Tugas Akhir KL 40Z0 Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring BAB V PENUTUP

dokumen-dokumen yang mirip
Tugas Akhir (MO )

Tugas Akhir KL 40Z0 Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring BAB III METODOLOGI

LOGO PERBANDINGAN ANALISA FREE SPAN MENGGUNAKAN DNV RP F-105 FREESPANING PIPELINE DENGAN DNV 1981 RULE FOR SUBMARINE PIPELINE

BAB IV PENILAIAN RESIKO SISTEM SKORING PADA STUDI KASUS

Muhammad

ANALISIS PENILAIAN RISIKO PADA FLOWLINE JALUR PIPA GAS DARI WELLHEAD MENUJU CENTRAL PROCESSING PLANT. (Studi Kasus : Industri Pengolahan Gas Alam)

> A BC <10-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS. Gambar 4.1 Indikator Layar ROV (Sumber: Rozi, Fakhrul )

1.1 LATAR BELAKANG BAB

BAB. 1.1 Umum ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347)

Kata Pengantar. Daftar Isi

Pemodelan Near Field Scouring Pada Jalur Pipa Bawah Laut SSWJ PT. PGN

Sidang Tugas Akhir (MO ) Oleh Muhammad Catur Nugraha

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENDEKATAN NUMERIK KAJIAN RESIKO KEGAGALAN STRUKTUR SUBSEA PIPELINES PADA DAERAH FREE-SPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan proyek-proyek yang sudah ada dengan alasan:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENILAIAN RESIKO TERHADAP PIPA BAWAH LAUT DENGAN SISTEM SKORING

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI,

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

BAB VI KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENILAIAN RISIKO PIPA BAWAH LAUT OLEH FAKTOR KAPAL MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYESIAN NETWORK

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

1. Project Management Awareness

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

Analisis Potensi Bahaya Dengan Metode Checklist dan What-If Analysis Pada Saat Commissioning Plant N83 Di PT. Gas Industri

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RISK BASED UNDERWATER INSPECTION

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2010)

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

Muhammad (NRP )

BAB VI PENUTUP. dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan. Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Risiko Pemuatan LNG Pada FSRU Dan Jalur Pipa Gas Menuju ORF

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEAMANAN JARINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. 1. Pengelolaan manajemen perubahan (management of change) terhadap

PROSEDUR KEAMANAN JARINGAN SPMI - UBD

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

BAB I STANDAR KOMPETENSI

PERTEMUAN 13 STRATEGI PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

BAB IV Pengaruh Parameter Desain, Kondisi Operasi dan Pihak Ketiga

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 9 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya blind spot pada lokasi. pesawat dengan pengawas lalu lintas udara di darat.

BAB I PENDAHULUAN. Maleo, 40 km sebelah tenggara Pulau Madura dan ±25 km sebelah selatan Pulau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

Dosen Tetap Prodi Teknik Sipil Universitas Riau Kepulauan Batam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

ANALISIS RISER INTERFERENCE KONFIGURASI STEEL CATENARY RISER AKIBAT PENGARUH GELOMBANG ACAK

PERAN KADASTER LAUT DALAM PEMECAHAN KONFLIK DI PERAIRAN STUDI KASUS: KABUPATEN REMBANG, Arief widiansyah

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penilaian resiko dilakukan pada tiap zona yang sudah dispesifikasikan. Peta resiko menggunakan sistem skoring yang diperkenalkan oleh W Kent Muhlbauer dengan bukunya yang berjudul Pipeline Risk Management Manual. Perhitungan juga dikombinasikan dengan hasil data survey dan code yang diperkirakan membantu dalam regulasi analisa. Jumlah keseluruhan penilaian resiko dari keempat index yang bernilai akhir 253 pts. Merupakan gambaran kondisi keadaan pipa saat ini, jika dibandingkan dengan skor relatif (240 pts - 260 pts) sebagai pembanding, menunjukkan bahwa resiko ALARP. Akan tetapi untuk beberapa item pada Index tertentu masih ada data yang tidak pasti, sehingga masih diberikan penilaian dengan pertimbangan subjektif dan hasil diskusi bersama. Penguburan pipa di daerah dekat pantai juga diperlukan, berdasarkan activity level yang ada, memperlihatkan bahwa kestabilan pipa dapat terganggu dengan frekuensi aktivitas yang medium sedangkan hasil survey menunjukkan minimnya penanda jalur rute pipa yang ada. Ironisnya lagi warga lokal yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada laut bebas, tidak terlalu memikirkan keberadaan jaringan pipa apapun yang berada tak terlihat di dasar perairan maupun yang terkubur. Pipa yang terkubur akan memenuhi code ASME B31.8 yang menyebutkan bahwa penguburan diperlukan untuk perlindungan tambahan, namun kedalamannya 107

tidak ditentukan. ASME B31.8 juga menyebutkan bahwa penguburan juga dapat dilakukan untuk alasan kestabilan. Lagipula jika pipa tidak dikubur, maka bahaya yang mengancam dari luar akan lebih banyak. Distribusi penilaian resiko memang terlihat merata di keempat index yang telah diperkenalkan oleh W.Kent Muhlbauer, akan tetapi berdasarkan hasil analisa penilaian terdapat satu index yang cakupan nilainya paling rendah dibandingkan ketiga index lainnya. Index yang dimaksud ialah Inccorect Operations Index, dengan skor penilaian resiko akhir 59 pts. Ternyata pada item operations, yang memiliki beberapa parameter penilaian seperti Procedures, Drug testing, Training didapatkan skor penilaian resiko yang rendah dibandingkan dengan parameter penilaian lainnya. Alasan ini merupakan kurangnya perusahaan di bidang oil & gas melakukan simulasi kecelakaan maupun training yang memang sangat memakan biaya dan waktu. Akan tetapi dengan adanya training oleh praktisi maupun staff ahli engineer dapat meningkatkan persamaan ilmu dan skill bidang offshore dalam bekerja bersama secara tim. 5.2 Saran Sangat direkomendasikan bahwa perlindungan mekanis seperti concrete barrier sangat diperlukan, mengingat kegunaannya dapat menambah proteksi akan pipa sehingga mengurangi besarnya frekuensi resiko kegagalan yang akan terjadi. Untuk mengurangi resiko kegagalan pada pipa dari ancaman jatuhnya jangkar/objek, disebutkan bahwa kedalaman penguburan minimum adalah 0.5m (diasumsikan tanah pasir). Oleh sebab itu, jika kedalaman penguburan aktual kurang 0.5m terutama di Zona II KP 1.1 12.7 (tanah keras, sehingga diasumsikan sulit digali) dapat ditambahkan perlindungan tambahan seperti bantalan beton sampai ketinggian perlindungan yang dibutuhkan tercapai. 108

Rekomendasi ini juga berdasarkan DnV OS F101 dan ASME B31.8. Sangat direkomendasikan untuk memilih beberapa pengaman tambahan seperti contoh dibawah ini: 1. Matras Beton 2. Penumpukan Gravel 3. Karung Beton 4. Karung Pasir Gambar 5.1 Rekomendasi proteksi dengan bantalan beton Pemilihan dari rekomendasi jenis proteksi diatas akan ditentukan oleh perusahaan sesuai dengan kriteria pemilihan yaitu pemilihan proteksi yang paling aman, efektif, handal dan mudah untuk dipasang. Perusahaan dianjurkan untuk melakukan analisa lebih lanjut untuk mengoptimalkan pemilihan jenis proteksi. 109

Rekomendasi Ukuran Mitigasi Tabel Angkatan Laut Setelah pipa terpasang dan siap beroperasi, Perusahaan harus meyakinkan bahwa Tabel Angkatan Laut diperbaharui sejalan dengan pemasangan pipa sepanjang rute Labuhan Maringgai Teluk Cilegon. Meningkatkan Kewaspadaan pada Industri Kelautan Bahkan jika tabel Angkatan Maut diperbaharui, belum tentu semua kapal menggunakan tabel tersebut. Perusahaan dapat meningkatkan kewaspadaan dengan membangun kerja sama dengan pelabuhanpelabuhan besar di lokasi studi. Perusahaan juga dapat memilih untuk meningkatkan kewaspadaan dengan industri-industri tetangga. Penanda Jalur Pipa Penanda jalur pipa juga dapat digunakan untuk memberikan referensi visual yang jelas kepada kapal laut yang melintas bahwa terdapat bahaya bawah laut. Cara ini akan meningkatkan kewaspadaan jika penanda ini permanen dan terlihat dengan jelas. Perusahaan harus memeriksa penanda apa yang diperbolehkan di kawasan Labuhan Maringgai dan Teluk Cilegon. Inspeksi Pipa Periodik Selama pipa sedang beroperasi, deteksi terhadap kerusakan sangat direkomendasikan. Membiarkan pipa terkena bahaya akan mengurangi integritas struktur pipa. Prosedur Darurat Harus dikembangkan prosedure shutdown daruat dan perbaikan darurat untuk pipa selama masa operasi, sehingga jika pipa tiba-tiba rusak, prosedurnya sudah ada dan meminimalisir bahaya terhadap manusia dan lingkungan. 110

Komunikasi Membangun komunikasi antara Petugas Administrasi Pelabuhan banten dan Labuhan Maringgai (Panjang) untuk mengkontrol area penjangkaran. Direkomendasikan untuk memindahkan area penjangkaran di selatan Pulau Panjang ke tempat lain. Patroli Laut Patroli laut yang rutin harus dilakukan selama masa operasional pipa. Patroli laut meliputi 2 (dua) tujuan. Pertama, patroli laut dapat melakukan inspeksi secara visual terhasap jalur pipa. Kedua, patroli laut meningkatkan kewaspadaan bahwa pipa bawah laut ada di daerah patroli. Petugas dapat mengalihkan kapal yang masuk ke dalam daerah yang dilarang. Untuk pipa yang terkubur, patroli mungkin saja menemukan anomali potensial seperti: Pipa terlihat karena erosi, penggerusan, ataupun pemindahan yang disengaja Kerusakan potensial dari pipa Rusaknya penanda pipa ataupun pelampung jika digunakan 111