BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan tentang IMS secara intensif akan menurunkan insidens IMS atau paling tidak insidensnya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar negara insidens IMS relatif masih tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus baru meningkat. Perilaku berganti-ganti pasangan seksual, gejala klinis pada wanita dan homoseksual yang asimtomatis, pengobatan yang mudah, murah, cepat dan efektif, sehingga risiko resistensi tinggi, dan juga keterbatasan diagnosis pada beberapa negara menyebabkan perubahan pola distribusi maupun pola perilaku penyakit tersebut. Hal ini dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang memerlukan penanggulangan sehingga berakibat pada peningkatan biaya kesehatan. (Daili, 2005) Salah satu penyakit IMS yang menunjukkan peningkatan jumlah penderita dari tahun ke tahun adalah HIV/AIDS (Lubis,1994). Para ahli memperkirakan, saat ini kemungkinan di Indonesia terdapat 80.000-120.000 orang hidup dengan HIV/AIDS. Artinya, dalam 10 tahun mendatang kemungkinan akan ditemukan 100.000 orang yang meninggal karena penyakit ini. (www.bkkbn.go.id) Data dari Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa jumlah ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang ada di kota Malang tahun 2006 telah mencapai 829 orang. Masing-masing terdiri dari 607 orang dari golongan pengguna narkoba suntik (penasun), 29 orang dari golongan
wanita penjaja seks (WPS), 28 orang dari golongan pelanggan WPS, 7 orang waria penjaja seks, 80 orang gay, 19 orang pelanggan waria, dan 59 orang napi laki-laki. (www.dinkes.go.id) Hasil penelitian suatu badan independen bersama Departemen Kesehatan pada tahun 2003 mencatat bahwa terdapat 190.000 270.000 Penjaja Seks (Wanita, Laki-laki dan Waria) yang setiap tahunnya melayani kurang lebih 7-10 juta pelanggan. Dari sekian banyak pelanggan tersebut, yang menggunakan kondom secara konsisten hanya kurang dari 10% (hasil survey BPS dan Depkes 2003). Maka, diperkirakan ada 12 19 juta orang Indonesia rawan tertular HIV karena perilaku seksualnya atau perilaku seksual pasangannya. (www.bkkbn.go.id) Data yang dimiliki Persatuan Waria Republik Indonesia jumlah waria yang terdata dan memiliki Kartu Tanda Penduduk mencapai 3,887 juta jiwa.(www.ham.go.id). Di wilayah Malang Raya melalui pernyataan dinas social kota Malang, belum terdapat jumlah waria secara pasti. Akan tetapi terdapat organisasi waria yaitu Ikatan Waria Kota Malang (IWAMA), dan menurut sekretaris IWAMA bahwa terdapat 100 orang waria di Kota Malang. Di Malang jumlah waria yang tercatat di klinik Kesehatan Reproduksi (Kespro) puskesmas Sumberpucung selama kegiatan tahun 2003-2005 adalah 780 orang dan sekitar 15% diantaranya potensial terkena IMS. Laporan hasil pemeriksaan IMS yang diperoleh dari kespro pada tahun 2005 sebanyak 164 orang waria terkena IMS, pada tahun 2006 jumlahnya menjadi 337 orang, kemudian pada tahun 2007 menjadi 354 orang. Dari data ini dapat dilihat bahwa angka kejadian IMS pada waria dari tahun ke tahun meningkat. Saat ini hanya kondom satu-satunya metode yang efektif untuk mencegah IMS dan HIV/AIDS pada waria yang telah aktif seksual dan yang berperilaku resiko tinggi terjadinya penularan IMS dan HIV/AIDS, karena waria mempunyai banyak pasangan seksual dan hubungan seksnya secara anal.(habasiah, 2000). Selain itu waria yang melakukan hubungan
seks secara oral dan anal yang memudahkan terjadinya luka sebagai jalan masuk virus HIV, air mani mengalir ke dalam anus dan mulut dalam kegiatan seksual waria berpeluang menularkan virus HIV karena virus ini juga tinggal atau berada dalam cairan kelamin.(djoht, 2003). Sehingga perlu ditingkatkan kesadaran para waria agar setuju dengan penggunaan kondom secara konsisten dalam berhubungan seksual yaitu melalui suatu petunjuk yang dapat memberikan dorongan yaitu berupa informasi mengenai IMS dan HIV/AIDS yang bisa didapat dari media cetak, elektronik, penyuluhan oleh petugas kesehatan dan lain sebagainya. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui adakah hubungan antara petunjuk untuk berperilaku dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten dalam hubungan seksual pada waria di Ikatan Waria Malang (IWAMA) tahun 2008, sebagai peran serta dalam upaya pencegahan IMS dan merebaknya HIV/AIDS dikalangan waria pada khususnya, serta usaha preventif bagi masyarakat luas pada umumnya. 1.2.Rumusan Masalah Adakah hubungan antara petunjuk untuk berperilaku dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten dalam hubungan seksual pada waria di IWAMA tahun 2008? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Mengetahui hubungan antara petunjuk untuk berperilaku dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten dalam hubungan seksual pada waria di IWAMA tahun 2008. Tujuan Khusus:
1. Mengetahui gambaran petunjuk yang potensial mengenai IMS dan kondom kaitannya dengan penggunaan kondom secara konsisten pada waria di IWAMA tahun 2008. 2. Mengetahui gambaran karakteristik waria di IWAMA tahun 2008 berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan. 3. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mengenai IMS dan kondom pada waria di IWAMA tahun 2008. 1.4. Hipotesis Penelitian Terdapat hubungan antara petunjuk untuk berperilaku dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten dalam hubungan seksual pada waria di IWAMA tahun 2008. 1.5.Manfaat Penelitian 1. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengelola program penanganan waria dan penanggulangan HIV/AIDS yang ada di kota Malang khususnya. Yaitu mencegah terjadinya penularan dan mencegah meningkatnya prevalensi IMS dan HIV/AIDS dengan cara penggunaan kondom secara konsisten dalam berhubungan seksual pada kelompok perilaku berisiko tinggi dalam hal ini adalah waria. 2. Dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk mengembangkan pemberian pendidikan atau penyuluhan tentang IMS dan pencegahannya di kalangan waria di kota Malang. 3. Dapat mengaplikasikan pengetahuan yang selama ini didapatkan dalam proses perkuliahan 4. Memberikan tambahan informasi untuk melengkapi bahan pustaka dan rujukan bagi peneliti lainnya.
1.6. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian 1.6.1. Asumsi Penelitian 1. Petunjuk untuk berperilaku dalam penelitian yaitu berupa informasi yang bisa didapatkan dari media cetak, elektronik, dan lain-lain (penyuluhan, dsb.) 2. Informasi dalam petunjuk untuk berperilaku tersebut dapat berisi tentang IMS dan HIV/AIDS dan juga mengenai pencegahannya, yaitu salah satunya berupa penggunaan kondom dalam berhubungan seksual. 3. Perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada waria pada hubungan seksualnya adalah selalu menggunakan kondom dalam berhubungan seksual dengan pasangannya 4. Dalam hal ini waria berperan sebagai wanita sedangkan pasangan atau pelanggannya adalah pria. 1.6.2 Keterbatasan Penelitian 1. Sulitnya menjangkau seluruh waria yang ada di kota Malang. Karena peneliti tidak mengetahui semua tempat yang biasa di datangi oleh para waria dan belum adanya lokalisasi waria secara khusus di kota Malang. 2. Oleh karena keterbatasan diatas waria yang di ambil dalam penelitian ini adalah waria yang tergabung dalam IWAMA. 3. Pada penelitian ini tidak dilakukan wawancara pada pasangan atau pelanggan waria sebagai pemakai kondom karena jumlah pasangan responden sangat bervariasi serta peneliti mempunyai keterbatasan waktu dan tenaga. 1.7. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup Keilmuan :
Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Bidang Ilmu Psikiatri, Bidang Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Lingkup Sasaran: Sasaran Penelitian ini adalah para waria di kota Malang (waria yang tergabung dalam IWAMA). 1.8. Definisi Istilah: 1. Petunjuk: suatu arahan/stimulus. 2. Perilaku: respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus. 3. Kondom : selubung/sarung karet yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. 4. Konsisten : ketetapan/kemantapan dalam bertindak. 5. Berhubungan seksual: hubungan kelamin yang meliputi genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. 6. waria : Laki-laki yang merasa bahwa dirinya adalah sebagai wanita dan berusaha mengubah ciri-ciri tingkah laku atau pun fisiknya menjadi seorang wanita.