2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut

dokumen-dokumen yang mirip
3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

PENENTUAN MESH SIZE OPTIMUM UNTUK JARING INSANG HANYUT CAKALANG DARI HASIL IKAN YANG DIDARATKAN DI TPI PALABUHANRATU NOOR KHOLIFAH

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERHITUNGAN SELEKTIVITAS JARING INSANG TERHADAP IKAN CAKALANG DENGAN PENDEKATAN METODE MATSUOKA ABSTRAK

3 METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

RINGKASAN. Metode dan teknologi penangkapan ikan dapat nmenlpengaruhi kelestarian

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

TINJAUAN PUSTAKA. besar maupun sedikit. Di perairan Indo-Pasifik terdapat 3 spesies ikan Kembung

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Jaring Angkat

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

BAB III BAHAN DAN METODE

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

2 TINJAUAN PUSTAKA. Ikan cakalang (sumber : http//

DAFTAR PUSTAKA. Diniah Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK. Bogor: IPB

Selektivitas Drift Gillnet pada Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Di Perairan Belawan Pantai Timur Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara

KAPAL IKAN PURSE SEINE

ANALISIS SELEKTIVITAS Gillnet YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN LENTEA, KECAMATAN KALEDUPA SELATAN KABUPATEN WAKATOBI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Bleeker (1985).

Ukuran Mata Jaring. Judul desain. Ukuran Utama Kapa; Gross Tonase; Nama Alat tangkap; Kode klasifikasi;

1. PENDAHULUAN. dibanding alat tangkap lainnya. Alat ini di Kalimantan Selatan oleh nelayan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) Sumber :

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ikan kuniran (Upeneus moluccensis).

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang Klasifikasi dan tata nama

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

Diterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS LINGKAR TUBUH DAN CARA TERTANGKAP IKAN TENGGIRI

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP IKAN PARI DI PERAIRAN LAUT JAWA

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN HANGING RATIO

MODUL MENGOPERASIKAN JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET)

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Sardinella sp. merupakan kelompok ikan-ikan pelagis kecil, dari famili

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

2. TINJAUAN PUSTAKA Sifat Jaring. Raharjo (1978) yang diacu oleh Robinson (1981) menyebutkan bahwa selama

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN HANGING RATIO JARING RAMPUS TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus kurroides) DI PERAIRAN CISOLOK, PALABUHANRATU

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Effect of Different Mesh Size Gillnet at How Caught Short Mackerel (Scomber neglectus) in Morodemak Waters, Demak

EFISIENSI PENANGKAPAN JARING INSANG LINGKAR DENGAN UKURAN MATA JARING DAN NILAI PENGERUTAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PESISIR NEGERI WAAI

3. METODE PENELITIAN

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

ALAT PENANGKAPAN IKAN GILL NET

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

RAMPUS (Decapterus RYAN PRATAMA

STUDI RANCANG BANGUN JARING INSANG DASAR (BOTTOM GILLNET) DI PERAIRAN DESA SANJAI KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen bawal putih

METODE PENANGKAPAN IKAN

Alat Tangkap Longline

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan 2.2 Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut Jaring insang hanyut adalah salah satu bentuk umum dari jenis jaring insang dan merupakan metode penangkapan ikan tertua dan sederhana. Ikan tertangkap dengan cara terjerat. Bagian atas jaring dilengkapi dengan pelampung dan bagian bawahnya diikat dengan pemberat. Jaring ini dapat dioperasikan dengan ataupun tanpa menggunakan armada alat tangkap (Northridge, S.P.FAO. 1991). Menurut Martasuganda (2008), dikatakan bahwa jaring insang hanyut adalah jaring insang yang cara pengoperasiaannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan di permukaan perairan, kolom perairan atau dihanyutkan didasar perairan. Jaring insang yang dihanyutkan diperairan disebut dengan jaring hanyut permukaan (surface drift gillnet), yang dihanyutkan di kolom perairan disebut dengan jaring insang hanyut kolom perairan (midwater/submerged drift gillnet), yang dihanyutkan di dasar perairan disebut dengan jaring insang dasar perairan (bottom drift gillnet) 2.1.1 Konstruksi jaring insang hanyut Bagian-bagian jaring insang hanyut adalah pelampung tanda (bouy), tali pelampung tanda, pelampung (float), tali selambar, tali ris atas, badan jaring, pemberat, tali ris bawah, jangkar dan tali jangkar. Pelampung tanda terbuat dari bahan poly vinil clorida (PVC) dan berfungsi sebagai penanda letak alat tangkap. Pelampung (float) biasanya terbuat dari karet sandal jepit dan berfungsi menjaga agar alat tetap mengapung. Tali pelampung tanda, tali ris atas, tali ris bawah, tali jangkar dan tali selambar terbuat dari bahan poly ethilene (PE). Badan jaring terbuat dari bahan poly amide (PA) dan berfungsi sebagai penjerat mangsa. Pemberat terbuat dari timah dan berfungsi agar alat tetap terbentang. jangkar terbuat dari logam atau timah. Konstruksi jaring insang hanyut dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Gambar 2)

6 Pelampung Float line Nilon multifilament d 210/21 Mesh Size 4 inchi 5.5 inchi 4 7 m Lead line Pemberat 30 m/pcs Gambar 2 Konstruksi alat penangkapan ikan jaring insang hanyut 2.1.2 Jaring insang hanyut di palabuhanratu Di Teluk Palabuhanratu jaring insang hanyut terbuat daribahan nylon multifilamen nt poliamidaa (PA) 210 D21 yang mempunyai lebar mata jaring sepanjang 12.5-15 cm, sedangkan panjangnya 1 piece 60 m (40 depa), dan lebar jaring sepanjang 15-20 m, namun umumnya yang dipakaii di PPN Palabuanratu lebar jaringnya adalah sepanjang 15.5 m. Pelampung jaring insang terbuat dari bahan Styrofoam, yang berjumlah 40 buah sedangkan jarak antara pelampung adalah antara 2-6 meter, Pemberat jaring insang terbuat dari bahan batu yang mempunyai berat 1.5 kg, dan berjumlah sebanyak 40 buah. (Sudrajat, 2007) Parameter utama yang menjadi penentu keberhasilan penggunaan alat ini adalah ukuran mata jaring. Ukuran alat tangkap atau proporsional konstruksi alat

7 tangkap juga memperngaruhi. Keberhasilan penggunaan alat juga dipengaruhi ketepatan penggunaan bahan dan alat tangkap. Hal- hal yang harus diperhatikan pada jaring insang hanyut terutama terhadap materialnya agar ikan mudah tertangkap atau terbelit pada jaring adalah; kekuatan dari twine yang digunakan hendaknya lembut atau tidak kaku, ketegangan rentangan tubuh jaring harus disesuaikan dengan fleksibilitas,artinya apabila jaring terlalu tegang akan mengurangi jumlah ikan yang tertangkap, shortening atau shrinkage adalah beda panjang tubuh jaring dalam keadaan terenggang sempurna dengan panjang jaring telah dilekatkan pada float line. Hal ini supaya ikan mudah terjerat pada mata jaring dan tidak mudah lepas, maka pada jaring memerlukan pengerutan (shortening) yang cukup, tinggi jaring merupakan jarak antara float line pada saat jaring tersebut dipasang di perairan, mesh size dan besar ikan yang dapat terjerat harus sesuai dengan jenis ikan yang akan ditangkap, warna jaring dalam air dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman perairan, dan transparansi, sinar matahari, sinar bulan, serta warna yang akan mempunyai perbedaan derajat penglihatan ikan-ikan.(sudrajat, J. 2007) Beberapa tahun terakhir nilon monofilament banyak digunakan, sebab bahan ini sulit terlihat saat dioperasikan dan lebih efisien dalam menangkap ikan. Benang multifilament juga banyak digunakan dalam perikanan gillnet, keuntungan dari bahan ini tidak kaku disbanding dengan monofilament, sehingga sekali ikan terjerat akan sulit untuk meloloskan diri, warna benang dapat disesuaikan dengan lingkungan dan dalam mengatasi visibilitas lebih banyak digunakan didasar perairan. (Northridge, S.P.FAO, 1991). Di Palabuhanratu jaring insang hanyut merupakan salah satu alat tangkap dominan kedua setelah pancingbiasanya digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar maupun ikan demersal dengan menggunakan mesin diesel dalam (inboard motor) dan termasuk ke dalam drift gillnet tuna (jaring insang hanyut tuna) yang memang dikhususkan untuk menangkap ikan-ikan pelagis besar seperti tuna madidihang, cakalang dan tongkol yang memang banyak di perairan Palabuhanratu. Alat tangkap gillnet mempunyai selektivitas yang tinggi hal ini bisa dilihat dari ukuran mata jaring yang digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu yaitu 10-15cm juga dari komposisi hasil

8 tangkapannya yang rata-rata didominasi oleh ikan-ikan yang berukuran relatif besar, hal ini sependapat dengan Simbolon (2004), sedangkan ditinjau dari alat tangkap yang berwawasan lingkungan drift gillnet termasuk alat tangkap yang berwawasan lingkungan. (Sudrajat. J, 2007) 2.1.3 Kapal jaring insang hanyut di Palabuhanratu Jaring insang hanyut dioperasikan dengan menggunakan satu perahu. Ukuran perahu relatif lebih kecil dibandingkan dengan kapal purse seine dan kapal trawl. Karakteristik kapal gillnet adalah memiliki dek yang lebih luas sebagai tempat operasional alat tangkap. Bagian haluan lebih terbuka sedangkan bagian buritan umumnya adalah tempat nahkoda dan kamar mesin. (Diniah, 2008). Kapal yang biasa digunakan di Palabuhanratu yaitu kapal dengan bobot mati 10 grose ton (GT) dengan ukuran panjang 8-10 meter, lebar 2.05-2.5 meter dan dalamnya antara 1.0-1.5 meter. Kapal ini dilengkapi dengan palka yang berisi es tempat menyimpan ikan hasil tangkapan yang dilapisi dengan fiber glass yang mempunyai kapasitas 2-3 m 3 yang berfungsi untuk menjaga kesegaran ikan. Drift gillnetdioperasikan pada malam hari, ditabur pada sore hari sekitar pukul 17.00-18.00 dan diangkat pada pagi hari keesokan harinya. Jaring diturunkan ke air, tinting demi tinting dimulai dari tinting pertama yang ujungnya berpelampung tanda sampai tinting terakhir yang diikatkan pada kapal. Kapal dan jaring di biarkan menghanyut sepanjang malam tergantung arah dan kecepatan arus. Hauling dilakukan dari sebelah kiri perahu atau kapal, dimana 1 ABK menarik jaring pada tali ris atas, 2 orang menarik jaring pada bagian bawah sekaligus memisahkan hasil tangkapan, dan 1 orang bertugas dalam mengurus pelampung. Setelah jaring diangkat, ikan-ikan yang terjerat kemudian diambil. Jaring insang hanyut dapat dioperasikan di dasar perairan, kolom perairan dan dipermukaan perairan. Alat tangkap jaring insang hanyut di Palabuhanratu terlihat pada gambar dibawah ini (Gambar 3)

9 Sumber : PPN Palabuhanratu (2010) Gambar 3 Alat tangkap jaring insang hanyut (drift gillnet) Sumber : PPN Palabuhanratu (2010) Gambar 4 Kapal motor gillnet Menurut (Ayodhyoa,1979) umumnya jaring insang hanyut direntangkan pada perairan lepas pantai dan dibiarkan hanyut bersama arus. Bila dioperasikan pada malam hari biasanya dilengkapi dengan pelampung yang bercahaya light bouy, dipasang pada kedua ujungnya guna mengetahui kedudukan jaring. Jenis ini

10 pada umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis.drift gillnet dipasang diperairan dengan tujuan untuk menghadang arah renang ruaya dari ikan. Dengan penghadangan ini, ikan tersebut akan menabrak jaring, dengan demikian ikan tersebut akan terjerat (gilled) pada mesh size atau terbelit (entangled) pada tubuh jaring. Drift gillnet dapat digunakan untuk mengejar gerombolan ikan, dengan demikian merupakan alat yang penting untuk perikanan laut bebas. Karena posisi tidak ditentukan oleh jangkar maka pengaruh dari kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat diabaikan (Ayodhyoa, 1981). Panjang drift gillnet umumnya 20-30 piece, lebar 5 6 meter dengan bahan atau materi dari bahan alami hingga bahan sintesis buatan pabrik (Gunarso, 1996) 2.2Selektivitas Selektivitas suatu alat tangkap adalah kemampuan suatu alat dalam memilih jenis dan ukuran ikan tangkapan tertentu. Pengoperasian suatu alat tangkap dengan tingkat selektivitas yang tinggi akan menyebabkan upaya penangkapan lebih efisien dan kelangsungan sumberdaya ikan pada suatu perairan akan tetap lestari. (Puspito, 2008). Menurut Martasuganda (2010), Penelitian tentang selektivitas alat tangkap jaring insang hanyut satu lembar (gillnet) sampai tahun 1960 an, dimulai oleh Hudson (1927), dilanjutkan oleh beberapa peneliti diantaranya : Holt (1957), Olsen ( 1959), McCombie and Fry (1960), Ishida (1962), Regier dan Robson (1966) dan Kitahara (1968). Dekade berikutnya, penelitian selektivitas jaring insang satu lembar (gillnet) dilanjutkan kembali oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Kitahara (1971) yang merupakan modifikasi dari metode Ishida (1962), Kawawura (1972), J.M Hamley (1975), Sparre et al. (1989) yang merupakan modifikasi dari metode Holt (1957), dan Matsuoka et al. (1995) yang merupakan koreksi terhadap metode Kawawura (1972). Beberapa contoh penelitian tentang selektivitas jaring insang hanyut yang telah dilakukan adalah selektivitas jaring insang hanyut cakalang (Walus, 2001; dan Manoppo, 1999 ), selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan selar (sunarja, 1990), selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan tongkol (Suharyanto, 1998) dan tentang pengaruhhanging ratio terhadap selektivitas (Rengi, 2002). Masing-

11 masing menggunakan salah satu perhitungan dari Matsuoka (1995) maupun Sparre and Venema (1998). Selektivitas alat tangkap tersusun oleh dua karakter, yaitu selektivitas ukuran (size selectivity) dan selektivitas spesies (spesies selectivity). Selektivitas ukuran merupakan karakter dari suatu alat tangkap untuk menangkap ikan berukuran tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi ikan hasil tangkapan yang berbeda, sedangkan selektivitas spesies adalah karakter dari alat tangkap untuk menangkap ikan dari spesies tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi spesies hasil tangkapan yang bervariasi. (Matsuoka. 1997). Menurut Martasuganda(2008), lebih dijelaskan lagi bahwa yang dimaksud alat tangkap yang selektif adalah alat tangkap yang mampu menangkap ikan yang sudah layak tangkap baik dari segi umur maupun ukuran, dan dapat meloloskan (tidak bisa menangkap) ikan yang tidak layak tangkap, ikan yang dilindungi, dan ikan yang tidak diinginkan tanpa melukai dan membunuhnya, selanjutnya selektivitas dibagi dalam dua kategori yaitu selektif positif dan negatif. 1) Selektif positif terhadap ukuran dan spesies Yaitu tangkap yang hanya menangkap ukuran dan spesies ikan tertentu dari satu atau lebih atau beberapa populasi ikan yang layak tangkap.selektivitas ini dibagi lagi menjadi dua yaitu. (1)Selektif positif terhadap ukuran, negatif terhadap spesies Yaitu alat tangkap yang hanya menangkap ukuran ikan tertentu dari beberapa spesies ikan yang layak tangkap (2) Selektif positif terhadap spesies dan ukuran Yaitu alat tangkap yang hanya menangkap spesies ikan tertentu dengan ukuran tertentu dari beberapa populasi ikan yang layak tangkap. 2) Selektif negatif terhadap ukuran dan spesies Yaitu alat tangkap yang hanya menangkap ukuran ikan tertentu dari satu populasi ikan yang masih belum layak tangkap.

12 2.2.1 Faktor faktor yang berpengaruh terhadap selektivitas jaringinsang hanyut Pengukuran selektivitas suatu alat tangkap khususnya jaring insang didasarkan atas ikan yang tertangkap pada mata jaring. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap selektivitas diantaranya adalah 1)Mesh size Mesh size merupakan salah satu parameter penting dalam mempengaruhi selektivitas, bagi ikan yang tertangkap secara gilled ukuran ikan yang tertangkap sangat ditentukan oleh ukuran mata jaring 2)Hanging ratio Hanging ratio adalah ketegangan rentang tubuh jaring antara arah horizontal (arah panjang jaring) maupun arah verikal. Hanging ratio secara langsung berkaitan dengan banyak sedikitnya hasil tangkapan yang diperoleh. Jaring yang sangat tegang akan sangat sukar untuk menjerat ikan, bahkan yang sudah terjeratpun bisa lepas lagi. 3) Ketebalan benang Twine yang digunakan untuk gillnethendaknya lembut, tidak kaku, bahan twine terbuat dari cotton, henep, linen dan lain-lain. Untuk memperoleh twine yang lembut dapat diperoleh dari memperkecil diameter twine atau mengurangi jumlah pilinan per satuan panjang Menurut Ayodhyoa (1981), ikan akan tertangkap oleh jaring tergantung pada kekakuan benang, ketegangan rentangan, nilai rasio penggantungan dan ukuran mata jaring. Treschev (1974) diacu dalam Fridman (1988) menambahkan bahwa faktor lain yang berperan adalah metode pengoperasian dan parameter desain alat tangkap, misalnya ukuran mata jaring, jenis benang, ukuran benang, dan rasio penggantungan jaring. Selain itu, faktor lain yang juga sangat berpengaruh adalah gaya eksternal dan internal yang bekerja pada jaring, kondisi perairan saat alat dioperasikan dan faktor ikannya sendiri, seperti tingkah laku renang.

13 2.2.2 Cara ikan tertangkap oleh jaring insang Ukuran mesh size disesuaikan dengan ikan target yang akan ditangkap, menurut Sparre dan Venema (1998) telah membedakan ikan yang tertangkap oleh gillnet kedalam 4 cara tertangkap, yaitu terhadang (snagged), terjerat pada tutupinsang (gilled), terjerat bagian badan (wedged) dan terpuntal (entangled). Proses tertangkapnya ikan dengan jaring insang ada beberapa cara antara lain, terjerat di sekitar tutup insang, terjepit oleh mata jaring dan terpuntal. Dengan demikian, secara umum tertangkapnya ikan pada jaring insang dipengaruhi oleh ukuran mata jaring Bentuk badan ikan dapat mempengaruhi cara tertangkapnya ikan. Bentuk umum badan ikan yang terjerat (gilled dan wedged) adalah gilik (fusiform) sedangkan badan ikan berbentuk gepeng (compresed dan depressed) pada umumnya tertangkap secara terpuntal. Proses tertangkapnya ikan diawali dari adanya sediaan stok ikan disuatu perairan. Sediaan ikan tersebut memasuki sejumlah jaring dengan ukuran mata jaring tertentu sehingga terjadi dua kejadian, yaitu ada ikan yang lolos dan yang tertangkap. Ikan yang lolos memasuki kembali daerah stok ikan dan ikan yang tertangkap merupakan upaya yang diperoleh dengan sejumlah jaring yang digunakan. Proses ini disebut selektivitas (Hamley, 1975)Penciutan dan bentuk badan ikan berpengaruh terhadap proses tertangkapnya ikan, nilai penciutan yang semakin besar berkecenderungan untuk memuntal. Elastisitas benang jaring yang tinggi memberi peluang terhadap ukuran ikan yang lebih besar untuk tertangkap. Visibilitas dan tingkah laku berhubungan dengan kemampuan ikan untuk menghindari jaring. Visibilitas tergantung pada beberapa faktor antara lain ukuran mesh size, benang jaring dan reaksi ikan terhadap jaring sesuai dengan perkembangannya (Pope.1996; Hamley. 1975; Von Brant 1975; Clark dan King 1986)Bentuk mata jaring dipengaruhi oleh penciutan dan besar mata jaring dapat diperkirakan dari keliling maksimum badan ikan yang menjadi tujuan penangkapan dan koefisien keliling badan ikan (Fridman. 1988). Perbesaran ukuran mesh size menurunkan jumlah ikan yang tertangkap dan memberikan jaminan rekruitmen, probabilitas ikan yang tertangkap berukuran relatif lebih besar. Hamley (1975) menyatakan bahwa

14 keliling badan ikan sebanding terhadap suatu konstanta dan keliling mata jaring. Konstanta tersebut dikenal sebagai rasio keliling (girth-mesh perimeter ratio). Setiap alat tangkap memiliki selektivitas yang berbeda. Contoh pada Trawl, ikan kecil yang tertangkap tidak sebanyak dengan jumlah yang besar sebaliknya pada gillnet ikan dengan ukuran keliling badan maksimum lebih kecil atau lebih besar dari ukuran mata jaring kemungkinan tidak akan tertangkap. Alat tangkap yang tidak selektif, menangkap berbagai jenis ikan dalam jumlah yang besar, sangat besar pengaruhnya terhadap keseimbangan ekosistem (King, 1995). Menurut FAO (1983) dikatakan bahwa penangkapan ikan yang selektif meliputi : 1)Umur dan ukuran ikan yang tertangkap Perubahan penangkapan yang dilakukan dengan menangkap ikan yang umumnya sudah tua, memungkinkan untuk memperbaiki hasil tangkapan dengan tingkat upaya tangkap yang telah ditentukan, sehingga hasil tangkapan sebanding dengan bobot ikan yang menguntungkan secara ekonomis; 2) Selektivitas spesies Perikanan yang melibatkan banyak spesies menimbulkan banyak masalah optimalisasi distribusi bagi upaya tangkap dengan berbagai macam spesies dapat mengubah stok. Cara yang ditempuh dengan penerapan alat tangkap yang berbeda bagi beberapa jenis spesies dan ukuran tertentu akan membantu pengembangan perikanan. 2.2.3 Metode penentuan kurva selektivitas Menurut Sparre dan Venema (1998) tidak semua selang panjang (selang umur)dari ikan atau kerang-kerangan berada dalam keadaan dieksploitasi secara penuh, sebagian besar alat tangkap misalnya jaring trawl bersifat selektif terhadap ikan-ikan berukuran besar, sementara beberapa alat (jaring insang) selektif bagi suatu kisaran panjang saja dengan demikian tidak menangkap ikan-ikan yang sangat kecil dan juga yang sangat besar. Sifat-sifat dari alat penangkapan ini dinamakan selektivitas alat.

15 Menurut Losanes et al, (1990) selektivitas adalah pernyataan kuantitatif dari seleksi ukuran. Seleksi ukuran berkenaan dengan terhindarnya ikan tertangkap jaring atau proses yang menyebabkan peluang tertangkapnya menjadi bervariasi, sesuai dengan karakteristik ikan seperti bentuk badan ikan, bagian yang terjerat dan ukuran mata jaring. Sedangkan selektivitas alat tangkap adalah kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan terhadap spesies dan ukuran tertentu dari suatu populasi. Menurut Fridman (1988) seleksi ukuran terjadi jika keliling badan ikan bagian operculum lebih kecil dari keliling mata jaring dan keliling maksimum badan ikan lebih besar dari keliling mata jaring. Sebaliknya jika bagian operculum sangat besar atau keliling maksimum badan ikan sangat kecil dibandingkan dengan keliling mata jaring ikan kemungkinan tidak tertangkap. Seleksi tersebut dipengaruhi oleh kemuluran benang jaring dan bentuk badan ikan, sehingga ikan yang tertangkap relatif lebih besar dari yang diperkirakan. Metode pendekatan awal untuk mengestimasi selektivitas yaitu melalui penandaan ikan dengan pembandingan hasil tangkapan untuk gillnet dengan ukuran mesh size yang diteliti (Olsen, 1959), metode lain untuk mengestimasi selektivitas adalah pembandingan langsung satu demi satu alat tangkap yang berbeda pada satu area tertentu, dengan alat yang digunakan untuk mengumpulkan sampel yang paling representatif sebagai standar untuk pembandingan semua jenis alat tangkap. Penelitian selekivitas jaring insang pada umumnya berdasarkan rumusan Baranov yang menyatakan bahwa ikan yang tertangkap dan terjerat di sekitar tutup insang. Selanjutnya Sparre and Venema (1998) memodelkan probabilitas tertangkapnya ikan tergantung panjang optimum ikan tertangkap pada ukuran mata jaring tertentu, sedangkan ilmuwan Jepang menggunakan pengukuran keliling badan ikan, kemudian juga dipertimbangkan kelenturan badan ikan dan kemuluran mata jaring sehubungan dengan penentuan kurva selektivitas. Salah satu metode yang kemudian dikembangkan oleh Matsuoka adalah metode Kawamura dengan model probabilitas variasi keliling badan ikan (Matsuoka, 1995).

16 Kurva selektivitas jaring insang dapat dianalisis dari hasil tangkapan yang diperoleh jaring insang dari dua atau lebih ukuran mata jaring (Mc Combie dan Fry, 1960; Ishida,1962). Beberapa peneliti melaporkan bahwa terdapat korelasi nyata antara ukuran mata jaring insang terhadap keliling badan ikan yang tertangkap. Sehingga Konda (1966) menyatakan kisaran ukuran ikan yang tertangkap oleh suatu ukuran mata jaring tertentu dapat diprediksi berdasarkan pada hubungan antara panjang dan keliling badan ikan. Kawawura (1972) berasumsi bahwa keliling badan ikan (body girth) pada setiap panjang ikan menyebar normal dengan standar deviasi umum. Ikan akan lolos melewati mata jaring karena keliling maksimum badan ikan (maximum girth) lebih kecil dari keliling mata jaring (mesh perimeter). Namun mesh perimeter perlu dikalibrasi karena ukuran efektif mata jaring ditentukan oleh adanya deformasi badan ikan dan kemuluran benang jaring ketika ikan terjerat (Matsuoka, 1995). Kurva selektivitas memberikan gambaran kisaran selektivitas a % dibandingkan efisiensi tertinggi sehingga didapat panjang selektif a % dengan notasi L a (a %-seletif length) misalnya L 25 atau L 50 dan berkaitan dengan masing-masing ukuran mata jaring (Matsuoka, 1995). Penentuan panjang selektif sehubungan dengan isu pengaturan ukuran mata jaring menurut Murdiyanto (1997) antara L 25 sampai L 50. Penggambaran kurva selektivitas tersebut dilakukan dengan memperhitungkan keliling badan ikan bagian depan (anterior girth atau GO), keliling maksimum badan ikan (maximum body girth atau GM), panjang cagak ikan (fork length atau FL), keliling bekas lilitan jaring pada ikan (net-mark girth atau GN) serta keliling mata jaring (mesh perimeter atau MP). 2.3 Kurva Selektivitas Kurva selektivitas merupakan nilai perbandingan antara jumlah ikan yang tertangkap (Cij) dengan jumlah ikan yang ada pada populasi tersebut (Nj).Sij=Cij/Nj. Nilai selektivitas (Sij) merupakan nilai absolute selektivitas (Fujimori et al, 1999). Menurut Hamley (1975) bentuk kurva selektivitas tergantung pada beberapa karakteristik dari jaring dan ikan. Faktor yang paling

17 penting dalam selektivitas adalah ukuran mata jaring, konstruksi jaring, bentuk dan tingkah laku dari spesies ikan dan bagaimana cara ikan tertangkap oleh jaring. Kurva selektivitas jaring insang pada umumnya digambarkan berbentuk bel atau kurva normal dengan modus sesuai dengan panjang optimum hasil tangkapan. Sumbu datar (X) merupakan besar seleksi dan sumbu tegak (Y) menggambarkan efisiensi mata jaring menangkap ikan pada panjang optimum (Hamley,1975). Lembah sebelah kiri menggambarkan ikan lebih kecil yang tertangkap karena terjerat atau terjepit pada bagian badan dan lembah sebelah kanan menggambarkan ikan besar yang tertangkap karena terhadang mata jaring pada bagian kepala. Bentuk lembah sebelah kanan tersebut sebanding dengan ikan yang tertangkap karena terpuntal. Jika konsentrasi ikan tertangkap terdapat pada beberapa posisi badan ikan, kurva selektivitas berpeluang mempunyai modus lebih dari satu Ukuran ikan dapat dinyatakan dengan panjang, keliling badan ikan atau rasio keliling maksimum badan ikan terhadap keliling mata jaring (Hamley dan Regier, 1973). Keliling badan ikan dapat bervariasi pada ikan dengan panjang yang sama karena tingkat kematangan, jenis kelamin dan jumlah makanan dalam perutnya (Hamley, 1975). Sehingga tidak hanya panjang atau keliling badan ikan sebagai ukuran ikan yang akan mempengaruhi selektivitas. Panjang lebih umum digunakan karena mudah diperoleh namun dalam perkembangannya perlu mengukur keliling badan ikan ( Hunter dan Wheeler, 1972). Keliling badan ikan merupakan fungsi linear dari panjangnya (Hamley, 1975). Keliling badan ikan mempunyai variasi pada panjang tertentu. Hal ini dijadikan asumsi bahwa keliling badan ikan berkorelasi positif terhadap panjangnya dan variasi keliling badan ikan diperhitungkan dengan distribusi normal. Dengan demikian terdapat regresi antara keliling badan ikan dengan panjangnya, demikian pula antara standar deviasi keliling badan ikan dengan panjangnya. Probabilitas panjang ikan dinyatakan sebagai distribusi normal jika keliling badan ikan lebih kecil dari keliling mata jaring atau keliling badan ikan maksimum lebih besar dari keliling mata jaring. Selanjutnya Matsuoka (1995) merumuskan selektivitas jaring insang dengan model probabilitas berdasarkan variasi keliling badan ikan

18 sebagaidistribusi normal dengan parameter variabel tergantung pada keliling mata jaring terkoreksi (MP ), koefisien regresi (a dan b) antara girth-forklength dan standar deviasi keliling badan ikan (U). Bentuk kurva selektivitas alat tangkap gillnet seperti lonceng/bel yang naik dari kiri kemudian terdapat kemiringan menurun di sebelah kanan. Hal ini disebabkan ikan yang berukuran kecil tidak akan tertangkap, karena dapat lolos dari jaring sehingga probabilitasnya nol, ikan dengan ukuran semakin tinggi akan memiliki probabilitas semakin tinggi sampai ukuran tertentu, kemudian pada titik tertentu ukuran ikan probabilitas kembali turun hal ini disebabkan ikan yang terlalu besar hanya menabrak tetapi tidak tertangkap gillnet karena ukuran kepalanya yang lebih besar dari ukuran jaring. Bentuk kurva selektivitas hanya berlaku untuk alat tangkap dengan ukuran tertentu dan jenis ikan tertentu, jika salah satu dari kedua hal tersebut berubah maka kurva juga akan bergeser. 2.4 Klasifikasi, Morfologi dan Biologi Ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis) Sumber: PPN Palabuhanratu Gambar 5 Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis ) Adapun klasifikasi cakalang menurut Matsumoto, et al (1984) adalah sebagai berikut: Phylum : Vertebrata Class : Telestoi Ordo : Perciformes Famili : Scombridae Species : Katsuwonus pelamis

19 Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae, species Katsuwonus pelamis. Collete (1983) menjelaskan ciri-ciri morfologi cakalang yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang (gillrakes) berjumlah 53-63 pada helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik kecuali pada perut badan (corselets) dan lateral line terdapat titik- titik kecil. Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) disisi bawah dan perut keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian samping badan. Umumnya ikan cakalang memiliki panjang antara 30 80 cm dengan berat sekitar 0.5 11. 5 kg. Ukuran fork length ikan cakalang maksimum dapat mencapai ukuran 108 cm dan berat 32.5 34.5 kg, sedangkan ukuran yang umum tertangkap adalah 40 80 cm. Penelitian yang dilakukan oleh Woutuyzen et al, vide Tahumury (1999), ikan cakalang matang gonad pada fork length sekitar 42 44 cm. Menurut Matsumoto et al (1984) bahwa nilai fekunditas yang pernah dilaporkan di Samudera Hindia berkisar dari 87.000 1.977.000 telur untuk ikan yang panjangnya 41,3-70,3 cm. Plot jumlah telur untuk kelompok ukuran ikan yang dibuat oleh Joseph (1963) dan Raju (1964) menunjukkan adanya keragaman fekunditas di antara ikan ikan untuk ukuran ikan yang sama dan membuat garis regresi untuk menunjukkan hubungan antara fekunditas dengan panjang ikan. Perkembangan gonad dan tahapannya berguna untuk mengetahui waktu pemijahan atau selesai memijah. Pengamatan tersebut dapat dilakukan dengan cara histology dan morfologi (Effendie, 1997). Pengamatan morfologi lebih informatif jika ditambahkan dengan perkembangan telur dan berat gonad. Pengamatan aspek biologi merupakan salah satu tujuan untuk memahami sumberdaya perikanan serta memanfaatkan secara optimal. Beberapa aspek yang membantu dalam pengelolaan berhubungan dengan perubahan lingkungan antara lain karena penangkapan, pertumbuhan dan pemangsaan.