SEMESTER 1 TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
TARGET INDIKATOR SATUAN MENINGKATKAN 1. INDIKATOR SASARAN CAPAIAN MISI TUJUAN SASARAN NO

3,950,000 4,020,000 4,824,000 5,788,800 6,715,008 25,297,808

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Juknis Operasional SPM

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS KESEHATAN Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat Tel-Fax (0266) SUKABUMI

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

RENSTRA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI PERIODE intensitas upaya-upaya pencegahan. yang melaksanakan pembinaan petugas kab/puskesmas KH)

Tabel 1. Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan s/d tahun Realisa si (s/d 2012)

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009 S/D 2014 MASYARAKAT JAWA TIMUR MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

INDIKATOR RENCANA STRATEGIK TAHUN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN TARGET. 14 Angka kematian ibu

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI. No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Tabel 2.1 REKAPITULASI HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RENJA DAN PENCAPAIAN RENSTRA S/D TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

B A B IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA PADANG TAHUN 2009

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERTNTAH KOTA PRABUMULIH. I}INAS KE,SEHATAN Kantor Pemerintah Kota Prabumulih Lantai 5 Jalan Jenderal Sudirman Km. 12 Pangkul Pratrumulih TENTANG

PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2015

Transkripsi:

SEMESTER 1 TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id e-mail : mi_jateng@yahoo.co.id @dinkesjateng

VISI : Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari MISI : PROVINSI JAWA TENGAH Mboten korupsi, Mboten ngapusi " 1. Membangun Jawa Tengah berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan. 2. Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan, Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran. 3. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang Bersih, Jujur dan Transparan, Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi. 4. Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan. 5. Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan dan Proses Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak. 6. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat. 7. Meningkatkan Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Sumber : RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018

KATA PENGANTAR Pujisyukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya Buku Saku Kesehatan Capaian Indikator Renstra Semester 1 Tahun 2015 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku saku ini merupakan resume capaian indikator Rencana Strategis program kesehatan di Jawa Tengah per 1 Januari 2015 sampai dengan 30 Juni 2015. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku saku capaian indikator Renstra semester 1 tahun 2015. Diharapkan semoga Buku Saku ini dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan, pemerhati kesehatan dan lintas sektor terkait. Semarang, 31 Juli 2015 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dr. YULIANTO PRABOWO, MKes Pembina Utama Muda NIP. 19620720 198803 1 010 1

DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar... 1 Capain Indikator Renstra... 3-103 Definisi Operasional... 104-138 2

CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA 3

4 PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN PENYAKIT NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 1 2 3 4 Angka penemuan kasus baru TB (CDR) (/100.000) Angka penemuan kasus baru HIV-AIDS (%) Angka kesakitan malaria (/1000) Angka kesakitan DBD (/100.000) 114 116 114 117 21 NA (1.045/993 kasus) 18 26,09 16 13,1 0,07 0,07 0,05 0,07 0,02 45,52 < 20 32,95 < 20 33,9 5 Angka kematian DBD (%) 1,21 < 1 1,44 < 1 1,7 6 Angka penemuan kasus baru kusta (/100.000 pddk) 5,3 6 5,12 6,5 2,00

5 PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN PENYAKIT 2014 2015 (smt 1) NO INDIKATOR 2013 TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 7 8 Angka penemuan kasus diare pada balita Angka penemuan kasus ISPA pada balita (%) 39 40 59,50 45 11,42 44 45 35,9 48 8,07 9 Angka kasus filaria yang ditangani 100 (10 kasus) 100 100 100-10 Angka kasus zoonosis : a. b. Angka kasus AI yang ditangani (%) Angka kasus antrax yang ditangani (%) 100 100 100 100-100 100 100 100 -

6 PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN PENYAKIT 2014 2015 (smt 1) NO INDIKATOR 2013 TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN c. Angka GHPR yang ditangani 0 30 46,49 40 51,02 d. Angka kematian penderita Leptospirosis 10,88 14 16,43 13 15,08 e. Jumlah kasus pes 0 0 0 0 0 11 12 13 Proporsi kasus hipertensi di Fasyankes (%) Proporsi kasus Diabetes Mellitus di Fasyankes (%) Proporsi Fasyankes yang melaporkan kasus Hipertensi (%) 5,8 < 30 52,9 < 25 26,5 4,5 < 55 15,1 < 50 15,1 70 71 82,6 72 71

PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN PENYAKIT 2014 2015 (smt 1) NO INDIKATOR 2013 TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 14 Proporsi Fasyankes yang melaporkan kasus DM (%) 70 71 82,2 72 71 15 AFP rate ( /100.000) 2,7 2 2,29 2 2,07 16 Cakupan UCI (%) 99,99 98,9 99,53 98,9 49 17 Proporsi KLB PD3I (%) 100 100 100 100 100 18 19 Proporsi penanganan KLB/bencana < 24 jam (%) Proporsi kasus meningitis pada jemaah haji (%) 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0 7

8 FARMASI DAN PERBEKALAN KESEHATAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 1 2 3 Proporsi sarana produksi & distribusi di bidang farmasi & perbekes sesuai standar (%) Proporsi sarana pelayanan kefarmasian sesuai standar (%) Proporsi pembinaan dan pengawasan produksi dan distribusi bidang farmasi & perbekes (%) 55 60 72,79 65 39,05 30 40 46,87 50 26 20 30 67,03 40 57,04 4 Proporsi pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian (%) 34,61 47,33 61,40 60,05 37,93

9 FARMASI DAN PERBEKALAN KESEHATAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 5 Proporsi waktu pelayanan perijinan di bid. Farmasi sesuai standar (%) 80 80 97,22 85 97,09 6 Proporsi Kabupaten/Kota melakukan binwas makanan dan minuman sesuai standar (%) 28,57 42,86 71,43 57,14 57,14 7 Proporsi pembinaan mutu makanan dan minuman (%) 100 100 100 100 100

10 PELAYANAN KESEHATAN 2014 2015 (smt 1) NO INDIKATOR 2013 TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 1 2 3 4 5 6 Proporsi Puskesmas yang memiliki ijin operasional (%) Proporsi Puskesmas terakreditasi (%) Proporsi Puskesmas PONED sesuai standar (%) Rasio Puskesmas per jumlah penduduk (%) Proporsi pembinaan akreditasi Puskesmas (%) Proporsi pembinaan Puskesmas PONED (%) 8 10 45 25 49 8,9 7 8,90 10 0,5 13 13 16 16 16 1:38110 1:37500 1:37610 1:37110 1:38599 8,9 10 11 12 14,97 16 27 27 38 26,22

11 PELAYANAN KESEHATAN NO INDIKATOR 2013 2014 20145 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 7 Proporsi RS yang memiliki ijin operasional 98,52 43,7 100 100 40,17 8 Proporsi RS terakreditasi 1,08 4,44 4,10 11,11 5,37 9 Proporsi RS terklasifikasi 69,37 6,67 7,75 21,11 10,03 10 11 Proporsi RS PONEK terstandar Persentase penanganan program penanggulangan gangguan penglihatan & kebutaan (%) (BKIM) 8,0 16,33 16,10 24,49 9,91 71 71 71 78 20

12 PELAYANAN KESEHATAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 12 Angka kesembuhan TB di BKPM (%) : a. BKPM Pati 83 75 80 80 79,5 b. BKPM Semarang 69 75 67,6 80 70,8 c. BKPM Ambarawa 85,8 75 76,8 80 75 d. BKPM Klaten 71,50 75 85 80 82 e. BKPM Magelang 64,25 75 78,5 80 77,5 13 Proporsi Laboratorium Kesh. Daerah dengan kemampuan pemeriksaan terstandar - 55 80 (14 Labkesda) 60 30

13 PELAYANAN KESEHATAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 14 Angka kematian ibu (0/00.000) 118,62 118 126,55 118 295 kasus 15 Angka kematian bayi (0/.000) 10,41 12,50 10,08 12 2.538 Kasus 16 Angka kematian balita (0/.000) 11,80 11,90 11,54 11,85 2.919 kasus 17 Cakupan K4 (%) 92,13 68 93,11 70 45,43 18 19 Cakupan pertolongan persalinan nakes (%) Cakupan peserta KB aktif (%) 98,08 97,5 99,17 98 47,37 79,52 70 78,6 72 76,68

14 PELAYANAN KESEHATAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 20 Cakupan KN lengkap (%) 95,41 88 96,84 89 34,79 21 22 Cakupan neonatal komplikasi yang ditangani (%) Cakupan kunjungan bayi (%) 75,36 80 83,32 81 33,12 95,59 97 96,34 97,5 39,11 23 Cakupan ASI eksklusif (%) 57,53 50 59,99 51,5 31,4 24 Prevalensi gizi buruk (%) 0,046 0,05 0,03 0,05 912 kasus 25 Cakupan balita gizi buruk yang dapat perawatan (%) 100 100 100 100 100

15 KESEHATAN LINGKUNGAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 1 Desa melaksanakan STBM (%) 25,94 (2.220) 26 (2.247) 26 (2.249) 27 (2.347) 51,2 (4392) 2 3 4 5 Proporsi penduduk akses air minum (%) Proporsi penduduk akses jamban (%) Proporsi TTU yang memenuhi syarat (%) Proporsi TPM yang memenuhi syarat (%) 77,21 78 78 79 78,84 74,71 75 76 76 77,1 77,40 78 78 79 78,8 52,14 53 53 56 56,5

16 KESEHATAN LINGKUNGAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 6 Proporsi Puskesmas/RS yang ramah lingkungan 72/90 72/100 73/90,1 73/100 89,1/90,4 7 Proporsi pengelolaan sampah rumah tangga memenuhi syarat 42 49 50 50 48 8 Proporsi pengelolaan limbah cair rumah tangga memenuhi syarat 41 48 48 49 47

17 SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 1 2 3 4 5 Ratio Dokter Umum terhadap penduduk Ratio Dokter Spesialis Dasar dan Anastesi terhadap penduduk Ratio Dokter Gigi terhadap penduduk Ratio Bidan terhadap penduduk Ratio Perawat terhadap penduduk 12,55 13,50 11 13,60 12,35 4 6,65 4 6,66 5 2,97 3,45 3 3,50 2,95 48,46 45 44 45,5 48 84,30 80 78 80,5 84

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 6 7 8 Ratio Sanitarian terhadap penduduk Proporsi tenaga kesehatan tersertifikasi Jumlah STRTTK yang diterbitkan (dokumen) 3,79 41,5 3 42 3,27 80,5 81 81 81,5 82 3.309 13.854 3.550 14.131 215 9 Prosentase lulusan yang kompeten (%) 100 80 97,50 90 Uji Kompetensi bln sept 15 10 Proporsi pelatihan kesehatan yang terakreditasi 35,71 11 81,81 11,50 32 18

19 SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 11 12 13 Proporsi pelatihan di bidang kesehatan yang terakreditasi Jumlah SDM Kesehatan yang mengikuti DIKLAT terakreditasi Proporsi Institusi Pendidikan Kesehatan yg terakreditasi - 60 89 70 97 919 1.235 2.275 1.360 1.572 50 51 75 51,50 75

20 PROMOSI DAN PEMBERDAYAAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 1 Jumlah penyuluhan melalui media elektronik : a Dinkes Prov.Jateng 10 12 13 14 6 b BKIM 1 1 1 10 5 c BKPM Pati 2 2 2 3 2 d BKPM Semarang 24 24 24 2 2 e BKPM Ambarawa 24 24 24 24 12 f BKPM Klaten 0 9 9 12 6 g BKPM Magelang 1 1 5 7 1 h Balai Labkes 0 0 0 - -

21 PROMOSI DAN PEMBERDAYAAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 2 Jumlah penyuluhan melalui media cetak : a Dinkes Prov.Jateng 2 4 4 6 3 b BKIM 5 5 5 4 0 c BKPM Pati 1 1 1 1 0 d BKPM Semarang 1 1 1 1 1 e BKPM Ambarawa 1 1 1 2 2 f BKPM Klaten 3 3 3 3 1 g BKPM Magelang 9 9 9 9 9 h Balai Labkes - - - - -

22 PROMOSI DAN PEMBERDAYAAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 3 Jumlah penyuluhan luar ruang : a Dinkes Prov.Jateng 30 35 37 40 19 b BKIM 25 26 26 27 12 c BKPM Pati 21 5 5 5 5 d BKPM Semarang 30 30 30 20 7 e BKPM Ambarawa 22 0 0 12 4 f BKPM Klaten 50 22 26 25 13 g BKPM Magelang 4 4 4 4 - h Balai Labkes - - - - -

23 PROMOSI DAN PEMBERDAYAAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 4 5 Persentase pedagang yang menjual garam beryodium (%) Proporsi pasar yang menyediakan garam beryodium (sentinel) - 30 30 40 40-70 70 70 42 6 Persentase Kab/kota yang menyusun regulasi terkait KTR, ASI ekslusif, PSN (%) - 9 11,4 18 11,4 7 Proporsi Kab/Kota yang menerbitkan regulasi di bidang kesehatan (KTR, ASI, PSN) (%) - 5,71 5,71 11,43 5,71

24 PROMOSI DAN PEMBERDAYAAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 8 9 10 11 12 Proporsi desa/kelurahan siaga aktif mandiri (%) Proporsi rumah tangga sehat (%) Jumlah BUMN & BUMD yang melakukan CSR bidang kesehatan Jumlah Ormas/LSM yang bekerjasama dg institusi kesehatan Jumlah dokumen kerjasama bidang kesehatan antar Provinsi (MPU & daerah lintas batas) 5,10 6 6,84 7 6,44 76,72 74,9 71,95 75 71,95 0 3 4 3 4 0 5 3 7 3 2 2 3 2 3

25 PROMOSI DAN PEMBERDAYAAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 13 Proporsi penduduk mempunyai JPK (%) 58,65 52 59,22 54 57,96 14 Proporsi penduduk miskin non kuota yang mempunyai JPK (%) 28,66 28,01 49,28 27,79 25,65 15 Persentase Kabupaten/Kota mengalokasikan 10% APBD untuk kesehatan 8,57 (3 Kab/Kota) 14,20 (5 Kab/Kota) 20 (7 Kab/Kota) 17,14 (6 Kab/Kota) 22,85 (8 Kab/Kota)

MANAJEMEN INFORMASI DAN REGULASI 26 NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 1 2 3 Jumlah dokumen perencanaan penganggaran, evaluasi dan informasi kesehatan (dokumen) Dokumen pengelolaan keuangan (dokumen) Dokumen pengelolaan barang Dinkes & UPT (dokumen) 21 21 21 21 10 2 1 1 2 1 3 5 5 5 2 4 Jumlah dokumen pengelolaan nakes & sumber daya aparatur 1 2 2 2 1

27 MANAJEMEN INFORMASI DAN REGULASI NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 5 Jumlah dokumen produk hukum bidang kesehatan & pelayanan kehumasan 1 1 1 1 0 6 Jumlah pengunjung website Dinkes Prov. Jateng (orang) 288.421 400.000 360.648 550.000 604.217

28 PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN NO INDIKATOR 2013 2014 2015 (smt 1) TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN 1 Terpenuhinya administrasi pekantoran di Dinkes dan 9 UPT (%) 100 100 100 100 50 2 3 Terpenuhinya sarana prasarana aparatur di Dinkes dan 9 UPT (%) Terpenuhinya pakaian dinas di Dinkes dan 9 UPT (%) 100 100 100 100 43,2 100 100 100 100-4 Meningkatnya kapasitas sumber daya aparatur (%) 90 100 100 100 38,89

ANGKA PENEMUAN KASUS BARU TB 120 114 114 100 80 60 40 20 21 0 2013 2014 2015 (smt 1) 29

ANGKA KESAKITAN MALARIA 0,08 0,07 0,07 0,06 0,05 0,05 0,04 0,03 0,02 0,02 0,01 0 2013 2014 2015 (smt 1) 30

ANGKA KESAKITAN DBD 50 45 45,52 40 35 32,95 33,9 30 25 20 15 10 5 0 2013 2014 2015 (smt 1) 31

ANGKA KEMATIAN DBD 1,8 1,6 1,44 1,7 1,4 1,2 1,21 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 2013 2014 2015 (smt 1) 32

ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA 6 5 5,3 5,12 4 3 2 2 1 0 2013 2014 2015 (smt 1) 33

CAKUPAN PENEMUAN KASUS DIARE PADA BALITA 70 60 59,5 50 40 39 30 20 10 11,42 0 2013 2014 2015 (smt 1) 34

CAKUPAN PENEMUAN KASUS ISPA PADA BALITA 50 45 40 35 30 25 20 44 35,9 15 10 8,07 5 0 2013 2014 2015 (smt 1) 35

ANGKA GHPR YANG DITANGANI 60 50 46,49 51,02 40 30 20 10 0 0 2013 2014 2015 (smt 1) 36

ANGKA KEMATIAN PENDERITA LEPTOSPIROSIS 18 16,43 16 15,08 14 12 10 10,88 8 6 4 2 0 2013 2014 2015 (smt 1) 37

PROPORSI KASUS HIPERTENSI DI FASYANKES 60 52,9 50 40 30 26,5 20 10 0 6 2013 2014 2015 (smt 1) 38

PROPORSI KASUS DIABETES MELLITUS DI FASYANKES 16 14 15,1 15,1 12 10 8 6 4 4,5 2 0 2013 2014 2015 (smt 1) 39

PROPORSI FASYANKES YANG MELAPORKAN KASUS HIPERTENSI 84 82,6 82 80 78 76 74 72 70 68 66 64 62 70 2013 2014 2015 (smt 1) 71 40

PROPORSI FASYANKES YANG MELAPORKAN KASUS DM 84 82,2 82 80 78 76 74 72 70 68 66 64 62 70 2013 2014 2015 (smt 1) 71 41

AFP RATE 3 2,5 2 2,7 2,29 2,07 1,5 1 0,5 0 2013 2014 2015 (smt 1) 42

CAKUPAN UCI 120 100 99,99 99,53 80 60 49 40 20 0 2013 2014 2015 (smt 1) 43

PROPORSI SARANA PRODUKSI & DISTRIBUSI DI BIDANG FARMASI & PERBEKES SESUAI STANDAR 80 72,79 70 60 50 40 30 55 39,05 20 10 0 2013 2014 2015 (smt 1) 44

PROPORSI SARANA PELAYANAN KEFARMASIAN SESUAI STANDAR 50 46,87 45 40 35 30 25 20 15 10 5 30 26 0 2013 2014 2015 (smt 1) 45

PROPORSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BIDANG FARMASI & PERBEKES 80 70 67,03 60 57,04 50 40 30 20 20 10 0 2013 2014 2015 (smt 1) 46

PROPORSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAYANAN KEFARMASIAN 70 61,4 60 50 40 30 34,61 37,93 20 10 0 2013 2014 2015 (smt 1) 47

PROPORSI WAKTU PELAYANAN PERIJINAN DI BID. FARMASI SESUAI STANDAR 120 100 97,22 97,09 80 80 60 40 20 0 2013 2014 2015 (smt 1) 48

PROPORSI KABUPATEN/KOTA MELAKUKAN PEMBINAAN & PENGAWASAN MAKANAN DAN MINUMAN SESUAI STANDAR 80 71,43 70 60 57,14 50 40 30 28,57 20 10 0 2013 2014 2015 (smt 1) 49

PUSKESMAS YANG MEMILIKI IJIN OPERASIONAL 60 50 45 49 40 30 20 10 0 0 8 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 50

PROPORSI PUSKESMAS TERAKREDITASI 10 9 8 7 6 5 4 3 8,9 8,9 2 1 0 2013 2014 2015 (smt 1) 0,5 51

PROPORSI PUSKESMAS PONED TERSTANDAR 18 16 16 16 14 12 13 10 8 6 4 2 0 2013 2014 2015 (smt 1) 52

PROPORSI PEMBINAAN AKREDITASI PUSKESMAS 16 14,97 14 12 11 10 8 8,9 6 4 2 0 2013 2014 2015 (smt 1) 53

PROPORSI PEMBINAAN PUSKESMAS PONED 30 25 27 26,22 20 15 16 10 5 0 2013 2014 2015 (smt 1) 54

RS YANG MEMILIKI IJIN OPERASIONAL 120 100 98 98,52 100 80 60 40 40,17 20 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 55

PROPORSI RS TERAKREDITASI 6 5 4 4,1 5,37 3 2 1,08 1 0 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 56

PROPORSI RS TERKLASIFIKASI 80 70 60 68,4 69,37 50 40 30 20 10 7,75 10,03 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 57

RS PONEK TERSTANDAR 18 16 16,1 14 12 10 8 6 4 2 6,16 8 9,91 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 58

PERSENTASE PENANGANAN PROGRAM PENANGGULANGAN GANGGUAN PENGLIHATAN & KEBUTAAN 80 70 68 71 71 60 50 40 30 20 20 10 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 59

ANGKA KESEMBUHAN TB DI BKPM 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pati Semarang Ambarawa Klaten Magelang 2015 (smt 1) 79,5 70,8 75 82 77,5 2014 80 67,6 76,8 85 78,5 2013 83 69 85,8 71,5 64,25 60

ANGKA KEMATIAN IBU 130 125 126,55 120 115 116,34 118,62 110 105 100 2012 2013 2014 2015 (smt 1) = 295 kasus 61

ANGKA KEMATIAN BAYI 11 10,8 10,75 10,6 10,4 10,41 10,2 10,08 10 9,8 9,6 2012 2013 2014 2015 (smt 1) = 2538 kasus 62

ANGKA KEMATIAN BALITA 11,9 11,85 11,8 11,75 11,7 11,65 11,6 11,55 11,5 11,45 11,4 11,35 11,85 11,8 11,54 2012 2013 2014 2015 (smt 1) = 2919 kasus 63

CAKUPAN K4 100 90 80 70 60 92,99 92,13 93,11 50 40 45,43 30 20 10 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 64

CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN NAKES 120 100 97,14 98,08 99,17 80 60 40 47,37 20 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 65

CAKUPAN PESERTA KB AKTIF 80 79,52 79 78 77 78,6 78,6 76 75 75 74 73 72 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 66

CAKUPAN NEONATAL KOMPLIKASI YANG DITANGANI 90 80 70 70 75,36 83,32 60 50 40 30 33,12 20 10 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 67

CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI 120 100 80 86 95,59 96,34 60 40 39,11 20 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 68

CAKUPAN ASI EKSKLUSIF 70 60 57.53 59.99 50 49.06 40 30 31.4 20 10 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 69

DESA MELAKSANAKAN STBM 60 50 51,2 40 30 25,94 26 20 10 0 2013 2014 2015 (smt 1) 70

PROPORSI PENDUDUK AKSES AIR MINUM 79 78,5 78,84 78 78 77,5 77 77,21 77,21 76,5 76 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 71

PROPORSI PENDUDUK AKSES JAMBAN 77,5 77 77,1 76,5 76 76 75,5 75 74,5 74,71 74,71 74 73,5 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 72

PROPORSI TTU YANG MEMENUHI SYARAT 79 78,5 78 77,5 77,4 78 78,8 77 76,5 76,36 76 75,5 75 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 73

PROPORSI TPM YANG MEMENUHI SYARAT 58 56 56,5 54 52 50 52,14 53 48 47,78 46 44 42 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 74

PROPORSI PUSKESMAS YANG RAMAH LINGKUNGAN 100 90 80 70 60 50 40 30 20 72 73 89,1 10 0 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 75

PROPORSI RS YANG RAMAH LINGKUNGAN 100 98 98 96 94 92 90 90 90,1 90,4 88 86 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 76

PROPORSI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA MEMENUHI SYARAT 60 50 42 50 48 40 37,11 30 20 10 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 77

PROPORSI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA MEMENUHI SYARAT 60 50 41 48 47 40 37,4 30 20 10 0 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 78

RASIO DOKTER UMUM TERHADAP PENDUDUK 13 12,5 12,55 12,35 12 11,5 11 11 10,5 10 2013 2014 2015 (smt 1) 79

RASIO DOKTER SPESIALIS DASAR DAN ANASTESI TERHADAP PENDUDUK 6 5 4 4 4 5 3 2 1 0 2013 2014 2015 (smt 1) 80

RASIO DOKTER GIGI TERHADAP PENDUDUK 3,01 3 3 2,99 2,98 2,97 2,97 2,96 2,95 2,95 2,94 2,93 2,92 2013 2014 2015 (smt 1) 81

RASIO BIDAN TERHADAP PENDUDUK 49 48 48,46 48 47 46 45 44 44 43 42 41 2013 2014 2015 (smt 1) 82

RASIO PERAWAT TERHADAP PENDUDUK 85 84 83 82 81 80 79 78 77 76 75 74 84,3 84 78 2013 2014 2015 (smt 1) 83

RASIO SANITARIAN TERHADAP PENDUDUK 4 3,79 3,5 3 2,5 3 3,27 2 1,5 1 0,5 0 2013 2014 2015 (smt 1) 84

PROPORSI TENAGA KESEHATAN TERSERTIFIKASI 82,5 82 82 81,5 81 80,5 80,5 81 80 80 79,5 79 2012 2013 2014 2015 (smt 1) Line 1 85

JUMLAH STRTTK YANG DITERBITKAN 4000 3500 3000 3309 3550 2500 2000 1500 1000 500 0 215 2013 2014 2015 (smt 1) 86

PROSENTASE LULUSAN YANG KOMPETEN 120 100 100 97,5 80 60 40 20 0 2013 2014 2015 (smt 1) 0 87

PROPORSI PELATIHAN KESEHATAN YANG TERAKREDITASI 90 80 81,81 70 60 50 40 35,71 30 32 20 10 0 10 2012 2013 2014 2015 (smt 1) 88

PROPORSI PELATIHAN DI BIDANG KESEHATAN YANG TERAKREDITASI 120 100 89 97 80 60 40 20 0 0 2013 2014 2015 (smt 1) 89

JUMLAH SDM KESEHATAN YANG MENGIKUTI DIKLAT TERAKREDITASI 2500 2275 2000 1500 1572 1000 919 500 0 2013 2014 2015 (smt 1) 90

80 PROPORSI INSTITUSI PENDIDIKAN KESEHATAN YANG TERAKREDITASI 75 75 70 60 50 50 40 30 20 10 0 2013 2014 2015 (smt 1) 91

JUMLAH PENYULUHAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK 30 25 20 15 10 5 0 BKPM Pati BKPM Semarang BKPM Ambaraw a BKPM Klaten BKPM Magelang BKIM Semarang Dinkes Prov. Jateng 2015 (smt 1) 2 2 12 6 1 5 6 2014 2 24 24 9 5 1 13 2013 2 24 24 0 1 1 10 92

JUMLAH PENYULUHAN MELALUI MEDIA CETAK 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 BKPM Pati BKPM Semarang BKPM Ambaraw a BKPM Klaten BKPM Magelang BKIM Semarang Dinkes Prov. Jateng 2015 (smt 1) 0 1 2 1 9 0 3 2014 1 1 1 3 9 5 4 2013 1 1 1 3 9 5 2 93

JUMLAH PENYULUHAN LUAR RUANG 60 50 40 30 20 10 0 BKPM Pati BKPM Semarang BKPM Ambaraw a BKPM Klaten BKPM Magelang BKIM Semarang Dinkes Prov. Jateng 2015 (Smt 1) 5 7 4 13 0 12 19 2014 5 30 0 26 4 26 37 2013 21 30 22 50 4 25 30 94

PROPORSI DESA/KELURAHAN SIAGA AKTIF MANDIRI 8 7 6,84 6,84 6 5 5,1 4 3 2 1 0 2013 2014 2015 (smt 1) 95

PROPORSI RUMAH TANGGA SEHAT 78 77 76,72 76 75 74 73 72 71 70 71,95 71,95 69 2013 2014 2015 (smt 1) 96

JUMLAH BUMN & BUMD YANG MELAKUKAN CSR BIDANG KESEHATAN 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 4 4 0,5 0 0 2013 2014 2015 (smt 1) 97

JUMLAH DOKUMEN KERJASAMA BIDANG KESEHATAN ANTAR PROVINSI (MPU & DAERAH LINTAS BATAS) 3,5 3 3 3 2,5 2 2 1,5 1 0,5 0 2013 2014 2015 (smt 1) 98

PROPORSI PENDUDUK MEMPUNYAI JPK 59,4 59,2 59 58,8 58,6 58,4 58,2 58 57,8 57,6 57,4 57,2 59,22 58,65 57,96 2013 2014 2015 (smt 1) 99

PROPORSI PENDUDUK MISKIN NON KUOTA YANG MEMPUNYAI JPK 60 50 49,28 40 30 28,66 25,65 20 10 0 2013 2014 2015 (smt 1) 100

PERSENTASE KAB/KOTA MENGALOKASIKAN 10% APBD UNTUK KESEHATAN 25 20 20 22,85 15 10 8,57 5 0 2013 2014 2015 (smt 1) 101

PENGUNJUNG WEBSITE DINKES PROV JATENG 700000 600000 604217 500000 400000 360648 300000 288421 200000 100000 0 2013 2014 2015 (smt 1) 102

MENINGKATNYA KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR 120 100 80 90 100 60 40 38,89 20 0 2013 2014 2015 (smt 1) 103

DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR RENSTRA 104

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Angka penemuan kasus baru TB Angka penemuan kasus baru HIV-AIDS Angka yg menunjukkan jumlah pasien TB baru ditemukan & tercatat diantara 100.000 penduduk di Jateng Kasus baru HIV-AIDS yang didiagnosa di fasilitas pelayanan kesehatan Jumlah kasus baru yg tercatat di fasyankes dibagi dengan jumlah penduduk dikalikan 100.000 Angka absolut jumlah kasus baru HIV-AIDS yang ditemukan Angka kesakitan malaria Angka yang menunjukkan jumlah penderita malaria baru yang ditemukan dan tercatat di Jawa Tengah Angka kesakitan DBD Angka yang menunjukkan jumlah penderita DBD baru yang ditemukan dan tercatat di Jawa Tengah Angka kematian DBD (CFR) Angka yang menunjukkan jumlah kematian kasus DBD yang tercatat di Jawa Tengah Jumlah kasus malaria yang ditemukan dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000 Jumlah kasus DBD yang ditemukan dibagi jumlah penduduk dikalikan 100.000 Jumlah kematian DBD yang ditemukan dibagi jumlah penderita DBD dikalikan 100% 105

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Angka penemuan kasus baru Kusta Angka yang menunjukkan penemuan kasus baru Kusta di Jawa Tengah Jumlah kasus baru kusta ditemukan dibagi jumlah penduduk dikalikan 100.000 Cakupan penemuan kasus diare pada balita Angka yang menunjukkan penemuan kasus baru diare balita di Jateng Jumlah kasus baru diare balita ditemukan di Puskesmas dibagi target dikalikan 100% Cakupan penemuan kasus ISPA pada balita Angka yang menunjukkan penemuan kasus baru pneumonia balita di Jateng Jumlah kasus baru pneumonia balita ditemukan di Puskesmas dibagi target dikalikan 100% Angka kasus filaria yang ditangani Jumlah kasus filaria yang yang ditemukan di Jateng Jumlah kasus filaria yang ditangani dibagi jumlah kasus filaria ditemukan dikalikan 100% 106

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Angka kasus Zoonosis: a. Angka kasus A1 yang ditangani Angka yang menunjukkan jml kasus flu burung ditangani dari kasus yang ditemukan Jumlah kasus flu burung yang ditangani dibagi jumlah kasus yang ditemukan dikalikan 100% b. Angka kasus anthrax yang ditangani Angka yang menunjukkan jml kasus anthraks ditangani dari kasus yang ditemukan Jumlah kasus anthraks yang ditangani dibagi jml kasus yg ditemukan dikalikan 100% c. Angka GHPR yang ditangani d. Angka kematian penderita Leptospirosis Angka yg menunjukkan jml kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) ditangani dari kasus yang dilaporkan Angka yang menunjukkan jumlah kasus baru leptospirosis meninggal di Jateng Jumlah kasus GHPR yang ditangani dibagi jumlah kasus yang dilaporkan dikalikan 100% Jumlah kasus leptospirosis meninggal dibagi jumlah kasus baru ditemukan dikalikan 100% 107

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN d. Angka kematian penderita Leptospirosis Angka yang menunjukkan jumlah kasus baru leptospirosis meninggal di Jateng Jumlah kasus leptospirosis meninggal dibagi jumlah kasus baru ditemukan dikalikan 100% e. Jumlah kasus pes Tidak ditemukan kasus pes di Kec. Selo dan Kec. Cepogo Kab. Boyolali Angka absolut Proporsi kasus hipertensi di Fasyankes Proporsi kasus Diabetes Mellitus di Fasyankes Angka yg menunjukkan penemuan kasus baru hipertensi (bertekanan darah 140 mm Hg) yg tercatat di Puskesmas dan RS diantara semua kasus hipertensi Angka yg menunjukkan penemuan kasus baru Diabetes Melitus (bertekanan darah 200) yg tercatat di Puskesmas dan RS diantara semua kasus Diabetes Mellitus Jumlah kasus baru hipertensi yg tercatat di Puskesmas & RS dibagi jumlah kasus baru & lama di tahun yg sama dikalikan 100% Jumlah kasus baru DM yg tercatat di Puskesmas & RS dibagi jumlah kasus baru & lama di tahun yg sama dikalikan 100% 108

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi Fasyankes yg melaporkan kasus hipertensi Proporsi fasyankes Yng melaporkan kasus DM AFP rate Angka yg menunjukkan jumlah Puskesmas & RSUD yg melaporkan kasus hipertensi di Jateng Angka yang menunjukkan jml Puskesmas & RSUD yang melaporkan kasus Diabetes Mellitus dibandingkan dengan seluruh jumlah Puskesmas & RS di Jateng Angka penemuan kasus AFP 2 per 100.000 anak < 15 tahun Jumlah Puskesmas & RS yg melaporkan kasus hipertensi dibagi seluruh jumlah Puskesmas & RS di Jateng dikalikan 100% Jumlah Puskesmas & RS yg melaporkan kasus DM dibagi seluruh jumlah Puskesmas &RS di Jateng dikalikan 100% (Jumlah penemuan kasus AFP / jumlah anak <15 tahun) x 100.000 Cakupan UCI desa Desa dengan cakupan imunisasi dasar lengkap ((IDL)BCG 1 kali, DPT- HB 3 kali, polio 4 kali & campak 1 kali) >85% (jumlah desa yang sudah mencapai UCI/jumlaj desa seluruhnya) x 100% Proporsdi penanganan KLB PD3I <24 jam Setiap kejadian KLB PD3I ditangani <24 jam (Jumlah KLB PD3I ditangani <24 jam/jumlah KLB PD3I) x 100% 109

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi penanganan KLB/bencana <24 jam Proporsi kasus meningitis pada Jemaah haji Proporsi sarana produksi & distribusi di bidng farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai standar Setiap kejadian KLB ditangani <24 jam Jumlah ditemukan kasus meningitis carier maupun klinis pasca haji Sarana produksi obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan & PKRT serta sarana distribusi obat & alkes yg memenuhi kriteria baik sesuai persyaratan cara produksi & distribusi yang berlaku (Jumlah KLB/krisis kesehatan ditangani <24 jam/jumlah KLB/ krisis bencana) x 100% (Jumlah kasus meningitis carier maupun klinis pasca haji/ jumlah Jemaah haji) x 100% Jumlah sarana produksi obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan & PKRT serta jumlah sarana distribusi obat & alkes yg memenuhi kriteria baik sesuai persyaratan cara produksi & distribusi yang berlaku dibagi jumlah seluruh sarana produksi obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan & PKRT serta jumlah sarana distribusi obat & alkes x 100% 110

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi sarana pelayanan kefarmasian sesuai standar Sarana pelayanan kefarmasian yang memenuhi kriteria baik sesuai pelayanan kafarmasian yg berlaku Jumlah sarana pelayanan kefarmasian yang memenuhi kriteria baik sesuai ketentuan yg berlaku dibagi jumlah seluruh sarana pelayanan kefarmasian x 100% Proporsi pembinaan & pengawasan produksi & distribusi bidang farmasi & perbekes Sarana produksi obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan & PKRT serta sarana distribusi obat & alkes yang mendapatkan pembinaan & pengawasan Jumlah sarana produksi obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan & PKRT serta jumlah sarana distribusi obat & alkes yang mendapatkan pembinaan & pengawasan dibagi jumlah target pembinaan & pengawasan sarana produksi obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan & PKRT serta sarana distribusi obat & alkes x 100% 111

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi pembinaan & pengawasan pelayanan kefarmasian Sarana pelayanan kefarmasian yang mendapatkan pembinaan & pengawasan sesuai ketentuan yang berlaku Jumkah sarana pelayanan kefarmasian yang mendapatkan pembinaan & pengawasan dibagi jumlah target pembinaan & pengawasan sarana pelayanan kefarmasian x 100% Proporsi waktu pelayanan perijinan di bidang farmasi sesuai standar Proporsi Kabupaten/Kota melakukan pembinaan & pengawasan makanan & minuman sesuai standar Waktu pelayanan perijinan di bidang farmasi & perbekes yg memenuhi standar waktu pelayanan sesuai ketentuan yang berlaku Kab/Kota yang melaksanakan sertifikasi IRT makanan minuman sesuai ketentuan yang berlaku Jumlah pelayanan perijinan yg memenuhi standar waktu pelayanan dibagi jumlah seluruh perijinan yang dilayani x 100% Jumlah Kab/Kota yang telah melaksanakan sertifikasi IRT makanan minuman sesuai ketentuan yang berlaku dibagi jumlah seluruh IRT makanan minuman Kab/Kota x 100% 112

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi pembinaan mutu makanan & minuman Kab/Kota yang melaksanakan pemantauan mutu produk IRT makanan minuman Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan pemantauan mutu produk IRT dibagi jumlah seluruh produk IRT Kab/Kota x 100% Proporsi Puskesmas yang memiliki ijin operasional Proporsi Puskesmas terakreditasi Proporsi Puskesmas PONED terstandar Puskesmas yang sudah memiliki ijin operasional dengan dikeluarkannya SK Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Kab/Kota Puskesmas yang sudah difasilitasi & direkomendasikan oleh Dinkes Prov & siap untuk dilakukan penilaian akreditasi oleh Kemenkes RI Puskesmas PONED yang TIM, alat & obatnya telah sesuai standar Jumlah Puskesmas yang memiliki ijin operasional dibagi jumlah seluruh puskesmas x 100% Jumlah Puskesmas yang telah terakreditasi dibagi jumlah seluruh Puskesmas x 100% Jumlah Puskesmas PONED yang sesuai standar dibagi jumlah seluruh Puskesmas PONED yang ada x 100% 113

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Rasio Puskesmas per Jumlah Penduduk Rasio (perbandingan) Puskesmas per jumlah penduduk Jumlah seluruh Puskesmas dibagi jumlah seluruh penduduk Proporsi pembinaan akreditasi Puskesmas Proporsi pembinaan puskesmas PONED Proporsi RS yang memiliki ijin operasional Puskesmas yang sudah difasilitasi teknis & dilakukan pembinaan akreditasi puskesmas oleh Dinkes Prov. Puskesmas PONED yang sudah dilakukan fasilitasi teknis & pembinaan PONED oleh Dinkes Prov. RS di Jateng yg sudah mempunyai ijin operasional dari Kemenkes RI/Pemda (Prov/Kab/Kota) sesuai kelas RS Jumlah puskesmas yang telah terakreditasi dibagi jumlah seluruh puskesmas x 100% Jumlah puskesmas PONED yang sudah dilakukan fasilitasi teknis & pembinaan PONED dibagi jumlah seluruh puskesmas PONED yang ada x 100% RS di Jateng yg sudah mempunyai ijin operasional dari Kemenkes RI/Pemda (Prov/Kab/Kota) sesuai kelas RS dibagi jumlah RS x 100% 114

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi RS terakreditasi RS di Jateng yang sudah lulus akreditasi versi 2012 RS di Jateng yang sudah lulus akreditasi versi 2012 dibagi jumlah RS di Jateng Proporsi RS terlarifikasi RS di Jateng yang telah mendapatkan SK penetapan kelas dari Kemenkes RI/ Pemda (Prov./Kab/Kota) RS di Jateng yang telah mendapatkan SK penetapan kelas dari Kemenkes RI/ Pemda (Prov./Kab/Kota) dibagi jumlah RS se Jateng x 100% Proporsi RS PONEK terstandar RS Umum di Jateng yang memiliki SK penetapan sebagai RS PONEK & memberikan pelayanan PONEK RS Umum di Jateng yang memiliki SK penetapan sebagai RS PONEK & memberikan pelayanan PONEK dibagi jumlah RSU x 100% 115

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Angka kematian ibu Kematian maternal adalah kasus kematian wanita yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola) & masa dalam ukuran waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi & tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian incidental Jumlah kematian maternal di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah kelahiran hidup di suatu wilayah dalam 1 tahun x 100.000 Angka kematian bayi Kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai belum berusia tepat 1 tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah kematian bayi di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah kelahiran hidup di suatu wilayah dalam 1 tahun x 1.000 116

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Angka kematian balita Cakupan K4 Cakupan pertolongan persalinan nakes Kemtian anak berusia 0-4 tahun atau tepatnya 0 smpai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1x pada trimester k1-1, 1x pada trimester ke-2 dan 2x pada trimester ke-3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Cakupan persalinan oleh nakes (Pn) adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh nakes yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu Jumlah kematian balita di suatu wilayah kerja pad akurun waktu tertentu dibagi jumlah kelahiran hidup di suatu wilayah dalam 1 tahun x 1.000 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4x sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun x 100 Jumlah persalinan yg ditolong nakes kompeten di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah dalam 1 tahun x 100 117

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Cakupan peserta KB aktif Cakupan peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) adalah cakupan dari peserta KB yang baru & lama yang masih menggunakan alat & obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah peserta seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun x 100 Cakupan KN lengkap Cakupan neonates yang telah memperoleh pelayanan kunjungan neonatal minimal 3x, yaitu 1x pada 6-48 jam, 1x pda 3-7 hari, 1x pada 8-28 hari sesuai standar (menggunakan algoritma MTBM) di satu wilayah kerja pada 1 tahun Jumlah Kab/Kota yang telah mencapai cakupan kunjungan neonatal lengkap nimal 85% dibagi jumlah Kab/Kota Cakupan neonatal komplikasi yang ditangani Cakupan bayi neonatal yang kena komplikasi (pasca lahir) telah mendapatkan penanganan yg adekuat oleh nakes yg kompeten di fasilitasi pelayan kesehatan sesuai standar Jumlah neonates dengan komplikasi yang tertangani dibagi 15% dikali sasaran bayi dalam 1 tahun 118

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Cakupan kunjungan bayi Cakupan ASI Eksklusif Prevelensi Balita Gizi Buruk Cakupan bayi post neonatal yg memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan & perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 4x (1x pada umur 29 hari-2 bulan, 1x pada umur 3-5 bulan, 1x pada umur 9-11 bulan) di satu wilayah kerja pad kurun waktu tertentu Jumlah bayi usia 0-5 bl yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain berdasarkan recall 24 jam dibagi jumlah seluruh bayi usia 0-5 bl yang ada di wilayah tertentu dikali 100% Jumlah Balita gizi buruk lama ditambah jumlah Balita gizi buruk baru dibagi jumlah Balita yang ada Jumlah kab/kota yang telah mencapai cakupan kunjungan bayi 90% dibagi jumlah Kab/Kota Jumlah bayi 0-5 bl yg diberi ASI saja x 100 % dibagi Jumlah seluruh bayi 0-5 bl. Jumlah Balita Gizi buruk lama dan baru dibagi Jumlah seluruh Balita yang ditimbang dikali 100% 119

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Cakupan Balita Gizi Buruk yang Dapat Perawatan Proporsi Desa Melaksanakan STBM Jumlah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan (rawat jalan/ inap) di fasilitas kesehatan dibagi jumlah seluruh balita gizi buruk di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100 % Desa yang melaksanakan STBM adalah desa/ kelurahan yang melaksanakan intervensi pendekatan STBM dengan 3 (tiga) inidikator: (i) minimal telah ada intervensi melalui pemicuan (upaya perbhn perilaku) di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut, (ii) ada natural leader (kader) atau komite/ tim kerja masyarakat, (iii) mempunyai rencana aksi kegiatan untuk mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang telah disepakati bersama. Jumlah balita gizi buruk yg mendapat perawatan x 100 % Jumlah seluruh balita gizi buruk di wilayah tertentu Jumlah desa yang melaksanakan STBM dibagi jumlah seluruh desa x 100 120

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi Penduduk Akses Air Minum Proporsi Penduduk Akses Jamban Sehat Air minum (yang berkualitas/ layak) adalah air minum yang terlindungi meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bora tau sumur pompa, yang jaraknya 10 m dari pembuangan kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tangki, air sumur dan mata air tidak terlindung. Jamban sehat adalah tempat pembuangan kotoran manusia yang tidak mencemari badan air, tidak kontak dengan manusia dan serangga dengan konstruksi kuat dan aman Proporsi penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak adalah perbandingan antara pendudk atau rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum berkualitas (layak) di wilayah tertentu pada periode waktu tertentu, dibagi dengan jumlah pendudk atau rumah tangga seluruhnya pada wilayah dan periode yang sama dikalikan 100 Jumlah penduduk yang menggunakan fasilitasi sanitasi yang layak (jamban sehat) di wilayah dan periode waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk atau rumah tangga diwilayah dan periode waktu yang sama dikalikan 100 121

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi TTU yang Memenuhi Syarat TTU adalah adalah tempat atau sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat yang meliputi : sarana kesehatan (RSU, Puskesmas), sarana sekolah (SD dan MI, SLTP dan MTs, SLTA dan MA) dan hotel (Bintang dan non bintang) Jumlah TTU memenuhi syarat tahun sebelumnya ditambah TTU memenuhi syarat hasil pembinaan tahun berjalan dibagi jumlah TTU yang ada dikalikan 100 Proporsi TPM yang Memenuhi Syarat Tempat pengelolaan Makanan (TPM) adalah Usaha pengelolaan makanan yang meliputi : Jasaboga atau katering, rumah makan dan restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan Jumlah TPM yang memenuhi syarat tahun sebelumnya ditambah TPM memenuhi syarat hasil pembinaan tahun berjalan dibagi jumlah TPM yang ada dikalikan 100 122

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi Pukesmas/RS yang Ramah Lingkungan Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina perann serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes, 1991) yang meliputi : Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas Rawat jalan. Rumah Sakit adalah Menurut UU RI nomor 44/2009 tentang RS. RS adalah institusi yankes yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, meliputi : RS Pemerintah, RS TNI/Polri, RS Swasta Jumlah Puskesmas/ RS yang memenuhi syarat adalah jumlah puskesmas/ RS yang memenuhi syarat berdasarkan inspeksi sanitasi tahun sebelumnya ditambah puskesmas/ RS memenuhi syarat hasil pembinaan tahun berjalan dibagi jumlah puskesmas/ RS yang ada dikali 100 123

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga memenuhi syarat Pengelolaan sampah rumah tangga memenuhi syarat adalah rumah tangga yang melakukan pengelolaan sampah padat rumah tangga dengan cara tidak dibuang berserakan di halaman rumah, ada perlakukan dengan aman terhadap sampah yang akan dibuang (menimbun di dalam lubang, mengubah sampah menjadi kompos, digunakan kembali jika memungkinkan, cara lain) Jumlah rumah tangga yang mengelola sampah memenuhi syarat di wilayah dan periode waktu tertentu, dibagi dengan jumlah rumah tangga di wilayah dan periode waktu yang sama dikalikan 100 Proporsi Pengelolaan Limbah cair Rumah Tangga memenuhi syarat Pengelolaan limbah cair memenuhi syarat adalah rumah tangga yang melakukan pengelolaan limbah cair dengan cara tidak terlihat genangan air di sekita rumah karena limbah cair domestic, sudah diolah sebelum dibuang (limbah dibuang pada lubang resapan tertutup atau terisi oleh batu, dimanfaatkan oleh tanaman, dibuang disaluran got/ drainase yang ada namun tidak tergenang) Jumlah rumah tangga yang mengelola limbah cair memenuhi syarat di wilayah dan periode waktu tertentu dibagi dengan jumlah rumah tangga di wilayah dan periode waktu yang sama dikalikan 100 124

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Ratio Dokter Umum Terhadap Penduduk Dokter umum yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di suatu daerah Dokter umum yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di daerah tersebut dibanding dengan 100. 000 jumlah penduduk Ratio Dokter Spesialis Dasar dan Anestesi Terhadap Penduduk Ratio Dokter Gigi Terhadap Penduduk Dokter spesialis dasar (Bedah, dalam, anak, obsgyn) dan anestesi yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di suatu daerah Dokter gigi yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di suatu daerah Dokter spesialis dasar (Bedah, dalam, anak, obsgyn) dan anestesi yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di daerah tersebutdibanding dengan 100.000 jumlah penduduk di desa Dokter gigi yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan suatu daerah dibanding dengan 100.000 jumlah penduduk 125

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Ratio Bidan Terhadap Penduduk Ratio Perawat Terhadap Penduduk Ratio Sanitarian Terhadap Penduduk Proporsi Tenaga Kesehatan tersertifikasi Bidan yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di desa tersebut Perawat yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di desa tersebut Sanitarian yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di desa tersebut Sertifikasi Tenaga Kesehatan yang diterbitkan Bidan yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di desa tersebut dibanding dengan jumlah penduduk di desa Perawat yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di daerah tersebut dibanding dengan 100.000 jumlah penduduk Sanitarian yang berdomisili dan memberikan pelayanan kesehatan di daerah tersebut dibanding dengan 100.000 jumlah penduduk Jumlah Sertifikasi Tenaga Kesehatan yang diterbitkan dibagi Jumlah usulan sertifikasi tenaga kesehatan 126

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Jumlah STRTTK yang diterbitkan Proporsi pelatihan di bidang kesehatan yang terakreditasi Jumlah SDM Kesehatan yang mengikuti Diklat terakreditasi STRTTK yang telah diterbitkan Jumlah pelatihan di bidang kesehatan yang terakreditasi Jumlah SDM Kesehatan yang mengikuti Diklat terakreditasi Jumlah STRTTK yang diterbitkan dibagi Jumlah usulan STRTTK Jumlah pelatihan di bidang kesehatan yang terakreditasi dibanding jumlah pelatihan bidang kesehatan yang diajukan Jumlah absolut Proporsi Institusi Pendidikan Kesehatan yang Terakreditasi Jumlah Institusi Pendidikan kesehatan di Jawa Tengah yang terakreditasi Jumlah institusi pendidikan kesehatan yang terakreditasi dibanding jumlah Institusi pendidikan kesehatan di Jawa Tengah 127

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Jumlah Dukumen Perencanaan penganggaran, Evaluasi, dan Informasi Kesehatan Jumlah Pengunjung Website Dinkes Prov Jateng Jumlah Penyuluhan Melalui Media Elektronik Dokumen perencanaan, penganggaran meliputi: RKPD, Renja, RKT, PK, RKA, DPA, ROK, RKAKL, DIPA, RKO Dokumen evaluasi meliputi LAKIP, LPPD, LKPJ, laporan tahunan Dokumen Informasi Kesehatan meliputi: buku saku triwulan (4 buku), buku Profil Kesehatan, Data Dasar Puskesmas dan RS, Buku SPM Jumlah pengunjung yang membuka dan mengakses website dinkes provinsi Jateng Media elektronik adalah TV, radio, VCD/DVD atau MP3. Penyuluhan melalui media elektronik adalah komunikasi dua arah atau satu arah, baik langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan media elektronik Jumlah dokumen yang dibuat. Jumlah absolut dari penghitungan countent view hits Jumlah absolut/frekuensi dari semua penyuluhan yang dilakukan melalui media elektronik di level provinsi selama 1 tahun. 128

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Jumlah Penyuluhan Melalui Media Cetak Media cetak adalah poster, leaflet, flyer, stiker, baliho/billboard, buku saku, lembar balik, selebaran, buku agenda, kalender, banner dan media promosi cetak lainnya. Penyuluhan melalui media cetak adalah komunikasi dua arah atau satu arah, baik langsung atau tidak langsung dengan menggunakan media cetak. Jumlah absolut substansi dan atau jenis media cetak yang digunakan untuk kegiatan penyuluhan di level Provinsi selama 1 (satu) hari. Jumlah Penyuluhan Luar Ruang Penyuluhan luar ruang adalah komunikasi dua arah secara langsung atau tidak langsung, melalui pameran, penyuluhan dengan sasaran tertentu (mis: Sekolah, pedagang, masyarakat rawan penyakit dll). Jumlah absolut dari semua penyuluhan yang dilakukan melalui pameran, penyuluhan pada sasaran tertentu atau masyarakat umum di level Provinsi selama 1 (satu) tahun 129

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Persentase Pedagang yang Menjual garam beryodium Pedagang yang menjual garam beryodium adalah pedagang yang hanya menjual garam beryodium. Garam beryodium adalah garam konsumsi yang komponen utamanya adalah NaCl dan mengandung senyawa yodium 30 ppm 80 ppm (part permillions) melalui proses yodisasi. Jumlah pedagang yang menjual garam yodium dibagi jumlah pedagang yang diadvokasi/sosialisasi terkait garam beryodium selama 1 (satu) tahun Proporsi pasar yang menyediakan garam beryodium (sentinel) Pasar yang menjadi sentinel adalah pasar yang dilakukan pengamatan/perlakuan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Lokasi pasar sentinel berdasarkan survey Kecukupan Hidup layah (KHL) oleh Disnakertrans Prov. Jateng dan merupakan kesepakatan dengan Kab/Kota. Masing-masing kab/kot diambil 2 (dua) pasar untuk dijadikan sentinel. Pengamatan atau perlakukan dalam bentuk advokasi, sosialisasi, penyuluhan dan pemeriksaan garam beryodium Jumlah pasar sentinel yang menyediakan garam beryodium. (Angka absolut) 130

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Persentase Kab/ Kot yang Menyusun Regulasi Terkait KTR, Asi Ekslusif, PSN Menyusun adalah proses pembuatan regulasi terkait ASI Eksklusif, PSN dan KTR yang dilakukan oleh Kab/Kota Regulasi adalah kebijakan pemerintah daerah (Bupati/Walikota) yang disusun dan dapat berupa Paraturan, Surat edaran, Instruksi, Surat Keputusan maupun Perda Jumlah Kab/Kota yang (sedang) menyusun regulasi terkait ASI Eksklusif, PSN dan KTR dibagi jumlah Kab/Kota seluruhnya Proporsi Kabupaten/ Kota yang Menerbitkan Regulasi di Bidang Kesehatan (KTR, ASI, PSN) Menerbitkan adalah sudah mempunyai/ ada regulasi yang dapat dibuktikan dengan adanya nomer, tanggal dan tahun diterbitkannya regulasi tersebut. Regulasi adalah kebijakan Pemerintah Daerah Kab/ Kota dalam bentuk Peraturan, Surat Edaran, Instruksi, Surat Keputusan atau Perda Jumlah Kab/ Kota yang telah menerbitkan regulasi terkait ASI Eksklusif, PSN dan KTR dibagi jumlah Kab/ Kota seluruhnya. 131

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi desa / kelurahan siaga aktif mandiri Desa/Kelurahan siaga aktif adalah : 1. Desa atau kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui PKD atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pustu, Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. 2.Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat meliputi (pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak,gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat / PHBS. 3. desa/ kelurahan siaga aktif terbagi menjadi 4 (empat) tahapan/strata yaitu : strata pratama, madya, purnama dan mandiri. Jumlah desa / kel siaga aktif strata mandiri dibagi jumlah seluruhdesa/kel siaga aktif yang ada x 100 132

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Proporsi Posyandu Mandiri Posyandu mandiri adalah posyandu yang telah mencapai skor > 80 % dari 35 indikator penghitungan strata posyandu secara kuantitatif berdasarkan Surat Gubernur Jawa Tengah nomor 411.4/05768 tanggal 20 Februari 2007 1) Posyandu Mandiri adalah : Jumlah Skor dibagi 35 dikali 100% 2) Prosentase Posyandu Mandiri adalah : Jumlah posyandu strata mandiri di bagi jumlah seluruh posyandu yang ada di kali 100 Proporsi Rumah Tangga Sehat Rumah tangga sehat adalah Rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS meliputi : 1). Persalinan Nakes, 2). Pemeriksaan Kehamilan/K4; 3). Asi eksklusif, 4). Penimbangan balita;5)gizi Seimbang, 6).Air bersih, 7) jamban sehat, 8)Sampah, 9)Lantai rumah, 10).aktivitas fisik, 11)Tidak merokok, 12). Cuci tangan, 13) gosok gigi, 14). Tidak Miras/Narkoba, 15). Jaminan Pemeliharaan Kesehatan /JPK, 16). PSN Jumlah rumah tangga sehat utama dan paripurna dibagi jumlah seluruh rumah tangga yang di data X 100 133

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Jumlah BUMN dan BUMD yang melakukan CSR bidang Kesehatan Jumlah Ormas/LSM yang bekerjasama dgn institusi Kesehatan Jumlah dokumen kerjasama bidang kesehatan antar provinsi (MPU dan daerah lintas batas) Jumlah BUMN, BUMD & dunia usaha di provinsi dan Kab/kota yang melaksanakan CSR / Bina Lingkungan bidang kesehatan Jumlah Ormas/LSM yang bekerjasama dengan institusi kesehatan (Puskesmas, Dinkes Kabupaten/Kota, Dinkes Provinsi) dibuktikan dengan adanya dokumen (dapat berupa surat menyurat, SK, surat penugasan & dokumen administrasi lainnya atau MoU) jumlah dokumen kerjasama bidang kesehatan antar provinsi ( MPU dan daerah lintas batas) yang masih berlaku pada tahun berjalan jumlah BUMN, BUMD & dunia usaha di provinsi dan Kab/kota yang melaksanakan CSR/Bina Lingkungan bidang kesehatan Jumlah /Ormas/LSM yang bekerjasama dengan institusi kesehatan (Puskesmas, Dinkes Kabupaten/Kota, Dinkes Provinsi) dibuktikan dengan adanya dokumen (dapat berupa surat menyurat, SK, surat penugasan & dokumen administrasi lainnya atau MoU) jumlah dokumen kerjasama bidang kesehatan antar provinsi ( MPU dan daerah lintas batas) yang masih berlaku pada tahun berjalan 134