MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD (MSY) PADA PERIKANAN DENGAN STRUKTUR PREY-PREDATOR

dokumen-dokumen yang mirip
BIO-EKONOMI PENANGKAPAN IKAN : MODEL DINAMIK. oleh. Purwanto 1) ABSTRACT

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

MODEL ANALISIS EKONOMI DAN OPTIMASI PENGUSAHAAN SUMBERDAYA PERIKANAN

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENERAPAN PRINSIP MAKSIMUM PONTRYAGIN PADA SISTEM INVENTORI-PRODUKSI. Nurus Sa adah, Toni Bakhtiar, Farida Hanum

BIO-EKONOMI PERUBAHAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI

BIO-EKONOMI PENANGKAPAN IKAN : MODEL STATIK. oleh. Purwanto 1) ABSTRACT

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

3. METODE PENELITIAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Upaya Penangkapan

ANALISIS POTENSI PERIKANAN PELAGIS KECIL DI KOTA TERNATE

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment

Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey

KAJIAN STOK IKAN PELAGIS KECIL DENGAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE DI PERAIRAN LEMPASING, LAMPUNG. Riena F. Telussa

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

ANALISIS BIO-EKONOMI PENGELOLAAN SUMBER DAYA KAKAP MERAH(Lutjanus sp) SECARA BERKELANJUTAN DI TANJUNGPANDAN, BELITUNG

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA KESTABILAN DAN KENDALI OPTIMAL PADA MODEL PEMANENAN FITOPLANKTON-ZOOPLANKTON

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Moch. Prihatna Sobari 2, Diniah 2, dan Danang Indro Widiarso 2 PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Esda UC = User Cost. MCo = Kurva harga agregat dari semua firm di suatu industri (marginal extraction cost)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN RAJUNGAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN PANGKEP

Pengelolaan SD Pulih -SD Ikan- Luh Putu Suciati

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Populasi adalah kumpulan individu dari suatu spesies yang sama yang

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERIKANAN TONGKOL DI PERAIRAN BUYAT PANTE (LITTLE TUNA FISHERIES IN THE WATERS OF BUYAT PANTE) Meta Sonja Sompie 1 ABSTRACT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

(In-shore and Off-shore Bioeconomic Model for Swimming Crab Fisheries Management in Makassar Strait)

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL DUA MANGSA- SATU PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING DAN PEMANENAN

AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 9. Nomor. 1. Tahun 2015 ISSN Kurniawan 1)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

1 PENDAHULUAN. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan sumberdaya udang laut di Indonesia dan Laut Jawa. Pemanfaatan (%) 131,93 49,58

ALOKASI OPTIMUM SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU 1 PENDAHULUAN

ANALISIS POTENSI DAN TINGKAT EKSPLOITASI ZONA PENANGKAPAN DI KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU.

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):43-50

Sriati Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor UBR

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

Pendugaan Stok Ikan dengan Metode Surplus Production

MAXIMUM ECONOMIC YIELD SUMBERDAYA PERIKANAN KERAPU DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA. Yesi Dewita Sari¹, Tridoyo Kusumastanto², Luky Adrianto³

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara maritime terbesar di dunia, sekitar 2/3 wilayahnya terdiri dari

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG. Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA

Tujuan Pengelolaan Perikanan. Suadi Lab. Sosial Ekonomi Perikanan Jurusan Perikanan UGM

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

BAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari :

KESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE

ANALISIS DINAMIK MODEL POPULASI MANGSA PEMANGSA DENGAN WILAYAH RESERVASI DAN PEMANENAN PEMANGSA Aidil Awal 1*), Syamsuddin Toaha 2), Khaeruddin 2)

POTENSI LESTARI IKAN LAYANG (Decapterus spp) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit

Interaksi Dalam Perikanan Multijenis

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

KESTABILAN MODEL SATU MANGSA DUA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING III DAN PEMANENAN

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

1.2. Latar Belakang Masalah 1.3. Perumusan Masalah

Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Demersal Yang Di Daratkan Pada Tempat Pendaratan Ikan (Tpi) Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Kepulauan

PENGELOLAAN SD ALAM PULIH (kasus SD Ikan) Luh Putu Suciati

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

3.1. Waktu dan Tempat

KURVA PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERIKANAN TANGKAP PERAIRAN UMUM DARATAN DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

ANALISIS BIOEKONOMI SUMBERDAYA RAJUNGAN

Transkripsi:

MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD (MSY) PADA PERIKANAN DENGAN STRUKTUR PREY-PREDATOR Elis Hertini dan Nurul Gusriani Jurusan Maematika FMIPA Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor Sumedang, 45363 ABSTRAK MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD (MSY) PADA PERIKANAN DENGAN STRUKTUR PREY- PREDATOR. Penangkapan ikan di Indonesia masih kurang memperhatikan aspek kelestarian sumber daya alam. Hal ini sangat disayangkan mengingat potensi sumber daya yang diperbaharui sangat berlimpah. Untuk menjaga kelestarian sumber daya alam yang tersebut diperlukan manajemen eksploitasi yang tepat. Penelitian ini mencari model yang sesuai dengan konsep tangkapan lestari maksimum Maximum Sustainability Yield (MSY) pada perikanan dengan struktur prey-predator, yang bertujuan dapat memaksimumkan hasil tangkapan namun tetap terjaga kelestariannnya. Untuk mendapatkan model tersebut, dilakukan dengan cara mengurangi faktor pemanenan pada model preypredator Kuang dan Beretta yang kemudian dilakukan proses mencari model tersebut. Kata kunci: Maximum Sustainability Yield (MSY), Prey-predator. ABSTRACT MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD (MSY) STRUCTURE OF FISHING WITH PREY- PREDATOR. Indonesia fishing in still less attention to aspects of sustainability of natural resources. This is unfortunate given the potential of renewable resources are very abundant. To preserve the natural resources management required proper exploitation. The reseach looked for the appropriate model with the concept of maximum sustainable catch or Sustainability Maximum Yield (MSY) in fisheries with preypredator structure, which aims to maximize the catch but still awake reservation. To obtain the model, is done by reducing the harvest factors on prey-predator model of Kuang and Beretta were then conducted the search for that model.. Key words : Maximum Sustainability Yield (MSY), Prey-predator 1. PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai sebuah negara maritim dengan wilayah perairan laut yang sangat luas. Sumberdaya pada perairan laut khususnya sumberdaya perikanan merupakan salah satu aset terbesar dari sekian banyak sumberdaya hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Porsi populasi ikan laut merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui namun memiliki kemungkinan untuk punah, apabila pemanfaatannya secara berlebihan. Dalam usaha memanfaatkan sumberdaya perikanan tersebut, diharapkan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya yang dieksploitasi. Untuk itu diperlukan suatu manajemen ekploitasi yang tepat. Kajian eksploitasi sumber daya perikanan bersifat multidisipliner. Hal ini mudah dipahami sebab masalah sumber daya perikanan dan pengelolaannya merupakan masalah yang menyangkut banyak aspek, misalnya aspek biologi dan ekologi sumber alam, sosial, ekonomi dan manajemen sumber alam, dan bahkan aspek politik dan hukum dari sumber daya alam tersebut. Begitu juga halnya dengan masalah eksploitasi perikanan. Matematika sebagai suatu 307

ilmu, secara historis telah banyak berkontribusi secara intens dalam manajemen sumber daya alam khususnya perikanan. Kontribusinya ditunjukkan melalui keterlibatannya terutama dalam hal pengaturan pengelolaan praktek penangkapan ikan yang berkaitan dengan eksploitasi optimal stok ikan agar eksploitasi tersebut dapat berkesinambungan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendapatkan bentuk manajemen yang tepat bagi sumber daya alam yang penting ini. Di antaranya sekitar setengah abad yang lalu, ketika Graham [6], memperkenalkan konsep konsep tangkapan lestari maksimum Maximum Sustainable Yield (MSY) untuk menghasilkan penangkapan ikan optimal. Kemudian konsep tersebut diformulasikan secara matematis oleh Schaefer [8], diperoleh hasil bahwa tingkat tertinggi pemanenan ikan sebagai Predator terjadi ketika pertumbuhan ikan sebagai Prey berada pada tingkat maksimum, kondisi tersebut terjadi pada nilai Maximum Sustainable Yields (MSY). Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini akan membuat model penangkapan pada sumber daya perikanan yang maksimum, khusus pada aspek manajemen, yaitu dengan menentukan model pemanenan konsep Maximum Sustainable Yield (MSY) pada perikanan dengan struktur prey-predator. 2. TEORI Secara matematik, persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang didalamnya terdapat turunan-turunan dari fungsi yang tidak diketahui. Secara fisik, persamaan diferensial adalah persamaan yang menyatakan hubungan antara turunan (derivative) dari satu variable tak bebas terhadap satu lebih variable bebas. Dalam kehidupan nyata persamaan diferensial dapat digunakan untuk mewakili permasalahan real melalui pemodelan. Adapun bentuk umum (secara implisit) dari persamaan diferensial biasa orde satu, adalah : F(x,y,dx/dy) = 0 F(x,y,y') = 0.. (1) Dalam bentuk eksplisit persamaan diferensial biasa orde satu berbentuk : dx/dy = f(x,y)... (2) Terdapat banyak permasalahan yang dapat dimodelkan ke dalam bentuk persamaan diferensial, salah satunya adalah masalah manajemen pemanenan perikanan. Masalah manajemen pemanenan perikanan untuk model prey-predator dari Kuang dan Beretta merupakan contoh fenomena yang dapat dimodelkan dalam sistem persamaan diferensial berbentuk sebagai berikut: =... (3) =... (4) Dimana n 1 dan n 2 masing-masing melambangkan populasi prey dan predator, dengan a, b, d, f, m dan K adalah parameter positif [7]. Turunan pertama disamakan dengan nol dari solusi sistem persamaan diferensial (3) dan (4), merupakan nilai optimum dari solusi sistem dari persamaan diferensial tersebut. Dari aspek ekologi dan ekonomi Maximum Sustainable Yield (MSY) secara teoritis memiliki pengertian sebagai jumlah tangkapan ikan (predator) terbesar yang dapat diambil dari persediaan suatu jenis ikan (prey) dalam jangka waktu yang tak terbatas. Sedangkan konsep Maximum Sustainable Yield (MSY), bertujuan untuk mempertahankan ukuran populasi ikan pada titik maksimum yaitu saat tingkat pertumbuhan ikan yang maksimum (tingkat tangkapan maksimum yang memberikan manfaat bersih ekonomi keuntungan bagi masyarakat), dengan memanen individu dan menambahkannya ke dalam populasi ini memungkinkan populasi tersebut tetap produktif [3]. Asumsi kunci dari model panen lestari pada Maximum Sustainable Yield (MSY) adalah populasi organisme tumbuh dan menggantikan diri sendiri, dalam pengertian populasi organism tersebut merupakan sumberdaya yang terbarukan. Selain itu diasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan tingkat reproduksi akan meningkat ketika pemanenan mengurangi kepadatan, sehingga akan menghasilkan surplus biomassa yang dapat dipanen. Jika tidak, maka pemanenan lestari tidak memungkinkan [9]. Berdasarkan gagasan utama, konsep tangkapan lestari Maximum Sustainability Yield (MSY), bertujuan untuk mempertahankan ukuran populasi pada titik maksimum dimana tingkat pertumbuhan dengan pemanenan yang biasanya akan ditambahkan ke dalam populasi, dan memungkinkan populasi tersebut menjadi produktif selamanya 308

3. HASIL PEMBAHASAN Jika dimisalkan N(t) menotasikan jumlah populasi pada saat t, maka keseimbangan ukuran populasi pada keadaan pemanenan tertentu dapat dicapai ketika populasi tidak tumbuh, yaitu ketika =0 hal ini terjadi bila laju pertumbuhan sama dengan tingkat panen. Kesetimbangan ukuran populasi ini terjadi bila laju pertumbuhan sama dengan tingkat pemanenan. Untuk menentukan nilai dari Maximum Sustainability Yield (MSY) untuk prey dan predator merupakan jumlah maksimum yang dapat dipanen secara lestari tangkapan lestari maksimum pada model prey-predator Kuang dan Beretta. Asumsi terdapat pemanenan pada model prey-predator Kuang dan Baretta, maka persamaan (3) dan persamaan (4), menjadi :..... (5) MSY 1= dan MSY 2= [5]. Untuk mendapatkan model penangkapan pada kondisi Maximum Sustainability Yield (MSY) untuk prey, adalah jika, maka persamaan (7) akan menjadi = 0 = 0.. (9) Dari persamaan (9), ambil misal....... (6) Dimana h 1 dan h 2 melambangkan pemanenan pada prey dan pemanenan pada predator [7]. Fungsi penangkapan (harvest) untuk persamaan (5) dan persamaan (6) diberikan oleh maka, dan.. (7). (10) Substitusikan persamaan (10) ke persamaan (9), didapat:, (8) Untuk menentukan Maximum Sustainability Yield (MSY) kita perhatikan penangkapan total dengan mempertimbangkan sehingga diperoleh optimal escapement. Kemudian substitusikan ke persamaan (7) dan (8), maka diperoleh pada kondisi Maximum Sustainability Yield (MSY) untuk masing-masing fishing ground, yaitu, Setelah persamaan (7) diturunkan, selanjutnya disederhanakan maka akan diperoleh model untuk prey pada kondisi Maximum Sustainability Yield (MSY), yaitu 309

.... (11) Untuk menentukan model pada kondisi Maximum Sustainability Yield (MSY) untuk predator, adalah jika maka persamaan (8) akan menjadi seperti berikut, simultan, sehingga model penangkapan untuk prey-predator adalah: dan (15) (16) 4. KESIMPULAN.. (12) Dari persamaan (12), ambil, misal:. (13) Dengan merujuk pada model prey dan predator dari Kuang dan Beretta, penelitian ini menghasilkan model untuk populasi prey dan model untuk populasi predator pada kondisi tangkapan lestari maksimum Maximum Sustainability Yield (MSY). Model penangkapan (harvest) untuk prey dan predator yaitu dan pada kondisi Maximum Sustainability Yield (MSY), secara eksplisit dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan (11) dan persamaan (14) secara simultan. Substitusikan (12), didapat: persamaan (13) ke persamaan 5. UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNPAD yang telah memberikan kesempatan dan dana dalam penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA Setelah persamaan (8) diturunkan selanjutnya disederhanakan, maka diperoleh model pada kondisi Maximum Sustainability Yield (MSY) untuk predator, yaitu :. (14) Model penangkapan (harvest) untuk prey dan predator yaitu dan pada kondisi Maximum Sustainability Yield (MSY), secara eksplisit dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan (11) dan persamaan (14) secara 1. ANNA, A Dynamic of Embedded Economic Model of Fishery-Pollution Interaction. Doctoral Dissertation Graduate Programme in Coastal and Marine Resource Studies. Institut Pertanian Bogor (2003). 2. CLARK, C.W., Mathematical Bioeconomics: The Optimal Management of Renewable Resources, John Wiley, New-York, (2005). 3. CONRAD, J.M, and CLARK, C.W., Natural Resource Economics, Notes and Problem. Cambridge University Press. New York (1987). 4. CUNNINGHAM, S., The Evolution Objectives of Fisheries Management. During the 1970 s. Ocean Management. Vol 6, (1981). p:251-278 5. ELIS H., NURSANTI A., dan ASEP KS., Strategi Pemanenan Optimal 310

pada Sistem Prey-predator. Penelitian Mandiri Jurusan Matematika FMIPA Unpad, (2011). 6. GRAHAM, M., Modern Theory of Exploiting A Fishery, and Application to North Sea Trawling. Journal du Conseil International pour l Exploration de la Mer, (1935) 264-274. 7. KUANG, Y. and BERETTA, E. Global Qualitative Analysis of Ratio Dependent Matepopulation. Bulletin of Mathematical Biology (1998) 60:49-65 8. SCHAEFER, M.B., A Study of the dynamic of fishery for yellowfin tuna in the Eastern Tropical Pacific Ocean. Bulletin of the Inter-American Tropical Tuna Commision, (1957) 2:247-285 9. SUPRIATNA, A.K dan H.P. POSSINGHAM. Harvesting a Two- Patch Predator Prey Metapopulation. Natural Resources Modeling (1999). 12(4):481-498 311