4 PENDEKATAN RANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 PENDEKATAN RANCANGAN"

Transkripsi

1 27 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan yang diperlukan untuk meneliti kinerja mesin pemupuk dosis variabel antara lain: rancangan fungsional dan rancangan struktural. Rancangan Fungsional Mesin pemupuk dosis variabel merupakan kesatuan komponen mekanik dan elektronik untuk mengatur jumlah pupuk yang dikeluarkan. Uji kinerja lapangan mesin yang akan dilakukan di lahan sawah memerlukan pengembangan beberapa komponen maupun sistem yang menunjang kerja mesin. Pengembangan bertujuan untuk membangun sistem: penopang beban mesin pemupuk dosis variabel dan pupuk, penghasil udara bertekanan, pembagi dan penyalur udara bertekanan, penebar pupuk, transmisi daya enjin ke unit implemen, dan fungsi navigasi berbasis RTK-DGPS. Sistem-sistem tersebut di atas wajib dimiliki oleh mesin pemupuk dosis variebel prototipe II. Sistem penopang beban pada mesin pemupuk dosis variabel merupakan sebuah konstruksi rangka yang menjadi tempat komponen-komponen mesin pemupuk dosis variabel. Rangka tersebut menanggung seluruh berat komponen mesin pemupuk serta total massa pupuk yang akan diaplikasikan ke lahan. Unit rangka yang dibuat memperhatikan pusat massa beban, pemilihan material rangka, dan simulasi kondisi kerja rangka sehingga hasil perancangan struktural rangka dapat mengakomodasi kebutuhan untuk menopang beban mesin saat bekerja di lapangan. Selanjutnya, fungsi dari sistem penghasil udara bertekanan adalah membuat suatu arus udara berkecepatan tinggi untuk menghembuskan butiran pupuk menuju lahan. Udara bertekanan dipilih sebagai fluida penghantar pupuk karena kebutuhan akurasi akan lokasi jatuhnya pupuk di lahan. Jika digunakan sistem spinner disc untuk menebar butir pupuk ke lahan, lokasi jatuhnya butir pupuk hanya akan dipengaruhi oleh massa jenis dan permukaan pupuk tersebut sehingga lokasi tepat jatuhnya pupuk akan sulit untuk ditentukan. Penggunaan sistem udara bertekanan untuk penyaluran pupuk dapat memaksa butir pupuk untuk jatuh di lokasi sesuai pada peta pemupukan sehingga sistem pneumatik dipilih untuk mendistribusikan butiran pupuk dari penjatah pupuk ke lahan. Komponen yang dapat memenuhi kebutuhan fungsi penghasil udara bertekanan untuk sistem pneumatik adalah blower.

2 28 Udara bertekanan yang dihasilkan oleh komponen blower harus didistribusikan ke empat penjatah pupuk dan delapan diffuser. Sistem pembagi dan penyalur udara bertekanan berfungsi untuk membagi sama besar aliran udara yang dihasilkan oleh blower dan menyalurkan butiran pupuk menuju diffuser. Komponen sistem pembagi dan penyalur udara bertekanan terdiri dari unit pembagi tekanan dan unit saluran udara bertekanan. Fungsi pembagi udara bertekanan ditanamkan pada desain komponen pembagi udara bertekanan dan disimulasikan menggunakan aplikasi CFD untuk diperoleh desain terbaik. Sementara itu, komponen penyalur udara bertekanan memiliki beberapa alternatif penggunaan bahan yang harus dianalisis baik secara mekanik maupun ekonomi agar diperoleh bahan yang terbaik. Beberapa alternatif bahan yang dapat digunakan adalah selang plastik, selang karet bercincin PVC, selang nylon, dan selang asbes. Dari segi ekonomi selang jenis plastik, nylon, dan asbes merupakan jenis yang baik karena harganya relatif murah. Namun, ketiga jenis selang tersebut memiliki kelemahan, yaitu berubahnya diameter selang saat dibengkokkan. Hal ini mengganggu kerja distribusi pupuk dari penjatah pupuk menuju diffuser karena perubahan diameter selang menyebabkan turunnya kecepatan alir udara yang menghembuskan pupuk menuju lahan. Oleh karena itu, sistem penyalur udara bertekanan menggunakan selang karet bercincin PVC karena selang dengan jenis ini tidak mengalami perubahan diameter saat dibengkokkan atau ditekuk. Selanjutnya, sistem penyalur daya enjin ke unit implemen merupakan bagian yang vital dari mesin pemupuk dosis variabel. Sistem ini berfungsi mendistribusikan daya enjin yang terletak di bagian depan mesin menuju unit penghasil udara bertekanan yang terdapat pada implemen. Unit penghasil udara bertekanan, dalam hal ini blower, membutuhkan daya untuk memutar bilah yang dapat mengumpulkan udara lingkungan menuju saluran udara bertekanan. Sistem penyalur daya enjin terdiri dari empat mekanisme yang berbeda. Mekanisme pertama didesain untuk menyalurkan daya dengan arah paralel dari unit PTO traktor, mekanisme kedua menyalurkan daya dari dua poros yang memiliki beda tinggi cukup besar, mekanisme ketiga berfungsi untuk menggandakan kecepatan putar, dan yang terakhir berfungsi untuk menyalurkan daya dari dua poros yang relatif sejajar. Penyaluran daya pada mekanisme pertama dapat menggunakan komponen universal joint ataupun flexible clutch, kedua komponen tersebut didesain untuk meneruskan gaya putar dengan arah paralel dan mengakomodasi

3 29 perbedaan ketinggian antara poros sumber putaran dengan poros tujuan. Namun, komponen flexible clutch yang terdiri dari kumpulan kawat baja tidak dapat menanggung torsi terlalu besar dan menghasilkan efek vibrasi akibat penggunaan kawat baja yang fleksibel, oleh karena itu komponen penyalur daya akan menggunakan universal joint yang secara umum banyak digunakan pada penyaluran daya pada alat otomotif. Selanjutnya, komponen penyalur daya pada mekanisme kedua dapat menggunakan sistem puli-sabuk ataupun sistem sproket-rantai. Kedua sistem yang akan digunakan didesain untuk menyalurkan gaya putar pada dua poros sejajar yang memiliki jarak diantaranya. Penggunaan sistem sproket-rantai dari sisi mekanik lebih cocok untuk dipilih karena daya yang ditransmisikan relatif besar dengan putaran yang rendah, namun kondisi kerja yang korosif dan selalu kontak dengan butiran pupuk dapat menyebabkan timbulnya karat pada sistem sproket-rantai. Oleh karena itu, sistem pulisabuk dipilih karena material yang digunakan relatif lebih tahan karat yaitu: material karet pada sabuk dan alumunium pada puli. Mekanisme ketiga memerlukan pengganda putaran yang dapat diperoleh dari penggunaan gearbox. Gearbox yang sejatinya berfungsi untuk mereduksi kecepatan putar digunakan untuk menggandakan putaran. Untuk keperluan tersebut maka dibutuhkan gearbox yang menggunakan hubungan pasangan gigi-roda agar dapat bekerja untuk mereduksi maupun menggandakan putaran. Fungsi terakhir adalah fungsi navigasi. Komponen yang dipilih untuk sistem pemandu berbasis satelit GPS adalah RTK-DGPS. Komponen ini merupakan varian mutakhir dari sistem navigasi satelit dengan tingkat akurasi <10 cm. Alternatif lain untuk sistem navigasi dapat menggunakan pemandu posisi lokal berbasis laser maupun gelombang ultrasonik. Namun, kedua alternatif tersebut memiliki jangkauan yang terbatas dan spesifik untuk lokasi tertentu sehingga perlu dilakukan kalibrasi ulang jika mesin melakukan pemupukan di tempat yang berbeda. Keunggulan RTK-DGPS selain memiliki akurasi yang tinggi, juga memiliki cakupan global sehingga dapat digunakan di berbagai tempat di permukaan bumi. Oleh karena itu sistem navigasi dipercayakan menggunakan komponen RTK-DGPS buatan Hemisphere. Penilaian terhadap komponen-komponen yang akan digunakan untuk memenuhi seluruh fungsi dari mesin pemupuk dosis variabel dilakukan secara menyeluruh. Komponen yang memiliki fungsi relatif sama untuk memenuhi suatu fungsi yang diperlukan digunakan sebagai komponen alternatif dan dilakukan penilaian dari

4 30 kelebihan serta kekurangan antar komponen tersebut. Hasil akhir proses perancangan fungsional adalah desain mesin pemupuk dosis variabel prototipe II yang telah memiliki seluruh fungsi yang dibutuhkan. Desain mesin pemupuk dosis variabel (Gambar 15) merupakan prototipe dihasilkan dari proses perancangan. H J I K Keterangan: A. Tiga titik gandeng B. Puli dan sabuk C. Blower D. Rangka blower E. Saluran udara bertekanan F. Saluran udara dan pupuk G. Diffuser H. Penjatah pupuk I. Hopper J. Rangka hopper K. Dudukan GPS radio D C B E F G A Gambar 15 Mesin pemupuk dosis variabel Komponen penyusun mesin pemupuk dosis variabel dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar teknik komponen mesin disajikan pada Lampiran Fungsi dari dari tiap komponen yaitu, tiga titik gandeng berfungsi menghubungkan rangka blower dengan rangka utama traktor, komponen ini dilengkapi dengan batang hidrolik sehingga seluruh rangkaian mesin pemupuk dosis variabel dapat bergerak naik-turun. Selanjutnya itu, komponen puli dan sabuk berfungsi mentransmisikan tenaga putar Power Take Off (PTO) pada traktor menuju gearbox. Komponen gearbox digunakan untuk meningkatkan kecepatan putar (rpm) PTO sebesar sepuluh kali lipat bagi pemenuhan kebutuhan kecepatan putar blower sebesar 2800 rpm. Selanjutnya, blower digunakan untuk menghasilkan aliran udara bertekanan guna menghembuskan butiran pupuk menuju nozzle pupuk. Rangka blower berfungsi sebagai dudukan blower dan rangka hopper. Rangka ini berfungsi untuk menahan keseluruhan beban yang ada pada mesin pemupuk dosis variabel. Pada bagian lain, saluran udara bertekanan yang terpasang

5 31 pada rangka blower berfungsi untuk mengalirkan udara yang dihasilkan blower menuju penjatah pupuk, sedangkan saluran udara dan pupuk berfungsi untuk menyalurkan campuran udara bertekanan dan pupuk menuju diffuser. Akhir dari saluran udara dan pupuk adalah diffuser pupuk yang berfungsi menyebar campuran udara bertekanan dan pupuk. Dosis yang keluar dari diffuser dihasilkan oleh penjatah pupuk yang berfungsi mengatur jumlah pupuk yang dikeluarkan sesuai dengan dosis yang ada pada peta pemupukan. Sementara itu, hopper memiliki fungsi sebagai wadah pupuk selama mesin beroperasi. Hopper berada dalam rangka hopper yang berfungsi sebagai dudukan dan juga penyangga berat dari hopper dan pupuk. Selanjutnya, komponen dudukan GPS radio transmitter berfungsi sebagai tempat menempelnya radio transmitter untuk mengirim sinyal GPS menuju base station. Rancangan Struktural Keseluruhan komponen yang akan dan sudah dibuat telah memiliki perhitungan dari segi desain, jumlah pembebanan, dan kemudahan manufaktur. Berikut ini merupakan penjelasan rancangan struktural dari komponen-komponen tersebut. Tiga Titik Gandeng Tiga titik gandeng (Gambar 16) merupakan struktur yang menghubungkan rangka traktor dengan implemen. Komponen ini terdiri dari lower link dan top link. Top link terhubung ke hidrolik traktor untuk mengatur ketinggian implement terhadap tanah sementara lower link merupakan batang penumpu berat implemen terhadap traktor. Dimensi yang digunakan mengikuti dimensi titik gandeng yang digunakan transplanter padi dengan perkuatan besi siku pada bagian bawahnya. Perkuatan ini diperlukan karena massa implemen yang digunakan saat ini lebih besar dibandingkan implemen standar yang biasa diusung oleh traktor. Upper Link Lower Link Gambar 16 Tiga titik gandeng

6 32 Puli dan Sabuk Rangkaian puli dan sabuk (Gambar 17) digunakan untuk mentransmisikan tenaga putar PTO menuju gearbox. Puli yang dipakai berukuran 3 inci dengan perbandingan 1:1. Universal joint Gear box Gambar 17 Rangkaian puli dan sabuk Sementara itu, sabuk yang digunakan adalah sabuk-v ukuran A dengan jumlah gang 2 buah untuk mengakomodasi kebutuhan torsi yang besar. Sabuk jenis ini dipilih karena daya yang akan ditransmisikan untuk kebutuhan blower sebesar 0.75kW dengan jumlah putaran 360 rpm. Selain itu, berdasarkan diagram pemilihan sabuk pada Gambar 18, besarnya daya dan jumlah putaran yang akan dipakai menunjukkan bahwa sabuk ukuran A lebih tepat digunakan. Gambar 18 Diagram pemilihan sabuk-v (Sularso, 2004)

7 33 Kebutuhan torsi pada PTO dapat dihitung berdasarkan kebutuhan torsi pada unit blower. Persamaan (17) digunakan untuk menghitung torsi yang dibutuhkan oleh poros blower agar unit tersebut dapat berputar sebanyak ±3000 rpm. (17) Sehingga torsi yang dibutuhkan oleh blower adalah: Torsi = Nm, Selanjutnya torsi yang harus tersedia pada PTO agar gearbox dapat menggandakan putaran dengan rasio 1:10 adalah: => torsi PTO adalah Nm Jadi, untuk memutar blower pada kecepatan ±3000 RPM dibutuhkan torsi pada PTO sebesar Nm. Kebutuhan torsi ini harus dapat disediakan oleh enjin 8.5 HP yang terpasang. Jika efisiensi penyaluran daya dari enjin ke PTO adalah 83%, maka torsi yang tersedia pada PTO dari traktor yang digunakan adalah HP atau kw. Daya sebesar ini dapat menghasilkan torsi: Torsi= Nm. Nilai torsi yang tersedia jauh melebihi torsi yang dibutuhkan oleh PTO untuk memutar blower. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem puli dan sabuk yang terpasang dapat digerakkan oleh PTO untuk menghasilkan putaran ±3000 RPM pada blower. Blower Blower digunakan untuk menghasilkan udara bertekanan. Kebutuhan debit blower dihitung berdasarkan target debit udara pada masing-masing diffuser. Mengacu pada percobaan yang dilakukan Setiawan (2001), debit yang dikeluarkan tiap diffuser adalah m 3 /s. Percobaan pendahuluan yang telah dilakukan memberi hasil geometri optimal untuk pembagi tekanan adalah kerucut terpancung berlubang empat. perilaku kehilangan kecepatan alir pada kerucut dengan percabangan 4 lubang dapat dilihat pada Gambar 19.

8 34 Gambar 19 Hasil simulasi pembagi tekanan Penurunan kecepatan yang terjadi sebesar 3 kali kecepatan semula, sehingga jika pada saluran inlet percabangan fluida memiliki kecepatan 35 m/detik, maka pada saluran outlet fluida tersebut akan berkecepatan 11 m/detik untuk masing-masing lubang keluar. Hal ini juga dipengaruhi oleh diameter saluran yang dipakai, dengan perbandingan 1:2.5 untuk diameter saluran outlet dan inlet maka penurunan kecepatan sebesar 3 kali akan diperoleh. Pembuatan saluran udara bertekanan akan mengikuti hasil percobaan yang telah dilakukan, untuk itu diameter saluran yang akan dipakai adalah 5 inci untuk saluran inlet dan 2 inci untuk saluran outlet. Kebutuhan debit m 3 /detik dapat diakomodasi oleh penyediaan debit sebesar ± m 3 /detik sesuai dengan hasil percobaan. Kebutuhan debit tersebut diharapkan dapat diperoleh dengan menggunakan blower dengan spesifikasi: intermediate pressure blower tipe CZR-750W, blower ini memiliki diameter output 100 mm, terbuat dari bahan alumunium untuk mengurangi beban rangka, dan mampu mengeluarkan aliran udara sebesar 1170 CMH (1170 m 3 /jam atau m 3 /detik). Namun, komponen ini memerlukan modifikasi karena perbedaan sumber tenaga yang digunakan. Pada awalnya, komponen ini menggunakan motor listrik untuk memutar bilah kipas, namun sebagai implemen tambahan yang dipasang pada traktor maka kebutuhan listrik bagi motor listrik sulit untuk dipenuhi. Untuk itu, digunakan PTO untuk memutar bilah blower. Rangka Blower dan Rangka Hopper Komponen rangka blower merupakan struktur utama yang menopang blower, rangka hopper, komponen hopper dan penjatah, serta saluran udara bertekanan. Rangka blower dibuat dari besi hollow 30 x 20 x 2 mm dan dirangkai menggunakan metode

9 35 pengelasan. Sementara itu, rangka hopper dibuat menggunakan bahan stainless steel hollow dengan ukuran yang sama. Kedua rangka yang memiliki bahan berbeda disatukan menggunakan mur dan baut pada bagian atas rangka blower. Komponen rangka blower dan hopper dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20 Rangka blower dan hopper Pembuatan rangka memperhitungkan pusat massa beban (centroid) dan momen yang terjadi pada tiap ujung titik gandeng. Pusat massa rangka dapat dilihat pada Gambar 21. Simulasi penentuan titik pusat massa rangka dilakukan menggunakan aplikasi inquiry pada autocad. Pusat Massa Pusat Massa mm Tampak Samping Tampak Depan mm Gambar 21 Pusat massa rangka

10 36 Informasi letak pusat massa beban sangat diperlukan untuk perhitungan beban lentur maksimal yang dapat dibebankan pada rangka. Rangka VRT terdiri dari dua bahan yang berbeda, bagian atas yang menopang hopper terbuat dari stainless steel dan memiliki volume m 3. Jika massa jenis stainless steel sebesar 7900 kg/m 3 (Lefler, 2001) maka massa rangka bagian atas adalah 49.3 kg. Sementara itu rangka blower yang terbuat dari bahan besi memiliki volume m 3 dan massa jenis 7850 kg/m 3 (Seblin, 2004) akan bermassa 22.8 kg. Total massa rangka yang dihasilkan adalah 69.5 kg. Rangka utama yang menahan keseluruhan beban terletak pada rangka blower yang berhubungan dengan titik tumpu beban dan terdapat pada ketiga titik gandeng dibagian depan rangka. Gambar 21 menunjukkan jarak titik gandeng terhadap lokasi titik pusat massa pada arah vertikal. Nilai tersebut digunakan untuk memperhitungkan besar momen yang terjadi pada titik gandeng dan beban lentur maksimal yang harus ditopang oleh bahan rangka utama. Rangka utama terbuat dari bahan baja karbon rectangular hollow berukuran 40 x 40 mm dengan tebal 3 mm. Kekuatan lentur suatu bahan terhadap pembebanan dapat dihitung menggunakan persamaan (18). (18) Dimana: σ a = nilai kekuatan lentur bahan yang diperbolehkan (kgf/mm 2 ) M = momen yang terjadi pada tangkai (kgf mm) c = titik tengah bahan (mm) I m = Inersia bahan (mm 4 ) Perhitungan momen (M) dilakukan dengan mengalikan jarak titik gandeng dengan titik pusat massa dengan besarnya gaya yang bekerja pada titik pusat massa tersebut. Gambar 21 tampak samping memperlihatkan bahwa jarak titik pusat massa terhadap titik gandeng sebesar 21 mm, sementara itu pada Gambar 21 tampak depan dapat diketahui bahwa jarak titik pusat massa terhadap titik gandeng bawah kanan dan kiri adalah sama, yaitu 143 mm sehingga momen yang terjadi akan saling menghilangkan dengan catatan massa yang ada pada sebelah kanan dari titik pusat massa adalah identik dengan massa yang ada pada sebelah kiri dari titik pusat massa. Oleh karena itu, momen yang terjadi pada rangka utama terhadap titik gandeng dihitung menggunakan persamaan (19): (19)

11 37 Selanjutnya, nilai c yang merupakan titik tengah bahan dapat diketahui dengan membagi dua nilai panjang atau lebar bahan, karena bahan yang dipakai adalah persegi dengan ukuran 40 mm x 40 mm maka nilai c adalah 20 mm. Lebih jauh lagi, parameter berikutnya yang dicari adalah I m atau momen inersia yang dipengaruhi oleh penampang bahan. Menurut Steel Tube Institute of North America (2005), bahan besi karbon berukuran 40 x 40 mm dan memiliki tebal 3 mm akan memiliki momen inersia sebesar mm 4. Nilai-nilai yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam persamaan (18) sehingga nilai kekuatan lentur yang diperoleh adalah kgf/mm 2. Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan nilai kekuatan lentur yang diijinkan untuk bahan baja karbon, yaitu 30 kgf/mm 2. Sementara itu, perhitungan dengan beban penuh yang meliputi hopper (@ 5 kgf), sistem penjatah pupuk (@ 1kgf), lengan diffuser (5 kgf), diffuser (@0.5 kgf), blower (10 kgf), gearbox (25 kgf), saluran pupuk (2 kgf), saluran udara bertekanan (±5 kgf) dan pupuk (@ 30 kgf) menghasilkan nilai kekuatan lentur sebesar 0.79 kgf/mm 2. Perhitungan tersebut menyimpulkan bahwa nilai kekuatan lentur yang terjadi masih jauh lebih kecil dibandingkan nilai kekuatan lentur yang diperbolehkan pada rangka utama. Saluran Udara Bertekanan Pressurized air conduit atau saluran udara bertekanan dibuat dari selang spiral premium dengan diameter 4 pada saluran keluar blower dan 2 pada bagian pencampur pupuk dan diffuser (Gambar 22). Gambar 22 Saluran udara bertekanan pada rangka

12 38 Selang spiral premium memiliki cincin yang terbuat dari plastik, sementara bagian penghubungnya terbuat dari polimer yang lentur. Kombinasi ini diharapkan dapat menyalurkan udara bertekanan dengan baik dan tetap memiliki elastisitas yang dibutuhkan agar efektifitas penggunaan ruang pada rangka dapat tercapai. Perhitungan kehilangan tekanan pada saluran perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas penyaluran udara. Kehilangan tekanan pada saluran terdiri dari dua jenis losses, yaitu major headloss dan minor headloss. Major headloss merupakan kehilangan tekanan yang diakibatkan oleh gesekan sepanjang permukaan saluran sementara minor headloss merupakan kehilangan tekanan akibat belokan, percabangan maupun terdapatnya katup. Perhitungan kehilangan tekanan dilakukan menurut persamaan (20). (20) Persamaan 15 merupakan persamaan Darcy-Weisbach untuk kehilangan tekanan akibat gesekan. Dimana: h f = kehilangan tekanan akibat gesekan (m) λ = koefisien friksi L = panjang pipa (m) D = diameter pipa (m) v = kecepatan alir fluida (m/s) g = percepatan gravitasi (9.81 m/s 2 ) sementara itu, kehilangan tekanan akibat belokan dan percabangan telah diketahui nilainya mengikuti Tabel 5. Tabel 5. Kehilangan tekanan akibat belokan dan percabangan dalam satuan feet (HyperGEAR, 2007) Item Pipe Size 1/2" 3/4" 1" 1 1/4" 1 1/2" 2" 2 1/2" 3" 4" 6" Tee (thru flow) Tee (branch flow) ELL ELL Perhitungan kehilangan tekanan dilakukan pada tiga bagian saluran udara. Bagian-bagian tersebut dapat dilihat pada Gambar 23. Bagian 1 terbuat dari selang 4, sementara bagian 2 terbuat dari pipa 2 dan bagian 3 terbuat dari pipa 1.5. Debit aliran

13 39 udara yang ditargetkan pada diffuser sebesar m 3 /detik mengacu pada percobaan yang dilakukan oleh Setiawan (2001). Bagian 2 Bagian 1 Bagian 3 Gambar 23 Pembagian saluran udara bertekanan Penjatah Pupuk Penjatah pupuk (Gambar 24) terbuat dari bahan akrilik 5 mm yang ditempel sebanyak 4 lembar sehingga lebar penjatah menjadi 20 mm dengan 6 alur pupuk. Setiap unit variable rate granular fertilizer applicator memiliki dua buah penjatah yang tidak dipasang segaris tetapi bergeser sekitar setengah dari sudut rotor sehingga memiliki fase tunda sekitar 30 o. Hal ini bertujuan untuk mengurangi puncak torsi dari motor dan fluktuasi keluaran pupuk ketika kedua rotor dioperasikan bersamaan. Dengan dimensi rotor ini diperoleh volume teoritis sebesar cm 3 /rotasi untuk satu rotor (Azis 2011). Gambar 24 Dimensi dan ukuran rotor (Azis, 2011)

14 40 Hopper Hopper terbuat dari bahan akrilik dengan tebal 5 mm, akrilik merupakan bahan yang kuat dan tahan karat sehingga cocok digunakan untuk pupuk yang relatif bersifat korosif. Desain hopper didasarkan pada sudut curah pupuk yang digunakan agar pupuk dapat meluncur. Pupuk yang akan digunakan yaitu urea, NPK, dan SP-36 dengan sudut curah 31 o 35 o sehingga sudut kemiringan hopper dirancang sekitar 45 o. Bagian bawah hopper dilengkapi oleh rumah penjatah pupuk yang tersambung dengan pipa penghembus pupuk. Komponen hopper memiliki kapasitas 30 kg dan merupakan bagian yang memiliki bobot paling tinggi saat diisi oleh pupuk. Gambar rancangan dan dimensi hopper disajikan pada Gambar 25. Gambar 25 Dimensi dan ukuran hopper (Azis 2011)

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 19 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan, dimulai pada bulan Januari 2012 hingga September 2012. Penelitian dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Mesin pemupuk dosis variabel merupakan mesin yang telah dikembangkan secara bertahap sejak tahun 2010 oleh mahasiswa pasca sarjana Teknik Mesin Pertanian dan Pangan. Mesin ini

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN IV. PENDEKATAN PERANCANGAN A. KRITERIA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung dengan tenaga tarik traktor tangan ini dirancangan terintegrasi dengan alat pembuat guludan (furrower) dan alat pengolah

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL IV. ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN Alat pemerah susu sapi ini dibuat sesederhana mungkin dengan memperhitungkan kemudahan penggunaan dan perawatan. Prinsip pemerahan yang dilakukan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate IV. ANALISA PERANCANGAN Alat tanam jagung ini menggunakan aki sebagai sumber tenaga penggerak elektronika dan tenaga manusia sebagai penggerak alat. Alat ini direncanakan menggunakan jarak tanam 80 x 20

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk Prototipe yang dibuat merupakan pengembangan dari prototipe pada penelitian sebelumnya (Azis 211) sebanyak satu unit. Untuk penelitian ini prototipe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu Berdasarkan hasil survey lapangan di PG. Subang, Jawa barat, permasalahan yang dihadapi setelah panen adalah menumpuknya sampah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan IV PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototype produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS Perancangan dan pembuatan mekanik mesin sortasi manggis telah selesai dilakukan. Mesin sortasi manggis ini terdiri dari rangka mesin, unit penggerak, unit pengangkut,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011. Tempat perancangan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian IPB. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang dilakukan adalah studi literature, survey, perancangan dan eksperimen dengan dengan penjabaran berikut : 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rancangan transporter tandan buah segar tipe trek kayu dapat dilihat pada Gambar 39. Transporter ini dioperasikan oleh satu orang operator dengan posisi duduk. Besar gaya

Lebih terperinci

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG Disusun Oleh : Nama : Tohim Purnanto Npm : 27411140 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Jagung Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERENCANAAN DAN PENJELASAN PRODUK Tahap perencanaan dan penjelasan produk merupakan tahapan awal dalam metodologi perancangan. Tahapan perencanaan meliputi penjelasan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT

RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT Joko Hardono Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Tangerang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT

BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT 3.1 PROSES PERENCANAAN Proses perencanaan yang akan dilakukan tidak jauh-jauh dari batasan yang telah dikemukakan penulis pada bab I yaitu data teknis dari model

Lebih terperinci