MATERI KULIAH ORTODONSIA I. Oleh Drg. Wayan Ardhana, MS, Sp Ort (K) Bagian Ortodonsia

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENALAN SEFALOMETRI RADIOGRAFIK

SEFALOMETRI. Wayan Ardhana Bagian Ortodonsia FKG UGM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tenaga kesehatan membutuhkan cara untuk mendukung pekerjaan agar terlaksana

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiga puluh orang menggunakan sefalogram lateral. Ditemukan adanya hubungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan antara derajat konveksitas profil jaringan keras dan jaringan lunak wajah pada suku Bugis dan Makassar

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 BEDAH ORTOGNATI PADA MAKSILA. akan terlihat jelas ketika masa tumbuh kembang ataupun juga akibat trauma. 7

Nama: Tony Okta Wibowo Nrp : Dosen Pembimbing : Bp. Moch Hariadi, ST M.Sc PhD Bp. Dr. I ketut eddy Purnama, ST,MT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. sagital, vertikal dan transversal. Dimensi vertikal biasanya berkaitan dengan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimental kuasi dengan desain one group pre dan post. Tempat : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BPSL BLOK ORTODONTI 1 NAMA : NIM : KLP BUKU PANDUAN SKILL LAB SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BPSL BLOK 11K ORTODONTI 1 NAMA : NIM : KLP BUKU PANDUAN SKILL LAB SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran

Penggunaan Indeks Ekstraksi untuk menentukan macam perawatan pada maloklusi klas I Angle

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan sinar X pada tahun 1895 oleh Wilhem Conrad Rontgen memegang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENEMPATAN TITIK-TITIK CEPHALOMETRY 3D PADA CITRA MRI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

III. RENCANA PERAWATAN

Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

Keterbatasan radiografi panoramik dalam pengukuran ketidaksimetrisan mandibula

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

UNIVERSITAS INDONESIA

Perubahan Posisi Mandibula pada Perawatan Kamuflase Maloklusi Kelas III Skeletal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

I. Nama mata kuliah : Ortodonsia. II. Kode/SKS : KGO 1/2. III. Prasarat : Anatomi IV. V. Deskripsi Mata Kuliah. VI. Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II KELETAL DENGAN KOMBINASI AKTIVATOR - HEADGEAR

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL ANTARA TULANG VERTEBRA SERVIKALIS DAN POLA WAJAH PADA OKLUSI NORMAL

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI

DAFTAR ISI... Hal HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN..

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : MELISA NIM :

Transkripsi:

MATERI KULIAH ORTODONSIA I Oleh Drg. Wayan Ardhana, MS, Sp Ort (K) Bagian Ortodonsia FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011

SEFALOMETRI PENDAHULUAN Mahasiswa dituntut untuk menguasai pengetahuan yang mendasari perawatan yang akan dilakukan, sebelum melakukan perawatan ortodontik. Mahasiswa juga dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan lain yang mendukung, seperti radiografik, histologi, anatomi dan lain sebagainya. Penegakan diagnosis diperlukan sebelum melakukan perawatan ortodontik. Diperlukan faktor-faktor pendukung dalam menegakkan diagnosis ortodontik, antara lain sefalometri radiografik. Berdasarkan hal tersebut maka pengetahuan tentang sefalometri radiografik penting dikuasai oleh mahasiswa. Beberapa aspek mengenai sefalometri radiografik meliputi pengenalan, teknik, referensi, analisis dan kelemahan-kelemahan sefalometri radiografik akan dibahas didalam bab ini. Setelah membaca bab ini, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Menyebutkan tentang pengenalan sefalometri radiografik, 2. Menyebutkan tentang teknik sefalometri radiografik, 3. Menyebutkan tentang referensi sefalometri radiografik, 4. Menyebutkan tentang analisis sefalometri radiografik, 5. Menyebutka tentang kelemahan-kelemahan sefalometri radiografik. PENGENALAN SEFALOMETRI RADIOGRAFIK 1. Sejarah sefalometri radiografik Fotografi tidak dapat digunakan untuk melihat hubungan antara gigi-gigi, tulang rahang dan struktur kraniofasial lain. Para ahli antropologi melakukan pengukuran tengkorak kering untuk mengetahui lebih detail bentuk dan pola kraniofasial, akan tetapi hal ini banyak kekurangan antara lain berhubungan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan tengkorak manusia hidup dan pengukuran intrakranial. Berdasarkan hal ini, maka Simon memperkenalkan 1

sistem gnatostatik, yaitu metode yang mengorientasikan model studi ortodontik pada bidang-bidang kranial untuk melihat hubungan gigi-gigi atas dan bawah terhadap basis apikalis ditinjau dari struktur kraniofasial. Berdasar pengetahuan antropometrik dan gnatostatik maka para ahli antropologi menyebutnya dengan kraniometrik atau sefalometri radiografik. Sefalometri radiografik digunakan untuk mempelajari hubungan gigi-gigi dan struktur tulang muka secara ekstrakranial dan intrakranial. Gambaran sefalometri radiografik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1922 oleh Pacini. Tahun 1931, Hofrath (Jerman) dan Broadbent (Amerika) dalam waktu bersamaan menemukan teknik sefalometri yang telah terstandarisasi dengan menggunakan alat sinar-x dan pemegang kepala yang dinamakan sefalostat atau sefalometer. Film yang dihasilkan dari pemotretan kepala ini disebut sefalogram atau film kepala atau sefalometri sinar-x. Sefalometri radiografik diperkenalkan dalam bidang ortodontik sekitar tahun 1930 an, meskipun metode yang benar untuk aplikasi praktik ortodontik baru 20 tahun kemudian. Beberapa tahun kemudian, metode analisis dikembangkan oleh beberapa pengarang. 2. Arti dan manfaat sefalometri radiografik Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi tentang pola kraniofasial. Manfaat sefalometri radiografik adalah: a. Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Dengan membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu yang berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. b. Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab maloklusi (seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka). c. Mempelajari tipe fasial. 2

Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat dengan tipe fasial. Ada 2 hal penting yaitu : (1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan (2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk profil : cembung, lurus atau cekung. d. Merencanakan perawatan ortodontik. Analisis dan diagnosis yang didasarkan pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan hasil perawatan ortodontik yang dilakukan. e. Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Dengan membandingkan sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan ortodontik. f. Analisis fungsional. Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan membandingkan posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu mulut terbuka dan posisi istirahat. g. Penelitian TEKNIK SEFALOMETRI RADIOGRAFIK 1. Alat Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari sefalostat atau sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset yang berisi film dan layar pengintensif (intensifying screen). Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam. Layar pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak diperlukan. Bagian dari sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar harus dapat menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus jaringan keras dan dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak. 3

Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu: a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset, sehingga objek tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat penyinaran/proyeksi lateral atau antero-posterior. b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya dapat berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa macam proyeksi yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah jenis ini yaitu Rotating type. 2. Teknik pembuatan dan penapakan sefalogram a. Teknik pembuatan sefalogram Proyeksi lateral atau profil Proyeksi lateral dapat diambil pada subjek dengan oklusi sentrik, mulut terbuka atau istirahat. Kepala subjek difiksir pada sefalometer, bidang sagital tengah terletak 60 inci atau 152,4 cm dari pusat sinar X dan muka sebelah kiri dekat dengan film. Pusat berkas sinar X sejajar sumbu transmeatal (ear rod) sefalometer. Jarak bidang sagital tengah-film 18 cm. FHP (Frankfurt Horizontal Plane) sejajar lantai, subjek duduk tegak, kedua telinga setinggi ear rod. Proyeksi postero-anterior/frontal Pada proyeksi postero-anterior tube diputar 90 o sehingga arah sinar X tegak lurus sumbu transmeatal. Oblique sefalogram Oblique sefalogram kanan dan kiri dibuat dengan sudut 45 dan 135 terhadap proyeksi lateral. Arah sinar X dari belakang untuk menghindari superimposisi dari sisi mandibula yang satunya. FHP sejajar lantai. Oblique sefalogram sering digunakan untuk analisis subjek pada periode gigi bercampur. 4

b. Teknik penapakan sefalogram Analisis sefalometri radiografik dibuat pada gambar hasil penapakan sefalogram. Acetate matte tracing paper (kertas asetat) tebal 0,003 inci ukuran 8x10 inci dipakai untuk penapakan sefalogram. Kertas asetat dilekatkan pada tepi atas sefalogram dengan Scotch tape (agar dapat dibuka apabila diperlukan), kemudian diletakkan di atas iluminator (negatoscope). Penapakan sefalogram dianjurkan menggunakan pensil keras (4H) agar diperoleh garisgaris yang cermat dan tipis. 5

Gambar 1. Penyusunan dasar pembuatan sefalogram atas: proyeksi lateral bawah: proyeksi antero-posterior tengah: jarak sumber sinar X-objek-film. 6

Bagian-bagian yang perlu ditapak pada sefalogram lateral antara lain: Bagian 1: Profil jaringan lunak Kontur eksternal kranium Vertebra servikalis pertama dan kedua Bagian 2: Kontur internal kranium Atap orbita Sella tursika atau fossa pituitari Ear rod Bagian 3: Tulang nasal dan sutura frontonasalis Rigi infraorbital Fisura pterigomaksilaris Spina nasalis anterior Spina nasalis posterior Molar pertama atas dan insisivus sentralis atas Bagian 4: Simfisis mandibula Tepi inferior mandibula Kondilus mandibula Mandibular notch dan prosesus koronoideus Molar pertama bawah dan insisivus sentralis bawah REFERENSI SEFALOMETRI RADIOGRAFIK 1. Titik-titik antropometri Tanda-tanda penting pada sefalometri radiografik adalah titik-titik yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam pengukuran atau untuk membentuk suatu bidang. Titik-titik tersebut antara lain: 7

Nama Keterangan Nasion (Na/N) : titik paling anterior sutura frontonasalis pada bidang sagital tengah ujung tulang Spina nasalis anterior (ANS) : spina nasalis anterior, pada bidang tengah Subspinal (A) : titik paling dalam antara spina nasalis anterior dan Prosthion Prosthion (Pr) : titik paling bawah dan paling anterior prosessus alveolaris maksila, pada bidang tengah, antara gigi insisivus sentral atas Insisif superior (Is) : ujung mahkota paling anterior gigi insisivus sentral atas Insisif inferior (Ii) : ujung mahkota paling anterior gigi insisivus sentral bawah Infradental (Id) : titik paling tinggi dan paling anterior prosessus alveolaris mandibula, pada bidang tengah, antara gigi insisivus sentral bawah Supramental (B) : titik paling dalam antara Infradental dan pogonion Pogonion (Pog/Pg) : titik paling anterior tulang dagu, pada bidang tengah Gnathion (Gn) : titik paling anterior dan paling inferior dagu Menton (Me) : titik paling inferior dari simfisis atau titik paling bawah dari mandibula sela tursika (S) titik tengah fossa hipofisial spina nasalis posterior (PNS) : titik perpotongan dari perpanjangan dinding anterior fossa pterigopalatina dan dasar hidung Orbital (Or) : titik yang paling bawah pada tepi bawah tulang orbita 8

Gonion (Go) : titik perpotongan garis singgung margin posterior ramus assenden dan basis mandibula Porion (Po) : titik paling luar dan paling superior ear rod 2. Garis dan bidang referensi Menurut Krogman dan Sassouni, dikatakan garis apabila menghubungkan 2 titik, disebut bidang apabila menghubungkan paling sedikit 3 titik. Nama Keterangan Sela-Nasion (S-N) : garis yang menghubungkan Sela tursika (S) dan Nasion (N), merupakan garis perpanjangan dari basis kranial anterior Nasion-Pogonion (N-Pg) : garis yang menghubungkan Nasion (N) dan Pogonion (Pg), merupakan garis fasial Y-Axis : garis yang menghubungkan sela tursika (S) dan gnathion (Gn), digunakan untuk mengetahui arah/jurusan pertumbuhan mandibula Frankfurt Horizontal Plane bidang yang melalui kedua porion dan (FHP) : titik orbital, merupakan bidang horizontal Bidang oklusal (Occlusal Plane) terdapat 2 definisi: o garis yang membagi dua overlapping tonjol gigi molar pertama dan insisal overbite (Downs) o garis yang membagi overlapping 9

gigi molar pertama dan gigi premolar pertama (Steiner) Bidang Palatal (Bispinal) : bidang yang melalui spina nasalis anterior (ANS) dan spina nasalis posterior (PNS) Bidang Orbital (dari Simon) : bidang vertikal yang melalui titik orbital dan tegak lurus FHP Gambar 2. Titik antropometri, garis dan bidang referensi 10

Bidang mandibula (mandibular plane/mp) terdapat 3 cara pembuatannya: - bidang yang melalui gonion (Go) dan gnathion (Gn) (Steiner) - bidang yang melalui gonion (Go) dan Menton (Me) - bidang yang menyinggung tepi bawah mandibula dan menton (Me) (Downs) Gambar 3. Tiga cara pembuatan bidang mandibula ANALISIS SEFALOMETRI RADIOGRAFIK Pada saat ini, analisis sefalometri dari pasien yang dirawat ortodontik merupakan suatu kebutuhan. Metode analisis sefalometri radiografik antara lain dikemukakan oleh : Downs, Steiner, Rickett, Tweed, Schwarz, McNamara dan lain-lain. Berdasarkan metode-metode tersebut dapat diperoleh informasi mengenai morfologi dentoalveolar, skeletal dan jaringan lunak pada tiga bidang yaitu sagital, transversal dan vertikal. 11

KELEMAHAN SEFALOMETRIK 1. Kesalahan sefalometer Kesalahan sefalometer meliputi: a. Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering dilakukan yaitu posisi subjek tidak benar, waktu penyinaran tidak cukup, penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat diatasi dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar. b. Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap film maka semakin sejajar arah sinar X sehingga distorsi dan pembesaran semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek semakin kecil terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik pemotretan yang benar. 2. Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan a. Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang terlatih atau kurangnya pengetahuan tentang anatomi atau referensi sefalometrik. Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan dan pengalaman. b. Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena pengukuran 3 dimensi menjadi 2 dimensi, kesalahan interpretasi perubahan akibat pertumbuhan dan perawatan. DAFTAR PUSTAKA Eky S., 1999, Sefalometri, FKG Unpad Bandung. Hendro Kusnoto, 1971, Penggunaan cephalometri radiografi dalam bidang orthodonti, h. 1-90. Jacobson, A., 1995, Radiographyc cephalometry from basic to videoimaging, p. 1-95, Quintessence Pub. Co., Inc., Chicago. Rakosi, T., 1979, An atlas and manual of cephalometric radiography, p. 34-96, Wolfe Medical Pub. Ltd.Salzmann, M.J., 1977, Principles of Orthodontics, 7 th. ed., CV. Mosby Co., London. 12