Pewarnaan Toluidin blue sebagai petanda ketepatan biopsi pasca terapi karsinoma sel skuamosa kepala-leher

dokumen-dokumen yang mirip
" The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings "

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: WULAN MELANI

ABSTRAK GAMBARAN SKOR OHIP-14 PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER YANG MENDAPATKAN RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.

ABSTRAK GAMBARAN KOMPLIKASI PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER PASCA RADIOTERAPI/KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING SEBELUM dan SETELAH RADIOTERAPI (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang)

ABSTRAK. UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam) TERHADAP KARSINOMA SKUAMOSA EPITEL RONGGA MULUT PADA KULTUR SEL KB

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

TUMOR KEPALA LEHER DI POLIKLINIK THT-KL RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

ABSTRAK. UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP KULTUR SEL RAJI

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan. yang jarang ditemukan di sebagian besar negara, namun

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

Tommyeko H Damanik, 2005, Pembimbing : Hana Ratnawati. dr., M.Kes.

KARYA TULIS ILMIAH. Gambaran Merokok sebagai Faktor Risiko Pada Penderita Karsinoma Laring di RSUP. H. Adam Malik Medan

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

Photodynamic therapy (PDT) pada penderita karsinoma nasofaring: kajian angka harapan hidup

ABSTRAK. Etiopatogenesis Karsinoma Nasofaring (KNF) Rabbinu Rangga Pribadi, Pembimbing: dr. Freddy Tumewu A., M.S.

NILAI DIAGNOSTIK SKOR KLINIS DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS PASIEN KARSINOMA NASOFARING

LEMBARAN PENJELASAN EKSPRESI MATRIKS METALLOPROTEINASE-9 PADA PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

HUBUNGAN SKOR LUND-MACKAY CT SCAN SINUS PARANASAL DENGAN SNOT-22 PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS TESIS IRWAN TRIANSYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Epstein-Barr Virus (EBV) menginfeksi lebih dari. 90% populasi dunia. Di negara berkembang, infeksi

DETEKSI GEN E-CADHERIN PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RONGGA MULUT DARI SAMPEL BLOK PARAFFIN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING TAHUN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh : FATHIMAH NURUL WAFA

ANGKA HARAPAN HIDUP DUA TAHUN PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA BERBAGAI STADIUM YANG DILAKUKAN TERAPI KEMORADIASI

BAB I PENDAHULUAN. keganasan epitel tersebut berupa Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher (KSSKL)

KUALITAS HIDUP DAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER NASOFARING YANG MENDAPAT RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUD DR.

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

PERBANDINGAN FIVE YEAR SURVIVAL RATE PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA MODALITAS KEMOTERAPI DAN KEMORADIASI

ABSTRAK GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA CA MAMMAE POST MASTECTOMY DI CISC DAN BCS TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

HUBUNGAN ANTARA KLASIFIKASI HISTOPATOLOGIS DENGAN RESPON KEMORADIASI BERDASARKAN GAMBARAN CT SCAN PADA PENDERITA KARSINOMA NASOFARING

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan salah satu. kasus keganasan yang tergolong jarang ditemukan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma Nasofarings (KNF) merupakan subtipe yang berbeda dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

Penatalaksanaan Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Selama 5 Tahun (1 Januari 1996 s.d.

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

Hubungan Ekspresi p53 dengan Prognosis Hasil Terapi Radiasi pada Karsinoma Nasofaring

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pemodelan Matematika Bekam Pada Kanker Nasofaring Dan Kontribusinya Bagi Penanganan Kanker Nasofaring

Kanker Nasofaring. Wulan Melani. Wulan Melani 1, Ferryan Sofyan 2. Mahasiswa F.Kedokteran USU angkatan 2009 /

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB I PENDAHULUAN. industri tetapi juga di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker kepala leher

BAB 1 PENDAHULUAN. kranial klavikula, kecuali kanker otak dan sumsum tulang belakang. KKL

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

GAMBARAN HISTOPATOLOGI TUMOR SERVIKS DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2010.

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST)

PERBANDINGAN FIVE YEAR SURVIVAL RATE PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA MODALITAS KEMOTERAPI DAN KEMORADIASI

Hubungan Merokok dan Kejadian Nasofaring

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

Secondary Brain Tumor

3. METODOLOGI PENELITIAN

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Limfoma merupakan keganasan yang berasal dari. sistem limfatik (University of Miami Miller School of

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes

ABSTRACT. Key words: breast cancer, histopathology

HUBUNGAN RADIOTERAPI KEPALA LEHER TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DILIHAT MELALUI FOTO PANORAMIK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PEMODELAN MATEMATIKA BEKAM PADA KANKER NASOFARING DAN KONTRIBUSINYA BAGI PENANGANAN KANKER NASOFARING

ARTIKEL ASLI PENURUNAN STATUS GIZI PASIEN KARSINOMA NASOFARING SETELAH RADIOTERAPI DENGAN COBALT - 60 DI RSUP SANGLAH

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011

PENGARUH PERUBAHAN KETINGGIAN TERHADAP NILAI AMBANG PENDENGARAN PADA PERJALANAN WISATA DARI GIANYAR MENUJU KINTAMANI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

NIP : : PPDS THT-KL FK USU. 2. Anggota Peneliti/Pembimbing : Prof. Dr. dr. Delfitri Munir, Sp.THT-KL(K)

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 3

BAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

Tampilan Pulasan Imunohistokimia Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Pada Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Regaud dan Tipe Schmincke

INSIDENSI KANKER KEPALA LEHER BERDASARKAN ANATOMI DI RS DR KARIADI SEMARANG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2005 ARTIKEL PENELITIAN

ABSTRAK PERANAN UJI KULIT TUBERKULIN DALAM MENDIAGNOSIS TUBERKULOSIS ( STUDI PUSTAKA )

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

KARAKTERISTIK GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENDERITA KANKER PAYUDARA BERDASARKAN UMUR DI KOTA MEDAN PERIODE

Transkripsi:

Laporan Penelitian Pewarnaan Toluidin blue sebagai petanda ketepatan biopsi pasca terapi karsinoma sel skuamosa kepala-leher Bambang Hariwiyanto, Camelia Herdini, Inawati Bobot Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada/Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito Yogyakarta. ABSTRAK Latar belakang: Karsinoma sel skuamosa (KSS) merupakan jenis keganasan kepala dan leher yang paling sering dijumpai dibanding keganasan yang lain. KSS kepala leher dapat dilakukan terapi pembedahan diikuti kemoterapi dan/atau radioterapi maupun kemoterapi dan/atau radioterapi tanpa pembedahan. Penentuan keberhasilan radikalitas pengobatan ditandai dengan tidak adanya sisa tumor secara mikroskopis yang diambil pada jaringan pasca kemoradiasi tanpa pembedahan, atau pemeriksaan jaringan secara frozen section. Untuk menentukan apakah pada jaringan masih ada sisa tumor atau sudah bebas tumor secara makroskopis terkadang sulit. Toluidin Blue (TB) adalah zat pewarna yang dapat terserap pada ruang interseluler epitel yang mengalami displasia seperti yang terjadi pada KSS. Tujuan: Menilai validitas pewarnaan TB sebagai petanda ketepatan lokasi biopsi KSS pasca terapi, baik pasca pembedahan, maupun yang diterapi dengan kemoterapi dan/atau radioterapi tanpa pembedahan. Metode: Uji diagnostik untuk menentukan sensitifitas dan spesifitas pewarnaan, nilai duga positif dan nilai duga negatif TB sebagai salah satu petanda ketepatan biopsi KSS pasca terapi KSS kepala-leher. Hasil: Didapatkan 30 sampel penelitian yang berasal dari 26 penderita KSS yang telah dilakukan terapi baik bedah maupun kemoradiasi tanpa bedah. Sensitifitas pewarnaan TB terhadap hasil biopsi pasca terapi 83,3%, spesifitas 66,7%, nilai duga positif 79,0% dan nilai duga negatif 72,7%. Kesimpulan: Pewarnaan TB valid untuk menentukan ketepatan biopsi keganasan KSS kepala dan leher pasca terapi. Kata kunci: Validitas, toluidin blue, karsinoma sel skuamosa, pasca terapi ABSTRACT Background: Squamous cell carcinoma (SCC) is the most frequent malignancy in the head and neck. The treatment modalities of SCC are surgery followed by chemotherapy and/or radiotherapy, could also chemotherapy and/or radiotherapy without surgery. The gold standard of assessing success in SCC treatment is if there no malignant cells found not only in frozen section tissues, but also in post chemotherapy and/or radiotherapy tissues. Determining the spot of biopsy tissue for malignancy assessment after treatment is not easy. Toluidin Blue (TB) is a staining material, absorbed by intercellular space in epithelial dysplasia, included SCC. To determine the validity of Toluidin Blue as sign of accuracy for biopsy site in SCC post treatment malignancy, which not only for surgically treated cases, but also after chemotherapy and/or radiotherapy without surgical treatment. Method: Diagnostic test study to determine sensitivity test, specificity test, positive predictive value and negative predictive value of TB to detect malignant cells in post treatment head and neck SCC patients. Result: There were 30 samples biopsy material from 30 post treatment SCC patients. Sensitivity test was 83,3%, specificity test: 66,7%, positive predictive value: 79.0%, negative predictive value: 72,7%. Conclusion: TB staining is accurate for determining biopsy spot in post treatment head and neck SCC. Keyword : Validity, toluidin blue, squamous cell carcinoma, post treatment. 64

PENDAHULUAN Karsinoma sel skuamosa (KSS) merupakan jenis tumor ganas yang paling sering terjadi diantara tumor ganas lain yang terdapat pada kepala leher. 1,2 Salah satu tolak ukur keberhasilan pengangkatan tumor (pembedahan) secara radikal, ditunjukan dengan tidak adanya sisa tumor secara mikroskopis selama pembedahan, yang sampai saat ini menggunakan pemeriksaan secara frozen section. Pada KSS kepala dan leher yang tidak dapat dilakukan pembedahan, seperti pada karsinoma nasofaring (KNF) keberhasilan terapi ditunjukan dengan hasil biopsi pasca kemoterapi dan/atau radioterapi. Ketepatan daerah yang akan dilakukan biopsi baik untuk keperluan frozen section maupun untuk penentuan keberhasilan terapi terkadang sulit, sehingga mengakibatkan hasil yang tidak tepat. Di beberapa rumah sakit untuk pemeriksaan frozen section diperlukan tambahan biaya dan waktu pemeriksaan yang tidak sedikit, sedangkan biopsi nasofaring merupakan tindakan invasive yang menyakitkan bagi penderita KNF. Toluidin Blue (TB) adalah zat pewarna thiamine metachromatic dengan berat molekul 305, dan larut dalam air dan alkohol. 3,4 Merupakan bahan acidophilic yang secara selektif dapat mewarnai komponen asam nukleat DNA dan RNA sel, dengan cara berikatan dengan kelompok thiazine seperti sulfat, fosfat dan radikal karboksilat dari asam amino. Ikatan TB ini menyebabkan TB dapat terserap pada ruang interseluler epitel yang mengalami displasia. Pada keganasan epitel, TB dapat diserap oleh karena pada keganasan epitel lebih banyak mengandung asam nukleat. 5,6 Pewarnaan TB untuk mendeteksi adanya keganasan pada mukosa, terutama pada epitel orofaring sudah digunakan sejak berpuluh tahun yang lalu. 3,7 Hal ini disebabkan karena TB mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan kelompok fosfat pada asam nukleat dan dapat terserap pada ruang interseluler epitel yang mengalami displasia. TB dapat terserap pada epitel yang mengalami displasia dan malignansi karena tidak adanya gen supresor tumor dan jumlah asam nukleat jauh lebih banyak dibandingkan dengan epitel normal, selain itu pada epitel maligna terdapat ruang interseluler yang lebih lebar. 5,6,7 TB cenderung mewarnai jaringan yang mengandung komponen rantai kimia asam yang banyak terdapat pada jaringan atau sel yang tidak terkontrol proliferasinya. 8 Ketidakmampuan sel sehat menyerap TB disebabkan karena sel sehat mempunyai pertahanan yang efektif berupa permeabilitas yang selektif. Sel normal bersifat lipolitik, sedangkan TB bersifat hidrofobik, sedangkan jaringan keratosis tidak dapat menyerap TB karena lapisan permukaannya tertutup oleh jaringan keratin. 4,6 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas pewarnaan TB sebagai salah satu petanda ketepatan biopsi penderita KSS kepala leher pasca terapi. baik yang diterapi secara pembedahan maupun yang diterapi dengan kemoterapi dan/ atau radioterapi tanpa pembedahan. METODE Desain penelitian ini adalah uji diagnostik untuk menentukan sensitifitas dan spesifitas pewarnaan TB sebagai salah satu petanda ketepatan biopsi penderita KSS kepala leher. pasca terapi pembedahan atau kemoterapi dan/ atau radio terapi tanpa pembedahan. Sampel penelitian berupa jaringan biopsi frozen section yang ditujukan untuk mengetahui radikalitas operasi dan biopsi tumor primer KSS pada 12 minggu pasca kemoterapi dan/atau radioterapi tanpa pembedahan.. Jaringan yang dicurigai masih mengandung sisa tumor selama pembedahan untuk keperluan frozen section atau pasca kemoterapi dan/ atau radioterapi yang akan dibiopsi, dilakukan pengolesan dengan menggunakan kapas lidi yang sudah dibasahi dengan TB 1%, ditunggu selama 1 menit kemudian dibilas dengan garam fisiologis yang bertujuan untuk menghilangkan TB yang larut pada jaringan normal. Biopsi dilakukan pada daerah yang sudah diolesi dengan TB 1%, baik yang masih berwarna 65

Tabel 1: Tabel 2X2 untuk perhitungan sensitifitas dan spesifitas Pewarnaan TB Biopsi pasca terapi Positif Negatif Total Positif (a) (b) Negatif (c) (d) Total Tabel 2: Karakteristik subjek penelitian Variabel N (%) Jenis kelamin Umur Letak tumor (jenis operasi) Laki laki Perempuan > 50 thn < 50 thn Laring (total laringektomi) Leher (deseksi leher) Nasofaring (pasca terapi) Parotis (Parotidektomi) Hidung/SPN (ektirpasi) Telinga (ektirpasi tumor) 21 80,76% 5 19,24% 15 57,69% 11 42,31% 3 10,00% 7 23,33% 10 33,33% 2 6,66% 7 23,33% 1 3,33% Tabel 3: Hasil pewarnaan TB dan biopsi Pewarnaan TB Biopsi pasca operasi Positif Negatif Total Positif 15(50,00%) 4(13,33%) 19(63,33%) Negatif 3(10,00%) 8(26,67%) 11(33,67%) Total 18(60,00%) 12(40,0%) 30(100,00%) biru tua (positif) maupun biru muda atau tidak berwarna biru (negatif). 9 Jaringan biopsi diperiksa di Bagian Patologi Anatomi RSUP DR Sardjito. Penelitian ini dilakukan terhadap penderita KSS yang berobat di Bagian THT RSUP DR Sardjito dan dilakukan pembedahan maupun kemoterapi dan/atau radioterapi tanpa pembedahan, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi selama bulan Desember 2010 s/d Desember 2011. Hasil penelitian dipresentasikan dalam tabel 2 X 2 untuk perhitungan sensitifitas, spesifitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif pewarnaan TB sebagai petanda ketepatan biopsi. (Tabel 1) Sensitifitas: a/(a+c) X 100%, Spesifitas: d/ (d+b) X 100%. Nilai duga positif: a/(a+b) X 100%. Nilai duga negatif: d/(c+d) X 100%. HASIL Didapatkan 30 sampel biopsi KSS, baik untuk keperluan frozen section, maupun biopsi 12 minggu pasca kemoterapi dan/atau radioterapi tanpa pembedahan yang berasal dari 26 penderita KSS. Karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel 2. Hasil perbandingan antara pewarnaan TB dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi dapat dilihat pada tabel 3. 66

Kemampuan pewarnaan TB dalam memberikan hasil uji positif pada pasca terapi pembedahan maupun kemoterapi dan/atau radioterapi tanpa pembedahan ditunjukan dengan hasil uji sensitifitas: 15/18 X 100% = 83,3%. Hasil tersebut menunjukan bahwa apabila hasil biopsi menunjukan adanya tumor, 83,3% nya dapat ditunjukan dengan warna biru tua pada jaringan pasca pewarnaan dengan TB 1%. Kemampuan hasil pewarnaan TB dalam memberikan uji negatif pasca pembedahan maupun kemoterapi dan/radioterapi tanpa pembedahan ditunjukan dengan uji spesifitas: 8/12 X 100% = 66,7%. Hasil tersebut mengandung makna bahwa bila hasil biopsi menunjukan tidak ada tumor, 66,7% nya dapat ditunjukan dengan tidak ada jaringan yang berwarna biru tua pasca pewarnaan TB 1%. Besarnya kemungkinan bahwa daerah yang berwarna biru tua benar-benar didapatkan sisa tumor ditunjukan dengan nilai duga positif: 15/19 X 100% = 79,0%, sedangkan besarnya GÚ bahw ð? biru tua benar-benar tidak mengandung sisa tumor ditunjukan dengan nilai duga negatif: 8/11 X 100% = 72,7%. DISKUSI Berdasarkan karakteristik subjek penelitian didapatkan data yang tidak menyimpang dari data yang diperoleh dari beberapa kepustakaan yang menerangkan bahwa diantara tumor kepala leher laki laki lebih banyak dibanding perempuan, letak tumor paling banyak adalah nasofaring, diikuti oleh hidung/sinus paranasal. 2 Adanya hasil positif palsu kemungkinan disebabkan karena pembilasan pasca pewarnaan kurang sempurna. Hal ini disesuai dengan penelitian Onofre et al 8 yang mengatakan bahwa mitokondria sel normal dapat juga menyerap TB, tetapi penyerapannya lemah dan pembilasannya perlu waktu lebih lama. Adanya negatif palsu disebabkan karena adanya jaringan biopsi yang rusak karena hemostat, atau kauter, sehingga tidak dapat menyerap TB dengan baik, serta adanya perdarahan pada daerah yang akan dibiopsi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Allegra et al 10 dari penelitian TB sebagai alat diagnosis KSS orofaring yang mendapatkan hasil: sensitifitas 96,2% dan spesifitasnya 77.7%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pewarnaan TB pada orofaring yang dilakukan oleh Allegra dengan cara berkumur selama beberapa menit, sedangkan pada penelitian ini pewarnaan TB dengan cara dioleskan menggunakan kapas lidi selama 1 menit, sehingga penyerapan TB kurang optimal. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Bobot dkk 9 yang melakukan penelitian validitas pewarnaan TB sebagai petanda KSS nasofaring didapatkan hasil: sensitifitas 86%, spesifitas 67%. Adanya sedikit perbedaan tersebut kemungkinan karena subyek penelitian pada penelitian Bobot dkk 9 hanya terbatas pada karsinoma nasofaring yang belum diterapi, sedangkan pada penelitian ini subyek penelitian adalah semua karsinoma pada kepala dan leher yang sudah dilakukan terapi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pewarnaan TB dapat digunakan sebagai salah satu alternatif menentukan ketepatan lokasi jaringan yang akan dilakukan biopsi baik pada penderita KSS selama pembedahan untuk keperluan frozen section, atau KSS yang sudah dilakukan kemoterapi dan/atau radioterapi tanpa pembedahan untuk keprluan penentuan keberhasilan terapi. Disarankan dilakukan penelitian validitas pewarnaan TB terhadap masing masing KSS kepala leher. DAFTAR PUSTAKA 1. Chao SS, Loh KS, Tan LKS. Modalities of surveillance in treated nasopharyngeal cancer. Otolaryngol Head and Neck Cancer 2003; 129:61-4. 2. Islami H, Bobot A, Budi A, Bawono M, Hariwiyanto B. Karakteristik keganasan kepala leher di RSUP Dr Sardjito. KONAS PERHATI XV Makassar 2010. 3. Zhang L, William M, Poh CF, Laronde D, Epstein JB, Durham S, et al. Toluidin blue staining identifies high risk primary oral premalignant lesion with poor outcome. Cancer Res 2005; 1:25-30. 4. Guneri P, Epstein JB, Kaya A, Veral A, Kazandi A, 67

Boyacioglu H. The utility of toluidin blue staining and brush cytology as adjunct in clinical examination of suspicious oral mucosal lesion. Int. J.Oral Maxillofac Surg 2010; 30:30-2. 5. Hedge MC, Kammath PM, Shreedharan S, Dannana NK, Raju RM. Supravital staining: its role in the detecting early malignancies. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg 2006; 58:12-5. 6. Epstein JB, Guneri P. The adjunctive role of toluidine blue in detection of oral premalignant and malignant lesion. Current Opinion. Otolaryngol Head Neck Surg 2009; 17:79-87. 7. Patton LL, Epstein JB, Kerr AR. Adjunctive techniques for oral cancer examination and lesion diagnosis: a systematic review of the literature. J Am Dent Assoc 2008; 139:896-905. 8. Onofre MA, Sposto MR, Navaro MC. Reliability of toluidin blue application in the detection of oral epithel dysplasia and insitu and invasive squamous cell carcinoma. Oral Surg Oral Path 2001; 91:535-40. 9. Bobot I, Herdini C, Hariwiyanto B. Validitas pewarnaan toulidin blue sebagai petanda karsinoma sel skuamosa nasofaring. Karya Tulis Akhir. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok. Fakultas Kedokteran UGM 2012. 10. Allegra E, Lumbardo N, Puzzo L, Garrozo A. The usefulness of toludin blue staining as diagnostic tool for precancerous and cancerous oropharyngeal and oral cavity lesion. Acta Otolaryngol 2009; 29:187-90. 68