BAB I PENDAHULUAN. sekitar Rp 559,54 trilliun ditambah. Rp 323,67 trilliun (Natsir, 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN TARIF ANGKUTAN BARANG MODA KERETA API JALUR PADANG-SOLOK ABSTRAK

-2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Rep

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117 TAHUN 2015 TENTANG

Estimasi Demand Angkutan Barang Shortcut

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/08/18/Th. IV, 1 Agustus 2016

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYIAPAN DOKUMEN PROYEK INVESTASI PENYELENGGARAAN MONOREL DI PULAU BATAM

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 3 Juli 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. IV, 2 MEI 2016

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. IV, 1 MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. IV, 1 APRIL 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/12/18/Th. IV, 1 Desember 2016

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/02/18/Th. IV, 1 FEBRUARI 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. V, 3 April 2017

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2015 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I PENDAHULUAN. maksimum termanfaatkan bila tanpa disertai dengan pola operasi yang sesuai.

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi

Analisis Perbandingan Keekonomian Rute Merak-Bakauheni dengan Rute Cigading-Kiluan

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI 2017 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 1 Agustus 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2014 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. III, 1 April 2015

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan sehari-hari dikota-kota besar di Indonesia. Dalam suatu sistem jaringan

ANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT

[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat dapat dikatakan baik apabila transportasi tersebut dapat

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PUPR DI PULAU SUMATERA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

Tingkat Deflasi Kota Lubuklinggau sebesar 0,20 Persen

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

Tujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

G U B E R N U R L A M P U N G

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan utama pembangunan bidang infrastruktur di Indonesia adalah kebutuhan investasi infrastruktur yang besar, dengan keterbatasan kemampuan APBN. Terlihat pada Gambar 1.1, untuk mencapai target pertumbuhan 7% dalam RPJM 2010-2014, total kebutuhan dana untuk penyediaan infrastruktur sekitar Rp 1.923,7 trilliun. Kemampuan pemerintah hanya sekitar Rp 559,54 trilliun ditambah dengan potensi pendanaan lain dari BUMN, swasta, dan APBD sekitar Rp 1.040,59 trilliun. Terdapat gap pendanaan sekitar Rp 323,67 trilliun (Natsir, 2011). Gambar 1.1 Gap kebutuhan investasi infrastruktur 2010-2014 dan perkiraan pendanaan Sumber : Natsir (2011) Rajasa (2010) mengatakan bahwa Infrastruktur merupakan hal yang diutamakan dan sejumlah penanaman modal swasta diperlukan untuk membangun Indonesia menuju ke keadaan yang lebih baik. Diantara 8 (delapan) jenis infrastruktur yang dapat dikerjasamakan menurut Perpres No. 67 tahun 2005 juncto Perpres No. 13 tahun 2010 juncto Perpres 56 tahun 2011 adalah sarana dan 1

prasarana perkeretaapian. Keberadaan Undang-undang No 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian diharapkan bisa menjadi landasan untuk lebih giat memancing keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur baru kereta api daerah ( Trans Media, vol.1 2010, h.43). Sesuai dengan Master Plan Jalur Kereta Api Pulau Sumatera, pembangunan short cut Padang - Solok merupakan bagian dari usulan jaringan jalur Kereta Api Sumatera dengan panjang jalur 55 km dengan biaya US $ 370 juta. Pembangunan ini, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 merupakan tingkat prioritas pembangunan kategori tinggi dan direncanakan untuk dibangun pada tahap I (2011-2015). Pembangunan short-cut Padang-Solok ini telah masuk dalam Dokumen RPJP, RPJM, serta RTRW Provinsi Sumatera Barat (Prayitno, 2011). Tabel 1.1 Usulan rute pada skema jaringan jalur KA di Masterplan Sumatera (SRDP, 2000) Rute Kode Rute Length (km) Initial Schemes Banda Aceh Lhokseumawe (subsequently regarded as committed) A1.1 251 Lhokseumawe Besitang (subsequently regarded as committed) A1.2 233 Rantauprapat Dumai A2 246 Muaro Dumai A3 397 Muarabungo Lubuk Linggau A4.1 273 Teluk Kuantan Muarabungo Jambi A4.2 A5 370 Muaro Teluk Kuantan Kuala Enok A6 238 Solok Padang A7 55 Simpang Tanjung Api-api A8 87 Betung North Palembang A9.1 65 Jambi Betung A9.2 188 Betung Sekayu A10 107 Jambi Rengat A11.1 213 Pekanbaru Rengat A11.2 161 Sengeti Muarasabak A12 62 Blimbing Sekayu A13 125 Tanjung Enim Baturaja A14 83 Tebingtinggi Bengkulu A15 144 Kilometertiga Bakauheni A16 70 Schemes Subsequently Added Banda Aceh Sibolga A101 750 Sibolga Rantauprapat A102 250 Sibolga Pariaman A103 350 Padang Bengkulu A104 550 Palembang Bandar Lampung A105 300 Sumber : Diksa Intertama,pt (2011) 2

Dari data Dinas Perhubungan Sumatera Barat dinyatakan bahwa jenis angkutan yang melewati jalur Padang - Solok didominasi oleh jenis angkutan barang, yaitu sebesar 70%. Setiap tahun jumlah angkutan barang ini cenderung meningkat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2005-2010) terjadi peningkatan sebesar 1,83% per tahunnya. Tabel 1.2 Laju pertumbuhan angkutan barang jalur Padang-Solok Pertumbuhan Laju pertumbuhan (%) rata-rata Tahun 2006 2007 2007 2008 2008 2009 2009 2010 rr (%) Jumlah angkutan 4,623 4,737 4,737 4,878 4,878 4,943 4,943 4,970 (ton/hari) Pertumbuhan r (%) 2.46 2.99 1.33 0.54 1.83 Sumber : Sefrus (2012). Dari Tabel 1.2 diatas, Seffrus (2012) melakukan penelitian yang berjudul estimasi angkutan barang shortcut Padang-Solok dari peralihan moda truk ke kereta api sebagai pertimbangan pembangunan proyek kerjasama pemerintahswasta. Dari penelitian ini dengan laju pertumbuhan normal didapatkan ramalan jumlah angkutan barang yang melewati jalur Padang-Solok untuk 30 tahun ke depan sebesar 13,124 ton/hari. Hal ini mengarahkan pada pertimbangan pelaksanaan pembangunan dengan skema kerjasama pemerintah - swasta. Pada tahun 2011, arus kendaraan yang melalui jalur Padang Solok bertambah padat sehingga kemacetan bertambah parah. Ditambah lagi kondisi jalan Padang - Solok pada beberapa ruas jalan juga mengalami kerusakan sehingga waktu tempuh dari Padang - Solok cukup lama dari biasanya. Kerusakan jalan tersebut sebagian besar disebabkan oleh semakin banyaknya truk angkutan barang melewati jalan Padang Solok dengan muatan melebihi batas yang dipersyaratkan. Untuk mengatasi hal ini, disamping membatasi muatan truk, juga dapat dilakukan melalui pengalihan moda transportasi angkutan barang. Salah satunya adalah dengan penggunaan moda transportasi kereta api. Dalam hal ini pemerintah 3

perlu mempertimbangkan kembali penggunaan kereta api untuk mengangkut barang dari Padang ke Solok dan sebaliknya. Beberapa potensi angkutan kereta api ke Teluk Bayur, antara lain : batubara, CPO, karet, logging dan biji besi (Bappeda, 2011). Namun kemungkinan menjadikan pembangunan shortcut Padang - Solok dengan skema KPS perlu penyiapan kelayakan proyek berupa prastudi kelayakan proyek kerjasama. Dalam prastudi kelayakan proyek kerjasama memuat kajian hukum, kajian teknis, kajian kelayakan (ekonomi dan keuangan), kajian sosial dan lingkungan, kajian dukungan dan jaminan pemerintah serta kajian bentuk kerjasama. Dalam kajian kelayakan (ekonomi dan keuangan), unsur terpenting KPS yang perlu dikaji adalah pengembalian investasi. Oleh karena itu dirasa penting dilakukan penelitian mengenai tarif sebagai unsur penentu dalam pengembalian investasi pembangunan proyek kerjasama. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, hal yang menjadi pembahasan pada penelitian ini adalah : a. Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam penentuan tingkat tarif angkutan barang jalur KA Padang - Solok? b. Bagaimana tarif angkutan barang KA Padang - Solok dapat ditetapkan pada tahap awal dan disesuaikan secara berkala? c. Berapa nilai tarif yang sesuai untuk jasa angkutan barang jalur Padang - Solok agar nantinya dapat dijadikan pertimbangan skema kerjasama pemerintah - swasta. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besaran tarif beberapa jenis komoditi angkutan barang kereta api jalur Padang-Solok. 4

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat serta stakeholder untuk mengkaji lebih lanjut Pembangunan Shortcut Padang-Solok dengan skema kerjasama dengan swasta. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini akan meliputi beberapa hal, antara lain : a. Melakukan survei dan wawancara ke perusahaan pengguna jasa angkutan barang yang melewati jalur Padang - solok dan sebaliknya menggunakan moda jalan. b. Angkutan barang yang dimaksudkan meliputi angkutan barang yang menggunakan kendaraan seperti pick up, truk 2 as (tangki/cair), truk 3,4,5 as (tangki/cair), truk 3,4,5 as (umum). c. Menentukan tarif angkutan barang berdasarkan biaya operasional kereta api (BOKA) mengacu pada perhitungan PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat serta Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 34 Tahun 2011 tentang Tata Cara Perhitungan Dan Penetapan Tarif Angkutan Orang Dan Barang Dengan Kereta Api. d. Menganalisis data hasil survey dan wawancara pengguna jasa angkutan barang. e. Menentukan nilai ATP (Ability to Pay) dan WTP (Willingness to Pay) dari hasil survey. f. Menganalisis ATP (Ability to Pay) dan WTP (Willingness to Pay) dari hasil survey serta analisis tarif angkutan barang berdasarkan biaya operasional kereta api (BOKA) mengacu pada perhitungan PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat serta Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 34 Tahun 2011 tentang Tata Cara Perhitungan Dan Penetapan Tarif Angkutan Orang Dan Barang Dengan Kereta Api. 5

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : a) Bab I Pendahuluan Pada bab ini dikemukakan tentang informasi secara keseluruhan dari penelitian ini, yang meliputi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. b) Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini disajikan tentang teori-teori yang dijadikan dasar pembahasan dan penganalisaan masalah, serta beberapa definisi dari studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini. Meliputi, komponen biaya penentuan tarif, dan penelitian terdahulu. c) Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini dikemukakan tentang pendekatan dari teori yang kemudian diuraikan menjadi suatu usulan pemecahan masalah. Adapun langkahlangkah pemecahannya meliputi antara lain: pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa yang dilakukan pada penelitian. d) Bab IV Analisa dan Pembahasan Pada bab ini diuraikan variabel-variabel penelitian hasil pengumpulan data, serta kajian atas hasil dari pengolahan data tersebut. e) Bab V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini disajikan kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya dan memberikan usulan rekomendasi perbaikan untuk penelitian yang akan datang. 6