BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN COMBUSTIO DI BANGSAL ANGGREK BRSUD SUKOHARJO

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disertai perbaikan sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup ternyata

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana

PT. FORTUNA STARS DIAGRAM ALIR KEADAAN DARURAT BAHAYA KEBAKARAN DI KANTOR PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

: pengetahuan, pertolongan pertama pada luka bakar.

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah usia produktif (22 50 tahun). Terdapat sekitar

BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan olahraga senam aerobic. Namun masih banyak penderita DM. WHO (World Health Organization) kasus penyakit DM meningkat

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I LATAR BELAKANG. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam penanganan korban atau pasien gawat darurat diperlukan. dengan melibatkan beberapa pihak (Depkes,2016).

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, sepeda motor menjadi alat transportasi

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

LUKA BAKAR Halaman 1

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jiwa sehingga dibutuhkan bantuan penanganan (CRED, 2014 ; WHO, 2013 ;

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor dengan ruas jalan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) (Paula,K.,dkk, 2009). Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar dari pada yang diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan dan menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlihat dalam kejadian ini. Kecelakaan industry juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar (Brunner&Suddarth, 2001). Sehingga sangat perlu adanya penanganan atau pertolongan pertama pada luka bakar yang benar. Pertolongan pertama adalah penanganan yang diberikan saat kejadian atau bencana terjadi di tempat kejadian, sedangkan tujuan dari pertolongan pertama adalah menyelamatkan kehidupan, mencegah kesakitan makin parah, dan meningkatkan pemulihan (Paula,K.,dkk,2009). Namun ada kebiasaan masyarakat yang kurang tepat, jika terjadi luka bakar banyak orang yang memberikan pertolongan pertama pada kasus luka bakar. 1

2 Dengan mengoleskan pasta gigi, mentega, kecap, minyak, dan masih banyak lagi anggapan dan kepercayaan seseorang yang selama ini diyakini di masyarakat. Hingga kini masih banyak masyarakat yang percaya dengan hal tesebut. Seharusnya pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah sesegera mungkin mendinginkan area yang terkena dengan air sejuk yang mengalir selama minimal 20 menit. Hal ini untuk mengurangi bengkak yang dapat terjadi dan mempercepat proses penyembuhan di kemudian harinya. Tidak perlu menggunakan air yang terlalu dingin atau menggunakan es batu karena hal tersebut justru akan merusak jaringan kulit lebih dalam (Rionaldo D, 2014). Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi, memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat berkembang sehingga dapat menutup permukaan luka (Syamsuhidayat dan Jong, 2004). Berdasarkan catatan WHO luka bakar menyebabkan 195.000 kematian/tahun di seluruh dunia terutama di negara miskin dan berkembang. Luka bakar yang tidak menyebabkan kematian pun ternyata menimbulkan kecacatan pada penderitanya. Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena luka bakar lebih tinggi dari wilayah lainnya, dimana 27% nya berkontribusi menyebabkan kematian di seluruh dunia, dan hampir 70% nya merupakan penyebab kematian di Asia Tenggara. Luka bakar terutama terjadi di rumah dan di tempat kerja yang seharusnya bias dicegah sebelum terjadi (Kristanto, 2005). The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data statistic dari berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari

3 perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak yang baru belajar berjalan, bermain-main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki, penggunaan obat bius, alcohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya itu memberikan kontribusi pada angka ststistik tersebut (Brunner&Suddarth, 2001). Sedangkan di Indonesia kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar setiap tahunya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Bila ditinjau Rumah Sakit Pertamina sebagai salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas perawatan khusus Unit Luka Bakar, menerima antara 33 sampai dengan 53 penderita (rata-rata 40 penderita /tahun). Dari jumlah tersebut yang termasuk dalam kategori Luka Bakar Berat adalah berkisar 21% (Rivai T, 2010). Data Prevalensi kasus luka bakar di Jawa Timur sekitar 0,7% (Riskesdes, 2013: 102). Sedangan di Ponorogo pada bulan Januari sampai bulan November 2014 terdapat 22 kasus kebakaran namun tidak ada korban jiwa ataupun korban yang luka, penyebab kebakaran berasal dari kebocoran gas LPG, konsleting listrik, dan minyak tanah yang tersulut korek api (Unit Pemadam Kebakaran Ponorogo, 2014). Perlu diketahui bahwa penyebab angka kematian dan kecacatan akibat kegawat daruratan adalah tingkat keparahan akibat kecelakaan, kurang memadainya peralatan, sistem pertolongan dan pengetahuan penanganan korban yang tidak tepat dan prinsip pertolongan awal yang tidak sesuai. Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat memegang posisi besar dalam menentukan keberhasilan pertolongan. Banyak kejadian penderita

4 pertolongan pertama yang justru meninggal dunia atau mengalami kecacatan akibat kesalahan dalam pemberian pertolongan awal. Ketergantungan masyarakat kepada tenaga medis untuk melakukan tindakan penyelamatan dasar bagi korban kecelakaan, sudah waktunya di tinggalkan. Hal ini karena kurangnya kemampuan masyarakat dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (Azhari, 2011). Apabila penanganan luka bakar tidak benar berdapak timbulnya beberapa macam komplikasi. Luka bakar tidak hanya menimbulkan kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh system tubuh pasien. Pada pasien dengan luka bakar luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi yang memerlukan penanganan khusus (Moenadjat, 2009). Dalam meminimalisir angka kejadian kecacatan dan kematian yang ditimbulkan akibat luka bakar, Dibutuhkan peran aktif perawat, mahasiswa keperawatan, dan petugas Kesehatan lainya termasuk Dinas Kesehatan dalam pencegahan kebakaran dan penanganan luka bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada (PPGD) pada luka bakar. Selain itu perlu merubah keyakinan masyarakat yang masih menggunakan odol dalam penanganan luka bakar dan mengajarkan cara penanganan luka bakar yang benar. Dari beberapa pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kejadian luka bakar di masyarakat masih cukup tinggi dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama kegawatdaruratan pada luka bakar masih rendah serta masih banyak masyarakat yang meyakini penggunaan pasta gigi, mentega, dan minyak untuk penyembuhan luka bakar. Untuk itu peneliti

5 tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan masyarakat tentang Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Pada Luka Bakar. Di Desa Besuki RT1 dan RT2, Kecamatan Sambit dikarenakan di desa tersebut terdapat 17 home industri yang menggunakan media minyak goreng (geti, tempe kripik, dan tahu) dan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang pertolongan pertama kegawatdaruratan pada luka bakar.. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama kegawatdaruratan pada luka bakar di desa Besuki. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat desa Besuki tentang pertolongan pertama kegawatdaruratan pada luka bakar 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui fenomena di masyarakat desa Besuki khususnya mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar. 1.4.2 Bagi Pengembangan Bidang Kesehatan Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi bidang kesehatan berupa peyebarluasan informasi tentang penanganan pertama pada luka bakar yang baik dan benar.

6 1.4.3 Untuk Masyarakat Umum Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama kegawatdaruratan pada luka bakar. 1.4.4 Bagi Profesi Keperawatan Memotivasi untuk memberikan penyuluhan tentang pertolongan pertama kegawatdaruratan pada luka bakar yang baik dan benar serta mudah dipahami dan dilakukan oleh masyarakat.. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Umar Murjito (2011). Hubungan pengetahuan pertolongan pertama gawat darurat dengan perilaku penanganan gawat darurat pada anak remaja di SMK Pemkab Ponorogo. Tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan pertolongan pertama gawat darurat dengan perilaku penangnanan gawat darurat pada anak remaja. Teknik analisa data menggunakan Uji Chi- Square dengan signifikasi 0,05. Hasil penelitian adahu bungan pengetahuan pertolongan pertama gawat darurat dengan perilaku penanganan gawat darurat pada anak remaja di SMK Pemkab Ponorogo. Perbedaan terletak pada variable penelitian dan responden. 2. Nurhayati, dkk (2006) pernah meneliti tentang Upaya peningkatan pengetahuan ketrampilan masyarakat dalam memberikan bantuan hidup dasar pada kejadian gawat darurat kelautan di kelurahan Cilacap Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten Cilacap dari hasil penelitian tersebut dapat diidantifikasi bahwa bencana alam di laut banyak terjadi dan juga banyak memakan korban oleh karena ketidak tahuan dan tidak terampilnya masyarakat khususnya nelayan dalam memberikan pertolongan

7 pertama kegawatdaruratan dengan memberikan bantuan hidup dasar. Perbedaanya terletak pada variable penelitian dan responden.