BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan. yang jarang ditemukan di sebagian besar negara, namun

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan yang jarang ditemukan di sebagian besar negara, namun sangat sering dijumpai di Cina Selatan, Afrika Utara, Alaska, dan Asia Tenggara (Fles et al., 2010). Pada tahun 2008, kasus KNF paling sering ditemukan di Asia Tenggara. Populasi dengan insidensi KNF tertinggi di wilayah tersebut adalah suku Cina dan Melayu di Malaysia, Indonesia dan Singapura (Jemal et al., 2011). Di Indonesia, KNF merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada pria setelah kanker paru, kanker kolorektal, kanker prostat, dan karsinoma hepatika. Pada wanita, keganasan ini lebih jarang ditemui dan tercatat sebagai keganasan paling sering dengan peringkat ke-11. Terdapat 8648 (60,6%) kematian pada kasus KNF di tahun 2008 (Globocan, 2008). Di RSUP Dr. Sardjito, salah satu rumah sakit terbesar di D.I. Yogyakarta, terdapat sekitar 200 kasus KNF yang baru setiap tahunnya (Fles et al., 2010). 1

2 2 KNF pada stadium awal biasanya bersifat asimptomatik. Gejala-gejala yang dapat muncul pada penderita KNF adalah gangguan hidung dan telinga, benjolan di leher, dan gangguan ophtalmo-neurologi. Benjolan di leher, yang paling sering tampak pada penderita KNF, sebenarnya merupakan manifestasi dari metastasis tumor ke kelenjar getah bening regional. Pada KNF stadium awal, gejala yang dapat muncul adalah gangguan hidung dan telinga, namun gejala ini sering diabaikan oleh pasien maupun dokter sehingga memperkecil kemungkinan deteksi dini KNF (Khoo dan Pua, 2013). Terapi utama pada penderita KNF stadium awal adalah radioterapi, dengan survival rate yang sangat baik (Chan, 2011). Namun, radioterapi sangat sering gagal pada pasien KNF stadium III dan IV karena adanya kekambuhan dan metastasis sel tumor. Penambahan kemoterapi dapat menurunkan resiko terjadinya kedua hal tersebut (Wei dan Sham, 2005). Penggunaan kemoradioterapi juga menghasilkan prognosis yang lebih baik pada pasien KNF stadium awal, dan sudah menjadi terapi standar untuk kasus KNF stadium III dan IV (Chan, 2011).

3 3 Di RSUP Dr. Sardjito, terapi untuk KNF stadium lanjut adalah kombinasi kemoterapi dan radioterapi (kemoradioterapi). Waktu pemberian kemoterapi terhadap radioterapi terbagi menjadi 3 pilihan, yaitu induksi/neoadjuvant, adjuvant, dan concurrent. Menurut berbagai penelitian, manfaat pemberian kemoterapi secara concurrent lebih jelas apabila dibandingkan dengan kemoterapi neoadjuvant atau adjuvant. Oleh karena itu, terapi standar KNF stadium lanjut di RSUP Dr. Sardjito adalah concurrent chemoradiotherapy (CCRT) (Taroeno-Hariadi et al., tt). Berdasarkan informasi yang tertulis pada paragrafparagraf sebelumnya, penulis memiliki opini bahwa angka kejadian dan mortalitas KNF di Indonesia cukup tinggi. Untuk meningkatkan prognosis, sebaiknya digunakan pilihan terapi yang terbukti memberi hasil paling baik. Penulis ingin melihat angka ketahanan hidup 3 tahun penderita KNF yang mendapatkan terapi selain CCRT untuk dijadikan bahan evaluasi mengenai keberhasilan jenisjenis terapi tersebut di kemudian hari. Penulis memilih populasi di RSUP Dr. Sardjito, D.I. Yogyakarta, karena kasus KNF di rumah sakit ini setiap tahunnya masih relatif banyak.

4 4 I.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang mendukung dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Karsinoma nasofarings merupakan keganasan paling banyak di bidang Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) di Indonesia. 2. Banyaknya penderita KNF yang mendapat terapi lain selain kemoradioterapi konkuren atau concurrent chemoradiotherapy (CCRT). 3. Perlunya mengetahui survival rate dari penderita KNF yang mendapatkan terapi selain CCRT. I.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui angka ketahanan hidup 3 tahun pasien dengan Karsinoma Nasofarings di RSUP Dr. Sardjito yang mendapat terapi selain CCRT. Di samping itu, tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah pasien dengan KNF pada tahun di RSUP Dr. Sardjito yang mendapat terapi selain CCRT.

5 5 I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan bermanfaat bagi masyarakat, RSUP Dr. Sardjito, dan penulis sendiri. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan mengenai respon terapi KNF. Penelitian ini juga dapat digunakan oleh RSUP Dr. Sardjito sebagai data untuk penelitianpenelitian berikutnya. Selain itu, penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai topik yang bersangkutan dan sebagai syarat kelulusan S1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. I.5. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengamatan peneliti, belum banyak penelitian yang terkait dengan angka ketahanan hidup pasien KNF di RSUP Dr. Sardjito. Selain itu, belum ada penelitian mengenai angka ketahanan hidup 3 tahun pasien KNF yang mendapat terapi selain CCRT di RSUP Dr. Sardjito. Penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan dan berhubungan dengan angka ketahanan hidup pasien KNF antara lain:

6 6 1. Penelitian yang dilakukan oleh Nuardi Yusuf yang berjudul Angka Harapan Hidup 5 Tahun Penderita Karsinoma Nasofarings Yang Mendapat Terapi Fotodinamik Di RS. Dr. Sardjito. Penelitian tersebut merupakan suatu studi analisis deskriptif yang menggunakan analsis kesintasan Kaplan-Meier. Populasi yang digunakan adalah pasien KNF rekurens atau residu setelah mendapat terapi standar dan fotodinamik. Berdasarkan hasil studi tersebut diketahui bahwa angka ketahanan hidup 5 tahun pasien KNF yang mendapat terapi fotodinamik adalah 52.9% dengan angka ketahanan hidup rerata bulan. Penelitian ini tidak mengungkapkan angka ketahanan hidup 3 tahun pasien yang mendapat kemoterapi neo-adjuvant dan terapi lain selain CCRT. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Alexander Randy Angianto yang berjudul Disease Free Survival Rate Pada Penderita Karsinoma Nasofarings Yang Mendapat Terapi Fotodinamik. Penelitian tersebut merupakan suatu studi case series yang dianalisis dengan menggunakan grafik Kaplan-Meier dan dilakukan terhadap 15 pasien

7 7 KNF residu dan rekurens yang mendapat terapi fotodinamik pada tahun Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa overall survival rate pasien selama 3 tahun adalah 66,7% dan disease free survival rate selama 3 tahun adalah 80%. Penelitian ini tidak mengungkapkan angka ketahanan hidup pasien yang mendapat terapi lain selain CCRT. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Raky Nara Swari yang berjudul Angka Harapan Hidup 2 Tahun Penderita Karsinoma Nasofarings Stadium III Tipe III WHO Di RS. Dr. Sardjito. Penelitian ini merupakan suatu studi potong lintang dengan analisis kesintasan Kaplan-Meier. Berdasarkan hasil studi tersebut diketahui bahwa angka harapan hidup pasien KNF stadium II tipe III WHO di RS. Dr. Sardjito adalah 63 dengan rerata harapan hidup 21,4 bulan. Penelitian ini tidak mengungkapkan angka ketahanan hidup pasien yang mendapat terapi selain CCRT. 4. Penelitian yang dilakukan oleh A.T.C. Chan dan kawan-kawan yang berjudul Concurrent Chemotherapy-Radiotherapy Compared with

8 8 Radiotherapy Alone in Locoregionally Advanced Nasopharyngeal Carcinoma: Progression-Free Survival Analysis of a Phase III Randomized Trial. Penelitian ini merupakan suatu uji acak terkendali dengan analisis kesintasan Kaplan-Meier terhadap 350 pasien KNF stadium III dan IV. Penelitian ini membandingkan radioterapi dengan CCRT sisplatin 40mg/ml per minggu. Hasil yang didapat adalah peningkatan 7% pada progression-free survival. Penelitian ini tidak menilai angka ketahanan hidup pasien KNF yang diberi kemoradioterapi selain CCRT seperti neoadjuvant atau adjuvant. 5. Penelitian yang dilakukan oleh S.G. Taylor 4 th dan kawan-kawan yang berjudul Randomized Comparison of Neoadjuvant Cisplatin and Fluorouracil Infusion followed by Radiation versus Concomitant Treatment in Advanced Head and Neck Cancer. Penelitian ini merupakan suatu uji acak terkendali dengan analisis Cox regression pada 214 pasien KNF. Penelitian ini membandingkan kemoterapi neoadjuvant dengan CCRT. Hasil yang didapat adalah respon terapi yang sebanding (10% dan 7% secara berurutan),

9 9 namun kekambuhan lokal pada kelompok CCRT lebih sedikit (39%) bila dibandingkan dengan kelompok kemoterapi neoadjuvant (55%). Penelitian ini tidak menilai angka ketahanan hidup 3 tahun penderita KNF yang mendapat kemoterapi adjuvant dan PDT. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Tingting Xu dan kawan-kawan yang berjudul A phase III randomized study comparing neoadjuvant chemotherapy with concurrent chemotherapy combined with radiotherapy for locoregionally advanced nasopharyngeal carcinoma: Updated long-term survival outcomes. Penelitian ini merupakan suatu uji acak terkendali dengan analisis Kaplan-Meier pada 320 pasien KNF. Penelitian ini membandingkan CCRT dengan kemoterapi neoadjuvant. Hasil yang didapat adalah respon terapi yang tidak berbeda secara signifikan (75,5% dan 79,4% secara berurutan), namun metastasis-free survival rate pada grup CCRT lebih baik 7,9% dibanding dengan kelompok lainnya. Penelitian ini tidak menilai angka ketahanan hidup 3 tahun penderita KNF yang mendapat kemoterapi adjuvant dan PDT.