PENGGUNAAN MODEL TAPER UNTUK MENDUGA VOLUME BATANG POHON JENIS MATOA (Pometia pinnata Forst.) DI HALMAHERA, MALUKU

dokumen-dokumen yang mirip
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor ) Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PENDUGAAN VOLUME POHON DIPTEROCARPUS CONFERTUS V. SLOOTEN DI WAHAU KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

TABEL VOLUME BATANG DI BAWAH PANGKAL TAJUK JENIS TENGKAWANG

PERBANDINGAN RUMUS-RUMUS EMPIRIS DALAM PENDUGAAN VOLUME DOLOK KERUING (Dipterocarpus spp.)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PENDUGAAN ISI POHON JENIS TOREM (Manilkara kanosiensis, H.J. Lam & B.J.D. Meeuse) DI PULAU YAMDENA KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

II. METODOLOGI. A. Metode survei

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

PENGARUH PEMBUATAN TAKIK REBAH DAN TAKIK BALAS TERHADAP ARAH JATUH POHON : STUDI KASUS DI HUTAN TANAMAN DI PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data

TABEL VOLUME LOKAL POHON SENGON (Paraserianthes falcataria) DI KEBUN GLANTANGAN JEMBER, PTPN XII JAWA TIMUR NOVA KRESNA JULIANA

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh/By : Abdurachman Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON MAHONI DAUN LEBAR (Swietenia macrophylla King.) KASUS DI KPH TASIKMALAYA YANDI WIJAKSANA

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

ANALISIS ANGKA KONVERSI PENGUKURAN KAYU BULAT DI AIR UNTUK JENIS MERANTI (Shorea spp)

TABEL VOLUME POHON Agathis loranthifolia DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT KRISTI SIAGIAN

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON Eucalyptus grandis DI HUTAN TANAMAN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

Abstract. Pendahuluan

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN TANAMAN MANGIUM ( Accacia mangium Wild): STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI Tbk., SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

*) Diterima : 23 Mei 2006; Disetujui : 26 Maret 2007 ABSTRACT ABSTRAK

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH


III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

BAB III METODE PENELITIAN

Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan Sumber Benih Plomas Sanggau Kalimantan Barat MAULIDIAN

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

Farida Herry Susanty & Abdurachman

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

III METODOLOGI PENELITIAN

MODEL PENDUGAAN BIOMASSA SENGON PADA HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor harb_agung@yahoo.com

STUDI MODEL STRUKTUR TEGAKAN HUTAN TANAMAN Pinus merkusii Jungh et de Vriese TANPA PENJARANGAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MUTIA ADIANTI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp , ; Fax Bogor. *)Diterima : 23 Pebruari 2009; Disetujui : 05 Mei 2009

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL Keadaan Umum Lokasi Penelitian Status Kawasan Luas dan Batas Wilayah

Gambar (Figure) 1. Bagan Pengambilan Contoh Uji (Schematic pattern for wood sample collection)

KETELITIAN PENGUKURAN TINGGI POHON DENGAN MENGGUNAKAN HAGAMETER

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GROWTH PREDICTION MODEL OF CENDANA (Santalum album Linn.) AT PRIVATE LAND

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI

MODEL PENDUGA TABEL VOLUME POHON MERANTI DI PT INHUTANI II SUB UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA I WAYAN ARTHA WIJAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU

Agroteksos Vol. 21 No.1, April 2011

Asef K. Hardjana 1) ABSTRACT

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

VOLUME POHON BERDIRI PETAK 3a, RPH SALAM. BKPH LAWU UTARA. KPH LAWU DS

MODEL PENDUGA VOLUME POHON KELOMPOK JENIS KOMERSIAL PADA WILAYAH KABUPATEN SARMI, PAPUA

Hubungan Rentang Diameter Dengan Angka Bentuk Jenis Kapur (Dryobalanops aromatica) pada Hutan Produksi Terbatas

BAB III KONDISI UMUM LOKASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGGUNAAN MODEL TAPER UNTUK MENDUGA VOLUME BATANG POHON JENIS MATOA (Pometia pinnata Forst.) DI HALMAHERA, MALUKU (Using Taper Model for Estimating Tree Stem Volume of Matoa (Pometia pinnata Forst.) in Halmahera, Maluku Oleh/By: Haruni Krisnawati Djoko Wahjono SUMMARY The most important phases in modelling taper curve is presented. A simple cuadratic model, which has shown to be an accurate and efficient taper curve model for the whole stem, is also described. This model is based on the observation that relative diameters at relative heights along the stem do not vary very much in respect to tree size. Typically, taper equations predict diameter, d, at any point on the tree bole from diameter at breast height, D, total height, H, and the height, h, at which d occurs. Equation coefficients are estimated from measurements of 50 trees of the matoa species in the region of Halmahera, Maluku using linear statistical methods and the least squares criterion. Volume in cubic meters for any portion of the stem is obtained by integration. Kata kunci (Keywords): model taper, volume batang, matoa (taper model, stem volume, matoa)

I. PENDAHULUAN Dalam pengelolaan hutan salah satu tujuan yang diutamakan adalah produksi kayu. Bagian terpenting dari pohon yang dimanfaatkan kayunya adalah batang pokoknya atau biasa disebut dengan batang pohon. Pemanfaatan aktual dari batang pohon sangat bervariasi dari daerah ke daerah, dari operasi ke operasi, dan dari waktu ke waktu (Spurr, 1952). Sejalan dengan perkembangan teknologi perkayuan, limit diameter bahan baku kayu yang diperlukan oleh industri perkayuan mengalami perubahan. Pada dasarnya, semakin maju teknologi, maka semakin banyak bagian dari pohon yang dimanfaatkan, yang berarti limit diameter kayu yang dapat dimanfaatkan semakin kecil. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pengelolaan hutan diperlukan suatu metode penduga volume kayu yang lebih luwes, dalam arti dapat digunakan untuk menduga volume batang pohon sampai diameter ujung tertentu atau ketinggian batang tertentu. Hal ini dimaksudkan agar potensi tegakan hutan yang dapat diproduksi untuk memasok industri perkayuan tertentu dapat diketahui dengan tepat. Pendugaan potensi tegakan hutan dewasa ini umumnya dilakukan dengan bantuan tabel-tabel volume yang disusun berdasarkan metode regresi dengan menggunakan persamaan hubungan antara volume dengan diameter dan tinggi pohon atau dengan menggunakan angka bentuk batang rata-rata. Metode ini tidak dapat digunakan untuk menduga volume batang pohon pada berbagai limit diameter yang diinginkan, karena volume yang dihasilkan adalah dugaan dari salah satu macam volume batang pada satu ketinggian batang tertentu saja. Dalam kaitannya dengan pendugaan volume pohon tersebut, Spurr (1952), Husch (1963), Loetsch et al (1973), Goulding dan Murray (1975), telah memperkenalkan metode alternatif untuk menduga volume batang pohon berdasarkan fungsi bentuk batang, yang lazim disebut dengan persamaan taper. Menurut pendapat Chapman dan Meyer (1949) taper pohon merupakan resultante dimensi pohon yang disebabkan oleh pertumbuhan tinggi dan diameter pohon. Selanjutnya, Husch (1963) memberikan definisi taper pohon yaitu pengurangan atau semakin mengecilnya diameter batang atau seksi batang pohon dari pangkal hingga ujungnya. Persamaan volume pohon yang disusun berdasarkan model fungsi taper akan dapat menduga volume batang pohon pada berbagai diameter ujung tertentu yang diinginkan (Bruce et al, 1968). 1

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menyusun suatu model persamaan penduga volume batang matoa (Pometia pinnata Forst.) yang akurat dan luwes di Maluku berdasarkan persamaan taper yang diperoleh serta menyusun tabel volume matoa pada berbagai ketinggian dan limit diameter berdasarkan model persamaan penduga volumenya. Matoa merupakan salah satu jenis pohon yang kayunya dimanfaatkan untuk industri perkayuan. Menurut Martawijaya dan Kartasujana (1977) kayu jenis ini dapat dipakai untuk bahan bangunan perumahan dan jembatan, mebel, lantai, moulding, tangkai peralatan dan olah raga, serta baik juga untuk perkapalan. Oleh karena itu mengingat kegunaan kayu matoa bagi industri perkayuan cukup besar, maka ketersediaan tabel volume matoa yang lebih akurat dan luwes sebagai perangkat pembantu dalam pendugaan volume batang pada berbagai ketinggian dan limit diameter sangat diperlukan. II. RISALAH OBYEK PENELITIAN A. Letak Penelitian dilakukan di areal kerja HPH PT. Tunggal Agathis Indah Wood Industries (TAIWI) Unit I - Maluku, yang merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Barito Pacific Timber Group. Menurut posisi geografis, areal penelitian terletak pada koordinat antara 128 o 09-129 o 03 Bujur Timur dan antara 0 o 08-1 o 05 Lintang Utara. Berdasarkan pembagian wilayah administrasi kehutanan, areal tersebut terletak pada Kelompok Hutan Sungai Pumalanga, Resort Polisi Hutan (RPH) Patlean, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Maba/Buli, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Halmahera Tengah, Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Maluku. Sedangkan menurut pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal penelitian termasuk dalam wilayah Desa Patlean, Kecamatan Maba/Buli, Kabupaten Halmahera Tengah, Propinsi Dati I Maluku. 2

B. Topografi dan Jenis Tanah Konfigurasi lapangan dari areal penelitian adalah datar dan landai, dengan lereng antara 0-15%. Ketinggian tempat berada antara 0-50 meter dari permukaan laut. Jenis tanah dominan yang terdapat di lokasi penelitin termasuk dalam jenis tanah podsolik merah kuning (ultisol). C. Iklim Berdasarkan klasifikasi dari Schmidt dan Fergusson (1951), lokasi penelitian termasuk dalam tipe iklim A. Menurut data curah hujan selama 10 tahun terakhir dari Stasiun Geofisika Baabullah, Ternate, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2180 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Mei, dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Suhu udara rata-rata pada siang hari adalah 26,5 o C dan kelembaban relatif rata-rata tahunan adalah 84%. D. Keadaan Vegetasi Tipe hutan di areal kerja penelitian termasuk dalam tipe hutan hujan dataran rendah yang didominasi oleh jenis-jenis Nyatoh (Palaquium lobbianum Burck.), Niara (Canarium vulgare Leenh.), Matoa (Pometia pinnata Forst.), Mersawa (Anisoptera costata Korth.), Merbau (Instia bijuga O. Ktze.), Bintangur (Callophyllum soulatri Burm.f.), Binuang (Octomeles sumatrana Miq.), Bugis (Koordersiodendron pinnatum Merr.), Ketapang (Terminalia catappa L.), dan Jabon (Anthocephalus spp.). Sedangkan tumbuhan bawah didominasi oleh anakan-anakan pohon yang kondisinya cukup lebat. III. BAHAN DAN METODE A. Bahan Penelitian Bahan yang dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah 50 pohon contoh jenis Matoa (Pometia pinnata Forst.). Pemilihan pohon-pohon contoh dilaksanakan secara sengaja (purposive) dengan tujuan agar setiap kelas diameter dari kecil (diameter 20cm) sampai terbesar terwakili. Kelas diameter pohon ditentukan dengan cara mengelompokkan diameter-diameter pohon setinggi dada dengan interval kelas diameter 10cm. 3

B. Metode Penelitian 1. Pengukuran Pohon Contoh Pada setiap pohon contoh dilakukan pengukuran diameter setinggi dada (1,30 m di atas tanah, atau 20 cm di atas banir bagi pohon yang berbanir lebih dari 1,10 m di atas tanah) dan tinggi batang bebas cabang. Pohon-pohon contoh selanjutnya dirobohkan (ditebang), diukur tinggi tunggaknya, dan dilakukan pembagian seksi-seksi batang di sepanjang batang utama dengan panjang seksi 1 meter. Pada setiap pangkal dan ujung seksi batang dilakukan pengukuran diameter dan pengukuran tebal kulit. 2. Analisis Data a. Penghitungan volume pohon contoh Volume pohon contoh sebagai volume aktual dihitung dengan menjumlahkan volume seksi-seksi batang yang merupakan bagian dari pohon contoh yang bersangkutan. Volume tiap seksi batang dihitung dengan menggunakan rumus Smalian (Chapman dan Meyer, 1949; Husch, 1963) sebagai berikut: Bp + Bu Vs = xl........................................ (1) 2 Vp = n i = 1 Vs............................................ (2) dimana: Vs : volume seksi batang (m 3 ), Bp : luas bidang dasar pada pangkal seksi (m 2 ), Bu : luas bidang dasar pada ujung seksi (m 2 ), L : panjang seksi (m), Vp : volume pohon contoh (m 3 ), n : jumlah seksi pada pohon contoh yang bersangkutan. b. Plotting data Menurut pendapat Laasasenaho (1982) bahwa kurva taper dari jenis pohon yang sama tetapi berbeda ukuran dapat disusun dengan bantuan diameter dan tinggi pohon relatif, maka untuk mendapatkan gambaran bentuk kurva taper jenis Matoa dilakukan plotting data antara nilai rata-rata diameter relatif (d/d) dengan nilai ratarata tinggi pohon relatif (h/h). Diameter pohon relatif adalah perbandingan antara 4

diameter ujung batang (d) dengan diameter setinggi dada (D), sedangkan tinggi pohon relatif adalah perbandingan antara tinggi pohon sampai diameter ujung tertentu (h) dengan tinggi pohon bebas cabang (H). Gambaran yang diperoleh dari hasil plotting data akan memudahkan dalam menentukan bentuk umum persamaan yang akan disusun. c. Penyusunan persamaan taper dan persamaan penduga volume pohon jenis Matoa Kurva taper yang diperoleh dari hasil plotting data kemungkinan masih sulit dipastikan bentuk persamaannya, sehingga perlu dilakukan pengujian untuk mendapatkan bentuk persamaan taper yang akurat bagi jenis yang bersangkutan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menguji beberapa persamaan yang paling mendekati bentuk kurva dari hasil plotting data, melalui prosedur regresi. Bentuk umum persamaannya adalah: Y = f (X)................................................ (3) dimana: Y X : diameter batang relatif : tinggi batang relatif. Kriteria yang dipakai sebagai dasar dalam penentuan bentuk persamaan taper yang akurat adalah nilai koefisien determinasi (R 2 ), simpangan baku (Se), P value, dan F hitung yang diperoleh dari hasil analisis ragam (ANOVA). Berdasarkan asumsi yang menyatakan bahwa pohon merupakan benda putar sempurna yang berjari-jari tegak lurus sumbu-x dan panjang batang tegak lurus sumbu-y, maka dari persamaan taper yang diperoleh selanjutnya diintegralkan untuk mendapatkan persamaan penduga volume batang. Secara umum, integrasi untuk memperoleh volume (V) suatu benda yang diputar adalah sebagai berikut: h 2 [ 1 2 d ] V = π dh........................................ (4) h1 2 Cara mengintegralkan persamaan taper untuk mendapatkan persamaan penduga volume batang ini telah dilakukan oleh Kozak et al (1969) dalam Byrne dan Reed 5

(1986), Demaerschalk (1972), Laasasenaho (1982), Eadkeo dan Audhya (1983), dan Wahjono (1989) pada jenis daun lebar dan daun jarum, yang hasilnya cukup akurat. d. Pengujian keakuratan persamaan penduga volume pohon Tolok ukur yang digunakan untuk menilai keakuratan persamaan penduga volume pohon yang tersusun adalah nilai simpangan agregatif (SA) dan rataan persentase simpangan (SR). Perhitungan nilai SA dan SR didasarkan pada rumus Bruce (dalam Husch, 1963), yaitu dalam bentuk: SA = ( Vd Va) x100%................................... (5) Vd ( VId Va) Vd SR = x100%................................... (6) N dimana: Vd : volume pohon dugaan (berdasarkan persamaan), Va : volume pohon aktual (berdasarkan data), N : jumlah data pohon contoh. Chapman dan Meyer (1949), Spurr (1952), serta Husch (1963) menyatakan bahwa persamaan yang akan digunakan untuk menduga volume pohon sebaiknya mempunyai SA tidak melebihi 1%. Selanjutnya Spurr (1952) menyatakan pula bahwa model pendugaan volume pohon yang baik biasanya mempunyai SR kurang dari 10%. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sebaran Data Pohon contoh yang terpilih berjumlah 50 pohon yang terbagi menjadi 1116 seksi batang. Sebaran diameter setinggi dada (dbh) pohon-pohon contoh berkisar antara 22,5-119,5 cm dan sebaran tinggi pohon bebas cabang berkisar antara 16,8-34,6 m. Secara keseluruhan, gambaran sebaran jumlah pohon contoh berdasarkan kelas dbh dan kelas tinggi bebas cabang disajikan pada Tabel 1. 6

Tabel (Table) 1. Sebaran pohon contoh berdasarkan diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang (Distribution of sample trees based on diameter at breast height and height of clear bole) Dbh Tinggi bebas cabang (height of clear bole) - m - Jumlah (cm) 15-17,9 18-20,9 21-23,9 24-26,9 27-29,9 30-32,9 33-35,9 (Total) 20-29,9 2 4 1 7 30-39,9 1 4 1 6 40-49,9 4 3 1 8 50-59,9 1 1 3 3 2 10 60-69,9 2 3 5 70-79,9 6 1 7 80-89,9 2 2 90-99,9 2 1 3 > 110 1 1 2 Jumlah (Total) 2 6 10 15 12 4 1 50 B. Kurva Taper Berdasarkan plotting data antara nilai rata-rata diameter pohon relatif (d/d) dan nilai rata-rata tinggi batang relatif (h/h), diperoleh gambaran kurva taper untuk jenis pohon Matoa seperti yang terlihat pada Gambar 1. Dari gambar 1 terlihat bahwa secara visual kurva taper pohon jenis Matoa cenderung berbentuk kuadratik. Namun demikian, untuk mendapatkan kepastian mengenai bentuk persamaan taper yang tepat perlu dilakukan pengujian terhadap beberapa model persaman, yaitu: (d/d) = f (h/h)................................................ (7) (d/d) = f (h/h) 2................................................ (8) (d/d) = f {(h/h), (h/h) 2.......................................... (9) (d/d) 2 = f {(h/h), (h/h) 2.......................................... (10) dimana: d D h H : diameter ujung batang dengan kulit atau tanpa kulit (cm) : diameter setinggi dada (cm) : tinggi dari atas tanah sampai diameter ujung d (m) : tinggi pohon bebas cabang (m). 7

1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 d/d 0.5 0.4 0.3 0.2 dob/d dib/d 0.1 0.0 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 h/h Keterangan (Remarks): dob = diameter dengan kulit (diameter outside bark) dib = diameter tanpa kulit (diameter inside bark) Gambar (Figure) 1. Kurva taper jenis Matoa berdasarkan plotting data antara nilai ratarata d/d dan h/h pohon contoh (Taper curve of Matoa based on data plotting between mean of d/d and h/h of sample trees) C. Persamaan Taper Beberapa bentuk persamaan taper jenis Matoa (dengan dan tanpa kulit) yang diuji dalam penelitian ini - dimana diameter relatif sebagai peubah tak bebas dan tinggi relatif sebagai peubah bebas - disajikan pada Tabel 2. Hasil pengujian dari bentukbentuk persamaan tersebut yang ditunjukkan oleh oleh nilai-nilai R 2, Se, P value, dan F hitung juga disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pengujian seperti yang tercantum pada Tabel 2 terlihat jelas bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) untuk semua bentuk persamaan cukup tinggi sehingga keragaman peubah tak bebasnya (d/d) dapat diterangkan oleh peubah bebasnya (h/h). Begitu pula dengan P value dari semua persamaan bernilai 0,000 (kurang dari 1%), sehingga bentuk-bentuk persamaan tersebut cukup dapat diandalkan. Tabel (Table) 2. Bentuk-bentuk persamaan taper (The taper equations) 8

Persamaan taper (Taper equations) R 2 (%) Se P value F hitung (calc..) dengan kulit (outside bark) d/d = 1,00733-0,35525 h/h 73,8 0,05769 0,000 3271,84 d/d = 0,92795-0,30794 (h/h) 2 69,3 0,06240 0,000 2627,14 d/d = 1,01557-0,39552 h/h + 0,03694 (h/h) 2 73,8 0,05766 0,000 1638,68 (d/d) 2 = 1,03455-0,79901 h/h + 0,20406 (h/h) 2 75,3 0,09023 0,000 1774,83 tanpa kulit (inside bark) d/d = 0,98776-0,35430 h/h 73,6 0,05779 0,000 3243,33 d/d = 0,90859-0,30709 (h/h) 2 69,1 0,06248 0,000 2606,06 d/d = 0,99611-0,39506 h/h + 0,03739 (h/h) 2 73,6 0,05776 0,000 1624,49 (d/d) 2 = 0,99538-0,78223 h/h + 0,20230 (h/h) 2 75,1 0,08848 0,000 1752,51 Dari hasil analisis ragam (ANOVA) diperoleh bahwa nilai F hitung dari semua persamaan lebih besar dari F tabel pada taraf nyata 1%, yang berarti bahwa peubahpeubah bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebasnya. Dengan demikian, persamaan-persamaan tersebut dapat digunakan secara statistik untuk menduga volume batang Matoa, baik dengan kulit maupun tanpa kulit. D. Persamaan Penduga Volume Berdasarkan asumsi bahwa pohon merupakan benda putar sempurna (jari-jari tegak lurus sumbu-x dan panjang batang tegak lurus sumbu-y), maka persamaan taper yang diperoleh jika diintegralkan akan menghasilkan persamaan penduga volume batang seperti disajikan pada Tabel 3. Data volume dugaan yang diperoleh melalui integrasi persamaan taper selanjutnya dibandingkan dengan data volume aktual untuk mengukur besarnya simpangan agregatif (SA) dan rataan persentase simpangan (SR). Hasil perhitungan nilai SA dan SR untuk menguji tingkat keakuratan dan ketelitian hasil persamaan penduga volume yang diperoleh juga disajikan dalam Tabel 3. 9

Tabel (Table) 3. Persamaan-persamaan penduga volume (The equations of volume estimate) dengan kulit (outside bark) Persamaan volume (Volume equations) SA (%) SR (%) V = ¼ π D 2 H (1,01471 h/h - 0,35786 (h/h) 2 + 0,04207 (h/h) 3 ) [h 2 h 1 ] 1,8 9,3 V = ¼ π D 2 H (0,86109 h/h - 0,19050 (h/h) 3 + 0,01897 (h/h) 5 ) [h 2 h 1 ] 1,4 9,2 V = ¼ π D 2 H (1,03138 h/h - 0,40168 (h/h) 2 + 0,07716 (h/h) 3 ) - 1,9 9,3 0,00730 (h/h) 4 + 0,00027 (h/h) 5 [h 2 h 1 ] V = ¼ π D 2 H (1,03455 h/h - 0,39950 (h/h) 2 + 0,06802 (h/h) 3 ) [h 2 h 1 ] 1,2 9,1 tanpa kulit (inside bark) V = ¼ π D 2 H (0,97567 h/h - 0,34996 (h/h) 2 + 0,04184 (h/h) 3 ) [h 2 h 1 ] 2,5 9,4 V = ¼ π D 2 H (0,82554 h/h - 0,18601 (h/h) 3 + 0,01886 (h/h) 5 ) [h 2 h 1 ] 2,1 9,3 V = ¼ π D 2 H (0,99224 h/h - 0,39352 (h/h) 2 + 0,07685 (h/h) 3 ) - 0,00738 (h/h) 4 + 0,00028 (h/h) 5 [h 2 h 1 ] 2,6 9,4 V = ¼ π D 2 H (0,99538 h/h - 0,39112 (h/h) 2 + 0,06743 (h/h) 3 ) [h 2 h 1 ] 1,9 9,2 Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian nilai-nilai SA dan SR terlihat bahwa keempat model persamaan penduga volume batang matoa yang diuji memiliki nilai SR kurang dari 10%. Akan tetapi nilai SA yang dihasilkan oleh keempat persamaan tersebut lebih dari 1%. Mengacu pada kriteria keakuratan persamaan penduga volume yang disarankan pada uraian sebelumnya, yaitu besarnya nilai SR tidak lebih dari 10% dan SA tidak lebih dari 1%, maka dilihat dari nilai SR-nya keempat persamaan tersebut sudah memenuhi kriteria keakuratan, tetapi berbeda halnya apabila dilihat dari nilai SA-nya. Nilai-nilai SA yang cukup besar kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan kecenderungan arah (trend) antara nilai aktual dengan nilai dugaan dalam perhitungan nilai SA, yaitu kemungkinan nilai aktual yang semakin besar sedangkan nilai dugaannya yang semakin kecil atau sebaliknya. Meskipun demikian, nilai SA yang relatif kurang baik tersebut kiranya dapat tertutupi oleh nilai SR dari persamaan tersebut. Hal ini dikarenakan nilai SR lebih mencerminkan tingkat keakuratan dan ketelitian suatu model dibandingkan 10

dengan nilai SA-nya. Dalam hal ini nilai SR lebih mencerminkan besarnya simpangan dugaan tiap data (individu pohon), sedangkan SA lebih mencerminkan simpangan dugaan total atau kelompok data (volume pohon dalam suatu areal). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipilih model persamaan penduga volume pohon matoa (dengan atau tanpa kulit) yang lebih baik, yaitu persamaan yang memiliki tingkat kakuratan dan ketelitian paling tinggi. Hal ini dicerminkan dari nilai SA dan SR yang paling kecil. E. Penyusunan Tabel Volume Persamaan taper yang terpilih sebagai dasar penyusunan tabel volume pohon matoa yaitu bentuk persamaan keempat dengan nilai R 2 yang paling tinggi dibandingkan dengan persamaan lainnya, yaitu: - Dengan kulit: (d/d) 2 = 1,03455-0,79901 h/h + 0,20406 (h/h) 2 R 2 = 75,3% - Tanpa kulit: (d/d) 2 = 0,99538-0,78223 h/h + 0,20230 (h/h) 2 R 2 = 75,1% Sedangkan bentuk persamaan penduga volume yang dibentuk berdasarkan integrasi persamaan taper terpilih tersebut adalah: - Dengan kulit: V = ¼ π D 2 H (1,03455 h/h - 0,39950 (h/h) 2 + 0,06802 (h/h) 3 ) [h 2 h 1 ] (SA = 1,2% dan SR = 9,1%) - Tanpa kulit: V = ¼ π D 2 H (0,99538 h/h - 0,39112 (h/h) 2 + 0,06743 (h/h) 3 ) [h 2 h 1 ] (SA = 1,9% dan SR = 9,2%) Dari persamaan penduga volume yang terpilih tersebut selanjutnya dilakukan penyusunan tabel volume pohon pada berbagai ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Contoh tabel volume yang tersusun seperti disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Contoh tabel tersebut, dapat digunakan untuk menduga nilai diameter dan volume per pohon pada ketinggian tertentu, yaitu dengan cara memasukkan nilai-nilai dbh, tinggi pohon bebas cabang dan tinggi batang dari atas tanah yang diinginkan. Kelebihan penggunaan tabel volume berdasarkan integrasi persamaan taper ini adalah, selain nilai dugaannya yang cukup akurat juga dapat digunakan untuk mengetahui nilai volume dan diameter batang pada berbagai ketinggian yang diinginkan. Dengan 11

demikian, tabel ini sangat penting untuk perencanaan produksi sampai pada sortimensortimen yang lebih rinci dari jenis matoa, khususnya di lokasi yang bersangkutan. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Hasil ploting data dan pengujian beberapa bentuk persamaan regresi, menunjukkan bahwa bentuk taper pohon matoa (Pometia pinnata Forst.) cenderung mengikuti bentuk kuadratik. 2. Bentuk persamaan taper matoa yang terpilih adalah: - dengan kulit: : (d/d) 2 = 1,03455-0,79901 h/h + 0,20406 (h/h) 2 - tanpa kulit: (d/d) 2 = 0,99538-0,78223 h/h + 0,20230 (h/h) 2 masing-masing dengan nilai koefisien determinasi sebesar 75,3% dan 75,1%. 3. Persamaan penduga volume batang matoa yang diperoleh dari integrasi persamaan taper adalah: - dengan kulit: V = ¼ π D 2 H (1,03455 h/h - 0,39950 (h/h) 2 + 0,06802 (h/h) 3 ) [h 2 h 1 ] dengan nilai SA sebesar 1,2% dan SR sebesar 9,1%. - tanpa kulit: V = ¼ π D 2 H (0,99538 h/h - 0,39112 (h/h) 2 + 0,06743 (h/h) 3 ) [h 2 h 1 ] dengan nilai SA sebesar 1,9% dan SR sebesar 9,2%. 4. Model integrasi persamaan taper ini dapat digunakan untuk menduga diameter ujung batang dan volume tiap panjang batang atau pada berbagai ketinggian dari atas tanah yang diinginkan. B. Saran Untuk dapat memberikan informasi yang lebih terinci dan akurat mengenai dugaan volume batang pohon pada berbagai limit diameter yang diinginkan atau dugaan volume batang pohon pada berbagai ketinggian dari permukaan tanah, maka perlu dilengkapi dengan tabel volume pohon yang penyusunannya didasarkan pada persamaan taper. 12

DAFTAR PUSTAKA Bruce, D., R. Ocurtis and C. Vancuvering. 1968. Development of a system of taper and volume tables for Red Alder. Forest. Sci. 14 (3): 339-350. Byrne, J. C. and D.D. Reed. 1986. Complex compatible taper and volume estimation systems for red and loblolly pine. Forest. Sci. 32: 423-441. Chapman, H.H. and W.H. Meyer. 1949. Forest Mensuration. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York. Demaerschalk, J. P. 1972. Converting volume equation to compatible taper equations. Forest. Sci. 18 (3): 241-246. Eadkeo, K. and S.P.N. Ayudhya. 1983. A Volume estimation procedure for tropical tree species. Proceedings of Biotrop Symposium Pengelolaan Hutan Pinus. Kerjasama Pusat Litbang Hasil Hutan dan Perum Perhutani. Jakarta. Goulding, C. J and J.C. Murray. 1975. Polynomial taper equations that are compatible with tree volume equations. New Zealand Journal of Forest. Sci. 5 (3): 313-322. Husch, B. 1963. Forest Mensuration and Statistics. The Ronald Press Company. New York. Laasasenaho, J. 1982. Taper curve and volume function for pine, spruce and birch. Communicationes Instituti Forestalis Fenniae no. 108. Helsinki. Loetsch, F.F., Zohrer and K.E. Haller. 1973. Forest Inventory. BLV Verasgsellschaft. Munchen. Martawijaya, A. dan I. Kartasudjana. 1977. Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis- Jenis Kayu Indonesia. Publikasi Khusus No. 41. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Spurr, S.H. 1952. Forest Inventory. The Ronald Press Company. New York. Wahjono, D. 1989. Penyusunan persamaan dan pendugaan volume batang Pinus merkusii Jungh et de Vries di KPH Bandung Utara, Perum Perhutani Unit I Jabar. Tesis Fakultas Pasca Sarjana IPB, Bogor. Tidak diterbitkan. 13

Lampiran (Appendix) 1. Contoh tabel volume jenis Matoa dengan kulit yang disusun berdasarkan integrasi persamaan taper di Halmahera, Maluku (Sample of volume table outside bark of Matoa which is constructed based on integration of taper Dbh (cm) Tinggi batang d.a.t (stem equation in Halmahera, Maluku) Tinggi pohon bebas cabang (Height of clear bole) - m - 20 22 24 26 28 30 32 34 height f.a.g) du v du v du v du v du v du v du v du v 50 2 48,9 0,391 49,1 0,392 49,2 0,393 49,4 0,394 49,5 0,395 49,6 0,396 49,6 0,397 49,7 0,397 4 47,0 0,752 47,3 0,757 47,6 0,762 47,9 0,766 48,1 0,769 48,3 0,772 48,4 0,774 48,6 0,776 6 45,1 1,085 45,6 1,096 46,0 1,106 46,4 1,114 46,7 1,122 47,0 1,128 47,2 1,133 47,4 1,138 8 43,2 1,391 43,9 1,411 44,5 1,428 44,9 1,442 45,4 1,454 45,7 1,465 46,0 1,475 46,3 1,483 10 41,4 1,673 42,2 1,702 42,9 1,728 43,5 1,749 44,0 1,768 44,5 1,785 44,9 1,799 45,2 1,812 12 39,6 1,931 40,6 1,972 41,4 2,007 42,1 2,037 42,7 2,064 43,2 2,087 43,7 2,107 44,1 2,125 14 37,9 2,167 39,0 2,221 39,9 2,267 40,7 2,307 41,4 2,342 42,0 2,372 42,5 2,399 43,0 2,423 16 36,3 2,383 37,5 2,450 38,5 2,508 39,4 2,559 40,1 2,603 40,8 2,642 41,4 2,676 41,9 2,707 18 34,7 2,580 36,0 2,662 37,1 2,733 38,1 2,794 38,9 2,848 39,6 2,896 40,3 2,938 40,9 2,976 20 33,2 2,761 34,5 2,857 35,7 2,941 36,8 3,014 37,7 3,078 38,5 3,135 39,2 3,186 39,8 3,232 22 33,2 3,037 34,4 3,134 35,5 3,219 36,5 3,294 37,4 3,361 38,1 3,421 38,8 3,475 24 33,2 3,313 34,3 3,411 35,3 3,497 36,3 3,574 37,1 3,644 37,8 3,706 52 2 50,9 0,423 51,0 0,424 51,2 0,425 51,3 0,427 51,4 0,427 51,5 0,428 51,6 0,429 51,7 0,430 4 48,9 0,813 49,2 0,819 49,5 0,824 49,8 0,828 50,0 0,832 50,2 0,835 50,4 0,837 50,5 0,840 6 46,9 1,173 47,4 1,186 47,9 1,196 48,3 1,205 48,6 1,213 48,9 1,220 49,1 1,226 49,3 1,231 8 45,0 1,505 45,7 1,526 46,2 1,544 46,7 1,560 47,2 1,573 47,5 1,585 47,9 1,595 48,2 1,604 10 43,1 1,809 43,9 1,841 44,6 1,869 45,3 1,892 45,8 1,913 46,2 1,930 46,6 1,946 47,0 1,960 12 41,2 2,088 42,2 2,133 43,1 2,171 43,8 2,204 44,4 2,232 45,0 2,257 45,4 2,279 45,9 2,299 14 39,4 2,344 40,6 2,402 41,5 2,452 42,4 2,495 43,1 2,533 43,7 2,566 44,2 2,595 44,7 2,621 16 37,7 2,577 39,0 2,650 40,0 2,713 40,9 2,768 41,7 2,815 42,5 2,857 43,1 2,894 43,6 2,928 18 36,1 2,791 37,4 2,879 38,6 2,956 39,6 3,022 40,5 3,080 41,2 3,132 41,9 3,178 42,5 3,219 20 34,5 2,986 35,9 3,090 37,2 3,181 38,2 3,260 39,2 3,330 40,0 3,391 40,8 3,447 41,4 3,496 22 34,5 3,285 35,8 3,390 36,9 3,482 38,0 3,563 38,9 3,636 39,7 3,701 40,4 3,759 24 34,5 3,583 35,7 3,689 36,8 3,782 37,7 3,866 38,6 3,941 39,3 4,008 Keterangan (remarks): Dbh = diameter setinggi dada dengan kulit (diameter at breast height outside bark) Du = diameter batang sampai ketinggian tertentu (stem diameter at certain height) V = volume batang dugaan sampai tinggi tertentu (estimated stem volume at certain height) d.a.t = dari atas tanah (f.a.g = from above ground) 14

Lampiran (Appendix) 2. Contoh tabel volume jenis Matoa tanpa kulit yang disusun berdasarkan integrasi persamaan taper di Halmahera, Maluku (Sample of volume table inside bark of Matoa which is constructed based on integration of taper Dbh (cm) Tinggi batang d.a.t (stem equation in Halmahera, Maluku) Tinggi pohon bebas cabang (Height of clear bole) - m - 20 22 24 26 28 30 32 34 height f.a.g) du v du v du v du v du v du v du v du v 50 2 47,9 0,376 48,1 0,377 48,3 0,378 48,4 0,379 48,5 0,380 48,6 0,381 48,7 0,381 48,7 0,382 4 46,0 0,722 46,4 0,728 46,7 0,732 46,9 0,736 47,1 0,739 47,3 0,742 47,5 0,744 47,6 0,746 6 44,1 1,042 44,6 1,053 45,1 1,062 45,4 1,071 45,7 1,078 46,0 1,084 46,3 1,089 46,5 1,094 8 42,3 1,335 42,9 1,354 43,5 1,371 44,0 1,385 44,4 1,397 44,8 1,407 45,1 1,417 45,3 1,425 10 40,5 1,604 41,3 1,633 42,0 1,657 42,6 1,679 43,1 1,697 43,5 1,713 43,9 1,727 44,2 1,740 12 38,7 1,850 39,7 1,890 40,5 1,924 41,2 1,954 41,8 1,980 42,3 2,002 42,7 2,022 43,1 2,040 14 37,0 2,074 38,1 2,127 39,0 2,172 39,8 2,211 40,5 2,245 41,1 2,275 41,6 2,301 42,1 2,325 16 35,3 2,280 36,5 2,345 37,5 2,402 38,4 2,451 39,2 2,494 39,9 2,532 40,5 2,566 41,0 2,596 18 33,7 2,467 35,0 2,546 36,1 2,615 37,1 2,675 38,0 2,728 38,7 2,774 39,4 2,816 39,9 2,853 20 32,2 2,638 33,6 2,731 34,8 2,813 35,8 2,884 36,7 2,947 37,5 3,003 38,3 3,052 38,9 3,097 22 32,2 2,901 33,5 2,996 34,6 3,079 35,6 3,152 36,4 3,217 37,2 3,276 37,9 3,328 24 32,2 3,165 33,4 3,260 34,4 3,344 35,3 3,419 36,1 3,487 36,9 3,548 52 2 49,9 0,406 50,0 0,408 50,2 0,409 50,3 0,410 50,4 0,411 50,5 0,412 50,6 0,413 50,7 0,413 4 47,9 0,781 48,2 0,787 48,5 0,792 48,8 0,796 49,0 0,799 49,2 0,802 49,4 0,805 49,5 0,807 6 45,9 1,127 46,4 1,139 46,9 1,149 47,2 1,158 47,6 1,165 47,9 1,172 48,1 1,178 48,3 1,183 8 44,0 1,444 44,7 1,465 45,2 1,482 45,7 1,498 46,2 1,511 46,5 1,522 46,9 1,532 47,2 1,541 10 42,1 1,734 42,9 1,766 43,6 1,793 44,3 1,816 44,8 1,836 45,2 1,853 45,7 1,868 46,0 1,882 12 40,2 2,000 41,2 2,044 42,1 2,081 42,8 2,113 43,4 2,141 44,0 2,165 44,4 2,187 44,9 2,206 14 38,5 2,244 39,6 2,301 40,5 2,349 41,4 2,391 42,1 2,428 42,7 2,460 43,3 2,489 43,7 2,515 16 36,7 2,466 38,0 2,537 39,0 2,598 40,0 2,651 40,8 2,698 41,5 2,739 42,1 2,775 42,6 2,808 18 35,1 2,668 36,4 2,754 37,6 2,829 38,6 2,893 39,5 2,950 40,2 3,001 40,9 3,046 41,5 3,086 20 33,5 2,853 34,9 2,954 36,2 3,042 37,3 3,119 38,2 3,187 39,0 3,248 39,8 3,301 40,5 3,350 22 33,5 3,138 34,8 3,240 36,0 3,330 37,0 3,409 37,9 3,480 38,7 3,543 39,4 3,600 24 33,5 3,424 34,7 3,526 35,8 3,617 36,7 3,699 37,6 3,772 38,4 3,837 Keterangan (remarks): Dbh = diameter setinggi dada dengan kulit (diameter at breast height outside bark) Du = diameter batang sampai ketinggian tertentu (stem diameter at certain height) V = volume batang dugaan sampai tinggi tertentu (estimated stem volume at certain height) d.a.t = dari atas tanah (f.a.g = from above ground) 15