METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

dokumen-dokumen yang mirip
3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

Gambar 11 Lokasi Penelitian

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

BAB III BAHAN DAN METODE

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Gambar 2 Peta lokasi studi

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

DATA DAN ANALISIS Kondisi Fisik Kelurahan Kuin Utara Topografi Hidrologi Kondisi Fisik Bangunan Tata Guna Lahan

V. ANALISIS DAN SINTESIS

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 1 Lokasi penelitian.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

Tabel 9. Penggunaan Lahan di Tapak Tahun Jenis Penggunaan Lahan

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org)

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor ( 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR PETA DAFTAR LAMPIRAN

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN...

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

TAHAPAN KEGIATAN ARL PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

ARSITEKTUR LANSKAP ANALISIS TAPAK TAHAPAN KEGIATAN ARL 9/7/2014 ARL 200. Departemen Arsitektur Lanskap CONTOH ANALISIS TAPAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50)

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010

RENCANA PENATAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL KAMPUNG KUIN, BANJARMASIN DIAH ANGGUN DARA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PULO CANGKIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODOLOGI Waktu dan Tempat

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Pekerjaan Penyusunan Kajian Anomali Air Tanah di Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PUSAT BUDAYA BETAWI DI KAWASAN SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. INVENTARISASI. Tabel 4 Luas, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jumlah Desa/ Kelurahan di Kota Banjarmasin Tahun 2008

III. BAHAN DAN METODE

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

Transkripsi:

METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin. Lebar Sungai Kuin ±40 m yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut Sungai Barito. Kelurahan yang kini dikenal dengan nama Kelurahan Kuin Utara ini memiliki luas sebesar 14,45 ha. Batas permukiman Kampung Kuin memiliki luas sebesar 4,30 ha. Kelurahan Kuin Utara sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Alalak, sebelah timur dengan Kelurahan Pangeran, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Barito dan selatan berbatasan dengan Kelurahan Kuin Cerucuk. Gambar 14 menunjukkan wilayah yang dijadikan lokasi penelitian. Peta Kecamatan Banjarmasin Utara U Peta Kelurahan Kuin Utara Tanpa Skala Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara)

26 Bahan dan Alat Dalam pengambilan data survei lapang menggunakan GPS (Global Positioning System) untuk memetakan lokasi penelitian dengan meregistrasi koordinat dan pemetaan data spasial. Kamera digital digunakan untuk merekam kondisi eksisting dari permukiman dan sungai saat ini dan lembar wawancara. Selanjutnya, untuk pekerjaan studio digunakan software AutoCAD 2006, Photoshop. Tabel 3. Bahan dan Alat yang Digunakan Dalam Pengambilan Data Bahan dan Alat GPS Kamera digital Lembar wawancara Software (AutoCAD 2006, Photoshop) Manfaat Peta spasial Foto kondisi eksisting Data deskriptif Produk gambar Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya pada wilayah Kelurahan Kuin Utara. Hasil dari penelitian berupa perencanaan kawasan permukiman tradisional tepi sungai untuk pelestarian tatanan permukiman tradisional berbasis pada kelestarian sungai dengan pendekatan sosial-budaya masyarakat Banjar. Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam 4 tahap (Gambar 15) dengan keterangan sebagai berikut:

27

28 1. Pengumpulan data mengenai karakteristik tapak baik berupa data sekunder dan data primer. Data yang dikumpulkan berupa data kondisi permukiman maupun kondisi sungai saat ini. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengukuran tapak secara langsung dengan GPS dan wawancara dengan penduduk sekitar. 2. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif. Data yang didapat selanjutnya dispasialkan dalam bentuk peta mengenai karakteristik tapak. Dari data mengenai karakteristik permukiman dan sungai yang didapat, maka dibuat pembobotan untuk pengklasifikasian kondisi permukiman (baik, agak baik, dan buruk) untuk kondisi permukiman dan klasifikasi baik dan buruk dan kondisi sungai (baik, buruk). 3. Sintesis data dilakukan dengan mengoverlay peta-peta spasial untuk memperoleh zona inti dan zona penyangga yang akan melindungi zona inti dari kerusakan. 4. Perencanaan lanskap dibuat dengan mengintegrasikan konsep pelestarian lanskap permukiman dan perbaikan kualitas sungai. Hasil integrasi tersebut dikembangkan menjadi sebuah perencanaan pelestarian lanskap permukiman tradisional Kampung Kuin yang berorientasi pada kelestarian sungai. Metode dan Analisis Data Metode Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan, pengukuran data di lapang, studi pustaka, dan wawancara. Untuk mengidentifikasi elemen serta karakter lanskap permukiman tradisional Kampung Kuin maka dilakukan metode yang didasarkan pada tujuan yang akan dicapai seperti yang tercantum pada Tabel 4.

29 Tabel 4. Metode Penelitian Tujuan Mengidentifikasi dan mendeskripsikan elemen serta karakter lanskap permukiman tradisional Kampung Kuin. Mendeskripsikan karakter biofisik Sungai Kuin Menganalisis pola permukiman yang ada dan kesesuaiannya Merencanakan model pelestarian permukiman tradisional di tepian sungai Kampung Kuin. Metode 1. Pencarian data sekunder berupa peta tapak. 2. Pengumpulan data sekunder mengenai arsitektur tradisional Banjarmasin, khususnya di kawasan Kampung Kuin. 3. Survei untuk mendapatkan data primer mengenai kondisi eksisting. 4. Melakukan wawancara dengan kepala adat mengenai sejarah terbentuknya permukiman pinggir sungai, keadaan permukiman yang ada dahulu dan sekarang serta perbedaannya, pola permukiman yang terbentuk, jenis arsitektur vernakular dari rumah adat yang ada dan peruntukannya. 5. Melakukan wawancara dengan penduduk setempat mengenai utilitas, arsitektur rumah adat, sistem pembuangan limbah, fasilitas yang ada, dll. 1. Pengumpulan data baik primer maupun sekunder mengenai biota, daya asimilasi air, kualitas visual sungai Kuin. 2. Survei dan wawancara dengan penduduk mengenai karakter dan hidrologi sungai seperti kondisi pasang surut serta lokasi yang terkena dampak kondisi tersebut (daerah potensi banjir). 3. Wawancara dengan penduduk setempat mengenai tradisi yang terkait dengan penggunaan ruang (sungai). 1. Melakukan penilaian dengan menggunakan skoring terhadap kondisi permukiman yang ada sekarang. 2. Melakukan penilaian dengan menggunakan skoring terhadap kondisi sungai yang ada sekarang. 3. Melakukan integrasi hasil analisis permukiman dan sungai. 1. Membuat zonasi dan model pelestarian yang sesuai sebagai rekomendasi upaya pelestarian Kampung Kuin Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan analisis data spasial dengan menggunakan skoring. Skoring dilakukan pada kondisi permukiman (Tabel 5) dan kondisi sungai (Tabel 6). Analisis dengan skoring ini dilakukan berdasarkan kriteria Mac Kinnon (dalam Aini, 2005) dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penelitian. Selanjutnya dilakukan overlay untuk mendapatkan kawasan lindung (inti), penyangga dan pengembangan.

30 Tabel 5. Kriteria Penilaian Kondisi Permukiman Data Faktor Nilai Baik (3) Agak Baik (2) Buruk (1) Pola pemukiman Arsitektur bangunan dan sruktur Fasilitas Keaslian Linear mengikuti Mengikuti pola Tidak baraturan sungai jalan Orientasi Menghadap sungai dan jalan Membelakangi sungai Menghadap jalan Arsitektur Tradisional Terdapat pengaruh Sama sekali tidak bangunan luar berasitektur tradisional (arsitektur modern) Bahan bangunan Kayu ulin Kayu lain beton Kondisi Tersedia dengan Tersedia dengan Tersedia dengan fasilitas kondisi baik kondisi kurang kondisi buruk yang baik tersedia (Sumber: Mac Kinnon (dalam Aini, 2005)) Tabel 6. Kriteria Penilaian Kondisi Sungai Data Faktor Nilai Baik (2) Buruk (1) Karakter Biofisik dan Kondisi Pasang Surut Areal yang terkena Areal yang terkena prilaku sungai tidak banjir banjir Bantaran Ada Tidak ada Kualitas sungai Debit Cepat Lambat Tingkat Pencemaran Tidak berbau Barbau (Sumber: Mac Kinnon (dalam Aini, 2005)) Setelah didapat peta dari masing-masing peta karakteristik, dilakukan overlay peta untuk mendapatkan kawasan mana yang harus dilestarikan. Overlay ini dilakukan untuk menentukan kawasan yang harus dilestarikan. Penentuan kelas untuk pelestarian kawasan adalah sebagai berikut:

31 Selang kelas = skor maksimal - skor minimal kriteria pelestarian - Zona Pelestarian Kawasan Permukiman Skor maksimal 15, skor minimal 5, jumlah kriteria kesesuaian 3. Dari hasil tersebut maka kawasan yang memiliki skor 5-8 dijadikan zona pengembangan. Kawasan yang memiliki skor 9-11 dijadikan zona penyangga dan zona inti memiliki skor 12-15. - Zona Kondisi dan Kualitas Sungai Skor maksimal 8, skor minimal 4, jumlah kriteria kesesuaian 3. Dari hasil tersebut maka kawasan sungai yang memiliki skor 4-5 merupakan kawasan dengan kualitas buruk dan kawasan dengan skor 6 merupakan kawasan sungai dengan kualitas cukup baik. Sedangkan kawasan dengan skor 7-8 memiliki kualitas yang baik