di daerah dapat menjadi tolok ukur adanya perkembangan perekonomian daerah, yang dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menjelaskan bahwa suatu wilayah itu mampu secara finansial atau sejahtera. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Investasi atau penanaman modal adalah motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi, sementara itu pembangunan di dalam era otonomi daerah sekarang ini, pada intinya adalah berupa pemberdayaan daerah. Oleh karena itu daerah harus mampu mengatur, mengurus, dan mengelola kepentingan serta aspirasi masyarakat di wilayahnya. Pemberdayaan daerah perlu dilakukan oleh semua komponen, yaitu pemerintah, masyarakat, dan swasta. Sejalan dengan adanya desentralisasi pemerintahan, Pemerintah Daerah dituntut untuk mampu mengembangkan dan mengelola potensi daerah masing-masing. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan investasi atau penanaman modal di daerah baik berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Melalui kegiatan investasi akan dihasilkan barang dan jasa untuk memperluas kesempatan berusaha, melaksanakan alih teknologi dan sebagainya, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan. Dalam rangka meningkatkan investasi di daerah, perlu upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi. Dalam rangka menarik investor, perlu dirumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Situasi makroekonomi ekonomi yang kondusif, pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur dalam artian luas juga perlu diupayakan daerah. Kemampuan daerah dalam menentukan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai ukuran daya saing perekonomian daerah terhadap daerah lainnya juga sangat penting dalam upaya meningkatkan daya tariknya dan memenangkan persaingan. Selaras dengan hal tersebut, program prioritas didalam RPJMD tahun 2010-2015, adalah sebagai berikut : 1) Melakukan penataan perundang-undangan melalui reformasi regulasi secara bertahap sehingga terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak menimbulkan ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya, 2) Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja, 3) Meningkatkan promosi dan kerjasama ekonomi dan investasi melalui penerapan sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik (SPIPISE) pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), serta 4) Pengurangan biaya untuk memulai usaha. Upaya tersebut dicapai melalui RKPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 dengan prioritas dan tujuan pembangunan tetap pada meningkatkan investasi daerah. a. Program dan Kegiatan Untuk mendukung pelaksanaan urusan penanaman modal, pada tahun 2013 telah dialokasikan anggaran sebesar Rp 220.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp 217.870.000,. Proporsi realisasi belanja tersebut 0,02% dari total realisasi belanja APBD Tahun 2013 yang berjumlah Rp 988.103.772.409,-. Anggaran tersebut digunakan untuk peningkatan promosi dan kerjasama investasi. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 108

Tabel IV.B.9.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Penanaman Modal Tahun 2013 No. Program Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) A Belanja Langsung 220.000.000 217.870.000 1 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 190.000.000 188.420.000 2 Program Peningkatan Kegiatan Pemantauan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan 30.000.000 29.450.000 Penanaman Modal Jumlah total 220.000.000 217.870.000 Sumber : APBD Kabupaten Wonosobo 2013 (diolah) b. Realisasi Program dan Kegiatan Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Program ini bertujuan untuk membawa citra daerah sebagai daerah tujuan investasi yang menarik dengan sasaran meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi. Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan berupa: 1) Promosi Investasi Daerah Regional, merupakan kegiatan promosi investasi dalam bentuk Jateng Fair dengan peserta pameran adalah semua Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan di Arena PRPP Jawa Tengah, dengan harapan akan terpromosikannya potensi daerah dan akan berkembangnya investasi di Kabupaten Wonosobo. 2) Temu Bisnis Daerah, merupakan kegiatan peningkatan promosi dan kerjasama investasi sebagai ajang atau sarana promosi potensi daerah dalam bentuk Central Java Investment and Bussines Forum (CJIBF) dengan maksud dan tujuan untuk memberikan peluang dan menambah wawasan bagi pengusaha kecil dan menengah untuk menawarkan dan mempromosikan produk UKM kepada buyer sehingga bisa membuka peluang pasar baru. 3) Pengadaan Sarana dan Prasarana Promosi, dilakukan dalam rangka pengadaan sarana dan prasarana (booklet, leaflet, rolling banner dan tas bergambar potensi daerah) guna mendukung kegiatan promosi potensi dan peluang investasi di Kabupaten Wonosobo dan sebagai sarana promosi pada kegiatan Central Java investment and Business Forum (CIJBF) di Jakarta. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah adanya ketertarikan beberapa pihak investor untuk melakukan investasi di Kabupaten Wonosobo yang pada akhirnya akan menaikkan pertumbuhan ekonomi Wonosobo, menaikkan PAD dan membuka kesempatan kerja serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4) Promosi Investasi Kabupaten Wonosobo, merupakan keikutsertaan dalam kegiatan Wonosobo Expo 2013 dalam rangka HUT Kabupaten Wonosobo. LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 109

Program Peningkatan Kegiatan Pemantauan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal Program ini bertujuan untuk memantau, membina dan mengawasi pelaksanaan penanaman modal daerah dengan sasaran untuk meningkatkan investasi daerah. Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan antara lain : 1) Biaya Operasional Pembinaan PD. BPR BKK/BKK, merupakan pendampingan untuk pelaksanaan pembinaan PD BPR BKK/BKK serta rapat-rapat, termasuk Rapat Umum Pemegang Saham, rapat koordinasi dengan Biro Perekonomian Setda Prov Jateng, Rapat Evaluasi Triwulanan, Rapat penyusunan /pengesahan RKAP, Rapat pengesahan Laporan Keuangan/Kinerja tahunan. 2) Monev dan Pelaporan LKPM, merupakan kegiatan pemantauan penanaman modal dan perkembangan usaha serta perijinan perusahaan di Kabupaten Wonosobo dengan modal minimal 1 M. c. Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Meningkatnya investasi di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari Indikator Kinerja Utama (IKK) sebagaimana pada tabel berikut : Tabel IV.B.9.2 Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2013 Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah No. Indikator Kinerja Kunci (IKK) Capaian Kinerja 2012 2013 1 Kenaikan / penurunan nilai realisasi PMDN (Realisasi PMDN thn 2013 (Rp 452.279.334.754) Realisasi PMDN 2012 (Rp 225.061.913.300) / (Realisasi PMDN 2012 (Rp 225.061.913.300) x 100% -23,23% 100,9% Sumber: KPPT, 2014 Keterangan : Nilai investasi didasarkan pada jumlah modal usaha yang dipantau melalui penerbitan SIUP. Tabel IV.B.9.3 Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2013 Berdasarkan Indikator RPJMD 2010-2015 No. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Capaian Kinerja 2012 2013 1 Jumlah Investasi 2.348 2.966 2 Nilai Investasi (milyar) 225,1 452,3 Sumber: KPPT, 2014 LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 110

Penyelenggaraan urusan Penanaman Modal Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari jumlah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di mana pada tahun 2013 sebesar Rp 452.279.334.754 sedangkan tahun 2012 sebesar Rp 225.061.913.300 atau mengalami kenaikan 100,9%. Peningkatan investasi ini disebabkan oleh telah dicanangkan Kabupaten Wonosobo sebagai Kabupaten Pro Investasi pada awal tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa para investor mulai tertarik untuk menanamkan modal di Kabupaten Wonosobo. Nilai investasi pada tahun 2013 ini sudah melampaui target RPJMD 2010-2015 sebesar 135,8 milyar. Namun demikian, Kabupaten Wonosobo harus tetap berupaya untuk meningkatkan investasinya dengan cara memberi kemudahan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Wonosobo. Selain itu, harus selektif terhadap investasi yang akan berkembang di Wonosobo serta memberikan wacana kepada masyarakat tentang situasi investasi yang aman. Apabila ditinjau berdasarkan sektor usaha, investasi yang ada di Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 paling banyak adalah investasi di sektor perdagangan diikuti sektor industri pengolahan dan sektor bangunan sebagaimana tabel IV.B.9.4. Tabel IV.9.4 Rekapitulasi Penanaman Modal per Sektor Tahun 2013 No. Sektor Nilai investasi (Rp ) Tenaga Kerja 1 Pertanian - - 2 Pertambangan & Penggalian - - 3 Industri Pengolahan 28.134.607.000 593 4 Listrik, Gas dan Air Bersih - - 5 Bangunan 20.122.940.000 385 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 389.571.787.754 1.325 7 Angkutan & Komunikasi 14.450.000.000 100 8 Bank, Persewaan & Jasa - - Perusahaan 9 Jasa-jasa - - Jumlah 452.279.334.754 2.403 Sumber : KPPT, 2014 d. Permasalahan dan Solusi Permasalahan umum yang muncul pada urusan penanaman modal antara lain : Kurangnya dukungan infrastruktur yang memadai. Belum adanya kepastian menyangkut kebijakan dan regulasi pro investasi. Kurangnya SDM tenaga kerja lokal yang berkualitas. Belum optimalnya kerjasama pembangunan investasi. Masih terbatasnya sarana dan prasarana investasi termasuk data base yang akurat. Lembaga penanaman modal dan pelayanan perijinan belum menyatu menjadi satu lembaga yang terpadu yang mengampu tiga fungsi penanaman modal (promosi, pelayanan dan pengendalian). LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 111

Upaya yang dilakukan dalam menangani pembangunan urusan penanaman modal adalah : Peningkatan kualitas dan penataan kembali infrastruktur yang mendukung investasi. Percepatan penyusunan dan pengesahan kebijakan dan regulasi yang pro investasi. Peningkatan kualitas SDM tenaga kerja lokal yang handal dan berdaya saing. Koordinasi lintas urusan dalam mendukung daya tarik investasi. Penyediaan data dan informasi investasi ekonomi yang lengkap dan mudah diakses. Pembaharuan SOTK/struktur organisasi dan tata kerja SKPD. LKPJ 2013 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah 112