JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

IV. ANALISA PERANCANGAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Disain dan Pengujian Metering Device untuk Alat Penjatah Pupuk Granular Laju Variabel (Variable Rate Granular Fertilizer Applicator)

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertemuan ke-12. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN Ahmad Tusi Jurusan Teknik Pertanian

ANALISIS KEBUTUHAN TORSI DAN DESAIN PENJATAH PUPUK BUTIRAN TIPE EDGE-CELL UNTUK MESIN PEMUPUK JAGUNG ANNISA NUR ICHNIARSYAH

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

DISAIN MESIN PENANAM JAGUNG TERINTEGRASI DENGAN PENGGERAK TRAKTOR DUA-RODA EDI SYAFRI

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

Keuntungan menggunakan pupuk an-organik

METODOLOGI PENELITIAN

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

MODIFIKASI ALAT SEBAR BENIH TEMBAKAU JENIS SCATTERPLOT TOOL PILLEN (STP) DI PTPN X JEMBER

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

IV. PENDEKATAN DESAIN

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk

Pertemuan ke-11. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

UJI JUMLAH SUDU ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR IRIGASI

III. METODE PENELITIAN

4 PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

MENGENAL DAN MERAWAT MESIN PENYEMPROT

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ( Design and testing tools planting corn seeds)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

Modifikasi Pemarut pada Mesin Penyuwir Daging Ikan untuk Bahan Baku Abon Ikan

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

MESIN DWI FUNGSI PENCETAK PELET IKAN DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR TUNGGAL

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013.

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

III. BAHAN DAN METODE

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

Rancangbangun Aplikator Kompos untuk Tebu Lahan Kering

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

Alat dan Mesin Pemupukan serta Pengendalian Gulma

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

Transkripsi:

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : 2085-2614 JOURNAL HOMEPAGE : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/rtp Rancang Bangun Dan Pengujian Alat Penjatah (Metering Device ) Tipe Edge Cell Untuk Penyaluran Pupuk Butiran Urea, TSP dan KCl Syafriandi 1), Andriani Lubis 1) 1) Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Email: annida_tp@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan merancang sebuah penjatah pupuk butiran (metering device) tipe edge cell yang dapat mengontrol keluaran pupuk dengan cara mengatur kecepatan putar motor yang dirakit dengan rangkaian elektronika dan menguji kinerja prototipe metering device dengan menggunakan 3 jenis pupuk yaitu Urea, TSP dan KCl. Hasil Penelitian alat yang dirancang hanya mampu mengalirkan pupuk urea dan TSP, sedangkan pupuk KCL mengalami kesulitan keluar dari celah hopper. Jumlah rata-rata keluaran pupuk Urea untuk penjatah 1 pada tegangan 12,16 dan 20 volt berturut-turut sebesar 81,33 gr/menit, 130,33 gr/menit dan 169,00 gr/menit. Pada penjatah 2 keluaran pupuk masing-masing nilai tegangan yang dberikan berturut-turut sebesar 75,67 gr/menit, 129,00 gr/menit dan 168,20 gr/menit. Jumlah rata-rata keluaran pupuk TSP untuk penjatah 1 pada tegangan 12, 16 dan 20 volt berturut-turut sebesar 121,20 gr/menit, 181,53 gr/menit dan 244,67 gr/menit. Pada penjatah 2 keluaran pupuk masing-masing nilai tegangan yang dberikan berturut-turut sebesar 119,27 gr/menit, 180,53 gr/menit dan 243,73 gr/menit. Kata kunci: Alat penjatah, tegangan, pupuk butiran, kecepatan putaran Rancang Bangun Dan Pengujian Alat Penjatah (Metering Device ) Tipe Edge Cell Untuk Penyaluran Pupuk Butiran Urea, TSP dan KCl Syafriandi 1), Andriani Lubis 1) 1) Department of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University Email: annida_tp@yahoo.com Abstract This study aims to design a fertilizer granules allotment (metering device) type of cell edge that can control the fertilizer output by regulating the rotational speed of the motor is assembled with electronic circuits and test the prototypes performance using a metering device with 3 types of fertilizers ie Urea, TSP and KCl. Research tools are designed only able to drain urea and TSP, while KCL fertilizer have trouble escaping from the gap hopper. The average amount of urea metering device 1 output to the voltage 12.16 and 20 volts, respectively for 81.33 g /min, 130.33 g/min and 169.00 g/min. In metering device 2 each fertilizer output voltage feed all values in a row at 75,67 g/min, 129.00 g/min and 168.20 g/min. The average number of TSP output to metering device 1 at the 12.16 and 20 volts, respectively for 121.20 g/min, 181.53 g/min and 244.67 g/min. In metering device 2 each fertilizer output voltage feed all values in a row of 119.27 g/min, 180.53 g/min and 243.73 g/min. Keywords: Metering devide, voltage, granular fertilizer, rotation speed 41

PENDAHULUAN Rona Teknik Pertanian, 8(1) Pemupukan yang kurang dari dosis yang dibutuhkan tanaman mengakibatkan pemenuhan kebutuhan tanaman akan unsur hara tidak tercapai sehingga pertumbuhan tanaman tidak akan optimal. Perlakuan ini tentunya tidak akan berhasil untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Sedangkan kelebihan dosis akan berdampak buruk bagi lingkungan dan tanaman. Unsur nitrogen dari pupuk sebagian akan terlepas ke atmosfir dan sebagian lagi akan mengalir dipermukaan tanah atau dibawah permukaan tanah sehingga lahan yang overdosis akan berpotensi menjadi sumber polusi dalam bentuk amoniak (NH 3 ), nitrit (NO 2 ) dan nitrat (NO 3 ) yang berbahaya bagi kesehatan manusia (FAO, 2000 dalam Radite, 2001). Menurut Reijntjes et al. (1992) penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat menggangu kehidupan dan keseimbangan tanah, meningkatkan dekomposisi bahan organik sehingga menyebabkan degradasi struktur tanah, kerentanan yang lebih tinggi terhadap kekeringan dan keefektifan yang lebih rendah dalam menghasilkan panen. Aplikasi yang tidak seimbang dari pupuk mineral Nitrogen yang menyebabkan pengasaman dan menurunkan ph tanah. Menurut Sutedjo (2008), akibat yang dapat ditimbulkan dari pemupukan dengan dosis yang berlebihan antara lain kematian tanaman yang dibudidayakan, timbulnya gejala-gejala penyakit pada tanaman yang masih muda, kerusakan fisik tanah dan tidak ekonomis. Sedangkan menurut Tan Kim (1994), penggunaan unsur P yang berlebihan akan sangat berbahaya bagi tanah dan lingkungan, karena sebagian besar akan terlarut ke dalam sungai atau danau. Pupuk diperlukan pada saat tanah kekurangan unsur hara untuk tanaman. Tanaman berpasir akan kekurangan unsur hara lebih cepat pada saat terkena air hujan maupun pemberian air irigasi, sedangkan tanah liat relatif lebih lambat kehilangan unsur hara. Jenis pupuk yang diberikan ke dalam tanah antara lain berupa pupuk kandang, pupuk butiran, dan pupuk cair. Beragamnya jenis pupuk yang ada akan menyebabkan perbedaan alat pemupuk yang digunakan. Misalnya pupuk cair diberikan ke tanaman dengan cara disemprotkan ke tanaman. Cara penyemprotan pupuk cair juga beragam. Oleh karena itu, menurut Srivastava et al. (1994), alat pemupuk akan lebih rumit disebabkan oleh ketidakseragaman pupuk tersebut. Pemakaian pupuk butiran pada umumnya diberikan bersamaan dengan penanaman, setelah penanaman dengan menggunakan alat pemupuk, atau disebarkan setelah penanaman selesai. Akan tetapi, untuk menghemat biaya pengoperasian, saat ini alat pengolah tanah, 42

43 Rona Teknik Pertanian, 8(1) penanam benih, dan pemupuk telah banyak diintegrasikan dalam satu alat. Alat ini menggunakan tenaga penggerak traktor tangan. Berdasarkan pupuk yang digunakan, alat pemupuk digolongkan menjadi tiga, yaitu alat penebar pupuk kandang, alat penebar pupuk butiran, dan alat penyebar pupuk cair dan gas. Sedangkan menurut Bainer et al. (1955) alat pemupuk harus memiliki beberapa sifat, antara lain: 1. Alat tersebut mudah mengalirkan pupuk. 2. Laju pengeluaran pupuk tidak tergantung pada ketinggian pupuk dalam kotak pupuk. 3. Pengatur pengeluaran pupuk menghasilkan keluaran yang tepat. 4. Memiliki perlengkapan untuk menentukan laju pengeluaran pupuk. 5. Kotak pupuk dapat dipisahkan dari pengatur pengeluaran pupuk sehingga mudah dibersihkan. 6. Bagian-bagian penting dibuat dari bahan anti karat. Alat pemupuk memiliki komponen-komponen utama berupa penjatah pupuk dan hopper. Telah banyak jenis mekanisme penjatah yang dikembangkan untuk memperoleh penjatahan yang konsisten dan seragam. Mekanisme ini umumnya digerakkan oleh roda penggerak (ground wheel) dimana penjatahan akan terhenti saat roda berhenti berputar atau saat roda diangkat dari permukaan tanah. Secara umum, penjatah digolongkan ke dalam dua jenis yaitu aliran positif dan aliran gravitasi. Beberapa tipe penjatah pupuk seperti : 1. Tipe ulir Ulir tersebut memiliki perpindahan perputaran yang relatif besar. Ulir yang berputar akan mendorong bahan hingga tiba pada saluran penyaluran pupuk (atau benih) dan jatuh pada tempat yang diinginkan 2. Tipe sabuk Penjatah pupuk tipe sabuk merupakan jenis penjatah pupuk yang digunakan ketika diperlukan laju putaran yang relatif besar dan menggunakan hopper yang besar. Beberapa unit memiliki kawat sabuk datar (terbuat dari stainless steel) yang memindahkan bahan sepanjang hopper. 3. Tipe Positif Feed Fluted Roll Metering device yang umum digunakan untuk aplikasi pestisida granular terdiri dari sebuah ground-driven vane atau rotor bergalur (fluted rotor) yang dipasang di atas lubang pembuangan yang dapat disetel seperti pada Gambar 3. Hopper yang digunakan umumnya mempunyai dua atau empat lubang pengeluaran yang dapat digunakan secara terpisah atau bersamaan. Rotor tepasang di dasar hopper sehingga memungkinkan menutup lubang

hopper ketika rotor tidak berputar. Idealnya, laju pengeluaran harus proporsional dengan kecepatan rotor sehingga laju aplikasi tidak akan dipengaruhi kecepatan maju. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hal ini tidak berlaku, laju keluaran tidak proporsioanl dengan kecepatan maju. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik aliran bahan yang menyebabkan galur rotor tidak terisi sempurna (Srivastava, et al. 1994). 4. Tipe Bintang Hasil rancangan rotor Azis (2011), Rotor terbuat dari bahan akrilik dengan ukuran diameter luar rotor 5,8 cm dan memiliki enam buah alur yang berfungsi sebagai pengambil dan penyalur pupuk granular. Bentuk alur adalah setengah lingkaran dengan diameter 2.6 cm. Pada bagian poros rotor dipasang besi berongga dengan diameter luar 1.25 cm dan diameter dalam 1,8 cm. Pemasangan besi ini bertujuan untuk menguatkan posisi rotor ketika dipasang pada poros motor.casing rotor yang dirancang terbuat dari pipa paralon. Ukuran diameter dalam 5,9 cm. Pada bagian atas terdapat lubang masukan pupuk dengan ukuran 5,4 x 4,5 cm, sedangkan pada bagian bawah terdapat lubang pengeluaran pupuk dengan ukuran 5.4 x 4.5 cm. Pada lubang masukan dipasang sebuah sekat yang dapat dibuka dan ditutup yang berfungsi untuk mengatur jumlah rotor yang digunakan. Saat akan mengaplikasikan pupuk di lahan, karakteristik pupuk tersebut harus diketahui terlebih dahulu karena cara pengaplikasian pupuk dan interaksinya dengan alat pemupuk akan mempengaruhi keseragaman dan konsistensi pemupukan. Pupuk urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini menghasilkan pupuk urea dengan kandungan N mencapai 46%. Urea merupakan jenis pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Oleh karena itu, urea mudah larut dalam air dan mudah diserap tanaman. Sifat lainnya adalah mudah tercuci oleh air dan mudah terbakar oleh sinar matahari. Pupuk TSP (triplesuperfosfat) memiliki kadar P2O 5 sebesar 46 48% dan umumnya berwarna abu-abu. Bentuknya berupa butiran dan larut dalam air. Reaksi fisiologisnya netral. Pupuk KCl merupakan pupuk yang mengandung kalium dan biasanya berwarna merah muda. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Oktober 2013 yang bertempat di Laboratorium Perbengkelan dan Laboratorium Alsintan Jurusan Teknik Pertanian Unsyiah. 44

2. Alat dan Bahan Rona Teknik Pertanian, 8(1) Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gergaji besi, palu, tang, bor dan las listrik, timbangan dan peralatan bengkel lainnya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah besi siku, besi plat, besi poros, pulley, motor listrik, acrilik, alat pengontrol putaran rotor. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai objek dalam pengujian ini adalah pupuk urea, TSP dan KCl. 3. Analisa Rancangan a. Pendekatan Fungsional Pengembangan perancangan sistem pengendalian pemupukan diawali dengan melakukan pendekatan disain fungsional. Prototipe alat yang akan dibuat diharapkan mampu melakukan pengendalian keluaran pupuk sesuai yang dikehendaki dan harus dapat diaplikasikan untuk pupuk granular seperti urea, TSP dan KCl. Unit penjatah pupuk granular berfungsi untuk menjatah pupuk granular sesuai dengan kebutuhan. Komponen-komponen yang digunakan antara lain: 1) Motor listrik berfungsi untuk menggerakkan metering device 2) Metering device berfungsi untuk mengatur penjatahan pupuk granular sesuai dengan kebutuhan. Fungsi ini diperoleh dengan mengatur kecepatan putaran motor DC 3) Hopper berfungsi untuk menampung pupuk granular sebelum masuk ke metering device Kontrol kecepatan motor dapat dilakukan dengan pengontrolan tegangan yang diberikan pada lilitan jangkar. Metode ini dilakukan dengan memvariasikan tegangan masukan motor. Metode yang sederhana adalah dengan menggunakan resistor variabel untuk mengatur tegangan yang masuk ke motor. b. Pendekatan Struktural Pendekatan disain struktural digunakan untuk menentukan bentuk dan dimensi dari metering device dan hopper yang akan dibuat. Metering device dan hopper harus terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah berkarat karena akan diaplikasikan dengan pupuk granular yang memiliki keasaman yang tinggi. Oleh karena itu, bahan yang digunakan untuk membuat metering device dan hopper adalah akrilik. 45

Gambar 1. Penjatah pupuk tipe edge cell 4. Uji Kinerja Pada pengujian kinerja parameter yang diamati adalah laju aliran keluaran pupuk Urea, TSP, KCL (gr/rotasi) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Rancangan Hopper berfungsi tempat penampung pupuk yang akan disebar dan disalurkan ke mekanisme penjatah secara gravitasi. Hopper terdiri dari 2 buah (Gambar 2) yang disesuaikan dengan mesin rice transplanter Yanmar tanam 2 baris. Hopper dibuat dari bahan acrylic yang terdiri dari kotak penampung berukuran 25x30x40 cm dengan bentuk segi empat dan untuk pencurah atau corong berbentuk limas dengan ukuran 25x30x15 cm. Gambar 2. Unit Penjatah Pupuk Hasil rancangan Metering Device ditunjukkan seperti pada Gambar 2. Rotor terbuat dari bahan akrilik dengan ukuran diameter luar rotor 4,8 cm dan memiliki enam buah alur yang berfungsi sebagai pengambil dan penyalur pupuk granular. Bentuk alur pada rotor 46

adalah tipe edge cell dengan volume semua alur pada rotor 15,43 cm 2. Pada bagian poros rotor dipasang besi berongga dengan diameter luar 1,7 cm dan diameter dalam 1,0 cm. Pemasangan besi ini bertujuan untuk menguatkan posisi rotor ketika dipasang pada poros motor. Gambar 3. Hasil Rancangan Metering Device Casing rotor yang dirancang terbuat dari pipa paralon seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Ukuran diameter dalam 4,9 cm dan diameter luar 5,5 cm. Pada bagian atas terdapat lubang masukan pupuk sedangkan bagian bawah terdapat lubang pengeluaran pupuk. 2. Hasil Pengujian A. Kecepatan Putaran Hubungan tegangan dengan kecepatan putaran disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik Hubungan Tegangan dengan Kecepatan Putaran Gambar 4 menunjukkan grafik hubungan antara sumber tegangan/voltase dengan kecepatan putaran metering device. Grafik tersebut menunjukkan bahwa sumber 47

tegangan/voltase berkorelasi linier dengan kecepatan putaran metering device dengan nilai R 2 = 0,999 dengan persamaan korelasi y = 4,9x + 4,8. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan putaran dari rotor metering device 4.9 rpm untuk satu satuan tegangan/volt. B. Keluaran Pupuk a. Pupuk Urea Hasil pengujian dengan menggunakan pupuk urea pada Gambar 5 menunjukkan laju aliran pupuk meningkat dengan bertambahnya tegangan yang diberikan ke motor listrik sehingga kecepatan putaran motor meningkat. Jumlah rata-rata keluaran pupuk untuk penjatah 1 pada tegangan 12, 16 dan 20 volt berturut-turut sebesar 81,33 gr/menit, 130,33 gr/menit dan 169,00 gr/menit. Pada penjatah 2 keluaran pupuk masing-masing nilai tegangan yang dberikan berturut-turut sebesar 75,67 gr/menit, 129,00 gr/menit dan 168,20 gr/menit. Gambar 5. Grafik Keluaran Pupuk Urea b. Pupuk TSP Pengujian dengan menggunakan pupuk TSP dapat dilihat pada Gambar 5 dimana laju aliran pupuk meningkat secara linear dengan bertambahnya atau meningkatnya sumber tegangan. Jumlah rata-rata keluaran pupuk untuk penjatah 1 pada tegangan 12,16, dan 20 volt berturut-turut sebesar 121,20 gr/menit, 181,53 gr/menit dan 244,67 gr/menit. Pada penjatah 2 keluaran pupuk masing-masing nilai tegangan yang dberikan berturut-turut sebesar 119,27 gr/menit, 180,53 gr/menit dan 243,73 gr/menit. 48

Gambar 5. Grafik Keluaran Pupuk TSP c. Pupuk KCL Hasil pengujian dengan menggunakan pupuk KCL menghasilkan laju aliran pupuk yang tidak sempurna, dimana pupuk sulit keluar melalui celah hopper. Adapun sifat fisik dari pupuk KCL yang memiliki ukuran butiran yang sangat kecil (halus) seperti tepung sehingga lebih mengikat antara butiran yang satu dengan yang lain dan hal ini yang menyebabkan sulit turun pada bidang miring curah dan keluar pada celah hopper. Awalnya kemiringan sudut curah pada hopper 45 0 diatas sudut curah Pupuk Urea dan TSP karena pupuk KCL tidak mengalir/keluar sudut curah pada hopper dirubah menjadi 60 0. Dari hasil pengujian pupuk KCL juga mengalami kesulitan keluar dari celah hopper KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian alat penjatah pupuk hanya berfungsi mengalirkan pupuk Urea dan TSP yang memiliki ukuran butiran yang cukup besar > 1mm 2. Sumber tegangan/voltase berkorelasi linier dengan kecepatan putaran metering device dengan nilai R 2 = 0.999 dengan persamaan korelasi y = 4.9x + 4.8. 3. Jumlah rata-rata keluaran pupuk Urea untuk penjatah 1 pada tegangan 12,16 dan 20 volt berturut-turut sebesar 81,33 gr/menit, 130,33 gr/menit dan 169,00 gr/menit. Pada penjatah 2 keluaran pupuk masing-masing nilai tegangan yang dberikan berturut-turut sebesar 75,67 gr/menit, 129,00 gr/menit dan 168,20 gr/menit. 49

4. Jumlah rata-rata keluaran pupuk TSP untuk penjatah 1 pada tegangan 12, 16 dan 20 volt Saran berturut-turut sebesar 121,20 gr/menit, 181,53 gr/menit dan 244,67 gr/menit. Pada penjatah 2 keluaran pupuk masing-masing nilai tegangan yang dberikan berturut-turut sebesar 119,27 gr/menit, 180,53 gr/menit dan 243,73 gr/menit. Perlu adanya perbaikan dari bentuk/sudut kemiringan curah pada hooper dan mekanisme alat penjatah agar dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat mengalirkan pupuk KCL yang memiliki butiran yang sangat kecil (halus) DAFTAR PUSTAKA Aziz, A. 2011. Disain dan Pengujian Metering Device untuk Unit Pemupuk Butiran Laju Variabel (Variable Rate Granular Fertilizer Applicator) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Radite, P.A.S. 2001. Development of Variable Rate Granular Aplicator for Paddy Field. Research report on Precision Agriculture Research Project. BRAIN-Kyoto University, Japan. Reijntjes C. et al. 1992. Farming for the Future, an Introduction to Low-External-Input and Sustainable Agriculture. The Macmillan Prss LTD. Terjemahan. Sukoco Y. 1999. Pertanian Masa Depan, Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Penerbit Kanusius. Jakarta Srivastava, A.K., Goering, C.E, dan Rohrbach, R.P. 1994. Engineering Principle of Agricultural Machine. USA: American Society of Agriculture Enginering Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Tan, K.H. 1994., Enviromental Soil Science. New York : Marcel Dekker. 50