PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR. Oleh : Lisa Masitoh L2D

dokumen-dokumen yang mirip
POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

KONDISI PELAYANAN FASILITAS SOSIAL KECAMATAN BANYUMANIK-SEMARANG BERDASARKAN PERSEPSI PENDUDUK TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

STUDI TINGKAT PEMANFAATAN FASILITAS KOTA DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perumahan merupakan salah satu isu dalam pembangunan

KARAKTERISTIK STRUKTUR RUANG INTERNAL KOTA DELANGGU SEBAGAI KOTA KECIL DI KORIDOR SURAKARTA - YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAERAH PERI-URBAN DENGAN PENDEKATAN MODEL DINAMIS (Studi Kasus : Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta)

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PEMANFAATAN KEMBALI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH (Studi Kasus: TPA Putri Cempo, Kota Surakarta) TUGAS AKHIR

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI DAERAH RAWAN AIR SEBAGAI PERTIMBANGAN PRIORITAS PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan

EVALUASI PELAYANAN DAN PENENTUAN LOKASI OPTIMUM STASIUN AMBULAN DI KOTA SEMARANG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

SEBARAN CEMARAN AIR PT. BATAMTEX BERDASARKAN PERPSEPSI MASYARAKAT DI WILAYAH INDUSTRI BABADAN, UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN

PENGARUH PENYEDIAAN PRASARANA LISTRIK TERHADAP PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB VII PEMBAHASAN ATAS HASIL ANALISIS KEBIJAKAN. VII.1 Pembahasan Hasil Analisis Kebijakan

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFI TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN PARONGPONG

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN PEMAKAMAN UMUM TRUNOJOYO BANYUMANIK DENGAN KONSEP TAMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali yang terkenal sebagai pulau Dewata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN FENOMENA URBANISME PADA MASYARAKAT KOTA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAYA TARIK DUA PUSAT PELAYANAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Kasus: Kota Kutoarjo dan Kota Purworejo)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi ini tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

TINGKAT PEMENUHAN DAN AKSESIBILITAS FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN GENUK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ALTERNATIF BENTUK PENATAAN WILAYAH DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

Transkripsi:

PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR Oleh : Lisa Masitoh L2D 097 452 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003

ABSTRAK Dampak dari arus urbanisasi yang besar di Kota Jakarta mulai melebar ke daerah pinggiran (fringe area) yang disebabkan oleh ketidakmampuan Kota Jakarta dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan yang semakin meningkat dan ketersediaan lahan yang kian terbatas tiap tahunnya. Pihak Pemerintah Jakarta akhirnya membuat kebijaksanaan untuk memperluas wilayah permukiman dengan mendorong pertumbuhan permukiman di sekitar Jakarta. Salah satu kota yang diperuntukkan permukiman adalah Kota Tangerang (Budihardjo, 1988:25). Kecamatan Ciledug termasuk dalam wilayah administrasi Kota Tangerang, yang berlokasi di sebelah tenggara Kota Tangerang dan dekat perbatasan Kodya Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Kecamatan ini difungsikan untuk memenuhi kebutuhan perumahan penduduk limpahan Jakarta, selain itu luas lahan yang tersedia masih banyak dan harga yang relatif terjangkau. Oleh karena itu banyak pengembang swasta yang tertarik menyediakan perumahan untuk penduduk limpahan tersebut. Dengan munculnya perumahan-perumahan tersebut memberikan keuntungan bagi Kota Tangerang maupun masyarakat Ciledug. Keuntungan yang dapat dirasakan yaitu perkembangan harga lahan yang meningkat dengan cepat khususnya di lokasi-lokasi perumahan. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor perumahan yang mempengaruhi perubahan harga lahan dan seberapa besar perubahan harga lahan bagi kawasan perumahan dan sekitarnya akibat faktor tersebut, sehingga dapat diketahui sebaran perubahan yang didapat oleh masyarakat perumahan dan sekitarnya. Metode-metode yang digunakan dalam analisis yaitu : Metode Penilaian dan Analisis Net Present Value. Ditinjau dari cara dan taraf pembahasan masalahnya diungkapkan dalam bentuk deskriptif yang didukung dengan bentuk normatif, kajian pustaka dan dalam bentuk spasial dengan menggunakan peta. Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu adanya perumahan di Kecamatan Ciledug berpengaruh terhadap perubahan harga lahan. Perubahan harga lahan terlihat jelas didapat masyarakat asli dengan jarak terdekat ke perumahan (0,00-0,50 Km). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan harga lahannya lebih besar dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Selain itu, faktor perumahan yang paling berpengaruh terhadap perubahan harga lahan berdasarkan penilaian masyarakat perumahan yaitu lingkungan perumahan bebas dari banjir dan kondisi jalan yang baik bagi masyarakat sekitar perumahan. Sebaran perubahan harga lahan masyarakat perumahan dari yang terbesar hingga terkecil dijumpai pada masyarakat perumahan tipe besar, sedang dan kecil. Untuk masyarakat pendatang yang tinggal disekitar perumahan keuntungan dari terbesar hingga terkecil ditemukan pada masyarakat yang memiliki jarak dari 0,00-0,50 Km. Perubahan harga lahan terbesar yang terjadi di masyarakat asli sekitar perumahan ditemukan pada masyarakat yang berjarak 0,00-0,50 Km. Setelah diketahui faktor perumahan dan sebaran perubahan harga lahan terdapat di masyarakat perumahan dan sekitarnya maka untuk pengembang perumahan perlu menciptakan nilai tambah bagi masyarakat sekitar perumahan khususnya dalam hal rencana fasilitas seperti taman bermain, ibadah, pendidikan dan kesehatan yang dirasa masih kurang mempengaruhi harga lahan dikarenakan penyediaannya masih kurang. Dalam perencanaan fasilitas tersebut sebaiknya menyatu dengan perkampungan masyarakat asli dan pendatang sehingga masyarakat sekitar perumahan dapat merasakan fasilitas yang tidak tersedia di kawasan tempat tinggalnya. Dengan adanya integrasi perencanaan tersebut masyarakat sekitar perumahan lebih merasakan keberadaan perumahan dan memberikan keuntungan khususnya peningkatan harga lahan.

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Fenomena Pertumbuhan Penduduk Perkotaan Kota-kota besar di negara sedang berkembang seperti Indonesia memperlihatkan perbedaan perkembangan yang mencolok. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan wilayah yang pesat sebagai simpul-simpul kegiatan yang erat dan seragam jika dibandingkan dengan perkembangan wilayah pedesaan (Budihardjo,1997:113). Sebagai konsekuensi perkembangan kegiatan yang pesat tersebut memberikan dampak negatif, yaitu meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota besar. Pada dasawarsa 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia meningkat sangat pesat. Angka pertumbuhan yang diperoleh jauh melampaui angka rata-rata pertumbuhan nasional, yaitu sebesar 5,4%. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk rata-rata nasional dalam periode waktu yang sama hanya sebesar 1,97%. Kecenderungan ini terus berlanjut pada kurun waktu berikutnya, bahkan cenderung meningkat lebih pesat lagi (Herdiana, 1995:8). Seperti halnya kota Jakarta sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia juga mengalami arus laju urbanisasi yang sangat pesat tiap tahunnya. Kedatangan penduduk dari pedesaan yang ramai-ramai ke Jakarta sebanyak puluhan ribu jiwa untuk mencoba nasib, baik sebagai pembantu, pekerja bangunan, pedagang kecil dan sebagainya sulit dihindari (Kompas, 1997). Kedatangan puluhan ribu jiwa urban tersebut ada yang pindah secara tetap maupun bersifat musiman (Budihardjo, 1998:27). 1.1.2 Dampak Pertumbuhan Penduduk dan Perkembangan Daerah Pinggiran Dewasa ini perkembangan daerah pinggiran terbesar dapat dilihat dari adanya alih fungsi (konversi) guna lahan kawasan dari kawasan pertanian ke nonpertanian yang terjadi secara besarbesaran. Tanpa adanya pengaturan yang mendasar, alih fungsi ini

3 dengan berbagai dampak negatifnya akan terjadi lebih luas lagi (Firman, 1996:10). Disisi lain kecenderungan perkembangan kawasan pinggiran kota mengindikasikan bahwa kawasan tersebut menjadi exurban area, yakni berkembangnya kawasan perkotaan yang baru penduduknya dalam jumlah yang besar berasal dari kota dan yang berpindah karena tertarik oleh tempat tinggal baru atau kesempatan kerja, namun secara sosial-ekonomi mereka masih tetap berorientasi ke kota inti, seperti kota Jakarta. Dampaknya tentu saja jumlah penglaju (commuters) akan makin membesar, bahkan diperkirakan akan mencapai 500.000 pada tahun 2000 (JDMPR, 1992), sementara jarak perjalanan (commuting distance) semakin memanjang. Fenomena besar lainnya dari perkembangan daerah pinggiran yaitu terjadinya restrukturisasi kota inti sebagai akibat pergeseran fungsinya dari pusat manufaktur ke pusat kegiatan keuangan (finance), dan jasajasa (services), sementara kegiatan manufaktur semakin bergeser ke wilayah pinggir, apalagi dengan berkembangnya kawasan industri dan lainnya (Firman, 1996:7). 1.1.3 Perkembangan Daerah Pinggiran dan Perumahan Permasalahan utama dalam menghadapi laju urbanisasi yang pesat di Kota Jakarta adalah pemenuhan kebutuhan akan perumahan. Kendala yang dihadapi dalam mengatasi masalah tersebut terbentur dengan ketersediaan lahan yang kian terbatas tiap tahunnya. Arus urbanisasi ke perkotaan yang semakin hari kian meningkat menambah kontribusi keterbatasan lahan (Herdiana, 1995:9). Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang sangat besar (relatif terhadap luas lahan) menyebabkan permintaan terhadap lahan jauh melebihi jumlah lahan yang tersedia di Jakarta. Kebutuhan untuk perumahan dan fasilitas umum bersaing dengan kebutuhan untuk bisnis, padahal luas lahan tidak bisa ditambah. Akibatnya harga lahan di Jakarta melonjak jauh lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan pendapatan rata-rata penduduk Jakarta. Dampaknya jelas, semakin banyak orang yang terusir dari Jakarta sebagai

4 konsekuensi logis keinginannya untuk memiliki rumah/tanah (Priyono, 1997:8). Orang pindah ke luar Jakarta biasanya didorong oleh tekanan penduduk yang demikian berat di Jakarta. Orang-orang ini kemudian mencari tempat tinggal yang cukup jauh sehingga harga tanah dan rumah masih dalam jangkauan, tetapi cukup dekat sehingga masih mempertahankan pekerjaan di Jakarta. Bogor, Tangerang dan Bekasi merupakan wilayah pelarian yang paling ideal bagi penduduk Jakarta. Arus perpindahan ini demikian besar, sehingga jumlah migrasi masuk ke Jakarta tetap tinggi. Secara netto migrasi tidak lagi memiliki peranan penting dalam pertumbuhan penduduk Jakarta pada era 90-an (Priyono, 1997:10). Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mengembangkan kota-kota baru di sekitar Jakarta. Kota-kota tersebut dirancang sebagai kota penyangga (buffer city). Selain itu, pemerintah juga mengambil kebijaksanaan dalam pengembangan daerah perkotaan sebagai wilayah permukiman yaitu dengan jalan memperluas jaringan wilayah permukiman dengan mendorong pertumbuhan permukiman di kota-kota lain sekitarnya, dalam sebuah proses perkembangan komplementatif antar kota Jakarta-Tangerang-Bekasi-Karawang (Budihardjo, 1998:25). 1.1.4 Pertumbuhan Perumahan dan Peningkatan Harga Lahan Umumnya jasa pengembang perumahan tumbuh di wilayah-wilayah pinggiran kota akibat keterbatasan lahan di pusat kota, sedangkan permintaan akan perumahan semakin tinggi. Berkembangnya aktivitas perdagangan, jasa dan pemerintahan di pusat kota juga mendorong bergesernya penggunaan lahan dari non komersial ke komersial. Pembangunan perumahan dan permukiman yang dilakukan oleh perusahaan pengembang swasta dan pemerintah di wilayah-wilayah pinggiran umumnya memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi arah pertumbuhan wilayah, memperluas lapangan kerja serta menggerakkan kegiatan ekonomi khususnya peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah Jakarta untuk memperluas jaringan