PREVALENSI PARASIT DAN PENYAKIT IKAN AIR TAWAR YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA/ KABUPATEN KUPANG

dokumen-dokumen yang mirip
PREVALENSI PARASIT DAN PENYAKIT IKAN AIR TAWAR YANG DIBUDIDAYA DI KOTA/KABUPATEN KUPANG. Yudiana Jasmanindar

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

I. PENDAHULUAN. pada tahun Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGENDALIAN INFESTASI EKTOPARASIT Dactylogyrus sp. PADA BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) DENGAN PENAMBAHAN GARAM DAPUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA PALEMBANG,SUMATERA SELATAN

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA USUS IKAN BAWAL AIR TAWAR

PEMERIKSAAN KEADAAN LUAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :

METODE PENELITIAN. Pemilihan Ikan Uji dan Bakteri (Patogen dan Probiotik)

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

BAB III BAHAN DAN METODE

INVENTARISASI PARASIT PADA IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI PERAIRAN TELUK MUARA BARU, JAKARTA UTARA

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan satu diantara beberapa kegiatan yang. daerah termasuk Sumatera Utara. Sehingga dengan peningkatan kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampai Desember Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Parasit

INVENTARISASI PARASIT LELE DUMBO Clarias sp. DI DAERAH BOGOR. Inventarisation of Parasite in Dumbo Catfish Clarias sp.

Patogenisitas Ektoparasit Pada Benih Ikan Hias Komet (Carassius auratus) Yang Dijual Di Pasar Ikan Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada tanggal 17 Februari 28 Februari 2014.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. ikan dilakukan di keramba jaring apung Danau Limboto, Kecamatan Batudaa,

BAB III BAHAN DAN METODE

Prevalensi dan Intensitas Trichodina sp. Pada Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan

IV. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan September 2004 di

I. Rustikawati, R. Rostika, D. Iriana & E. Herlina. Jurusan Pehkanan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat ABSTRACT

PENDAHULUAN. Perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia. merupakan salah satu sektor usaha yang sangat potensial, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ikan mas tergolong dalam jenis ikan air tawar. Ikan mas terkadang juga

Inventarisasi Ektoparasit pada Beberapa Jenis Ikan di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Kelurahan Bungus Timur, Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembudidayaan ikan saat ini merupakan kegiatan yang marak dilakukan, baik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 26-30

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

PARASIT PADA IKAN GABUS (Channa striata, Bloch 1793) DI DESA SAWAH KECAMATAN KAMPAR UTARA

PENGUJIAN PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA BEBERAPA IKAN BUDIDAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari Taiwan (Clarias. beradaptasi terhadap lingkungan (Pamunjtak, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus. (Purwaningsih dan Taukhid,

PENGARUH METIL METSULFURON TERHADAP SEL DARAH MERAH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

I. PENDAHULUAN. patin termasuk komoditi yang memiliki prospek cerah untuk dibudidayakan. Hal

TEKNIK DIAGNOSTIK IKAN

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

ANALISIS HISTOPATOLOGI OTOT IKAN MAS (Cyprinus carpio) YANG TERINFEKSI KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA KOLAM PEMELIHARAAN IKAN MAS

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN ABSTRAK

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. yang bernilai ekonomis adalah ikan Nila (Orcochromis niloticus). Budidaya ikan

III. METODE PENELITIAN

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sekarang ini. Oleh karena itu ketertarikan para budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

EFEKTIFITAS PERASAN LARUTAN DAUN API-API

II. METODE 2.1 Rancangan Penelitian 2.2 Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. dilaksanakan pada bulan Maret Mei Penelitian dilaksanakan di

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

PENDAHULUAN. perikanan laut yang sangat besar. Sebagai negara maritim, usaha budidaya laut

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

JENIS-JENIS PARASIT PADA IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V.) DARI PERAIRAN SUNGAI SIAK KECAMATAN RUMBAI PESISIR PEKANBARU

Transkripsi:

Bionatura Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 Vol. 13, No. 1, Maret 2011 : 25-30 PREVALENSI PARASIT DAN PENYAKIT IKAN AIR TAWAR YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA/ KABUPATEN KUPANG Jasmanindar, Y. Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana E-mail: diana_jasmanindar@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang prevalensi parasit dan penyakit ikan tawar yang dibudidayakan di Kabupaten Kupang. Sampel diambil dari kolam pembudidaya ikan air tawar di Kelurahan Bakunase, Tarus, Tuatuka dan Desa Baumata. Pemeriksaan parasit dan penyakit ikan di lakukan di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Kupang. Jumlah total ikan sampel yang diambil sebanyak 220 ekor dengan berat dan panjang tertentu, yaitu Cyprinus carpio, Sarotherodon niloticus, Oreochromis niloticus, Clarias garipienus and Colossoma macropomum. Pengamatan gejala klinis dilaksanakan di lapangan dan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penyakit dan parasit ikan berturut-turut sebesar 66,7% dan 67,5%. Berdasarkan gejala klinis dan diagnosa sementara penyebab ikan sakit adalah jamur, bakteri Aeromonas sp. dan Piscinoodinium serta Gyrodactylus Kata kunci: prevalensi, parasit, budidaya, ikan air tawar, Kupang PREVALENCE OF PARASITES AND DISEASES OF CULTURED FRESHWATER FISH IN CITY/ REGENCY OF KUPANG ABSTRACT An investigation on prevalence of parasites and diseases of freshwater fishes cultured in Kupang regency had been done. Samples were collected from culture ponds in Sub-District of Bakunase, Tarus, Tuatuka and Village of Baumata. Examination on parasites and diseases of fishes was conducted in the Laboratory of Majors Fishery and Marine of Faculty of Agriculture University of Nusa Cendana Kupang. The total number of fish samples examined was 220 fishes with certain weight and length, i.e. Cyprinus carpio, Sarotherodon niloticus, Oreochromis niloticus, Clarias garipienus and Colossoma macropomum. Observation on clinical symptoms was done in the field and laboratory. The results indicated that the prevalence of parasites and diseases of fishes were 67,5% and 66,7%, respectively. Based on clinical symptoms and a temporary diagnosis, fish diseases were caused by fungi, Aeromonas sp bacteria, and Piscinoodinium sp. and also Gyrodactylus sp. Key words: prevalence, parasites, freshwater fish, cultured, Kupang PENDAHULUAN Pengembangan dan keberlanjutan kegiatan budidaya ikan air tawar sering menghadapi kendala. Salah satunya adalah bila terjadi serangan penyakit baik penyakit infeksi maupun non infeksi. Serangan patogen baik itu virus, bakteri, jamur, protozoa maupun parasit merupakan golongan penyakit infeksi, sedangkan penyakit non infeksi meliputi penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan, pakan, genetik dan tumor (Aryani dkk, 2004). Penularan penyakit dan parasit dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, antara lain melalui kontak langsung antara ikan sakit dan ikan sehat, bangkai ikan sakit maupun melalui air, penularan ini biasanya terjadi dalam satu kolam budidaya. Mekanisme penularan lainnya adalah melalui peralatan dan melalui pemindahan ikan dari daerah wabah dan ke daerah yang bukan wabah (Sunarto, 2005). Salah satu sistem pengendalian penyakit pada ikan budidaya air tawar adalah melakukan pendataan maupun pelaporan secara berkala kejadian penyakit pada biota yang dibudidayakan, termasuk ikan air tawar yang dibudidayakan, sehingga diperoleh data yang akurat

26 Jasmanindar, Y. mengenai kejadian suatu penyakit di daerah dari beberapa kolam budidaya yang ada. Data yang ada merupakan acuan untuk mendeteksi secara awal kejadian penyakit dan parasit yang terdapat pada ikan budidaya tersebut, sehingga bisa mencegah terjadinya wabah penyakit. Kejadian penyakit pada ikan air tawar yang dibudidayakan di Kota/ Kabupaten Kupang, selama ini telah terdengar. Namun belum diketahui dengan jelas seberapa besar kejadian penyakit dan parasit pada ikan budidaya air tawar tersebut, yang bisa mempengaruhi keberlanjutan usaha budidaya ikan air tawar. Sehingga perlu dilakukannya pemeriksaan ikan yang dibudidaya untuk mencegah secara dini terjadinya wabah penyakit yang bisa menyebabkan kematian massal ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi atau kejadian parasit dan penyakit pada ikan air tawar yang dibudidayakan di Kota/ Kabupaten Kupang. Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan diharapkan dapat memberikan informasi tentang keberadaan penyakit dan parasit yang terdapat pada ikan air tawar yang dibudidayakan di kolam masyarakat. Sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan solusi bagi petani budidaya ikan dalam mengendalikan masalah penyakit pada ikan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana dan pada lokasi/ kolam budidayakan ikan air tawar di Bakunase, Tarus, Baumata, dan Noekelle. Penelitian ini berlangsung selama 8 (delapan) bulan. Hewan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ikan air tawar yang dibudidayakan dengan ukuran tertentu. Ikan sampel adalah ikan mas, ikan nila, ikan nila merah, ikan lele dan ikan bawal air tawar. Prosentase pengambilan sampel berdasarkan jumlah total ikan yang dibudidayakan pada masing-masing kolam/ lokasi budidaya, atau berdasarkan kebutuhan. Banyaknya sampel yang kami ambil adalah 20 ekor untuk setiap kolam sampel. Bahan uji yang digunakan adalah akuades, akuades steril, alkohol 70% dan 96%, Na Sitrat (anti beku darah), metanol (fiksasi darah), giemsa (pewarna darah), larutan fisiologis 0.85%, kapas, tissue, aluminium foil, media bakteri dan plastik. Perlengkapan tulis menulis, timbangan (alat ukur berat ikan), mistar (alat ukur panjang ikan sampel), alat bedah, scapel, jarum ose, lup, pinset, jarum suntik (spoit), pipet plastik, gelas ukur, cawan petri, kaca objek, kaca penutup, mikroskop cahaya, kamera digital, baki, baskom besar dan kecil, ember, aerator baterai dan alat sterilisasi (autoclave dan oven). Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi: 1) Teknik pengumpulan data menggunakan metode survei. Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan. Sebagai data pendukung dilakukan pengamatan langsung pada kolam sampel adanya gejala ikan sakit dan ikan yang mati. 2) Pengamatan pada lokasi budidaya ikan dengan melakukan wawancara singkat (membuat daftar pertanyaan tentang manajemen budidaya dan kejadian kematian ikan budidaya). 3) Pengukuran bobot ikan yang diambil, sebelum dilakukan pemeriksaan parasit dan kelainan pada tubuh ikan luar maupun dalam. Selain itu juga dilakukan pengukuran panjang ikan sampel. 4) Parameter yang diamati adalah gejala klinis dan parasit. - gejala yang diamati adalah adanya kelainan bentuk tubuh dan tulang, kulit, sirip, insang, sisik, mata, perut, organ dalam dan darah - perubahan tingkah laku ikan dalam kolam. - adanya organisme lain yang melekat pada tubuh ikan (ektoparasit) (Lukistyowati, 2005) 5) Pemeriksaan parasit pada tubuh ikan - Pemeriksaan bagian luar tubuh ikan, meliputi mukus, sirip, insang, dan mata

Prevalensi Parasit dan Penyakit Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan di Kota/ Kabupaten Kupang 27 Cairan mukus dari permukaan tubuh ikan diambil dengan menggunakan scapel dan dioleskan pada kaca obyek. Selanjutnya ditetesi akudes dan ditutup dengan kaca penutup untuk kemudian diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10 atau 40 x 10. Potongan kecil dari sirip ditempatkan diatas kaca obyek kemudian diperiksa dibawah microskop. Pemeriksaan pada insang ikan diawali dengan membuka operculum ikan dan diamati ke beradaan parasit, kemudian di lakukan pemotongan operculum, filament insang diambil dan di lakukan pengamatan dibawah mikro- skop. Pemeriksaan mata dilakukan dengan cara mengangkat mata dengan hati-hati dan periksa kantong mata terhadap keberadaan parasit - Pemeriksaan bagian dalam tubuh ikan, meliputi rongga perut, sistem pencernaan, dan darah (Lukistyowati dan Morina, 2005). Sebelum pemeriksaan, ikan dibedah dengan mulai dari anus sampai anterior, dari anus ke bagian dorsal kearah kepala mengikuti rongga perut ikan kemudian dipotong, sehingga organ dalam kelihatan. Amati posisi organ dalam dan ada tidaknya parasit. Pemeriksaan penyakit dan parasit pada sistem pencernaan dilakukan pada organ hati, lambung, usus, ginjal, dan gelembung renang. Amati perubahan warna dan permukaan hati, potongan kecil hati ditempatkan pada kaca obyek dan diamati dibawah mikroskop. Buka usus dan lambung, dilakukan pemeriksaan parasit. Amati warna, ukuran dan adanya benjolan pada usus, potongan kecil ginjal ditempatkan pada kaca obyek dan diamati dibawah microskop. Gelembung renang dibuka dan diamati tampilan permukaan dalam dan pemeriksaan parasit. 6) Identifikasi parasit menurut Kabata (1985) 7) Pemeriksaan penyebab kelainan pada bagian tubuh ikan dilakukan dengan: - pengerokan pada bagian permukaan tubuh ikan yang mengalami luka atau borok - pengerokan pada bagian sirip ikan yang mengalami kerusakan atau tercabik-cabik - Selanjutnya melakukan pemeriksaan di bawah mikroskop - Mencatat kelainan-kelainan pada tubuh ikan baik bagian luar maupun organ dalam ikan (jantung, hati, limpah, lambung, usus dan gonad) - Isolasi bakteri Caranya dengan mengambil bakteri dari organ yang abnormal (limpa dan ginjal), kemudian ditanam pada media TSA, selanjutnya di inkubasi selama 24 jam pada suhu ruangan. - Melakukan konfirmasi literature yang ada untuk mengetahui penyebab kelainan yang terdapat pada ikan sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Pengambilan sampel ikan dan pengamatan kegiatan budidaya ikan maupun kejadian penyakit dan adanya parasit, dilakukan pada lokasi antara lain di Kelurahan Bakunase (Kota Kupang), Tarus, Tuatuka dan Desa Baumata (Kabupaten Kupang). Pengambilan ikan sampel di Naibonat (Desa Pukdale) tidak dilakukan karena setelah kami turun survei ulang ternyata tidak terdapat lagi kegiatan budidaya ikan, walaupun pada awalnya ada yaitu dilakukan kegiatan budidaya ikan menggunakan terpal. Kemungkinan karena musim kemarau sehingga sulitnya air untuk pemeliharaan ikan. Total kolam sampel sebanyak 9 (sembilan) kolam atau wadah budidaya ikan Penyediaan lingkungan yang sehat merupakan salah satu langkah dalam manajemen kesehatan ikan, khususnya ikan air tawar. Langkah ini dapat dilakukan dengan melakukan pemilihan lokasi, design dan konstruksi wadah, sistem budidaya

28 Jasmanindar, Y. serta pengelolaan kualitas air (Taukhid dkk, 2005). Hal-hal tersebut belum begitu dilakukan pada pembudidaya ikan air tawar di Kupang, mungkin karena kurangnya pengetahuan atau pemahaman akan keberlanjutan suatu usaha budidaya ikan air tawar. Kondisi kualitas air yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan, akan mendukung produksi suatu kegiatan budidaya ikan. Sebagian besar ikan akan tumbuh baik dan berlangsung kehidupan bila kadar oksigen terlarut cukup tinggi, suhu air hangat dan stabil dan ph air normal (Taukhid dkk, 2005). Namun dalam hasil penelitian ini kami belum menampilkan data parameter kualitas air karena keterbatasan dalam beberapa hal. Prevalensi Parasit dan Penyakit Ikan Air Tawar Parasit-parasit yang ditemukan hampir ada pada semua ikan sampel, parasit antara lain parasit dari jenis protozoa, monogenea, udang renik dan jenis digenea (cacing) (Tabel 2). Prevalensi parasit pada ikan air tawar yang dibudidayakan di Kota/ Kabupaten Kupang sebesar 67,5%. Dapat diasumsikan bahwa sudah lebih dari setengah jumlah ikan sampel yang diperiksa terserang parasit. Beberapa parasit yang ditemukan ada yang sebagai ektoparasit maupun endoparasit. Hasil identifikasi parasit sementara kami menemukan bahwa jenis-jenis parasit tersebut adalah dari golongan protozoa, cacing dan udang renik (krustasea). Banyaknya kejadian ikan budidaya ini terserang parasit dikarenakan kenyataannya dilapangan, para pembudidaya ikan belum menerapkan standar prosedur pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan. Hal kemungkinan karena pembudidayan belum memahami akan pentingnya hal ini bagi keberlanjutan suatu usaha budidaya ikan. Keberadaan parasit pada tubuh ikan maupun lingkungan dikarena kondisi kualitas air yang tidak terawat dengan baik, selain itu juga daya tahan ikan yang tidak prima sehingga tidak mampu mengelimi- nasi patogen pada tubuh ikan (Taukhid dkk, 2005). Tabel 1. Lokasi, jumlah dan kode kolam sampel di Kota/ Kabupaten Kupang Lokasi Pengamatan dan No. Pengambilan Sampel ikan 1 Kelurahan Bakunase Jumlah Kolam Sampel 2 Kolam Sampel ke- I dan II 2 Kelurahan Tarus 3 III, IV, V 3 Desa Baumata 1 VI 4 Kelurahan VII, VIII, 3 Tuatuka IX Tabel 2. Jenis-Jenis parasit yang ditemukan pada ikan air tawar yang dibudidayakan di Kota/ Kabu- paten Kupang No. Jenis Parasit Lokasi Serangan Keterangan 1. Myxobolus Insang Teridentifikasi sp. 2. Dactylogiru Insang Teridentifikasi s sp. 3. Gyrodactilu Kulit dan Teridentifikasi s sp. insang 4. Argulus sp. Kulit dan Teridentifikasi sirip 5. Centrocestu Insang, kulit, Teridentifikasi s sp. dan usus 6. Ichthyophthi Kulit Teridentifikasi rius sp. 7. Trichodina Insang dan Teridentifikasi sp. kulit 8. Piscinoodini Kulit Teridentifikasi um sp. 9. Jamur Kulit Belum teridentifikasi 10. Cacing Lambung dan usus Belum teridentifikasi 11. Pallisentis sp. Usus teridentifikasi Sumber data: hasil tanya jawab dengan pelaku budidaya ikan pada lokasi kolam sampel Keberadaan parasit Dactylogyrus hampir ditemukan pada semua jenis ikan sampel pada penelitian ini, kecuali pada ikan lele ukuran benih (panjang 4-9 cm). Gyrodactylus terdapat pada ikan nila dan lele, sementara myxobolus ditemukan pada ikan mas dan bawal.

Prevalensi Parasit dan Penyakit Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan di Kota/ Kabupaten Kupang 29 Argulus ditemukan pada ikan mas yang hanya terdapat pada lokasi sampel II. Centrocestus dan Pallisentis sp hanya terdapat pada ikan mas pada kolam sampel IX. Parasit Trichodina keberadaannya pada ikan mas, nila dan nia merah. Ichthyophthirius sp terdapat pada ikan mas dan bawal air tawar, sedangkan Piscinoodinium sp ditemukan terdapat pada ikan lele dewasa. Keberadaan cacing endoparasit terdapat pada ikan mas, nila dan ikan bawal. Tabel 3. Peyakit atau gejala klinis yang terdapat pada ikan budidaya air tawar di Kota/ Kabupaten Kupang No. Lokasi Kolam Penyakit/gejala Sampel klinis 1. Kelurahan Jamur, bakterial, Bakunase white spot, 2. Kelurahan Tarus Kulit terkelupas dalam (borok), keracunan dan cacingan 3. Desa Baumata White spot Sisik terlepas, sering berenang tidak normal 4. Kelurahan Tuatuka Mata buta Leher bengkok Terdapat benjolan pada bagian tubuh Keberadaan parasit pada ikan bawal air tawar merupakan penemuan untuk menambah data tentang keberadaan parasit pada ikan ini. Hingga kini data mengenai penyakit dan parasit pada ikan air tawar masih jarang. Ikan ini dianggap tahan terhadap serangan penyakit (Cholik dkk, 2005). Namun pada penelitian ini kami menemukan bahwa ikan ini terkena serangan penyakit jamur (belum teridentifikasi). Serta terdapat sedikitnya tiga genus parasit pada ikan ini. Hal ini di karenakan pakan yang tidak sesuai serta kualitas air yang tidak dijaga. Penyakit-penyakit atau gejala klinis yang pernah terjadi pada ikan budidaya air tawar di Kota/ Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Tabel 3. Keberadaan penyakit pada ikan budidaya air tawar di Kupang memiliki nilai prevalensi 66,7%. Angka ini menunjukkan bahwa kebanyakan ikan-ikan air tawar yang dibudidayakan di Kupang mengalami penyakit baik yang disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, virus maupun karena keracunan atau kualitas air yang buruk. Hasil pemeriksaan luka yang terdapat pada tubuh ikan lele dewasa diketahui bahwa parasit penyebab ikan luka adalah dari jenis protozoa yaitu Piscinoodinium sp dan juga terdapat cacing monogenea yaitu Gyrodactylus spp. Penyakit yang di sebabkan oleh dinoflagellates ini biasa disebut dengan penyakit velvet. Bila dalam jumlah banyak bisa menyebabkan kematian pada anak-anak ikan (Tonguthai dkk, 1999). Berdasarkan gejala-gejala klinis yang terlihat pada ikan sampel (khususnya ikan lele) dapat diketahui bahwa penyebab penyakit tersebut adalah bakteri Aeromonas hydrophila. Hasil goresan pada media bakteri menunjukkan bahwa terdapat koloni bakteri berwarna bening yang tumbuh pada media tersebut. Namun untuk lebih memastikan perlu dilakukan serangkaian uji biokimia, yang tidak dilakukan pada penelitian ini. Presentase penyakit parasit protozoa pada ikan budidaya air tawar mencapai 44,44%. Hal dapat dasumsikan bahwa sudah hampir banyak ikan budidaya air tawar di Kota/ Kabupaten Kupang yang kemungkinan mengalami penyakit parasit ini. Sehingga kedepannya perlu dilakukan tindakan pengendalian dengan mencegah lebih berkembangnya penyakit ini. Penyakit non infeksi didapatkan dari hasil tanya jawab dengan pembudidaya ikan dan pengamatan dilapangan. Prevalensinya sebesar 22,22%, baik yang diakibatkan karena keracunan maupun karena kelainan genetik dan adanya tumor. Terjadinya keracunan pada ikan kemungkinan dikarenakan air yang digunakan untuk memelihara ikan berasal dari saluran irigasi yang telah melewati areal persawahan dan limbah masyarakat. Ini terlihat pada budidaya ikan di kelurahan Bakunase, Tuatuka dan Tarus. Oleh karena itu sebaiknya perlu pemeriksaan lebih lanjut.

30 Jasmanindar, Y. Cukup tingginya kejadian atau prevalensi penyakit pada ikan sampel yang diamati maupun ikan yang di budidayakan dikarenakan manajemen budidaya yang dilakukan belum begitu baik. Hal ini terlihat dari pengamatan dilapangan yang memperlihatkan bahwa kebersihan kolam (kualitas air) belum terlalu diperhatikan. Terdapat sampah daun, plastik maupun kertas yang berada dalam kolam, ini dapat menjadi sumber parasit dan penyakit. Kualitas air merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan, sehingga apabila tidak memenuhi persyaratan maka air tersebut akan menjadi sumber penyakit yang berbahaya (Lukistyowati & Morina, 2005). Oleh karena itu perlu dijaga kondisi kualitas air yang optimum bagi ikan sehingga ikan akan selalu sehat dan tidak stres serta tidak mudah terserang penyakit maupun parasit. Masalah lainnya dalam manajemen budidaya ini adalah mengenai pakan yang tidak sesuai baik kuantitas maupun kualitasnya. Kesulitannya karena harga pakan yang tidak terjangkau oleh pembudidaya sehingga ikan diberi makan seadanya bahkan seringkali tidak sesuai presentase pemberian pakan yang baik. Kualitas pakan yang diberikan juga tidak diperhatikan. Hal ini dapat menimbulkan penyakit pada ikan karena kuantitas dan kualitas pakan yang tidak sesuai kebutuhan ikan. Sehingga kurangnya energi maupun nutrisi bagi ikan untuk memiliki daya tahan yang baik terhadap penyakit maupun parasit. Menurut Taukhid dkk (2005) ikan yang sehat harus dimulai dari pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Selain itu juga perlu adanya penerapan sistim budidaya yang sehat serta monitoring status kesehatan ikan secara berkala, serta beberapa komponen lainnya yang perlu diperhatikan sehingga bisa mengendalikan penyakit ikan. SIMPULAN Dari penelitian prevalensi parasit dan penyakit ikan air tawar yang dibudidayakan di Kota/ Kabupaten Kupang, dapat disimpulkan bahwa pengamatan dilapangan ada kolam-kolam sampel, terlihat bahwa belum adanya manajemen kesehatan ikan secara terpadu. Sehingga prevalensi penya- kit ikan pada penelitian ini sebesar 66,7% dan presentase adanya parasit pada ikan sampel yang diambil sebesar 67,5%. Hasil ini mengasumsikan bahwa hampir semua ikan sampel yang diambil terdapat parasit pada tubuh ikan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Aryani N., Henny S., Iesje L., Morina R. 2004. Parasit dan Penyakit Ikan. UNAI Press. Pekanbaru. Cholik F., Ateng G.J., Poernomo P., Ahmad J. 2005. Akuaklutur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. PT.Victoria Kreasi Mandiri. Jakarta Kabata Z. 1985. Parasite and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor and Francis. London and Philadelphia. Lukistyowaty I. 2005. Teknik Pemeriksaan Penyakit Ikan. UNRI-Press, Pekanbaru. 103 halaman. Lukistyowaty I. & Morina R. 2005. Analisa Penyakit Ikan. UNRI-Press. Pekanbaru. 120 halaman. Sunarto A. 2005. Epidemiologi Penyakit Koi Herpes Virus (KHV) di Indonesia. Pusat Riset Perikanan budidaya. Jakarta. Taukhid, Oman K., Hambali S., & Dayat S. 2005. Strategi Pengendalian Penyakit pada Budidaya Ikan Air Tawar. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Tonguthai K., Supranee C., Temdoung S., Pornlerd C., & Somkiat K. 1999. Diagnostic Prosedur for Finfish Diseases. Aquatic Animal Health Research Institute. Thailand. 46 halaman.