BAB III METODE PENELITIAN. Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di

dokumen-dokumen yang mirip
Universitas Sumatera Utara

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB IV HASIL PENELITIAN

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat

FORMULIR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Judul : Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial. Oleh : Evi Dwi Prastiwi NIM.

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Lembar Observasi. : Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

Pengendalian infeksi

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

7. Berapa biaya insentif petugas pengelola limbah? 10. Apakah pendidikan petugas pengangkut limbah padat?

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT...

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN.. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat gambaran Perilaku Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22..2. Lokasi dan Waktu Penelitian.2.. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22..2.2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 22 sampai dengan selesai... Populasi dan Sampel... Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perawat sebanyak orang yang terdiri dari: a. Ruang IGD : 2 orang b. Ruang Kelas I : orang c. Ruang Kelas II : 4 orang d. Ruang Kelas III : orang..2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak populasi, yaitu sebanyak orang.

.4. Metode Pengumpulan Data.4.. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasi penelitian dan mengadakan wawancara kepada perawat yang memberikan tindakan keperawatan kepada pasien secara langsung. Observasi juga dilakukan pada fasilitas sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun dengan menggunakan formulir penilaian/pemeriksaan hygiene sanitasi sesuai Permenkes RI Nomor 24 / MENKES / SK / X / 24..4.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Bagian Tata Usaha dan Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun..4.. Defenisi Operasional. Hygiene perawat adalah upaya selalu memakai masker ketika bertugas, memakai sarung tangan, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menangani pasien, makanan/minuman petugas di ruangan dalam keadaan tertutup, tidak makan/minum sambil menangani pasien, memakai peralatan makan/minum yang bersih, dan sampai di rumah langsung mandi. 2. Pengetahuan adalah kemampuan perawat dalam hal pemahaman dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.. Sikap adalah reaksi atau respon dari perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. 4. Tindakan adalah bentuk perbuatan atau aktivitas nyata dari perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.

5. Pencegahan Infeksi nosokomial di rumah sakit adalah upaya atau tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit.. Fasilitas sanitasi adalah ketersediaan sarana sanitasi yang meliputi: Kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan meliputi, Penyehatan Air, Toilet dan kamar mandi, Pengelolaan limbah padat dan cair, Tempat Pencucian Linen, Pengendalian serangga dan tikus, pencegahan penularan penyakit melalui desinfeksi dan sterilisasi alat kesehatan,. 7. Pengelolaan limbah padat adalah penanganan limbah berupa sampah berbentuk padat yang dimulai dari pemilahan dan pengemasan, pengumpulan dan pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan dan pembuangan ke tempat akhir. 8. Pengelolaan limbah cair adalah sarana perlengkapan yang berhubungan dengan limbah cair mulai dari pengumpulan, proses pengaliran, sampai pada pengolahannya beserta bangunan pengolahnya sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. 9. Pengelolaan linen adalah penanganan kain kotor yang berasal dari kegiatan rumah sakit mulai dari pemilahan dan penanganannya sehingga tidak menjadi sumber infeksi bagi petugas dan pasien.. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang penganggu lainnya sehingga keberadaanya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi. 2. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen dengan cara fisik dan kimiawi.. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangan semua mikroorganisme dengan cara fisik maupun kimiawi. 4. Pencegahan infeksi nosokomial adalah upaya yang dilakukan perawat untuk mencegah infeksi nosokomial seperti mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, memakai sarung tangan sebelum melakukan tindakan, dan mensterilkan alat-alat setelah habis pakai..5. Aspek Pengukuran.5.. Aspek Pengukuran Pengetahuan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, pada pilihan jawaban (a) skornya adalah 2, pada pilihan jawaban (b) skornya adalah, dan pada pilihan jawaban (c) skornya adalah. Sedangkan untuk pertanyaan nomor,, pada pilihan jawaban (a, a) skornya adalah 2, pada pilihan jawaban (a, b) skornya adalah, dan pada pilihan jawaban (b) skornya adalah. Sementara untuk pertanyaan nomor,, pada pilihan jawaban (b, a) skornya adalah 2, pada pilihan jawaban (b, b) skornya adalah, dan pada pilihan jawaban (a) skornya adalah. Jumlah pertanyaan/kuesioner pengetahuan adalah pertanyaan. Maka didapat total skor tertinggi adalah 2 dan skor terendah adalah.

Berdasarkan skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan dapat dikategorikan berdasarkan skala likert (Pratomo, 99 dalam Lesnauli 28): a. Pengetahuan baik, bila responden memperoleh skor jawaban >5 (>75% dari total skor). b. Pengetahuan sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 8 5 (4% - 75% dari total skor). c. Pengetahuan kurang, bila responden memperoleh skor jawaban <8 (< 4% dari total skor)..5.2. Aspek Pengukuran Sikap Untuk mengetahui ukuran penilaian sikap dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan nomor,, 4, 7,, pada pilihan jawaban setuju (S) skornya adalah 2, pilihan jawaban kurang setuju (KS) skornya adalah dan tidak setuju (TS) skornya adalah. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 2, 5,, 8, 9, pada pilhan jawaban setuju (S) skornya adalah, kurang setuju (KS) skornya adalah dan jawaban tidak setuju (TS) skornya adalah 2. Jumlah pertanyaan/kuesioner sikap adalah pertanyaan. Maka didapat total skor tertinggi adalah 2 dan skor terendah adalah. Berdasarkan skor yang diperoleh maka ukuran penilaian sikap dapat dikategorikan berdasarkan skala likert (Pratomo, 99 dalam Lesnauli 28): a. Sikap baik, bila responden memperoleh skor jawaban >5 (>75% dari total skor). b. Sikap sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 8-5 (4% - 75% dari total skor).

c. Sikap kurang, bila responden memperoleh skor jawaban <8 (< 4% dari total skor)..5.. Aspek Pengukuran Tindakan Untuk mengetahui ukuran tindakan dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan, 2,,, pada pilihan jawaban ya (Y) skornya adalah, dan pada pilihan jawaban tidak (T) skornya adalah. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 4, 5, 7, 8, 9,, pada pilihan jawaban ya (ya) skornya adalah dan pada pilhan jawaban tidak (T) skornya adalah. Jumlah pertanyaan pada kuesioner tindakan adalah pertanyaan, maka didapat total skor tertinggi dan terendah. Berdasarkan skor yang diperoleh maka ukuran tindakan dapat dokategorikan berdasarkan skala likert (Pratomo, 99 dalam Lesnauli, 28). a. Tindakan baik, bila responden memperoleh skor jawaban >7 (>75% dari total skor). b. Tindakan sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 4-7 (4% - 75% dari total skor). c. Tindakan kurang, bila responden memperoleh skor jawaban <4 (< 4% dari total skor)..5.4. Aspek Pengukuran Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Aspek pengukuran yang dilakukan dengan mengamati fasilitas sanitasi di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun yang diadopsi dari Permenkes RI No. 24/Menkes/SK/X/24 sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten

Simalungun dengan lebih memperhatikan dan memperbaiki cara-cara yang selama ini tidak sesuai dengan Peraturan diatas... Analisa Data Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, dan dianalisa secara deskriptif disertai dengan bahasan dan kesimpulan. Hasil yang didapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan hasil observasi fasilitas sanitasi yang diperoleh kemudian di analisa dan dibandingkan dengan Permenkes RI No. 24 / Menkes / SK / X / 24 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4... Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Perdagangan Kabupaten Simalungun Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun, didirikan pada tahun 99 di Jalan Rajamin Purba Perdagangan. Mengingat Kabupaten Simalungun sejak 945-2 belum memiliki Rumah Sakit kelas C, maka pemerintah Kabupaten Simalungun cq Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial sejak awal 22 bekerjasama dengan Camat Kecamatan Bandar untuk mensosialisasikan dan mendirikan Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun. Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan merupakan wilayah yang sangat padat penduduknya dan dikelilingi oleh perkebunan milik pemerintah, swasta nasional, swasta asing internasional yang sebagian besar penduduknya kurang mampu. Pada tahun 22, Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C dengan pelayanan oleh empat dokter spesialis dasar, disamping dokter umum dan dokter gigi. 4..2. Letak Geografi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Perdagangan Kabupaten simalungun Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun secara geografis berlokasi di Bahlias Perdagangan Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun. Kondisi geografi kontur tanah datar. Luas area RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun,22 Ha.

4... Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Visi merupakan cara pandang jauh kedepan yang merefleksikan cita- cita, yakni hendak menjadi apa Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun dimasa depan, dan sekaligus menetukan arah perjalanan institusi ini. VISI : Rumah Sakit Rujukan yang Handal di Kabupaten Simalungun. MISI :. Mewujudkan pelayanan yang bermutu,efisien dan efektif dan terjangkau. 2. Tersedianya tenaga profesional.. Tersedianya sarana dan prasarana disetiap unit pelayanan. 4..4. Tenaga Kesehatan dan Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Jumlah tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun sebanyak 4 orang terdiri dari: dokter umum 5 orang, dokter gigi 7 orang, dokter spesialis orang. Jumlah tenaga keperawatan dan non keperawatan seluruhnya sebanyak orang terdiri dari: tenaga keperawatan sebanyak orang. Jumlah tenaga non keperawatan sebanyak orang. 4.2. Karakteristik Perawat Karakteristik perawat yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, dan pelatihan infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh gambaran karakteristik perawat seperti yang terlihat pada tabel 4..

Tabel 4.. Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Karakteristik Perawat Frekuensi ( n = ) Persentase (Total=%) Umur. 2- tahun 5, 2. -4 tahun 27 45,. 4-5 tahun 5, 2 Jenis Kelamin 4. Laki-laki 5 25, 5. Perempuan 45 75, Tingkat Pendidikan. SPK, 7. D III Keperawatan 48 8, 8. S Keperawatan, 4 Lama bekerja 9. < tahun 2,. -5 tahun 2 5,. > 5 tahun 2 4,4 5 Pelatihan infeksi nosokomial 2. Ya,. Tidak, Berdasarkan tabel 4.. diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat berada pada kelompok umur 2- tahun yaitu sebanyak orang (5%), dan sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 45 orang (75%), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah Diploma III keperawatan yaitu sebanyak 48 orang (8%) dan sebagian besar perawat mempunyai lama kerja antara -5 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5,%). Dari hasil penelitian ini juga diperoleh data bahwa seluruh perawat tidak pernah mengikuti pelatihan resmi tentang infeksi nosokomial. 4.. Data Perilaku Perilaku yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.

4... Pengetahuan Perawat Adapun gambaran pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Tingkat Pengetahuan dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Pengetahuan Ya Tidak Jumlah n % n % n % Mengetahui pengertian infeksi 4 5,7 2 4, 2 Mengetahui penyebab infeksi 47 78, 2,7 Mengetahui bahwa rumah sakit dapat menjadi tempat penularan infeksi 44 7, 2,7 4 Mengetahui pengertian infeksi nosokomial 4 2, 4 7,7 5 Mengetahui penyebab infeksi nosokomial 4 5,7 2 4, Mengetahui anak dibawah usia 2 tahun tidak boleh berkunjung ke 45 75, 5 25, rumah sakit 7 Mengetahui akibat terjadinya infeksi nosokomial pada pasien 42 7, 8, 8 Mengetahui sumber terjadinya infeksi nosokomial 48 8, 2 2, 9 Mengetahui siapa yang beresiko terkena infeksi di rumah sakit 4 7,7 4 2, Mengetahui bahwa tidak boleh menginap dalam ruang perawatan pasien 9 5, 2 5, Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan baik seperti sebagian besar perawat sudah mengetahui pengertian infeksi dan penyebabnya dan mengetahui bahwa rumah sakit dapat menjadi tempat penularan penyakit, namun masih ada perawat yang tidak mengetahui pengertian infeksi nosokomial sebanyak 4 orang (7,7%), dan yang

tidak mengetahui penyebab infeksi nosokomial di rumah sakit sebanyak 2 orang (4,%). 4..2. Sikap Perawat Sikap perawat adalah reaksi atau perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. Adapun gambaran sikap perawat dapat dilihat pada tabel 4.. dibawah ini. Tabel 4.. Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Sikap dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Sikap Tangan dalam keadaan bersih sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan 2 Menggunakan handuk/tisu jika tangan dalam keadaan basah Alat kesehatan yang terkontaminasi darah/cairan langsung dicuci dengan menggunakan lautan desinfektan 4 Menggunakan sarung tangan ketika mencuci alat kesehatan yang terkontaminasi darah/cairan 5 Tidak menggunakan sarung tangan yang steril ketika mencuci alat kesehatan Tidak merendam alat kesehatan yang terkontaminasi dengan alat kesehatan 7 Merendam alat kesehatan dengan menggunakan Waskom anti karat 8 Membuang sampah medis pada tempat sampah non medis 9 Melakukan tindakan keperawatan ketika kondisi tubuh tidak sehat Tidak menggunakan peralatan makan yang sama dengan pasien Kurang Tidak Setuju Jumlah Setuju Setuju n % n % n % n % 2 2 2 4 7 5 9, 55, 2,7 8, 8, 4,,7 58, 2,7 5, 2 2 8 7 2 2 4 2, 2, 7 4, 7, 7 8, 4, 8, 8, 55,, 7 2 2 2 4 2 2 4 2, 8, 2, 2, 2, 7 2, 2, 2, 7 8, 8,

Berdasarkan tabel 4.. diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki sikap yang tidak sesuai dalam pencegahan infeksi nosokomial antara kurang setuju menggunakan sarung tangan ketika mencuci alat kesehatan yang terkontaminasi darah/cairan, dan melakukan tindakan keperawatan ketika kondisi tubuh tidak sehat dan masih ada yang setuju membuang sampah medis pada tempat sampah non medis. 4... Tindakan Perawat Tindakan perawat adalah bentuk perbuatan atau aktivitas nyata dari perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. Adapun gambaran tindakan perawat dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Tindakan dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Tindakan Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien dan lingkungan rumah sakit 2 Mencuci tangan setelah kontak dengan pasien dan lingkungan di rumah sakit Mensterilkan alat setiap habis pakai 4 Mengganti selang selang infuse, abbocath setiap hari sekali 5 Menggunakan sarung tangan, masker, dan baju khusus saat mengganti balut luka. Memberikan informasi kepada pasien/keluarganya agar bersama-sama menjaga kebersihan rumah sakit 7 Melakukan tindakan keperawatan dengan tekhnik aseptik 8 Membersihkan waskom mandi sebelum dan sesudah dipakai 9 Menggunakan spuit lebih dari kali pemakaian Menggabung sampah medis dengan sampah non medis Ya Tidak Jumlah n % n % n % 2,, 4 7 4,, 2 7 8, 8, 49 7 8,, 22 7 5 58, 4, 25 7 22 25 2 5, 7 55, 4, 7, 8, 8 27 5 4, 45, 58,, 7, 7

Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki tindakan yang tidak sesuai dalam pencegahan infeksi nosokomial seperti tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien, tidak mensterilkan alat setiap habis pakai, tidak memberikan informasi kepada pasien/keluarganya agar bersama-sama menjaga kebersihan rumah sakit, tidak membersihkan waskom mandi sebelum dan sesudah dipakai dan masih ada yang menggunakan spuit lebih dari kali pemakaian dan yang tidak memisahkan sampah medis dengan sampah non medis. 4.4. Hasil Penilaian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Perawat Berdasarkan perhitungan jumlah skor pada pada tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan perawat maka dapat dikategorikan baik, sedang dan kurang. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5. dibawah ini. Tabel 4.5. Distribusi Perawat Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Perilaku Frekuensi ( n = ) Persentase (Total=%) Pengetahuan - Baik 4, - Sedang 2 2, - Kurang 8,4 2 Sikap - Baik 2, - Sedang 8,4 - Kurang, Tindakan - Baik 2 2, - Sedang 44 7,4 - Kurang 4, Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 4 orang atau sekitar,%,

sebagian besar perawat memiliki sikap dengan kategori sedang yaitu sebanyak 8 orang atau sekitar,4%, dan sebagian besar perawat memiliki tindakan dengan kategori sedang yaitu sebanyak 44 orang atau sekitar 7,4%. 4.5. Tabulasi Silang Data yang dimasukkan dalam Tabulasi silang antara lain yaitu tingkat pengetahuan dengan pendidikan, lama bekerja dengan tingkat pengetahuan kemudian tingkat pengetahuan dengan sikap dan tindakan. 4.5.. Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Pendidikan Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat dapat dilihat pada tabel 4.. dibawah ini. Tabel 4.. Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 Pengetahuan Pendidikan SPK % D-III.Kep % S.Kep % Baik,7 5 72,92 4, 4 Sedang 5, 8,7,7 2 Kurang 2, 5,,7 8 Total, 48,, Tota Berdasarkan Tabel 4.. diketahui bahwa sebagian besar perawat yang berpendidikan SPK memiliki pengetahuan sedang dan masih ada yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak,% dan diantara yang berpendidikan D-III dan S- keperawatan sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik namun masih ada yang memiliki pengetahuan kurang. l

4.5.2. Tabulasi silang Lama Bekerja dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Hasil tabulasi silang antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.7. dibawah ini. Tabel 4.7. Tabulasi silang Lama Bekerja dengan Tingkat Pengetahuan Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 Pengetahuan Lama Bekerja < thn % -5 thn % >5 thn % Total Baik, 2 7,5 2 7,9 2 Sedang 5, 5 4,88 4 5,8 2 Kurang 5, 5 5,2 2 7,9 2 Total 2, 2, 2, Tabel 4.7. menunjukkan bahwa yang bekerja < tahun tidak ada yang memiliki pengetahuan baik, perawat yang bekerja antara -5 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan sedang yaitu sebanyak 5 orang (4,88%), dan yang bekerja > 5 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 2 orang (7,9%). 4.5.. Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Perawat Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan sikap perawat dapat dilihat pada tabel 4.8. dibawah ini. Tabel 4.8.Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Perawat di Rumah Sakit Umum daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 Sikap Pengetahuan Baik % Sedang % Kurang % Total Baik 9 22,5 5 42,5 2 25,5 Sedang 75, 5, 2 25,5 8 Kurang 2,5,5 4 5, Total 4, 2, 8,

Tabel 4.8. menunjukkan dari 4 orang yang berpengetahuan baik sebagian besar memiliki sikap baik yaitu sebanyak 5,25%, diantara 2 orang yang berpengetahuan sedang sebagian besar memiliki sikap sedang yaitu sebanyak 5% dan diantara 8 yang berpengetahuan kurang sebagian besar memiliki sikap kurang yaitu sebanyak 5%. 4.5.4. Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Perawat Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan tindakan dapat dilihat pada tabel 4.9. dibawah ini. Tabel 4.9. Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 Tindakan Pengetahuan Baik % Sedang % Kurang % Total Baik 9 22,5 2.7 2,5 4 Sedang 75,5 9 75,5 5 2,5 2 Kurang 2,5 8, 2 25,5 8 Total 2, 2, 8, Tabel 4.9. menunjukkan bahwa dari 4 orang yang berpengetahuan baik sebagian besar memiliki tindakan sedang dan masih ada yang memiliki tindakan kurang sebanyak 2,5%, diantara 2 orang yang berpengetahuan sedang sebagian besar memiliki tindakan sedang dan masih ada yang kurang sebesar 8,% dan diantara 8 orang yang berpengetahuan sedang dan masih ada yang memiliki tindakan kurang sebanyak 25,5%. 4.. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Adapun fasilitas sanitasi yang diobservasi dalam penelitian ini meliputi penyediaan air bersih, toilet/ kamar mandi, pengelolaan limbah padat, pengelolaan

limbah cair, pengelolaan tempat pencucian linen, pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu lainnya, dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi dapat dilihat pada tabel 4.. Tabel 4.. Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun No Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Pengamatan Ya Tidak Penyehatan Air a. Kuantitas - Tersedia air bersih> 5l/hr dan tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan. b. Kualitas memenuhi syarat - Bakteriologis - - Fisik - Kimia - c. Sarana - Sumber PDAM, air tanah diolah - Distribusi tidak bocor - Penampungan tertutup 2 a. Pengelolaan Limbah Padat - Dilakukan pemilahan dan pengemasan sampah medis dan non medis. - Limbah padat medis dikumpulkan didalam kontainer yang dilapisi kantong plastik sesuai dengan jenis limbah yang dihasilkan. - Tempat limbah padat kuat, tahan karat, kedap air, dengan penutup - Jumlah tempat sampah minimal (satu) buah tiap radius 2 m pada ruang tunggu terbuka - Limbah padat diangkut ke TPS > 2 kali/hr. - Limbah domestik dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDA. - Pengolahan limbah padat dengan menggunakan incenerator a. Pengolahan Limbah Cair - Dilakukan dengan pengolahan melalui instalasi pengolahan air limbah - Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air da lancar. 4 a. Tempat Pencucian Linen - Terdapat air bersih dengan kapasitas yang mencukupi - Dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius - Terletak dekat dengan saluran air limbah. 5 Dilakukan Pengendalian serangg, tikus dan binatang pengganggu lainnya Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi - Sterilisasi alat menggunakan autoclave - Alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan disimpan pada tempat khusus yang steril. - Alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan atau didesinfeksi terlebih dahulu dari darah, jaringan tubuh, dan sisa bahan lain - Ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan desinfeksi sebelum operasi berikutnya

Berdasarkan tabel 4.. dapat diketahui bahwa fasilitas sanitasi di rumah sakit dapat sudah memenuhi syarat kuantitas yaitu tersedia air bersih >5 l/hr dan sudah memenuhi syarat kualitas fisik yaitu tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, namun berdasarkan kualitas kimia dan bakteriologis tidak diketahui karena belum dilakukan pemeriksaan. Sarana air bersih yang digunakan berasal dari air tanah, pendistribusian air bersih baik atau tidak bocor dan penampungan air tertutup. Jumlah tempat sampah sudah mencukupi yaitu telah terserdia tempat sampah dalam radius 2 m di ruangan terbuka namun dalam manajemen pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan belum memenuhi syarat karena tidak dilakukan pemilahan limbah antara limbah medis dan non medis, pengumpulan limbah padat setiap ruangan dibuat pada tempat sampah yang tidak tertutup dan tidak kedap air, pengangkutan limbah padat ke luar gedung tidak dikemas pada wadah yang kuat dan hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah, pengolahan limbah medis padat dan limbah domestik dibuang langsung ke tempat pembuangan sampah dan dibakar diatas permukaan tanah karena rumah sakit tidak mempunyai incenerator. Berdasarkan hasil pengamatan, Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan mempunyai instalasi pengolahan air limbah namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga air limbah hanya disalurkan ke septik tank dengan saluran tertutup, kedap air dan lancar. Pada pencucian linen di rumah sakit tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius, petugas pencucian linen juga tidak memakai pakaian

kerja khusus dan APD. Hal ini dapat menimbulkan resiko terjadinya penyakit bagi petugas pencucian linen. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya tidak dilakukan sehingga sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat memungkinkan sebagai tempat berkembang biaknya serangga dan tikus. Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan mempunyai alat sterilisasi seperti sterilisasi dan autoclave namun perawat tidak selalu menggunakannya namun alat kesehatan lebih sering dibersihkan dengan membilas dengan menggunakan air bersih.

BAB V PEMBAHASAN 5.. Karakteristik Perawat Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar perawat adalah perempuan yaitu sebanyak 45 orang (75%), dengan tingkat pendidikan terbanyak Diploma III keperawatan yaitu sebanyak 48 orang (8%). Dari hasil penelitian ini juga diperoleh data bahwa seluruh perawat tidak pernah mengikuti pelatihan resmi tentang infeksi nosokomial. Tidak adanya pelatihan formal tentang infeksi nosokomial menyebabkan hanya sebagian perawat yang mengetahui bagaimana cara pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. Hal ini disebabkan pihak rumah sakit dalam menyediakan informasi tentang pencegahan infeksi nosokomial seperti menyediakan leaflet tentang pencegahan infeksi nosokomial yang disediakan pada setiap unit perawatan dan tempat-tempat tertentu. Hendaknya pihak rumah sakit membentuk tim komisi pencegahan infeksi di rumah sakit untuk memberikan pelatihan khusus tentang pencegahan infeksi nosokomial. 5.2. Pengetahuan Perawat Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa belum seluruhnya perawat memiliki pengetahuan baik hal ini disebabkan perawat hanya mendapatkan pengetahuan tentang infeksi nosokomial ketika dalam masa pendidikan sedangkan rumah sakit tidak pernah melakukan pelatihan infeksi nosokomial kepada petugas kesehatan. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil penelitian bahwa yang berpendidikan SPK sebagian

besar memiliki pengetahuan sedang yaitu sekitar 5% dan masih ada yang berpengetahuan kurang yaitu sekitar,%, sementara yang berpendidikan D-III keperawatan, sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik yaitu ssekitar 72,92% dan dari yang berpendidikan sarjana keperawatan sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik yaitu sekitar,8%. Data ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat yang berjenjang pendidikan sarjana dan diploma lebih tinggi dari SPK. Semua perawat wajib mengetahui tentang cara pencegahan infeksi nosokomial, oleh karena itu diharapkan setiap penerimaan SPK harus di training sebelum bekerja. Lama bekerja juga berpengaruh terhadap pengetahuan perawat. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak ada perawat yang berpengetahuan baik yang lama kerjanya kurang dari bulan. Diantara perawat yang bekerja antara sampai 5 tahun, sebagian besar memiliki pengetahuan sedang yaitu sekitar 4,88% sementara yang telah bekerja lebih dari 5 tahun sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik yaitu sekitar 7,9%. Data ini menunjukkan bahwa semakin lama bekerja semakin baik pengetahuan. Jika perawat tidak di training sebelum bekerja di rumah sakit berarti membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun supaya petugas kesehatan berpengetahuan baik, hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Dari data diatas juga menunjukkan bahwa pendidikan perawat tidak menjamin mereka mengetahui tentang infeksi nosokomial. Berdasarkan Notoadmodjo (2), dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan yang diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, raba yang memberikan informasi tertentu kepada

seseorang dan menjadi pengetahuannya. Penginderaan tersebut dapat bersumber dari pengalaman yang ada pada diri individu, baik berupa pengalaman belajar, bekerja, serta aktivitas dan interaksi lain dalam kehidupan sehari-hari. Green dalam Notoadmodjo (2) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Notoadmodjo (2) juga menyebutkan bahwa perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila didasari oleh tingkat pengetahuan dan kesadaran yang baik. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik akan sesuatu hal diharapkan akan mempunyai sikap yang baik. 5.. Sikap Perawat Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki sikap sedang yaitu sekitar,4% dan masih ada yang memiliki sikap baik sekitar 2,%, hal ini dikarenakan pada dasarnya perawat setuju dengan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan suatu penyakit walaupun pada saat pelaksanaanya belum tentu hal-hal tersebut dilakukan. Secara umum dalam Ahmadi (27) dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:. Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruhpengaruh yang datang dari luar. 2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat dari luar diri manusia berupa interaksi sosial di luar kelompok.

Berdasarkan tabel silang antara pengetahuan dengan sikap perawat dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini juga menunjukkan bahwa walaupun sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan baik namun sebagian besar sikap yang dimiliki perawat masih sedang dan kurang. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran perawat untuk melindungi dirinya dari bahaya infeksi nosokomial. Dalam Ahmadi (27) juga dapat disimpulkan bahwa sikap tidak terbentuk dan berubah dengan sendirinya. Ada banyak hal dan kemungkinan yang dapat mempengaruhi terjadinya sikap, diantaranya yaitu hubungan dan komunikasi dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, lingkungan terdekat, dan keluarga. Sikap perawat berada pada rentang sedang, hal ini menunjukkan bahwa terdapat respon negatif dalam pencegahan infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan baik namun hanya memiliki sikap sedang. 5.4. Tindakan Perawat Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar perawat memiliki tindakan sedang yaitu sekitar 7,4% dan masih ada yang memiliki tindakan kurang yaitu sekitar,%. Tindakan yang yang kurang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Menurut Notoadmodjo (2) secara logis, sikap akan ditunjukkan dalam bentuk tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Artinya suatu pengetahuan dan sikap yang baik belum tentu terwujud dalam suatu tindakan yang baik pula (overt behavior).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat kurang setuju untuk tidak melakukan tindakan keperawatan ketika kondisi tubuh dalam keadaan sakit. Mereka mengatakan bahwa dengan kondisi tubuh yang kurang sehat tidak terlalu mengganggu mereka dalam bekerja, namun hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya infeksi nosokomial bagi pasien baik terhadap petugas kesehatan itu sendiri. Berdasarkan tabel silang tingkat pengetahuan dengan tindakan bahwa sebagian besar perawat yang memiliki pengetahuan baik hanya memiliki tindakan sedang. Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan rumah sakit yang meliputi perilaku individu yang berada didalamnya kurang serta kurang memadainya fasilitas sanitasi rumah sakit yang mendukung pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. 5.5. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit. Penyediaan Air Bersih Hasil pengamatan pada fasilitas sanitasi di rumah sakit bahwa berdasarkan kualitas fisik air bersih sudah memenuhi syarat, tetapi belum pernah dilakukan pemeriksaan kualitas bakteriologis dan pemeriksaan kimia pada air bersih. Air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan penyakit. Menurut Kusnoputranto (2) air dapat menjadi media penularan penyakit apabila air terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari penderita atau carier. Bila air ini diminum dapat mengakibatkan penyakit cholera, typoid, hepatitis infektiosa dan dysentri basiller.

2. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi Syarat fasilitas toilet dan kamar mandi yang memenuhi syarat adalah harus terletak ditempat yang mudah dijangkau pasien dan pengunjung dan ada petunjuk arah serta toilet untuk pengunjung dan pasien dengan perbandingan toilet untuk 2 pengunjung wanita, dan toilet untuk pengunjung pria, dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan toilet serta tidak terdapat tempat penampungan dan genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengganggu. Fasilitas toilet dan kamar mandi di rumah sakit sudah memenuhi syarat karena jumlah toilet mencukupi untuk pengunjung dan petugas di rumah sakit. Apabila fasilitas toilet dan kamar mandi ini tidak terpelihara dapat menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit bagi orang-orang yang berada di lingkungan rumah sakit. Menurut Kusnoputranto (2), vektor atau insekta yang berhubungan dengan air seperti serangga yang ada di air, misalnya pada wadah penampungan air seperti gentong, bak air, pot bunga dll dapat menularkan penyakit seperti malaria dan penyakit demam berdarah.. Pengelolaan Limbah Padat Jumlah tempat sampah sudah mencukupi yaitu telah terserdia tempat sampah dalam radius 2 m di ruangan terbuka namun dalam manajemen pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan belum memenuhi syarat karena tidak dilakukan pemilahan limbah antara limbah medis dan non medis, pengumpulan limbah padat setiap ruangan dibuat pada tempat sampah yang tidak

tertutup dan tidak kedap air, pengangkutan limbah padat ke luar gedung tidak dikemas pada wadah yang kuat dan hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah, pengolahan limbah medis padat dan limbah domestik dibuang langsung ke tempat pembuangan sampah dan dibakar diatas permukaan tanah karena rumah sakit tidak mempunyai incenerator. Hal ini bisa disebabkan tidak ada nya anggaran yang disediakan untuk pengelolaan sampah rumah sakit Pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi tempat bersarangnya tikus dan serangga, dan dapat menjadi sumber penularan penyakit baru terutama bagi orang-orang yang berada di lingkungan rumah sakit. 4. Pengolahan limbah cair Berdasarkan hasil pengamatan, Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan mempunyai instalasi pengolahan air limbah namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga air limbah hanya disalurkan ke septik tank. 5. Tempat pencucian linen Berdasarkan hasil pengamatan, di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan pada pencucian linen tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius, petugas pencucian linen juga tidak memakai pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri. Jika pencucian linen tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penularan penyakit terutama bagi orang-orang yang ada disekitar rumah sakit.. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya, tidak pernah dilakukan. Agar binatang pengganggu lain tidak masuk perlu melakukan pengelolaan makanan dan pengelolaan sampah dengan baik. Dalam hal ini keadaan hygiene sanitasi yang tidak baik dapat dikurangi dan dihilangkan sesuai dengan Permenkes Nomor 24/Menkes/X/24 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Rumah sakit sebagai tempat umum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang memerlukan perhatian dan penanganan yang serius dari aspek hygiene sanitasinya. 7. Dekontaminasi dengan Disinfeksi dan Sterilisasi Desinfeksi adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimiawi. Proses desinfeksi harus didahului dengan proses dekontaminasi atau pencucian yang memadai dengan menghilangkan sebagian besar kuman yang terdapat pada permukaan benda. Di rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan, sterilisasi ruangan hanya dilakukan dengan mengepel ruangan dan untuk mensterilkan alat kesehatan perawat tidak selalu menggunakan autoclave, yang sudah disediakan rumah sakit. Alat kesehatan dibersihkan dengan membilas dengan air bersih. Pengawasan terhadap fasilitas sanitasi sangat diperlukan agar tidak menjadi sumber penularan penyakit baru terutama bagi orang-orang yang ada disekitar rumah sakit.

.. Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh dan pembahasan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :. Karakteristik perawat meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja dan pelatihan infeksi nosokomial. bahwa sebagian besar perawat berada pada kelompok umur 2- tahun yaitu sebanyak orang (5%), sementara perawat yang paling sedikit berada pada kelompok umur 4-5 tahun yaitu sebanyak orang (5%) dan sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 45 orang (75%), dengan tingkat pendidikan yang terbanyak adalah Diploma III keperawatan yaitu sebanyak 48 orang (8%) dan sebagian besar sudah bekerja antara -5 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5,%) dan seluruh perawat tidak pernah mengikuti pelatihan resmi tentang infeksi nosokomial. 2. Tingkat pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 4 orang (,%), memiliki pengetahuan sedang sebanyak 2 orang (2%) dan memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 8 orang (,4%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat sudah memiliki pengetahuan baik.. Sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang memiliki sikap baik sebanyak orang (2,4%), sebagian besar memiliki sikap sedang sebanyak 8 orang (,4%) dan yang memiliki sikap kurang baik sebanyak orang (%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat memiliki sikap sedang.

4. Tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang memiliki tindakan baik sebanyak 2 orang (2%), sebagian besar memiliki tindakan sedang yaitu sebanyak 44 orang (7,4%) dan yang memiliki tindakan kurang baik sebanyak 4 orang (,%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat memiliki tindakan sedang. 5. Fasilitas sanitasi rumah sakit yang berhubungan dengan pencegahan infeksi nosokomial seperti: a. Pada air bersih tidak pernah dilakukan pemeriksaan bakteriologis dan kimia. b. Pengelolaan limbah padat medis dan non medis dibakar di atas permukaan tanah karena rumah sakit tidak mempunyai incinerator. c. Tidak dilakukan pengolahan limbah cair. d. Pencucian linen tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius. e. Tidak dilakukan pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya. f. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi alat kesehatan tidak selalu menggunakan peralatan autoclave..2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka beberapa hal yang dapat dilakukan antar lain yaitu:

. Kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun a. Memberikan pelatihan tentang pencegahan infeksi nosokomial kepada perawat. b. Menyediakan media informasi seperti poster dan leaflet tentang pencegahan infeksi nosokomial. c. Melengkapi fasilitas sanitasi rumah sakit seperti melakukan pemeriksaan bakteriologis dan kimia air bersih, penyediaan incinerator, memfungsikan instalasi pengolahan air limbah yang sudah ada, mengawasi pencucian linen, melakukan pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya di rumah sakit serta melakukan pengawasan terhadap perawat agar mengikuti prosedur seperti menggunakan alat pelindung diri ketika berhadapan dengan pasien yang beresiko menularkan penyakit. 2. Kepada perawat Dalam pelayanan keperawatan hendaknya tenaga keperawatan harus aktif dan berinisiatif untuk mendapatkan wawasan baru tentang perkembangan ilmu keperawatan khususnya tentang bahaya infeksi nosokomial.