METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin. Lebar Sungai Kuin ±40 m yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut Sungai Barito. Kelurahan yang kini dikenal dengan nama Kelurahan Kuin Utara ini memiliki luas sebesar 14,45 ha. Batas permukiman Kampung Kuin memiliki luas sebesar 4,30 ha. Kelurahan Kuin Utara sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Alalak, sebelah timur dengan Kelurahan Pangeran, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Barito dan selatan berbatasan dengan Kelurahan Kuin Cerucuk. Gambar 14 menunjukkan wilayah yang dijadikan lokasi penelitian. Peta Kecamatan Banjarmasin Utara U Peta Kelurahan Kuin Utara Tanpa Skala Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara)
26 Bahan dan Alat Dalam pengambilan data survei lapang menggunakan GPS (Global Positioning System) untuk memetakan lokasi penelitian dengan meregistrasi koordinat dan pemetaan data spasial. Kamera digital digunakan untuk merekam kondisi eksisting dari permukiman dan sungai saat ini dan lembar wawancara. Selanjutnya, untuk pekerjaan studio digunakan software AutoCAD 2006, Photoshop. Tabel 3. Bahan dan Alat yang Digunakan Dalam Pengambilan Data Bahan dan Alat GPS Kamera digital Lembar wawancara Software (AutoCAD 2006, Photoshop) Manfaat Peta spasial Foto kondisi eksisting Data deskriptif Produk gambar Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya pada wilayah Kelurahan Kuin Utara. Hasil dari penelitian berupa perencanaan kawasan permukiman tradisional tepi sungai untuk pelestarian tatanan permukiman tradisional berbasis pada kelestarian sungai dengan pendekatan sosial-budaya masyarakat Banjar. Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam 4 tahap (Gambar 15) dengan keterangan sebagai berikut:
27
28 1. Pengumpulan data mengenai karakteristik tapak baik berupa data sekunder dan data primer. Data yang dikumpulkan berupa data kondisi permukiman maupun kondisi sungai saat ini. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengukuran tapak secara langsung dengan GPS dan wawancara dengan penduduk sekitar. 2. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif. Data yang didapat selanjutnya dispasialkan dalam bentuk peta mengenai karakteristik tapak. Dari data mengenai karakteristik permukiman dan sungai yang didapat, maka dibuat pembobotan untuk pengklasifikasian kondisi permukiman (baik, agak baik, dan buruk) untuk kondisi permukiman dan klasifikasi baik dan buruk dan kondisi sungai (baik, buruk). 3. Sintesis data dilakukan dengan mengoverlay peta-peta spasial untuk memperoleh zona inti dan zona penyangga yang akan melindungi zona inti dari kerusakan. 4. Perencanaan lanskap dibuat dengan mengintegrasikan konsep pelestarian lanskap permukiman dan perbaikan kualitas sungai. Hasil integrasi tersebut dikembangkan menjadi sebuah perencanaan pelestarian lanskap permukiman tradisional Kampung Kuin yang berorientasi pada kelestarian sungai. Metode dan Analisis Data Metode Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan, pengukuran data di lapang, studi pustaka, dan wawancara. Untuk mengidentifikasi elemen serta karakter lanskap permukiman tradisional Kampung Kuin maka dilakukan metode yang didasarkan pada tujuan yang akan dicapai seperti yang tercantum pada Tabel 4.
29 Tabel 4. Metode Penelitian Tujuan Mengidentifikasi dan mendeskripsikan elemen serta karakter lanskap permukiman tradisional Kampung Kuin. Mendeskripsikan karakter biofisik Sungai Kuin Menganalisis pola permukiman yang ada dan kesesuaiannya Merencanakan model pelestarian permukiman tradisional di tepian sungai Kampung Kuin. Metode 1. Pencarian data sekunder berupa peta tapak. 2. Pengumpulan data sekunder mengenai arsitektur tradisional Banjarmasin, khususnya di kawasan Kampung Kuin. 3. Survei untuk mendapatkan data primer mengenai kondisi eksisting. 4. Melakukan wawancara dengan kepala adat mengenai sejarah terbentuknya permukiman pinggir sungai, keadaan permukiman yang ada dahulu dan sekarang serta perbedaannya, pola permukiman yang terbentuk, jenis arsitektur vernakular dari rumah adat yang ada dan peruntukannya. 5. Melakukan wawancara dengan penduduk setempat mengenai utilitas, arsitektur rumah adat, sistem pembuangan limbah, fasilitas yang ada, dll. 1. Pengumpulan data baik primer maupun sekunder mengenai biota, daya asimilasi air, kualitas visual sungai Kuin. 2. Survei dan wawancara dengan penduduk mengenai karakter dan hidrologi sungai seperti kondisi pasang surut serta lokasi yang terkena dampak kondisi tersebut (daerah potensi banjir). 3. Wawancara dengan penduduk setempat mengenai tradisi yang terkait dengan penggunaan ruang (sungai). 1. Melakukan penilaian dengan menggunakan skoring terhadap kondisi permukiman yang ada sekarang. 2. Melakukan penilaian dengan menggunakan skoring terhadap kondisi sungai yang ada sekarang. 3. Melakukan integrasi hasil analisis permukiman dan sungai. 1. Membuat zonasi dan model pelestarian yang sesuai sebagai rekomendasi upaya pelestarian Kampung Kuin Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan analisis data spasial dengan menggunakan skoring. Skoring dilakukan pada kondisi permukiman (Tabel 5) dan kondisi sungai (Tabel 6). Analisis dengan skoring ini dilakukan berdasarkan kriteria Mac Kinnon (dalam Aini, 2005) dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penelitian. Selanjutnya dilakukan overlay untuk mendapatkan kawasan lindung (inti), penyangga dan pengembangan.
30 Tabel 5. Kriteria Penilaian Kondisi Permukiman Data Faktor Nilai Baik (3) Agak Baik (2) Buruk (1) Pola pemukiman Arsitektur bangunan dan sruktur Fasilitas Keaslian Linear mengikuti Mengikuti pola Tidak baraturan sungai jalan Orientasi Menghadap sungai dan jalan Membelakangi sungai Menghadap jalan Arsitektur Tradisional Terdapat pengaruh Sama sekali tidak bangunan luar berasitektur tradisional (arsitektur modern) Bahan bangunan Kayu ulin Kayu lain beton Kondisi Tersedia dengan Tersedia dengan Tersedia dengan fasilitas kondisi baik kondisi kurang kondisi buruk yang baik tersedia (Sumber: Mac Kinnon (dalam Aini, 2005)) Tabel 6. Kriteria Penilaian Kondisi Sungai Data Faktor Nilai Baik (2) Buruk (1) Karakter Biofisik dan Kondisi Pasang Surut Areal yang terkena Areal yang terkena prilaku sungai tidak banjir banjir Bantaran Ada Tidak ada Kualitas sungai Debit Cepat Lambat Tingkat Pencemaran Tidak berbau Barbau (Sumber: Mac Kinnon (dalam Aini, 2005)) Setelah didapat peta dari masing-masing peta karakteristik, dilakukan overlay peta untuk mendapatkan kawasan mana yang harus dilestarikan. Overlay ini dilakukan untuk menentukan kawasan yang harus dilestarikan. Penentuan kelas untuk pelestarian kawasan adalah sebagai berikut:
31 Selang kelas = skor maksimal - skor minimal kriteria pelestarian - Zona Pelestarian Kawasan Permukiman Skor maksimal 15, skor minimal 5, jumlah kriteria kesesuaian 3. Dari hasil tersebut maka kawasan yang memiliki skor 5-8 dijadikan zona pengembangan. Kawasan yang memiliki skor 9-11 dijadikan zona penyangga dan zona inti memiliki skor 12-15. - Zona Kondisi dan Kualitas Sungai Skor maksimal 8, skor minimal 4, jumlah kriteria kesesuaian 3. Dari hasil tersebut maka kawasan sungai yang memiliki skor 4-5 merupakan kawasan dengan kualitas buruk dan kawasan dengan skor 6 merupakan kawasan sungai dengan kualitas cukup baik. Sedangkan kawasan dengan skor 7-8 memiliki kualitas yang baik