ISOLASI DAN KARAKTERISASI AMILASE DARI BIJI DURIAN (DURIO

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

4 Hasil dan Pembahasan

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

ISOLASI ENZIM AMILASE DARI KECAMBAH BIJI JAGUNG LOKAL SERAYA (Zea mays L.) UNTUK HIDROLISIS PATI. Sri Wahjuni*, Putu Suarya dan I Made Ary Saputra

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI ENZIM AMILASE

KARAKTERISASI AMILASE DARI KEDELAI HITAM BANTUL

ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM AMILASE DARI AKAR RIMPANG ALANG-ALANG (Imperata cylindrica)

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

Hasil dan Pembahasan

Tabel 3. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-80%) dengan aktivitas spesifik enzim selulase. Aktivitas Unit (U/mL)

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

PEMEKATAN ENZIM SELULASE Penicillium sp. LBKURCC20 DENGAN PENGENDAPAN AMONIUM SULFAT 80% JENUH

III. METODOLOGI PENELITIAN

R E A K S I U J I P R O T E I N

3 Metodologi Percobaan

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

Karakterisasi Enzim Amilase Dari Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea mays ceratina L.)

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2015 di

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia

3 Metode Penelitian Alat

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA. yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Bovine Serum Albumine (BSA) Absorbansi BSA pada berbagai konsentrasi untuk menentukan kurva standar protein yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

PERCOBAAN VII PENGARUH ph TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM : RR. DYAH RORO ARIWULAN NIM : H

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4,

Febry Kurniawan, Titania T. Nugroho, Andi Dahliaty

DETERMINATION of OPTIMUM CONDITION of PAPAIN ENZYME FROM PAPAYA VAR JAVA (Carica papaya )

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Isolasi bakteri kitinolitik dari Sumber Air Panas. Penentuan Isolat Terpilih

3. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

Lampiran 1 Lokasi pengambilan sampel tanah di Pulau Gili Meno, Lombok Utara

PENENTUAN AKTIVITAS SPESIFIK HEKSOKINASE DARI LIMBAH ANGGUR PISANG BIJI.

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

ISOLASI, UJI AKTIVITAS, DAN AKTIVITAS SPESIFIK ENZIM SELULASE Penicillium sp. LBKURCC27 SEMIMURNI MELALUI PENGENDAPAN (NH 4 ) 2 SO 4

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Ca 2+ TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PAPAIN. THE ADDITION EFFECT OF THE METAL IONS Ca 2+ ON THE PAPAIN ACTIVITIES

PRODUKSI ENZIM MANANASE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Tinggi Tajuk dan Panjang Akar Analisis Askorbat peroksidase (APX) Bobot Tajuk dan Bobot Akar

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. pedaging (Budiansyah, 2004 dalam Pratiwi, 2016).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN

Transkripsi:

ISOLASI DAN KARAKTERISASI AMILASE DARI BIJI DURIAN (DURIO SP.) LELA SRIWAHYUNI, TINA DEWI ROSAHDI,* DAN ASEP SUPRIADIN. Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H. Nasution No. 105 Cipadung, Bandung 40614 ABSTRAK. Amilase merupakan enzim yang mampu menghidrolisis ikatan glikosidik dalam molekul pati. Amilase berasal dari berbagai sumber yaitu, mikroorganisme, tumbuhan, dan manusia. Penggunaan biji durian sebagai sumber amilase merupakan bentuk pemanfaatan limbah. Biji durian dipilih sebagai sumber amilase karena mengandung amilum. Karbohidrat yang terdapat pada biji durian memungkinkan adanya amilase. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi amilase dari biji durian. Amilase diekstraksi dengan buffer fosfat 50 mm (ph 7,5). Amilase difraksinasi dengan metode salting out menggunakan (NH 4 ) 2 SO 4 dan dimurnikan dengan metode didialisis. Aktivitas amilase dari biji durian (Durio sp.) ditentukan dengan menggunakan metode Fuwa dan konsentrasi protein diukur dengan metode Bradford. Aktivitas spesifik yang paling tinggi diperoleh pada tingkat kejenuhan 60% sebesar 1959,75 U/mg. ph optimum amilase berada pada ph 6 sedangkan suhu optimumnya berada pada suhu 40 ºC. email korespondensi: tina_dr@uinsgd.ac.id menghidrolisis ikatan 1-4 glikosidik yang terdapat dalam amilum dan disebut endoamilase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. β- Amilase terutama terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltosa. γ-amilase terdapat dalam hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa. [1] Pada penelitian ini, amilase diisolasi dari biji durian. Biji durian (Durio sp.) dipilih sebagai sumber amilase karena mempunyai kadar amilum yang cukup tinggi. Kadar amilum sebanyak 43,6% untuk biji durian segar dan 46,2% untuk biji yang sudah masak. [2] Tingginya kadar karbohidrat pada biji durian memungkinkan adanya amilase. 2. Metode Penelitian Kata-kata kunci: Amilase, biji durian, salting out, dialisis, aktivitas spesifik, metode Fuwa, metode Bradford 1. Latar Belakang Kebutuhan enzim di Indonesia masih tergantung pada impor. Salah satu enzim yang paling banyak digunakan di industri yaitu amilase. Amilase adalah enzim pendegradasi pati yang digunakan di industri makanan dan minuman, tekstil, detergen, kertas, farmasi dan lain-lain. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melaporkan bahwa sejak tahun 70-an amilase yang digunakan di industri tekstil di Bandung-Jawa Barat, jumlahnya tidak kurang dari 4 ton per bulan atau sekitar 2-3 juta dolar Amerika. Ada tiga macam amilase, yaitu α-amilase, β-amilase dan γ-amilase. α-amilase terdapat dalam saliva dan pankreas. Enzim ini Ekstraksi Amilase Biji durian dibersihkan, dan dikeringkan, Kemudian 300 gram biji durian diblender dengan ditambahkan 600 ml buffer fosfat 50 mm ph 7,5 selama 10 menit. Bubur biji durian disaring dan didekantasi sehingga terpisah antara ekstrak dan endapan pati. Ekstrak selanjutnya disentrifugasi dengan putaran 4000 rpm selama 15 menit. [4] Supernatan yang diperoleh diuji aktivitas dan konsentrasi amilasenya. Supernatan yang dihasilkan disebut sebagai ekstrak kasar. Uji Aktivitas dan Konsentrasi Amilase dari ekstrak kasar Supernatan diuji aktivitasnya menggunakan metode Fuwa. Sebanyak 50 µl larutan pati 3% dalam buffer fosfat 50 mm ph 7,5, ditambah 50 µl larutan enzim dan diinkubasi pada suhu 50 ºC selama 10 menit. 18

Campuran ditambah 50 µl HCl 1 M, 50 µl larutan iodium (mengandung 2% KI dan 0,2% I2) dan diencerkan dengan akuades hingga volume 1 ml. Absorbansinya diukur pada panjang gelombang 600 nm. [5] Konsentrasi amilase diuji dengan metode Bradford. Sebanyak 500 µl ekstrak enzim dan 500 µl pereaksi Bradford divortex, diinkubasi selama 5-10 menit pada suhu ruang. Kemudian diukur pada absorbansi 595 nm. [6] Konsentrasi enzim ditentukan berdasarkan standar konsentrasi protein. Standar konsentrasi protein yang digunakan yaitu BSA (Bovine Serume Albumin). Fraksinasi Amilase dengan Salting Out Larutan enzim dalam tabung disiapkan. Garam ammonium sulfat ditambahkan hingga mencapai 50% jenuh. Campuran diaduk dan dibiarkan selama lima menit pada suhu kamar, kemudian disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Supernatan dipindahkan ke dalam tabung yang baru. Endapan yang terbentuk disebut fraksi 50% ammonium sulfat jenuh. Endapan dilarutkan dengan buffer fosfat 50 mm ph 7,5. Garam ammonium sulfat ditambahkan ke dalam supernatan dari tahap sebelumnya hingga mencapai 55% jenuh. Campuran diaduk dan dibiarkan selama lima menit pada suhu kamar. Campuran disentrifugasi selama 15 menit. Supernatan dipindahkan ke dalam tabung baru. Endapan yang terbentuk disebut fraksi 55% ammonium sulfat jenuh. Endapan dilarutkan dengan buffer fosfat 50 mm ph 7,5. Garam ammonium sulfat ditambahkan ke dalam supernatan dari tahap sebelumnya hingga mencapai 60% jenuh. Campuran diaduk dan dibiarkan selama lima menit pada suhu kamar. Campuran disentrifugasi selama 15 menit. Supernatan dipindahkan ke dalam tabung baru. Endapan yang terbentuk disebut dengan fraksi 60% ammonium sulfat jenuh. Endapan dilarutkan dengan buffer fosfat 50 mm ph 7,5. Setiap fraksi ammonium sulfat yang dihasilkan didialisis dengan menggunakan buffer fosfat 50 mm ph 7,5 selama 3 jam (dengan mengganti larutan buffer fosfat setiap 1 jam sekali). [3] Pemurnian Amilase dengan Dialisis Larutan enzim tiap fraksi dimasukkan ke dalam masing-masing membran selofan yang berbeda. Selama dialisis volume larutan dapat meningkat, maka pengisian kantung jangan terlalu penuh. Proses dialisis dilakukan dengan merendam kantong selofan berisi larutan enzim dalam buffer fosfat 50 mm ph 7,5 sambil diaduk menggunakan magnetic stirer pada suhu 5 C. Tiap 1 jam sekali larutan buffer fosfat harus diganti selama 3 jam. [7] Larutan enzim yang telah mengalami dialisis, diuji kembali aktivitas dan konsentrasi amilasenya. Prosedur yang digunakan sama dengan uji aktivitas dan konsentrasi amilase dari ekstrak kasar. Karakterisasi Enzim Amilase ph Optimum Sebanyak 50 µl larutan pati 3% dalam buffer fosfat 50 mm (ph 5, 6, dan 7) ditambah 50 µl larutan enzim dan diinkubasi pada suhu 50 ºC selama 10 menit. Campuran ditambah 50 µl HCl 1 M, 50 µl larutan iodium (mengandung 2% KI dan 0,2% I2) dan diencerkan dengan akuades hingga volume 1 ml. Absorbansinya diukur pada panjang gelombang 600 nm. [5] Suhu Optimum Sebanyak 50 µl larutan pati 3% dalam buffer fosfat 50 mm ph 7,5, ditambah 50 µl larutan enzim dan diinkubasi pada suhu (30, 40, 50, 60, dan 70 ºC) selama 10 menit. Campuran ditambah 50 µl HCl 1 M, 50µL larutan iodium (mengandung 2% KI dan 0,2% I2) dan diencerkan dengan akuades hingga volume 1 ml. Absorbansinya diukur pada panjang gelombang 600 nm. [5] 3. Hasil dan Pembahasan Ekstraksi Amilase dari Biji Durian Larutan buffer fosfat dengan ph 7,5 digunakan dalam proses ekstraksi karena dapat menghindari terjadinya inaktivasi enzim akibat ph yang berubah. Enzim akan mengalami denaturasi jika pelarut yang digunakan berupa larutan asam, basa, atau pelarut organik. Denaturasi ini menyebabkan enzim menjadi tidak aktif atau tidak dapat bekerja. [11] Proses isolasi enzim dilakukan pada kondisi dingin untuk menjaga enzim agar tidak terdenaturasi. Campuran disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit, sampai terpisah antara endapan dan supernatan. 19

Supernatan yang diperoleh selanjutnya disebut dengan ekstrak kasar. Ekstrak enzim kasar yang dihasilkan diuji aktivitas dan kadar proteinnya. Hasil penentuan aktivitas amilase ekstrak kasar dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 aktivitas spesifik amilase pada supernatan keruh lebih besar dibanding dengan aktivitas spesifik amilase pada supernatan bening. Hal ini disebabkan jumlah amilase yang terisolasi pada supernatan keruh lebih banyak daripada supernatan bening, sehingga aktivitas spesifiknya lebih besar. Oleh sebab itu, supernatan keruh dipilih sebagai ekstrak enzim yang selanjutnya melalui tahap fraksinasi dan dialisis. Fraksinasi dengan Ammonium Sulfat (Salting out) Ekstrak enzim kasar hasil isolasi dari biji durian difraksinasi dengan garam ammonium sulfat pada beberapa tingkat kejenuhan. Penambahan garam ammonium sulfat akan menyebabkan ion garam menarik molekul air yang mengelilingi protein, hal ini mengakibatkan peningkatan interaksi hidrofobik sesama molekul protein dan menyebabkan penurunan kelarutan protein. Peningkatan reaksi elektrostatik dapat pula menyebabkan penurunan gaya tolak-menolak di antara molekul protein sehingga kelarutan protein menurun dan terjadi pengendapan. [8] Pada Tabel 2 dapat dilihat pengaruh konsentrasi garam ammonium sulfat terhadap aktivitas amilase. Pada saat ekstraksi, pelarut yang digunakan berupa buffer fosfat ph 7,5 sedangkan rentang ph yang baik untuk mengendapkan protein berada pada ph 4,8-6,3 (titik isoelektrik) sehingga dipilih garam yang dapat sedikit menurunkan ph larutan. Garam ammonium sulfat merupakan garam yang bersifat asam, sehingga penambahan garam ammonium menyebabkan penurunan ph larutan enzim hingga mencapai titik isoelektriknya. Pada titik isolelektrik interaksi protein dengan protein lebih kuat dibandingkan dengan interaksi protein dengan air. Akibatnya kelarutan protein akan menurun dan mengendap. Aktivitas amilase tertinggi terdapat pada tingkat kejenuhan 60%, yaitu dengan kejenuhan tertinggi. Hal ini disebabkan adanya ion garam yang menjadi aktivator enzim yang dapat meningkatkan aktivitas enzim. Dialisis Tahap akhir setelah fraksinasi dengan garam yaitu dialisis larutan enzim dalam membran selofan. Dialisis bertujuan untuk menghilangkan garam ammonium sulfat (desalting). Proses dialisis dilakukan dengan merendam kantong selofan yang berisi larutan enzim dalam buffer fosfat 50 mm ph 7,5 Tabel 1 Data Hasil Penentuan Aktivitas Amilase, Kadar Protein dan Aktivitas Spesifik Amilase Ekstrak Kasar. Sampel Unit Aktivitas (Unit/mL) Kadar Protein Total (mg/ml) Aktivitas Spesifik enzim (U/mg) Supernatan bening 3,19 0,57 5,56 Supernatan keruh 31,76 0,79 40,14 Tabel 2 Data Hasil Penentuan Aktivitas Amilase, Kadar Protein, dan Aktivitas Spesifik Amilase setelah Fraksinasi dan Dialisis. Tingkat Kadar Protein Kejenuhan Unit Aktivitas Aktivitas Spesifik Sampel Total Ammonium (Unit/mL) enzim (U/mg) (mg/ml) Sulfat Ekstrak Enzim 50% 7,97 0,662 12,04 55% 7,33 0,009 826,35 60% 10,23 0,005 1959,75 20

Aktivitas Spesifik (U/mg) al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 sambil diaduk menggunakan magnetic stirer pada suhu 5 C. Setelah beberapa jam diaduk akan mencapai kesetimbangan (konsentrasi molekul kecil di dalam dan di luar membran sama, sementara molekul besar tetap berada di dalam membran). [10] Garam ammonium merupakan molekul berukuran kecil yang akan keluar melalui pori-pori membran, sedangkan larutan enzim yang merupakan makromolekul akan tetap tertahan dalam membran. Tiap 1 jam sekali larutan buffer fosfat harus diganti selama 3 jam, karena sebagian besar komponen buffer adalah molekul kecil yang dapat melewati pori-pori membran, sehingga larutan buffer harus diganti secara berkala. [7] Pada Tabel 2 dapat dilihat kadar protein dan aktivitas spesifik enzim setelah dilakukan dialisis. Setelah melalui tahap fraksinasi dan dialisis, terjadi peningkatan aktivitas spesifik enzim yaitu dari 40,14 U/mg (ekstrak enzim kasar) menjadi 826,35 U/mg (tingkat kejenuhan 55%) dan 1959,75 U/mg (tingkat kejenuhan 60%). Aktivitas spesifik meningkat, karena enzim yang diperoleh semakin murni. Aktivitas spesifik enzim terbesar terdapat pada tingkat kejenuhan 60% yaitu sebesar 1959,75 U/mg, sedangkan aktivitas spesifik enzim terkecil terdapat pada tingkat kejenuhan 50% yaitu sebesar 12,04 U/mg. Dalam penelitian yang dilakukan, semakin tinggi tingkat kejenuhan, semakin tinggi pula aktivitas spesifik enzim. Karakterisasi Amilase dari Biji Durian Penentuan ph optimum amilase dilakukan sesuai dengan prosedur uji aktivitas amilase. Pati yang ditambahkan saat uji aktivitas dilarutkan ke dalam buffer fosfat dengan berbagai ph (5, 6, dan 7). ph optimum amilase dari tumbuhan berkisar antara ph 5,4-6,2, sehingga untuk menetukan ph optimum amilase pada biji durian digunakan rentang ph antara 5-7. Penentuan suhu optimum dilakukan dengan menginkubasi larutan enzim dan pati dalam buffer fosfat ph optimum. Sebelum diukur absorbansinya, campuran enzim dan pati diinkubasi dalam berbagai suhu (30, 40, 50, 60, dan 70 ºC). Suhu dengan aktivitas spesifik terbesar inilah yang disebut suhu optimum amilase. ph Optimum Aktivitas spesifik amilase dari biji durian meningkat drastis pada ph 6 dan menurun pada ph 7 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Aktivitas spesifik amilase yang diperoleh pada ph 6 sebesar 301,19 U/mg. Enzim memiliki gugus aktif yang bermuatan positif dan negatif. Aktivitas enzim akan optimum jika terdapat keseimbangan antara kedua muatannya. Pada keadaan asam, enzim mengalami protonasi dan kehilangan muatan negatifnya. Hal yang sama pada ph basa substrat akan terionisasi dan kehilangan muatan positifnya, sehingga aktivitas enzim berkurang dan bahkan menjadi tidak aktif. [9] Perubahan ph berpengaruh terhadap aktivitas enzim melalui pengubahan struktur atau muatan residu asam amino yang berfungsi dalam pengikatan substrat. ph yang bervariasi juga dapat menyebabkan perubahan konformasi enzim. Hal ini terjadi karena gugus 310 300 290 280 270 260 250 240 0 1 2 3 4 5 6 7 8 ph Gambar 1 Grafik pengaruh ph terhadap aktivitas spesifik amilase dari biji durian. 21

Aktivitas Spesifik (U/mg) al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 bermuatan ( NH3 + atau COO - ) yang jauh dari daerah terikatnya substrat, yang mungkin diperlukan untuk mempertahankan struktur tersier akan mengalami perubahan muatan pada ph yang berbeda. Hal ini akan menyebabkan terganggunya ikatan ionik dan terputusnya folding maksimum enzim sehingga konformasi enzim berubah. Perubahan konformasi enzim akan menyebabkan aktivitas enzim menjadi menurun. [12] Aktivitas enzim berkaitan dengan strukturnya, perubahan struktur akan menyebabkan perubahan aktivitas enzim. Pada ph optimum konformasi enzim berada pada kondisi yang ideal. Hal ini menyebabkan interaksi antara enzim dan substrat menjadi maksimal. Pada suasana terlalu asam atau basa, konformasinya berubah sehingga aktivitas enzim akan terganggu. [3] Suhu Optimum Aktivitas spesifik amilase dari biji durian tertinggi diperoleh pada suhu 40 ºC dengan aktivitas spesifik 295,25 U/mg seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Aktivitas enzim meningkat drastis pada suhu 40 ºC dan menurun pada suhu 50 ºC. Hal ini disebabkan pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Namun kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya denaturasi serta mengurangi kecepatan reaksi. Suhu optimum yaitu suhu yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia dengan kecepatan paling besar. [9] Sebelum mencapai temperatur 40 ºC terlihat bahwa aktivitas enzim masih rendah, hal ini disebabkan pada suhu tersebut energi aktivasi yang diperlukan enzim untuk mengkatalisis reaksi hidrolisis substrat belum maksimal, sehingga enzim tidak dapat bekerja dengan baik. Kenaikan suhu menyebabkan aktivitas amilase meningkat hingga mencapai suhu optimum. Setelah mencapai kondisi optimum, terlihat bahwa aktivitas enzim menurun. Terjadinya penurunan aktivitas enzim ini karena pada suhu tinggi struktur enzim akan berubah mengalami denaturasi sehingga sisi aktif enzim akan rusak. [3] 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Biji durian menghasilkan amilase dengan aktivitas spesifik sebesar 1959,75 Unit/mg, 2. Amilase dari biji durian bekerja optimum pada ph 6 dan suhu 40 ºC. Referensi [1] Poedjiadi A, Supriyanti T. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press). [2] Nurfiana F, Mukaromah U, Jeannisa VC, Putra S. 2009. Pembuatan Bioethanol Dari Biji Durian Sebagai Energi Alternatif. Teknokimia Nuklir, p. 670. [3] Bahri S, Mirzan M, Hasan M. 2012. Karakterisasi Enzim Amilase Dari Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea mays ceratina L.). Natural Science. vol. 1, pp. 132-143. [4] A ac, A IU, O EC, N NF, E CU. 2009. Determination of amylase activity of crude 300 295 290 285 280 275 270 265 260 255 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Suhu Gambar 2 Grafik pengaruh suhu terhadap aktivitas spesifik amilase 22

extract from partially germinated mango seeds (Mangifera oraphila). African Journal of Biotechnology, vol. 8, p. 295. [5] Nurachman Z, Kono A, Radjasa OK, Natalia D. 2010. Identification a Novel Raw-Starch- Degrading-α-Amylase. American Journal of Biochemistry and Biotechnology, p. 301. [6] Anam K. 2010. Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Bradford. Laporan Praktikum. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [7] Mowery J, Seidman L. Protein Purification Manual, Purification of Beta-Galactosidase from E.Coli. [Internet]. 2005 [cited 2015 Juni Selasa]. Available from: http://matcmadison.edu/biotech/ [8] Ode LS. 2012. Analisis Gelatin Sapi dan Babi dengan Perlakuan Pengendapan oleh Garam (NH4)2SO4, ph, dan Pemanasan. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia. [9] Mutia M, Dali S, Arfah R, Zenta F. Isolasi dan Karakterisasi Enzim Amilase dari Akar Rimpang Alang-alang (Imperata cylindrica). Penelitian Biokimia. [10] Alzahrani Z. Salting in, salting out, dialysis of protein. [Internet]. 2009-2010 [cited 2015 Juni Minggu]. Available from: http://faculty.ksu.edu. [11] Rahayu A. Ekstraksi Enzim Tyrosinase dari Apel Malang (Malus domestica). [Internet]. 2015 [cited 2015 Juli Kamis]. Available from: http://www.academia.edu. [12] Masfufatun. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Enzim Selulase. 23