SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

Oleh Septia Sugiarsih

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

STRATEGI GURU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM KETERAMPILAN MENDENGARKAN ARHAIDA AKHMAD

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional siswa. Di samping itu, bahasa merupakan penunjang

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

Ciri-Ciri Bahasa Lisan (Prof. Dr. A. Teeuw)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE DRILLPADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1KALIBAWANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

BAB II LANDASAN TEORI. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan

PERAN GURU KELAS AWAL DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN DASAR PADA KURIKULUM 2013

KETERBACAAN Kunci Sukses Membaca Kritis

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

PENGEMBANGAN PEMBBELAJARAN MENYIMAK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan yang dilakukan seseorang.

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

SILABUS PEMBELAJARAN

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA DAERAH (JAWA) SMP/ MTs

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

Mahasiswa mampu mengidentifikasi langkah-langkah pembelajaran menyimak

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 7

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

MEMBACA UNTUK MENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Membaca adalah salah satu prasyarat agar anak dapat mempelajari atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

Silabus. 30 Silabus. Kompetensi Dasar. makna imbuhan. Unsur cerita (tokoh dan latar) Pembelajaran. Materi Pokok/ ter- Menuliskan kalimat

Maksimum. 1. Kebenaran jawaban Bahasa (ejaan dan tambahan) Ketepatan waktu 20. Pagerpelah, 13 Juli Mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sarana interaksi sosial karena memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia diperoleh melalui lembaga formal yakni lembaga pendidikan,

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. (PTK). PTK merupakan suatu bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. antar warga akan berlangsung dengan baik.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Transkripsi:

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA (MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS) A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan Anda dapat memiliki keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), dengan indikator 1) mengkategorikan menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa, 2) menegaskan keterampilan membaca di kelas rendah dan kelas tinggi, 3) menyimpulkan jenis-jenis membaca melalui sebuah kasus, B. Uraian Materi 1. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa Hubungan Menyimak dengan Berbicara Kegiatan menyimak merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keterampilan berbahasa. Sebagaimana Tompkins dan Hoskisson (Aminuddin, 1997:71) disebut sebagai "most mysterious language process'. Dinyatakan demikian karena seseorang yang tampak dengan serius menyimak belum tentu memahami isi simakan. Sementara itu, menyimak sambil melakukan aktivitas lain, misalnya membaca, ternyata tidak mampu menanggapi secara tepat ketika ditanya. Di antara ketiga kegiatan, mendengar, mendengarkan, dan menyimak, maka taraf tertinggi adalah kegiatan menyimak. Dalam peristiwa menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bahkan lebih dari itu, faktor perhatian dan penilaian pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup dalam menyimak. Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita diindentifikasi menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, menafsirkan, menilai, 1

dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Pada kenyataanya, peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus atau tidak saling melengkapi. Dengan uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam komunikasi lisan pembicara dan penyimak berpadu dalam satu kegiatan yang resiprokal. Keduanya dapat berganti peran secara spontan, dari pembicara menjadi penyimak atau sebaliknya, dari penyimak menjadi pembicara. Dengan demikian, kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi atau saling melengkapi. Tujuan Menyimak Setiap orang tentu mempunyai tujuan dalam menyimak antara lain: Ada bertujuan agar dapat memeroleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara. Ada pula orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan. Ada pula yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang disimaknya. Ada pula penyimak bermaksud untuk dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan). Ada pula yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Menyimak dapat pula bertujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti, mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa Asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli. Dapat pula dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memeroleh banyak masukan berharga, untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan. 2

Jenis-Jenis Mendengarkan Tarigan (1981) membagi jenis mendengarkan atas dasar proses mendengarkannya dan diperoleh dua jenis mendengarkan yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif. Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada empat jenis kegiatan mendengarkan ekstensif yang meliputi mendengarkan sekunder, sosial, estetika, dan pasip. a) Mendengarkan sekunder Mendengarkan sekunder adalah proses mendengarkan yang terjadi secara kebetulan. Misalnya, seseorang sedang membaca suatu bacaan sambil mendengarkan percakapan orang lain, siaran radio, suara televisi, atau yang lainnya. b) Mendengarkan sosial Mendengarkan sosial adalah proses mendengarkan yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial atau di tempat umum seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, atau di tempat yang umum lainnya. c) Mendengarkan estetika Mendengarkan estetika atau mendengarkan apresiatif yaitu proses mendengarkan untuk menikmati dan menghayati keindahan misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, lagu, dan yang sejenisnya. d) Mendengarkan pasif Mendengarkan pasif adalah proses mendengarkan suatu yang dilakukan tanpa sadar. Misalnya, kita tinggal di suatu daerah yang menggunakan bahasa daerah. Sedangkan kita sendiri menggunakan bahasa nasional. Setelah beberapa lama tanpa disadari kita dapat mampu menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemampuan menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Tetapi, kenyataannya orang tersebut mampu menggunakan bahasa bahasa daerah dengan baik. Mendengarkan intensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap, memahami, dan mengingat informasinya. Kamidjan dan Suyono, (2002: 12) menjelaskan ciri-cirinya sebagai berikut. Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman yaitu proses 3

mendengarkan dengan tujuan untuk memahami makna pembicaraan dengan baik. Berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi yaitu pemusatan pikiran terhadap makna pembicaraan. Cara yang dapat dilakukan agar kita dapat mendengarkan dengan konsentrasi yang tinggi adalah kita harus mampu menjaga pikiran agar tidak terpecah dan perasaan agar tenang, serta menjaga perhatian agar terpusat pada makna pembicaraan serta menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu. Tahapan Mendengarkan Tarigan, (1991) menjelaskan tahapan-tahapan mendengarkan yaitu tahapan mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan tahap mengevaluasi. Tahap mendengarkan merupakan tahap mendengarkan pembicaraan. Tahap memahami adalah tahap memahami isi pembicaraan. Tahap menginterpretasi adalah tahap menafsirkan isi yang tersirat dalam pembicaraan. Tahap mengevaluasi tahap menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara yang selanjutnya menanggapinya. 2. Keterampilan Membaca di Kelas Tinggi dan Kelas Rendah Pengertian membaca Membaca merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa mulai sekolah dasar sampai sekolah lanjutan. Dengan memiliki kemampuan membaca, berbagai pengetahuan dapat diperoleh. Kemampuan membaca, seperti juga halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain, dapat dimiliki melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Latihan kemampuan membaca pada tingkat dasar sangat penting karena merupakan penanaman dasar membaca. Latihan dasar ini sangat menentukan kemampuan siswa dalam membaca lanjut. Davies (1997) memberikan pengertian membaca sebagai suatu proses mental atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Dapat dikatakan bahwa membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan katakata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik simpulan mengenai maksud bacaan. 4

Tujuan Membaca Pelajaran membaca di SD kelas rendah dan kelas tinggi memiliki perbedaan. Membaca permulaan yang diberikan di kelas I, II dan III bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Mengupayakan agar siswa dapat mengenal dan membaca huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat dengan lafal yang tepat dan lancar dan intonasi yang wajar. Pada awal bacaan hendaknya diberikan materi bacaan dengan memperhatikan pengenalan huruf secara bertahap (a, i, m, n.), (u, l, b), (o, d), (k, s), dan seterusnya), dan diupayakan menghindari bacaan yang terdapat huruf yang sulit dibaca anak, seperti: f, v, r, sy, ny, ng, dan str. Adapun membaca lanjut diberikan pada kelas III, IV, V, dan VI bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1995:5) Pengajaran bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan. Aspek-aspek keterampilan untuk membaca lanjut, untuk memahami isi bacaan ada bermacam-macam Syaf'ie (1994) menyebutkan empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif. Pembahasan mengenai tingkat pemahaman berikut mengacu pada Burns dan Roe sebagaimana diuraikan sebagai berikut. Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe, 1996:225). Pemahaman inferansial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit 5

dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat dugaan atau hipotesis. Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks. Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca. (Hafni, 1981) dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut menggunakan daya imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis. 3. Jenis Membaca di SD Jenis membaca berdasarkan tujuan membaca yang harus dicapai pada tiap kelas menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan BI SD, adalah: (1) membaca teknik, (2) membaca sekilas, (3) membaca memindai, (4) membaca intensif, (5) membaca cepat, dan (6) membaca indah. Membaca teknik Membaca teknis adalah jenis membaca yang dilakukan dengan bersuara. Jenis membaca ini biasa dilakukan pada kelas-kelas rendah dengan tujuan untuk melatih siswa menyuarakan lambang-lambang tertulis. Melalui kegiata ini siswa dilatih membaca dengan intonasi yang wajar, tekanan yang baik, lafal yang benar, dan pemakaian tanda baca. 6

Membaca Pemahaman/Membaca Dalam Hati Membaca merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memahami isi bacaan melalui kegiatan pengenalan kata demi kata atau kalimat demi kalimat. Durkin (1989: 7) membaca merupakan kegiatan mengenali kata-kata pengarang dan memahami isinya sesuai konteks yang ada. Untuk mencapai hal tersebut, pembaca perlu melakukan berbagai proses, seperti: (1) mengajukan dan atau menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan, (2) menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri, (3) meringkas bacaaan, (4) mengemukakan gagasan utama, (5) menentukan bagian yang menarik dalam cerita, (6) mengemukakan pesan cerita dan sifat pelaku, dan (7) memberi tanggapan. Membaca menurut Antony dkk (Miller, 1993: 283) bukan hanya sekedar melafalkan huruf demi huruf atau kata demi kata dalam wacana, melainkan suatu proses menyusun makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan pembaca yang dikuasainya dengan informasi yang ada dalam bahasa tulis dan konteks situasi membaca. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa membaca menuntut adanya interaksi aktif antara pikiran dengan bahasa pembaca dan antara pikiran dengan bahasa penulis yang dinyatakan dalam teks tertulis. Membaca Cepat Membaca cepat menurut sabarti (1999) adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan agar siswa mampu memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif cepat. Dengan demikian, membaca cepat pada dasarnya dapat dikatakan juga dengan membaca pemahaman, hanya saja dipercepat waktunya. Artinya, tanpa mengabaikan aspek pemahaman isi bacaan secara tepat, siswa dapat membaca suatu teks bacaan dalam waktu yang relatif singkat. Jadi, membaca cepat adalah salah satu bagian dari membaca pemahaman yang intinya mengharapkan siswa dapat membaca teks bacaan secara "cepat" dengan pemahaman isi yang tepat. 7

Teknik Membaca Cepat Macam-macam teknik membaca cepat terbagi dua yaitu: skiming dan skaning. Skiming adalah teknik untuk mencari gagasan pokok atau hal-hal penting yang ada dalam bacaan. Orang yang sedang membaca skiming berarti tidak harus membaca kata demi kata. Contoh skiming untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah buku teks sehingga dapat memutuskan apakah buku tersebut berguna dan perlu dibaca lebih pelan dan mendetail. Jadi, Skiming bisa dilakukan apabila: - Ingin mengenal topik bacaan - Melakukan penyegaran akan yang pernah dibaca - Mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan - Sebagai penyegaran yang pernah dibaca - Mempersiapkan sebelum menyampaikan ceramah - dsb. Skanning adalah teknik membaca untuk memahami informasi dari suatu bacaan. Teknik ini biasanya dilakukan jika Anda telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari jawaban yang spesifik. Tujuan membaca ini yaitu ingin mengetahui isi keseluruhan sebuah buku secara cepat dan menyeluruh, sementara waktu yang tersedia sangat terbatas. Contoh: bila Anda menemukan buku yang menarik di perpustakaan. Sementara waktu Anda hanya 15 menit. Lalu buku itu Anda buka-buka secara keseluruhan dengan cepat ingin mengetahui isinya. Skaning dapat dilakukan bila: - Menemukan nomor tertentu pada direktori telepon. - Mencari arti kata dalam kamus. - Membaca daftar menu makanan di rumah makan - Membaca jadwal pelajaran - dsb. Membaca Sekilas Menurut Tarigan (1991) membaca sekilas adalah sejenis membaca yang dengan cepat membuat pandangan mata kita bergerak melihat, memerhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi. Dan semakin dipahami bila dikaitkan dengan pendapat Sudarso (1991) bahwa "membaca sekilas berarti mencari hal-hal penting dari bacaan itu, yaitu ide pokok dan detil yang penting". 8