ABSTRAK Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

Latihan Soal Ujian Advokat Perdata

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

E K S E K U S I (P E R D A T A)

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

hal 0 dari 11 halaman

PROSES SIDANG PERDATA DI PENGADILAN NEGERI PUTUSSIBAU

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

ELIZA FITRIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG)

III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :

BAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

PUTUSAN Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA PALEMBANG

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

PROSEDUR EKSEKUSI EKSEKUSI GROSSE AKTA

2. Grosse adalah salinan pertama dan akta otentik. Salinan pertama ini diberikan kepada kreditur.

JAMINAN. Oleh : C

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

SEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin

EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

BAB 2 EKSEKUSI. cet.2, ed. revisi, (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 276

PUTUSAN. NOMOR 38/Pdt.G/2016/PTA.Smd DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR EKSEKUSI EKSEKUSI GROSSE AKTA

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan

EKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA Muhammad Ilyas,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar

KAPAN PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAARD DAPAT DIAJUKAN ULANG?

BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo*

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

E K S E K U S I Bagian I Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEJURUSITAAN PENGADILAN

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG DALAM PERKARA WARIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM UU.NO.4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA- BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PUTUSAN. Nomor 291/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

TERBANDING, semula PENGGUGAT;

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

P U T U S A N. Nomor : 139/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG.

BAB IV PENUTUP. Perselisihan Hubungan Industrial yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap

TINJAUAN ATAS PEMBAYARAN GANTI RUGI OLEH PEMERINTAH DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA BERDASARKAN PUTUSAN PERDATA YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP

UPAYA HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR: 109/PDT/ 2012/PTR.

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

PERANAN HAKIM TERHADAP LAHIRNYA PUTUSAN PENGADILAN YANG MENYATAKAN GUGATAN TIDAK DAPAT DITERIMA (Studi Kasus Putusan No. 191/Pdt.G/2010/PN.

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

UPAYA HUKUM DALAM PERKARA PERDATA (Verzet, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali dan Derden Verzet) Syahrul Sitorus

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam

Hal. 1 dari 11 hal. Put. No. 105/Pdt.G/2014/PTA Mks.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

SURAT EDARAN Nomor : 05 Tahun 1975

Transkripsi:

ABSTRAK Perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekutorial diajukan kepada Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut. Adakalanya permohonan eksekusi datang langsung dari pihak tereksekusi sendiri. Perlawanan pihak ketiga terhadap Sita Eksekutorial dianggap sangat relevan dengan dasar perlawanan hak milik. Apabila dapat dibuktikan dengan hal tersebut, maka eksekusi dapat ditunda. Tetapi sebaliknya kalau perlawanan tidak mampu membuktikan dalil gugatan perlawanan atau disamping itu terkesan ada persekongkolan antara pihak pelawan dengan pihak tereksekusi sehingga perlawanan pihak ketiga perlu ditolak dan tidak bernilai untuk menunda eksekusi. Jadi tidak selamanya perlawanan menunda eksekusi sesuai dengan prinsip umum. Permasalahannya adalah yang pertama, bagaimana Derden Verzet terhadap sita eksekutorial dan kedua, apakah hakim dalam memutus perkara nomor 330/pdt.G/2007/PN. Jak.Tim sudah tepat. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian dengan menguraikan data secara jelas, sistematis, nyata dan tepat mengenai fakta-fakta tertentu. Sedangkan metode pengumpulan data dalam penulisan hukum ini mepergunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif, artinya data kepustakaan dan putusan pada lembaga pengadilan dianalisis secara mendalam, holistic dan konfrehensif. Latar belakang Untuk memberikan jaminan atau kepastian bagi pihak penggugat akan kepentingan terhadap keputusan dari pengadilan, undang-undang menyediakan upaya hukum bagi penggugat agar terjamin haknya sekiranya gugatan dikabulkan nanti, yaitu dengan lembaga sita jaminan. Sita jaminan merupakan tindakan persiapan untuk mendapat menjamin dapat dilaksanakannya putusan pengadilan dalam perkara perdata dikemudian hari. Sita jaminan diatur dalam Pasal 199 HIR/214 RBg. Dimana dalam pasal tersebut memberikan jaminan bahwa barang-barang yang telah disita tidak boleh diperjualbelikan. Sedangkan permohonan penyitaan terhadap harta kekayaan milik tergugat diatur dalam Pasal 227 HIR/261 RBg Namun, bagaimana bila sita jaminan tersebut ternyata justru melanggar kepentingan dan menimbulkan kerugian terhadap pihak ketiga yang berada di luar 1

proses peradilan yang sedang berjalan dan apakah kemudian kepentingan pihak ketiga tersebut harus dikorbankan dengan adanya permohonan sita jaminan yang diharapkan sebagai perlindungan dari kepentingan penggugat. Di dalam hukum acara perdata di Indonesia dimungkinkan bagi pihak ketiga yang kepentingannya dilanggar untuk melakukan perlawanan atau bantahan atas penetapan sita jaminan. Adapun bantahan atau perlawanan dari pihak ketiga dalam hukum acara perdata biasanya menggunakan istilah derden verzet. Derden verzet adalah perlawanan dari pihak ketiga. Pada asasnya putusan pengadilan hanya mengikat para pihak yang berperkara dan tidak mengikat pihak ketiga. Namun tidak menutup kemungkinan adanya pihak ketiga yang dirugikan oleh suatu putusan pengadilan. Terhadap suatu putusan tersebut, pihak yang dirugikan dapat mengajukan perlawanan derden verzet ke Hakim Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut. Caranya pihak ketiga yang dirugikan menggugat para pihak yang berperkara (Pasal 379 Rv). Apabila perlawanan tersebut dikabulkan, maka terhadap putusan yang merugikan pihak ketiga tersebut haruslah diperbaiki (Pasal 382 Rv). Terhadap putusan perlawanan yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri, dapat diajukan upaya hukum banding, kasasi, dan peninjauan kembali. Pada kenyataannya terhadap alasan penundaan eksekusi itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan tujuan eksekusi itu sendiri, sehingga terkesan bahwa alasan itu sengaja dibuat-buat guna mengulur-ulur eksekusi begitu juga dengan pelaksanaannya. Eksekusi tidaklah begitu mudah dan cepat pelaksanaannya, tata cara yang harus ditempuh memerlukan waktu yang cukup lama serta biaya yang tidak sedikit. Namun demikian ada juga permohonan penundaan yang mempunyai alasan kuat, yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan. Mungkin pada suatu kasus alasan penundaan eksekusi yang dikemukakan tidak berdasar, tetapi pada kasus yang lain, alasan yang seperti itu cukup berbobot untuk menunda eksekusi. Derden verzet 1. Pengertian Menurut Pasal 1917 KUHPerdata, bahwa suatu putusan hakim hanya mengikat para pihak yang berperkara dan sama sekali tidak mengikat pihak ketiga. Namun demikian, bila pihak ketiga merasa hak-haknya dirugikan oleh suatu putusan hakim, maka yang bersangkutan dapat mengajukan perlawanan terhadap 2

putusan hakim tersebut. Perlawanan pihak ketiga tersebut dikenal dengan istilah derden verzet. 1 Perlawanan pihak ketiga yang bukan pihak dalam perkara bersangkutan oleh karena merasa dirugikan oleh suatu putusan pengadilan. 2. Pihak Yang Berhak Mengajukan Derden Sita Verzet Pada asasnya, derden verzet adalah upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk melawan putusan hakim yang merugikannya dalam praktik peradilan. Perlawanan pihak ketiga ini dapat dilakukan terhadap sita consevatoir, sita revindicatoir dan sita eksekusi atas dasar hak milik. Artinya, hanya pemilik atau orang yang merasa bahwa ia adalah pemilik barang yang disita yang berhak melakukan perlawanan derden verzet. Maka, jelaslah bahwa seorang penyewa, pemegang hipotik dan pemegang hak pakai atas tanah tidaklah dibenarkan mengajukan perlawanan derden verzet. 1. Pengertian 1 Muhammad Nazir, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Djambatan, 2005), hal. 225. Sita adalah suatu tindakan yang diambil oleh pengadilan melalui penetapan hakim atas permohonan penggugat, guna menempatkan barang berada dalam kekuasaan atau pengawasan pengadilan sampai adanya suatu putusan yang pasti dari suatu perkara. 2. Sumber dan Macam-macam Sita. Suatu putusan dimana seorang dimenangkan, kemudian misalnya tidak dilaksanakan, maka bagi yang menang akan menjadi tidak berarti sama sekali. Oleh karena itu, hukum acara perdata mengenal lembaga sita. Sita berasal dari terminologi beslag (Belanda), istilah Indonesia beslah, tetapi istilah bakunya sita atau penyitaan. Penyitaan berarti menempatkan harta tersita di bawah penjagaan pengadilan untuk memenuhi kepentingan penggugat. Macam-macam sita yang dikenal dalam hukum acara perdata, yaitu: 2 a. Sita Revindikasi (Revindicatoir Beslag). b. Sita Marital (Marimonia). c. Sita Jaminan (conservatoir beslag) 2 Anonim (6) (Online) tersedia di http://ptamakassarkota.go.id/index.php?option=com_content &view=article&id=356:macam-macam-sita-dalamhukum-perdata&catid=1:berita&itemid=180, dikases tanggal 7 Oktober 2012. 3

Eksekusi 1. Pengertian Eksekusi barasal dari kata executie, artinya melaksanakan putusan hakim (ten uitvoer legging van vonnissen). Sedangkan lengkapnya adalah melaksanakan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, sesuai dengan undang-undang yang belaku. 2. Macam-macam Eksekusi Di dalam hukum acara perdata dikenal tiga macam eksekusi, yaitu : a. Eksekusi yang diatur dalam Pasal 196 HIR dan seterusnya. b. Eksekusi yang diatur dalam pasal 225 HIR c. Eksekusi riil. 3. Asas dan Prinsip Eksekusi Menjalankan putusan pengadilan, tidak lain daripada melaksanakan isi putusan pengadilan, yakni melaksanakan secara paksa putusan pengadilan dengan bantuan kekuatan hukum apabila pihak yang kalah (tereksekusi atau pihak tergugat) tidak mau menjalankannya secara sukarela. 3 a. Menjalankan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap 3 Subekti, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: BPHN, 1977), hal. 128. Pada prinsipnya palaksanaan putusan secara paksa merupakan tindakan paksa yang dilakukan pengadilan dengan bantuan kekuatan hukum, guna menjalankan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Dengan kata lain, selama putusan hakim belum memperoleh kekuatan hukum yang tetap, maka upaya dan tindakan eksekusi belum berfungsi dan dalam pelaksanaan putusan secara paksa baru berfungsi sebagai tindakan hukum yang sah dan memaksa, terhitung sejak tanggal putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan pihak tergugat (yang kalah) tidak mau mentaati dan memenuhi putusan secara sukarela. Asas ini mengandung makna bahwa eksekusi menurut hukum acara perdata adalah menjalankan putusan yang telah mampunyai kekuatan hukum tetap. Ada beberapa bentuk pengecualian yang dibenarkan undang-undang yang memperkenankan eksekusi dapat dijalankan di luar putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, yaitu: 1) Pelaksanaan putusan lebih dahulu 4

2) Pelaksanaan putusan provisi 3) Akta perdamaian 4) Eksekusi Terhadap Grosse Akta 5) Eksekusi atas Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela Eksekusi dalam suatu perkara baru tampil dan berfungsi apabila pihak tergugat tidak bersedia mentaati dan menjalankan putusan secara sukarela. Jika tergugat tidak menjalankan pemenuhan putusan secara sukarela akan menimbulkan konsekuensi hukum berupa tindakan paksa yang disebut eksekusi. Dengan demikian, salah satu prinsip yang melekat pada eksekusi, yaitu menjalankan eksekusi secara paksa marupakan tindakan yang timbul apabila pihak tergugat tidak menjalankan putusan secara sukarela. Jika pihak tergugat bersedia mentaati dan menjalankan putusan secara sukarela, maka tindakan eksekusi tidak diperlukan. c. Putusan yang dapat dieksekusi bersifat kondemnatoir. Prinsip lain yang harus terpenuhi adalah putusan tersebut memuat amar kondemnatoir (condemnatoir). Hanya putusan yang bersifat kondemnatoir yang bisa dieksekusi, karena putusan yang amar atau diktumnya mengandung unsur penghukuman. Putusan yang amar atau diktumnya tidak mengandung unsur penghukuman, tidak dapat dieksekusi. d. Eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri Dalam Pasal 195 ayat (1) HIR atau Pasal 280 ayat (1) RBg, jika ada suatu Putusan Pengadilan Negeri, maka eksekusi atas putusan tersebut berada di bawah perintah dan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Dalam menjaga tegaknya kepastian hukum dan undang-undang telah menentukan kewenangan menjalankan putusan terhadap suatu putusan pengadilan dengan berpedoman pada kewenangan tersebut. Derden Verzet Terhadap Sita Jaminan HIR sama sekali tidak mengatur upaya hukum khusus bagi pihak tersita untuk melawan instrumen sita jaminan. Memang pada dasarnya sita jaminan tidak ditujukan untuk melakukan eksekusi/penjualan terhadap obyek sita dan sekedar melarang tersita untuk melakukan 5

perbuatan hukum terhadap barang tersebut. Namun, sita jaminan tersebut tetap dapat menimbulkan kerugian terhadap tersita. Sebaliknya Rv justru memuat ketentuan yang secara khusus mengatur perlawanan terhadap sita jaminan, Pasal 724 dan 725 Rv memberikan kesempatan bagi tersita untuk mengajukan bantahan baik dengan sidang singkat di hadapan ketua (pengadilan) maupun di hadapan sidang raad van justitite. Perlawanan ini diajukan dalam suatu pemeriksaan atas sah dan berharga atau tidaknya sita jaminan, yang harus diadakan 8 hari setelah sita ditetapkan. Pada dasarnya baik HIR, RBg maupun Rv tidak mengatur prosedur perlawanan terhadap sita jaminan, baik terhadap sita konservatoir, maupun sita revindicatoir. Konsep dasar dari perlawanan pihak ketiga adalah perlawanan yang didasarkan kepada hak milik. Oleh karenanya, pelawan harus dapat membuktikan bahwa ia adalah pemilik dari barang yang disita, apabila terbukti barang tersebut adalah miliknya, maka pelawan tersebut akan dinyakan sebagai pelawan yang benar dan sita akan diperintahkan untuk diangkat, sebaliknya, apabila tidak terbukti, maka pelawan akan dinyatakan sebagai pelawan yang tidak jujur, dan sita akan dipertahankan. Dari konsep ini, maka sebenarnya pelawan terhadap sita conservatoir tidak akan dapat memenuhi kriteria perlawanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 195 ayat (6) HIR, karena jelas bahwa perlawanan tersebut bukanlah atas dasar hak milik. Namun pada praktiknya, yurisprudensi perlawanan pihak ketiga selaku pemilik barang yang disita dapat diterima, juga dalam hal sita conservatoir ini belum disyahkan terhadap sita jaminan yang bersifat conservatoir dapat diterima. Berdasarkan Pasal 207 ayat (1) HIR, perlawanan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang telah memutuskan dilakukannya penyitaan. Pemeriksaan terhadap perlawanan dilakukan melalui acara biasa, dimana kedua belah pihak didengar dan dipanggil secara patut. Derden Verzet Terhadap Sita Eksekutorial Menurut Pasal 195 ayat (60) HIR diberi kemungkinan bagi pihak ketiga untuk mengajukan perlawanan terhadap sita eksekusi yang akan dijalankan. Salah satu syarat agar perlawanan dapat dipertimbangkan sebagai alasan untuk menunda eksekusi, harus diajukan sebelum eksekusi dijalankan. Kalau eksekusi telah selesai dijalankan, tidak ada relevansinya 6

untuk menunda eksekusi. Menurut yurisprudensi, dalam Putusan MA tanggal 31 Agustus 1977 No. 697 K/Sip/974, ditegaskan tentang formalitas pengajuan perlawanan terhadap eksekusi harus diajukan sebelum penjualan lelang dijalankan (sebelum eksekusi dijalankan). Kalau eksekusi sudah selesai dijalankan, maka upaya yang dapat diajukan pihak ketiga untuk membatalkan eksekusi harus melalui gugatan. Begitu juga dalam Putusan Mahkamah Agung No. 786 K/Pdt/1988, antara lain: 1. Derden verzet atas eksekusi berdasarkan alasan sebagai pemilik dapat dibenarkan asal diajukan sebelum eksekusi dijalankan. 2. Sehubungan dengan itu, oleh karena perlawanan diajukan pada saat sita eksekusi diajukan, Pengadilan Negeri diperintahkan untuk mengangkat sita eksekusi. 3. Dengan demikian, apabila eksekusi telah selesai dilaksanakan, upaya yang dapat ditempuh pihak ketiga adalah mengajukan gugatan perdata. dieksekusi yang mengaku sebagai pemilik (pemegang hak milik, HGU, HGB, hak pakai, termasuk penanggungan hak tanggungan dan hak sewa) dan penyewa yang obyeknya bukan tanah. Mengenai derden verzet ini diatur juga dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II, Mahkamah Agung RI Tahun 2004. 4 Selain itu perlawanan tersebut juga terdapat dalam Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus, Buku II, Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2008. 5 Menurut yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 31 Agustus 1977 No. 697 K/Sip/1974, ditegaskan tentang formalitas pengajuan perlawanan terhadap eksekusi harus diajukan sebelum penjualan lelang dijalankan (sebelum eksekusi dijalankan). Kalau eksekusi sudah selesai dijalankan, upaya yang dapat diajukan pihak ketiga untuk membatalkan eksekusi harus melalui gugatan. 6 Cara Melakukan Perlawanan Terhadap Eksekusi Bahwa pihak-pihak yang melakukan perlawanan adalah pihak ketiga yang akan 4 Mahkamah Agung, Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus, Buku II, Edisi 2007, (Jakarta Mahkamah Agung RI,, 2008), hal. 144. 5 Ibid, hal 101-103. 6 M Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika), hal.314-315. 7

Prosedur Pengajuan Derden Verzet Gugatan derden verzet dibuat seperti surat gugatan biasa dan dimasukkan di Kepaniteraan Pengadilan yang memutus perkara semula, dengan membayar panjar biaya perkara dan didaftar dalam register induk perkara gugatan sebagai perkara baru dengan mendapat perkara nomor baru, yaitu: 1. Diajukan oleh pihak ketiga guna membela dan mempertahankan hak kepentingannya di pengadilan, bukan sebagai kewajiban. 2. Pelawan bukan subyek yang terlibat langsung sebagai pihak dalam putusan yang dilawan. 3. Pada derden verzet pelawan harus menarik seluruh pihak yang terlibat dalam putusan yang dilawan, dan hal ini merupakan syarat mutlak yang tidak boleh diabaikan, bila diabaikan mengandung cacat formal berupa error in persona yang dapat mengakibatkan putusan di N.O. (niet ont vankelijkverklaard). 4. Tenggang waktu derden verzet dapat dikatakan luas tetapi juga dapat dikatakan sempit, karena tidak dibatasi oleh jumlah hari, minggu, bulan, dan bahkan tahun yang membatasinya adalah eksekusi putusan. Kalau eksekusi itu cepat, maka cepat pula habisnya tenggang waktu untuk mengajukan derden verzet, apabila lambat maka lambat pula berakhirnya tenggang waktu untuk mengajukan derden verzet. 5. Derden verzet didaftar sebagai perkara baru dengan membayar biaya perkara baru, terpisah dari nomor perkara yang dilawan. 6. Karena derden verzet itu sebagai perkara baru, maka yang menjadi bahan pemeriksaan adalah perlawanan pelawan, bila terlawan membantah dalil pelawan, maka pelawan berkewajiban membuktikan dalilnya. Kedudukan Para Pihak Dalam Derden Verzet Pada dasarnya yang berhak untuk mengajukan derden verzet adalah pihak ketiga yang memiliki dasar/alas/titel hak milik. Berdasarkan putusan Rakernas 2007 di Ujung Pandang derden verzet juga dapat diajukan oleh pihak ketiga yang mempunyai dasar hukum perjanjian seperti pemegang hipotik. Kedudukan para pihak dalam perkara derden verzet adalah pihak ketiga disebut "pelawan", penggugat asal disebut "terlawan I" dan tergugat asal disebut "terlawan II". 8

Analisis Kasus Berdasarkan uraian serta pemasalahan pada kasus derden verzet terhadap sita eksekutorial pada putusan Nomor 330/Pdt.G/2007/PN.Jak-Tim, antara Endi Yulian Pribadi melawan PT. BANK NISP dan Willie Taruna, hakim dalam menerapkan hukum secara yuridis, telah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, putusan hakim dapat dinyatakan telah tepat dilihat dan surat Pelawan tanggal 27 Februari 2006 yang dialamatkan kepada Mejelis Hakim yang memeriksa dan mengadili Perkara Perdata No. 330/Pdt,G/2007/PN Jkt.Tim, perihal perubahan gugatan dalam hal ini tentang dikeluarkannya Terlawan Tersita (Willie Taruna) selaku pihak dalam perkara yang berakibat perkara ini kekurangan pihak. Adanya pihak Terlawan Penyita dalam suatu perkara sudah tentu harus diikuti dengan adanya Pihak Terlawan Tersita dalam suatu perkara. Mengingat perlawanan dalam perkara ini diajukan sehubungan dengan diletakkannya sita eksekusi terhadap sebidang tanah. bangunan dan tuntutannya. Dengan telah dikeluarkannya Terlawan Tersita (Willie Taruna) selaku pihak dalam perkara ini, tanpa disertai adanya perubahan terhadap posita perlawanan/bantahan yang selalu menyebutnyebut Terlawan Tersita yang berakibat perlawanan Pelawan menjadi kabur tidak jelas (obscuur libel). Demikian halnya dalam petitum, kabur tidak jelas (obscuur libel), dimana Pelawan telah memohon agar Majelis Hakim memutuskan menghukum Terlawan Penyita dan Terlawan Tersita secara tanggung renteng untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini. Dalam hal ini tidak diketahui Terlawan Tersita yang mana yang dimaksud oleh Pelawan, dengan kata lain Perlawanan Pelawan tidak jelas, kabur (obscuur libel). Disamping tidak menyertakan Terlawan Tersita (Willie Taruna) selaku pihak dalam perkara, Pelawan juga telah tidak menyertakan selaku pihak dalam perkara, Bambang Gunawan, Notaris atau PPAT, Ivonne Bamietha Sinyal Notaris/PPAT, Felicia Gunawan, yang adalah pihak-pihak yang disebut dalam posita perlawanan/bantahan Pelawan. Dan juga adanya kekurangan pihak dalam Pelawan, yaitu ibu dan saudara dalam dokumen ikut menandatangani, seharusnya dalam perlawanan ini, mereka diikutsertakan, karena kalau terbukti bahwa tanda tangan tersebut adalah bukan tanda tangan ibu dan saudara Pelawan dan sudah barang tentu mereka ikut dirugikan, jadi 9

seharusnya dimasukkan juga mereka sebagai para Pelawan bersama-sama dengan Pelawan. Selain itu, dalam hal Putusan Pengadilan oleh Hakim, memutus dengan pertimbangan-pertimbangan hukum, dengan menilai serta melihat alasan Pelawan dan tanggapan Terlawan Penyita serta pertimbangan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Dalam perkara tersebut hakim juga menilai bahwa bantahan Pelawan tidak beralasan hukum, dilakukan semata-mata guna merugikan Terlawan Penyita yang telah memberikan kredit atau pinjaman uang kepada Willie Taruna dengan berupaya menangguhkan eksekusi lelang jaminan utang milik Willie Taruna. Atas dasar hak tanggungan peringkat pertama dalam Perkara No.50/2006.Eks/PN.Jkt.Tim jo. No. 2364/2005 jo. APHT I No. 393/2005, serta sertifikat hak tanggungan yang dimohonkan eksekusinya berbunyi: Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang pelaksanaannya disamakan dengan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Hal tersebut berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dalam Pasal 44 ayat (2). Berdasarkan telah ditandatanganinya Akta Jual Beli tanggal 2 Maret 2005 No.248/2005 yang dibuat oleh atau dihadapan H. Marjono Moekiran, PPAT, telah terjadi peralihan hak menurut hukum dari Pelawan kepada Felicia Gunawan atas sebidang tanah, bangunan dan tuntutannya Hak Milik No. 00549 Utan Kayu Selatan walaupun fisik dan objek jual beli tersebut belum dikuasai oleh pembeli dan dalam akta jual beli tersebut telah dinyatakan dengan tegas bahwa harga pembelian telah dibayar sepenuhnya, serta akta jual beli tersebut berlaku sebagai kuitansi penerimaan uang pembelian atasnya. Demikian halnya terhitung sejak ditandatanganinya Akta Jual Beli Tanggal 26 Juni 2005 No. 392/2005, yang dibuat oleh atau dihadapan Ivonne Barnetha Sinyal, Notaris/PPAT, terjadi peralihan hak menurut hukum dari Felicia Gunawan selaku penjual kepada Willie Taruna selaku pembeli atas sebidang tanah, bangunan dan tuntutannya Hak Milik No. 00549 Utan Kayu Selatan. Jelas bahwa Pelawan bukanlah pemilik atas tanah, bangunan dan tuntutannya tersebut. Pelawan tidak mempunyai kualitas, tidak berhak mengajukan keberatan/perlawanan (derden verzet) dalam perkara ini sehubungan dengan diletakkannya sita eksekusi di atas sebidang 10

tanah berikut bangunan Hak Milik No. 00549 Utan Kayu Selatan. Berdasarkan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1966, sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum, Pengadilan berkewajiban untuk menyelesaikan perkara yang diajukan padanya. Dan karena itu untuk tuntasnya perkara ini, perlu dibuktikan benar dan tidak adanya hubungan hukum antara Willie Taruna sebagai pihak dalam hutang piutang dengan Pelawan dan Felicia sebagai pembeli obyek tanah sengketa, maka karenanya mereka berdua harus diajukan sebagai pihak dalam perkara ini, apalagi dalam posita Pelawan tidak hanya Pelawan saja yang menandatangani akta sehubungan dengan obyek tanah sengketa tapi juga ibu kandung dan saudara kandung Pelawan. Jadi, meskipun putusan pengadilan ini belum mengenai pokok perkara, karena eksepsi Terlawan dikabulkan oleh Majelis Hakim, dimana kurangnya para pihak dan juga gugatan ini kabur/tidak jelas dikarenakan pihak-pihak yang dimaksud dalam perlawanan ini juga tidak jelas, oleh karenanya gugatan tidak dapat diterima. Maka seharusnya dalam perlawanan ini pihak Pelawan harus mengikutsertakan seluruh pihak-pihak yang ikut dalam proses peralihan hak milik tersebut agar dapat membuktikan bahwa peralihan itu tidak benar, terutama juga pihak-pihak dalam eksekusi yaitu pemohon dan termohon eksekusi itu wajib diikutsertakan, karena merekalah pihak-pihak yang menimbulkan kerugian bagi pihak Pelawan. Artinya kedudukan para pihak dalam perkara derden verzet adalah pihak ketiga disebut "Pelawan", penggugat asal disebut "Terlawan I" dan tergugat asal disebut "Terlawan II". Kesimpulan Derden verzet terhadap sita eksekutorial adalah menurut Pasal 195 ayat (6) HIR diberi kemungkinan bagi pihak ketiga untuk mengajukan perlawanan terhadap sita eksekusi yang akan dijalankan. Salah satu syarat agar perlawanan dapat dipertimbangkan sebagai alasan untuk menunda eksekusi, harus diajukan sebelum eksekusi dijalankan. Kalau eksekusi telah selesai dijalankan, tidak ada relevansinya untuk menunda eksekusi. Menurut yurisprudensi, dalam Putusan Mahkamah Agung tanggal 31 Agustus 1977 No. 697 K/Sip/974, ditegaskan tentang formalitas pengajuan perlawanan terhadap eksekusi harus diajukan sebelum penjualan lelang dijalankan (sebelum eksekusi dijalankan). 11

Kalau eksekusi sudah selesai dijalankan, maka upaya yang dapat diajukan pihak ketiga untuk membatalkan eksekusi harus melalui gugatan. Begitu juga dalam Putusan Mahkamah Agung No. 786 K/Pdt/1988. Penerapan hukum sebagai dasar pertimbangan hakim dalam memeriksa dan memutus Perkara Nomor 330/Pdt.G/2007/PN.Jak-Tim tentang perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekutorial adalah hakim dalam menerapkan hukum secara yuridis, telah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, putusan hakim dapat dinyatakan telah tepat dilihat dan surat Pelawan tanggal 27 Februari 2006 yang dialamatkan kepada Mejelis Hakim yang memeriksa dan mengadili Perkara Perdata No. 330/Pdt,G/2007/PN Jkt.Tim, perihal perubahan gugatan dalam hal ini tentang dikeluarkannya Terlawan Tersita (Willie Taruna) selaku pihak dalam perkara yang berakibat perkara ini kekurangan pihak. Dengan telah dikeluarkannya Terlawan Tersita (Willie Taruna) selaku pihak dalam perkara ini, tanpa disertai adanya perubahan terhadap posita perlawanan/bantahan yang selalu menyebutnyebut Terlawan Tersita yang berakibat perlawanan Pelawan menjadi kabur tidak jelas (obscuur libel). Demikian halnya dalam petitum, kabur tidak jelas (obscuur libel), dimana Pelawan telah memohon agar Majelis Hakim memutuskan menghukum Terlawan Penyita dan Terlawan Tersita secara tanggung renteng untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini. Dalam hal ini tidak diketahui Terlawan Tersita yang mana yang dimaksud oleh Pelawan, dengan kata lain Perlawanan Pelawan tidak jelas, kabur (obscuur libel). Meskipun putusan pengadilan ini belum mengenai pokok perkara, karena eksepsi Terlawan dikabulkan oleh Majelis Hakim, dimana kurangnya para pihak dan juga gugatan ini kabur/tidak jelas dikarenakan pihak-pihak yang dimaksud dalam perlawanan ini juga tidak jelas, oleh karenanya gugatan tidak dapat diterima. Maka seharusnya dalam perlawanan ini pihak Pelawan harus mengikutsertakan seluruh pihak-pihak yang ikut dalam proses peralihan hak milik tersebut agar dapat membuktikan bahwa peralihan itu tidak benar, terutama juga pihak-pihak dalam eksekusi yaitu pemohon dan termohon eksekusi itu wajib diikutsertakan, karena merekalah pihak-pihak yang menimbulkan kerugian bagi pihak Pelawan. Artinya kedudukan para pihak dalam perkara derden verzet adalah pihak ketiga disebut 12

"Pelawan", penggugat asal disebut "Terlawan I" dan tergugat asal disebut "Terlawan II". Saran Dengan sangat dominannya campur tangan pengadilan negeri dalam pelaksanan perlawanan, maka hendaknya pengadilan negeri dapat meningkatkan pelayanannya dalam pelaksanan pemeriksaan perkara perlawanan tersebut dalam bentuk percepatan pemeriksaan perkara dan meningkatkan sumber daya manusianya sendiri. Sebaiknya pengadilan, apabila menerima perkara derden verzet, seharusnya prosesnya dipercepat, tidak mengikuti hukum acara perdata biasanya, karena kaitannya dengan pelaksanaan eksekusi, dimana agar jangan sampai terlaksana eksekusi tersebut, padahal putusan perlawanan belum juga diputus, hal ini bisa menimbulkan kerugian bagi pelawan, seandainya putusannya diputuskan bahwa pemilik sahnya adalah pelawan. DAFTAR PUSTAKA Harahap, M. Yahya. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2000. Mahkamah Agung, Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus, Buku II, Edisi 2007, (Jakarta Mahkamah Agung RI,, 2008), Nazir, Muhammad. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Djambatan, 2005. Subekti, R. dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2000. http://ptamakassarkota.go.id/index.php?option=com_content&view =article&id=356:macammacam-sita-dalam-hukumperdata&catid=1:berita&item id=180, dikases tanggal 7 Oktober 2012. 13