KAJIAN SIFAT KIMIA DAN RENDEMEN DARI TEPUNG BIJI CEMPEDAK (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) DENGAN PENGERINGAN YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata)

OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Materi

METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Materi. Rancangan

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

III. BAHAN DAN METODE

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN BUAH LABU KUNING SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN DAN PEWARNA ALAMI PADA PRODUK MIE BASAH

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

UJI PRIKSIMAT ABON IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KECAMATAN RIMBO ULU KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III MATERI DAN METODE. biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENAMBAHAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

STUDI PEMANFAATAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG AMPAS KELAPA SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN MI BASAH

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

III. METODE PENELITIAN. laboraturium Nutrisi Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, STITEK Balik Diwa Makassar ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

KANDUNGAN NILAI GIZI PADA SAYUR LILIN (Saccharum edule Hasskarl) MAKANAN KHAS DI HALMAHERA UTARA, MALUKU UTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UJI KADAR SISA ETANOL DAN ABU TOTAL EKSTRAK ETANOL 80 % DAUN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus) DAN TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica Linn)

NUTRIFIKAST MAKANAN JAJANAN DARI BAHAN DASAR TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TEMPE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

Transkripsi:

KAJIAN SIFAT KIMIA DAN RENDEMEN DARI TEPUNG BIJI CEMPEDAK (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) DENGAN PENGERINGAN YANG BERBEDA Marwati Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda Email: marwatiwawa.unmul@gmail.com ABSTRAK Cempedak adalah salah satu tanaman khas Kalimantan Timur yang bersifat multiguna. Hampir semua komponen pada buah dapat dimanfaatkan termasuk biji cempedak. Biji dari buah cempedak memiliki kandungan hampir sama dengan beberapa bahan baku yang dapat dibuat tepung sehingga biji cempedak memungkinkan untuk diolah menjadi tepung. Dalam pembuatan tepung dari biji cempedak, lama pengeringan saat pengolahan sangat berpengaruh terhadap kualitas tepung yang dihasilkan terutama dari segi sifat kimianya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama pengeringan dan berapa lama pengeringan yang paling baik dalam pengolahan tepung biji cempedak yang dihasilkan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Tungg al dengan lima perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak enam kali. Perlakuan pertama yaitu pengeringan selama 5 jam, 7 jam, 9 jam, 11 jam dan selama 13 jam. Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Data yang diperoleh di analisa dengan sidik ragam (Anova) dan Uji Beda Nyata j r (BN ) pada taraf α 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Waktu pengeringan yang berbeda pada pengolahan tepung biji cempedak berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu, protein dan rendemen yang dihasilkan. Tepung biji cemp edak yang terbaik berdasarkan standar mutu SNI-01-3751-2006 tepung terigu diperoleh dari perlakuan pengeringan selama 5 jam pada suhu 70 o C dengan nilai kadar air 13,85%, kadar abu 0,63%, protein12,81% dan rendemen 33,06%. Kata kunci : Tepung biji cempedak, waktu pengeringan. PENDAHULUAN Buah cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) merupakan komoditas perkebunan dan salah satu tanaman khas Kalimantan Timur yang memiliki prospek cerah di masa yang akan datang, karena di samping dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, juga dapat diproyeksikan sebagai bahan industri. Cempedak adalah buah multimanfaat. Daging buahnya kaya zat gizi, khususnya vitamin A. Kulit dan bijinya pun dapat dimakan, kulit batangnya sebagai antitumor dan antimalaria (Anshari et al., 2010). Biji buah cempedak, sebenarnya mempunyai potensi yang tak kalah besar untuk dimanfaatkan. Limbah cempedak berupa bijinya dapat dimanfaatkan sebagai tepung yang memiliki kandungan hampir sama dengan tepung dari bahan baku lainnya. Dengan perlakuan khusus, bukan tidak mungkin biji cempedak ini dapat dikembangkan menjadi salah satu bentuk bahan pangan baru. Komposisi biji cempedak mengandung protein 10-13%, lemak 0,5-1,5%, karbohidrat 77-81%, kadar air 46-78% (Verheij et al., 1997). Minyak dari biji cempedak dilaporkan mengandung asam linoleat sebesar 40,2%, asam palmitat 30,2% (Renata, 2009). Melihat kandungan dan komposisi dari nilai gizi yang terdapat dalam biji cempedak, maka peluang untuk memanfaatkan limbah biji cempedak menjadi sesuatu produk olahan salah satunya diolah menjadi tepung biji cempedak. Dalam pembuatan tepung dari biji cempedak, lama pengeringan saat pengolahan sangat berpengaruh terhadap kualitas tepung yang dihasilkan terutama dari segi sifat fisika dan kimianya (Munarso et al., 2004) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama pengeringan dan berapa lama pengeringan yang paling baik dalam pengolahan tepung biji cempedak yang dihasilkan. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan - bahan yang digunakan pada penelitian adalah biji buah cempedak, aquadest dan butiran zink. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu pisau, ayakan 80 mesh, blender, baskom, toples, oven, alumunium foil, timbangan digital, hot plate, desikator, cawan alumunium, cawan porselin, labu ukur, gelas ukur, pipet, kertas saring, timbangan analitik, bunsen dan tanur. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Tunggal dengan lima perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak enam kali. Perlakuan pertama yaitu pengeringan selama 5 jam, 7 jam, 9 jam, 11 jam dan selama 13 jam. Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Data yang diperoleh di analisa dengan sidik ragam (Anova) dan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf α 5 %.

Prosedur Penelitian Pembuatan tepung biji cempedak di mulai dengan pemisahan biji dengan daging buah, pencucian, pengukusan (blanching dengan suhu 70 o C selama 10 menit), pengupasan, pengirisan, pengeringan sesuai dengan perlakuan, penggilingan danpengayakan dengan ukuran 70 mesh. Analisis Tepung biji cempedak kemudian dianalisa kadar air dan kadar abu (Apriyantono et al., 1989), protein dengan metode Kjeldahl (Sudarmadji, 1997) dan penentuan rendemen (Cahyadi, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Kandungan air sangat berpengarung dalam daya tahan suatu produk makanan. Selain itu kadar air juga berpengaruh terhadap tekstur, penampakan dan rasa. Menurut winarno, (2008), makanan yang kering sekali pun seperti buah kering, tepung, biji-bijian memiliki kandungan air dalam jumlah tertentu. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan waktu pengeringan yang berbeda-beda pada pembuatan tepung biji cempedak menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap kadar air tepung biji cempedak. Kadar air tertinggi diperoleh dari perlakuan pengeringan pada waktu 5 jam sebesar 13,84 % dan perlakuan waktu pengeringan yang paling rendah kadar airnya pada perlakuan 13 jam yaitu 12,53 % (Gambar 1). Gambar 1. Grafik rata-rata kadar air tepung biji cempedak dengan waktu pengeringan yang berbeda-beda. Keterangan : Diagram batang yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α 5% = 0,04 Berdasarkan gambar 1, semakin lama waktu pengeringan maka kadar air yang dihasilkan akan se makin berkurang. Hal ini disebabkan karena waktu pengeringan yang berbeda, air yang terdapat dalam bahan berlahan akan menguap sempurna. Lubis (2008), menyatakan bahwa lama pengeringan berpengaruh terhadap kadar air, hal ini dikarenakan pengeringan yang cukup lama menyebabkan jumlah air yang teruapkan lebih banyak sehingga kadar air dalam tepung berkurang. Dari semua perlakuan dengan lama waktu pengeringan yang berbeda pada tepung biji cempedak, semua perlakuan waktu pengeringan memenuhi syarat mutu tepung terigu sebagai bahan makanan berdasarkan SNI 3751-2006. Kadar Abu Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara mengabukan komponen -komponen organik dalam bahan pangan. Menurut Winarno (2004), dalam proses pembakaran bahan-bahan organik yang terbakar tetapi zat anorganiknya tidak ikut terbakar maka disebut abu. Bahan makanan sebagian besar mengandung bahan organik sebesar 96%, sedangkan sisanya merupakan unsur mineral. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan waktu p engeringan yang berbeda memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap kadar abu yang dihasilkan oleh tepung biji cempedak. Kadar abu

tertinggi diperoleh dari perlakuan waktu pengeringan 13 jam 1,23 % dan kadar abu terendah diperoleh dari perlakuan waktu pengeringan 5 jam 0,63 % (Gambar 2). Gambar 2. Grafik rata-rata kadar abu tepung biji cempedak dengan wak tu pengeringan yang berbeda-beda. Keterangan : Diagram batang yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α 5% = 0,04 Pada diagram batang dapat dilihat bahwa semakin rendah waktu pengeringan maka kadar abu yang didapat pada tepung biji cempedak juga semakin rendah dan sebaliknya semakin lama waktu pengeringan maka kadar abu yang didapat pada tepung biji cempedak akan semakin tinggi. Berdasarkan SNI 3751-2006 syarat mutu tepung terigu untuk kadar abu maksimal 0,6%, dari hasil kadar abu tepung biji cempedak yang mendekati pada perlakuan waktu 5 jam. Menurut Sudarmadji (2007), Kadar abu atau mineral merupakan bagian berat mineral dari bahan yang didasarkan atas berat keringnya. Abu yaitu zat organik yang tidak menguap, sisa dari proses pembakaran atau hasil oksidasi. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. bahwa kadar abu tergantung pada jenis bahan, cara pengabuan, waktu dan suhu yang digunakan saat pengeringan, jika bahan diolah melalui proses pengeringan maka semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu pengeringan akan meningkatkan kadar abu. Protein Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa lama waktu pengeringan yang berbeda sanga t berpengaruh terhadap protein dalam tepung biji cempedak yang dihasilkan kandungan protein tertinggi didapat pada waktu pengeringan selama 5 jam yaitu sebesar 12,81 % dan semakin berkurang seiring lamanya waktu pengeringan dan didapat protein terendah pada waktu pengeringan selama 13 jam yaitu sebesar 7,62 % (Gambar 3). Gambar 3. Grafik rata-rata protein tepung biji cempedak dengan waktu pengeringan yang berbeda-beda. Keterangan : Diagram batang yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α 5% = 0,20

Berdasarkan gambar 3 menunjukkan bahwa lama waktu pengeringan yang berbeda mempengaruhi kadar protein yang terkandung pada tepung biji cempedak yang dihasilkan. Menurut Fennema (1996), kondisi panas dapat memutuskan ikatan hydrogen dan interaksi hidrofobik non polar yang menopang struktur sekunder dan tersier molekul protein. Hal ini di karenakan suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga menyebabkan sisi hidrofobik dari gugus samping molekul polipeptida akan terbuka. Proses denaturasi tersebut menurunkan kelarutan protein sehingga akan terjadi koagulasi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Lubis (2008), bahwa lama pengeringan berpengaruh terhadap kandungan protein tepung, ini dikarenakan pengeringan yang cukup lama menjadikan penguapan air dalam bahan sangat cepat sehingga air dalam bahan berkurang dan mempengaruhi protein dalam bahan. Dengan menggunakan waktu pengeringan yang lama maka kadar protein yang dihasilkan akan semakin sedikit dan sebaliknya semakin rendah waktu pengeringan maka kadar protein yang dihasilkan akan semakin banyak. Menurut pernyataan Munarso et al., (2004), yang mengatakan dalam pembuatan tepung d ari biji cempedak, lama pengeringan saat pengolahan sangat berpengaruh terhadap kualitas tepung yang dihasilkan dari segi sifat fisik dan kimianya. Rendemen Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan waktu pengeringan yang berbeda pada tepung biji cempedak menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap rendemen tepung biji cempedak. Rendemen tertinggi diperoleh dari perlakuan waktu pengeringan pada 5 jam sebesar 33,06 %, sedangkan pada perlakuan waktu pengeringan terendah didapat pada pengeringan waktu selama 13 jam sebesar 23,03 % (Gambar 4). Gambar 4. Grafik rata-rata rendemen tepung biji cempedak dengan waktu pengeringan yang berbeda-beda. Keterangan : Diagram batang yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α 5 % = 0,45 Pada gambar 4 dapat dilihat semakin lama waktu pengeringan maka rendemen yang dihasilkan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Desrosier dalam lubis (2008), bahwa pengeringan yang cukup lama menjadikan massa air berkurang sehingga pemisahan tepung lebih sempurna dan diperoleh rendemen yang lebih rendah. KESIMPULAN Waktu pengeringan yang berbeda pada pengolahan tepung biji cempedak berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu, protein dan rendemen yang dihasilkan. Tepung biji cempedak yang terbaik berdasarkan standar mutu SNI-01-3751-2006 tepung terigu diperoleh dari perlakuan pengeringan selama 5 jam pada suhu 70 o C dengan nilai kadar air 13,85%, kadar abu 0,63%, protein12,81% dan rendemen 33,06%. DAFTAR PUSTAKA Anshari, H., Olenka, D., Marliana, M. 2010. Pemanfaatan Biji Cempedak Sebagai Alternatif Pengganti Tepung Terigu Dengan Kualitas dan Gizi Tinggi. UNM. Malang. Apriantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L., Sedarnawati, dan S. Bidiyanto. 1989. Analisa Pangan. IPB. Bogor. Badan Standar Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-3751-2006. Tentang Standardisasi Tepung Terigu. Cahyadi, W. 2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara. Fennema OR. 1996. Food Chemistry. New York: Marcell Dekker Inc.

Kusumawati, D.D, Amanto, B.S. dan R. A. M. Dimas. 2012. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Dan Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisik, Kimia, Dan Sensori Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus). Jurnal Teknosains Pangan Vol 1. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Lidiasari, E., Syahfutri, M.I. dan F. Syaiful. 2006. Pengaruh perbedaan suhu pengeringan tepung tapai ubi kayu terhadap mutu fisik dan kimia yang dihasilkan. Jurnal ilmu-ilmu pertanian indonesia, 8(2) : 141-146. Lubis, I.H. 2008. Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan. Munarso, S.J, Muchtadi, D., Fardiaz, D. dan R. Syarief. 2004. Perubahan Sifat Fisikokimia dan Fungsional Tepung Beras Akibat Proses Modifikasi Ikat Silang. Jurnal. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Feb: 104-110. Renata, A. 2009. Profil Asam Lemak dan Trigliserida Biji-Bijian. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sudarmadji, S., Bambang, H. dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. U.S Wheat Associates (1981). Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Jakarta: Djambatan. Fennema OR. 1996. Food Chemistry. New York: Marcell Dekker Inc. Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah -buahan yang dapat dimakan. PROSEA Gramedia. Jakarta. Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.