IbM: Pengenalan Manajemen Kualitas Dan Usaha Pada Pengembangan Komunitas Jamu Gendong Di Serpong, Kota Tangerang. ABSTRACT: Keywords ABSTRAK:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Etnobotani Jamu Gendong Berdasarkan Persepsi Produsen Jamu Gendong di Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO BERBASIS JAMU SEBAGAI BENTUK KETAHANAN EKONOMI MASYARAKAT

Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya.

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Titin Eka Ardiana1), Nanang Cendriono2) Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil dalam meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam tumbuhtumbuhan

V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan

Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitian dan Pengembangannya

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM JAMU BOOTH GODHONG BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN. Diusulkan oleh:

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK DALAM PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI PRODUK KERAJINAN TANGAN

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

Kisi-kisi instrumen Perusahaan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012

Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Jamu Melalui Teknologi Diversifikasi Produk Jamu Tradisional serta Manajemen Pengelolaan Usaha

PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

IbM Kelompok Tani Buah Naga

PENERAPAN CPOTB DALAM PENGOLAHAN TANAMAN OBAT KELUARGA SEBAGAI RAMUAN HERBAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman herbal merupakan bahan utama dalam pembuatan jamu.

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Eva Anastasia Segara, Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

IbM PEDAGANG JAMU GENDONG DI DESA SUMBERSARI WONOLOPO

IbM KELOMPOK PENGRAJIN GERABAH MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN, ALAT PRODUKSI DAN MANAJEMEN PEMASARAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI

BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT. kampung demak Jaya dan diikuti oleh ketua RT yakni Erik Setiawan (45 tahun) berkumpul di

BAB I PENDAHULUAN. turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan,

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan

Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT

pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan telah menggunakan tanaman obat-obatan. Bangsa Yunani kuno

INVENTARISASI TANAMAN OBAT DALAM USADA UPAS DALAM BENTUK BUKU ELEKTRONIK ABSTRAK

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

BAB 9 KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

IbM PENGRAJIN KUE BAGIAK DI KABUPATEN BANYUWANGI. Herlina dan Triana Lindriati

LAMPIRAN: 5 PETA LOKASI PENELITIAN PETA JAWA TIMUR

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

ANALISIS USAHA MINUMAN INSTAN BERBASIS BIOFARMAKA (STUDI KASUS KELOMPOK WANITA TANI SUBUR LESTARI KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

PELUANG BISNIS BERWIRAUSAHA NASI KUNING

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T

IbM DIVERSIFIKASI JAMU INSTANT DI KECAMATAN BUMIRATU NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dengan budaya lokal masyarakat yang diimbangi dengan keahlian meracik

KRITERIA SNI AWARD 2015

PENDAMPINGAN PENERAPAN DIVERSIFIKASI PRODUK GULA KELAPA/MERAH KEMASAN KECIL

PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

BAB I PENDAHULUAN. untuk makanan dan atau minuman yang mengandung bahan-bahan yang. tradisional dengan memanfaatkan aneka tumbuhan dan rempah-rempah

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari

KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat menciptakan peluang usaha yang besar. Soto Pak Sipit mulai ramai pengunjung.

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

CILACAP SURGANYA GULA KELAPA

KRITERIA SNI AWARD 2015

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pengaruh..., Agnes Murniati, FE UI, 2010.

USULAN PROGRAM PPM. Judul: Pesona Herbal sebagai Upaya Mengembangkan Eco-Education dan Kewirausahaan Produk Olahan Herbal.

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

Hidup sehat dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Nenek moyang kita. Bugar Berkat Secangkir Herbal. 1 Obat Tradisional

Pembahasan Materi #11

BAB I PENDAHULUAN. diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI MENTOR, MOTIVASI MAHASISWA DAN MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN PMW

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

IbM KELOMPOK IBU PKK KELURAHAN BANYURIP ALIT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN DAN KELURAHAN KEPATIHAN KECAMATAN WIRADESA

Deskripsi Mata Kuliah

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK

Transkripsi:

IbM: Pengenalan Manajemen Kualitas Dan Usaha Pada Pengembangan Komunitas Jamu Gendong Di Serpong, Kota Tangerang. M. Tony Nawawi 1. Rodhiah 2. Kartika Nuringsih 3. I Gede Adi Putra 4. ABSTRACT: The purpose of the activities produce three outputs, namely the introduction of quality management and business as well as a bicycle delivery to partners in carrying medicinal Swamp Gang Buntu Tangerang. The method used in the form of forum Group Discussion (FGD) with carrying medicinal partner, business management training tailored to the carrying medicinal scale, dissemination of quality management / quality herbs, talks about the importance of clean water sanitation including criteria, knowledge of microbial hazards in herbal medicine. Additionally do make a pilot in order to facilitate the delivery bike vendors in distributing medicinal herbs konsumen.target expected to achieve four outcomes, namely: 1). Model / Quality Management Guide Herbal Wear. 2). Introduction of the Model Business Management Herb carrying. 3). Delivery bicycles as a means of transportation vendor Herbal Herbal. Based on the three proficiency level output is expected to be expected to change the way of thinking, awareness and understanding of herbal vendors about keeping quality herbs continuously improve the level of hygiene that is attached to the carrying medicinal, have a good knowledge of business management and facilitate the distribution of products to consumers. Therefore, it can lift the image carrying medicinal become increasingly better. Keywords: Quality management, business management, delivery bikes, forum group discusion ABSTRAK: Tujuan kegiatan menghasilkan tiga output yaitu pengenalan manajemen mutu dan usaha serta sepeda delivery kepada mitra jamu gendong di Gang Rawa Buntu Tangerang. Metode yang digunakan berupa forum group discusion dengan mitra jamu gendong, pelatihan manajemen usaha disesuaikan dengan skala jamu gendong, sosialisasi tentang manajemen mutu/kualitas jamu, ceramah tentang pentingnya sanitasi termasuk kriteria air bersih, pengetahuan tentang bahaya mikroba dalam jamu. Selain itu dilakukan membuat satu percontohan sepeda delivery dalam rangka memudahkan penjaja jamu dalam mendistribusikan jamu ke konsumen. Target yang diharapkan mencapai empat luaran, yaitu: 1). Model/Panduan Manajemen Mutu Jamu Gendong. 2). Model pengenalan manajemen Usaha Jamu gendong. 3). Sepeda Delivery Jamu sebagai sarana transportasi penjaja Jamu. Berdasarkan tiga output tesebut diharapkan akan diharapkan mampu merubah cara pikir, kesadaran dan pemahaman penjaja jamu tentang menjaga kualitas jamu secara kontinyu memperbaiki tingkat higienitas yang melekat pada jamu gendong, memiliki pengetahuan manajemen usaha dengan baik dan mempermudah pendistribusian produk ke tangan konsumen. Dengan demikian dapat mengangkat citra jamu gendong menjadi semakin lebih baik. Kata Kunci: manajemen mutu, manajemen usaha, sepeda delivery, forum diskusi kelompok. Pendahuluan Salah satu bentuk usaha jamu spesifik & unik di Indonesia adalah jamu gendong. Bisnis jamu gendong telah berkembang puluhan tahun, bahkan pada zaman nenek moyang, para penjual jamu gendong sudah membuat dan memasarkan jamu gendong secara sederhana dan tradisional. Bisnis ini di jalankan sebagai bisnis keluarga dan turun- menurun yang umumnya di lakukan oleh kaum wanita atau ibu-ibu rumah 1 Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara 2 Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara 3 Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara 4 Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara 14

tangga yang ingin membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Berkembangnya bisnis ini cukup tinggi, terbukti dari semakin banyaknya wanita yang terjun pada bisnis jamu gendong dimana setiap lokasi baik dikota-kata besar maupun didaerah banyak di jumpai para wanita penjual jamu gendong, hal ini tidak lepas karena banyaknya konsumen baik laki-laki maupun wanita, pekerja kasar atau kuli bangunan, sopir, wanita habis melahirkan, ibu-ibu rumah tangga maupun karyawan, bahkan anakanak pun juga ikut mengkomsumsi dan menyukai produk jamu ini. Hal tersebut menjadikan peluang yang amat besar bagi bisnis ini untuk tumbuh dan terus berkembang. Dalam catatan MURI sampai tahun 2012 jumlah wanita penjual jamu minimal mencapai 50.000 pedagang (www.lensaindonesia.com). Nilai spesifik dikarenakan pembuat jamu dari kelompok wanita urban berasal dari Sukoharjo-Wonogiri. Sementara keunikan jamu gendong terletak pada kekuatan adaptasi lingkungan, keuletan dalam perantauan & toleransi dalam membagi terirorial. Walaupun demikian untuk saat ini diperlukan pemberdayaan secara lebih optimal agar dapat mengangkat perekonomian kelompok jamu gendong. Alasan utama mengapa kegiatan ini difokuskan pada usaha jamu gendong, karena faktor berikut ini: 1. Sebagai usaha peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat tingkat bawah. Usaha perseorangan ini sebagai peluang untuk mencapai kemandirian ekonomi pada kelompok masyarakat tersebut, 2. Sebagai upaya meningkatkan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi. Semua penjual jamu gendong adalah kaum wanita atau remaja dengan latar belakang pendidikan relatif rendah, 3. Jamu Gendong sebagai bagian dari rantai pasokan (supply chain) atau mitra perusahaan jamu besar, sehingga peran mereka cukup signifikan dalam memajukan industri jamu di Indonesia, 4. Sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya bangsa, sehingga resep jamu masih dikenal oleh generasi mendatang. Untuk tujuan ini melibatkan seluruh pihak terkait mata rantai industri jamu, instansi pemerintah, lembaga riset, institusi pendidikan, lembaga perbankan atau lembaga konsumen. Hasil observasi awal dengan mitra jamu gendong di Serpong Tangerang yaitu: Mbak Yarmi usia 37 tahun telah berdagang jamu di sekitar Rawa Mekar Jaya BSD Tanggerang sejak tahun 1994. Dia berdagang sehari dua kali (pagi dan siang) dengan harga jual rata-rata @ Rp. 3.000,- sebanyak 12 botol beling 1 literan. Nilai penjualan setiap kali berjualan jamu sebesar Rp. 50.000,- s/d Rp. 70.000,- Cara berjualan dengan cara bersepeda untuk mengefisienkan dalam menjalankan usaha jamu. Dalam menjalankan usaha jamu, menghadapai kendala atau kesulitan berkembang, di samping itu para pedagang jamu ini belum menggunakan peralatan yang lebih modern dan memberikan jaminan kualitas yang lebih baik. Oleh karena itu, agar dapat melayani konsumennya secara lebih baik, para penjual jamu perlu terus memberikan kepercayaan kepada konsumen terutama yang sudah menjadi pelanggan setianya melalui suatu upaya peningkatan kualitas produk jamu gendong seperti dengan memahami apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen, mengetahui kepuasan konsumen dan melakukan evaluasi untuk meningkatkan kualitas produknya. Untuk itu para penjual jamu perlu mengetahui manajemen kualitas jamu yang dijual, melakukan suatu evaluasi atas hasil tanggapan konsumen. Berdasarkan hasil diskusi dengan mitra jamu gendong tersebut mengindikasikan usaha jamu gendong tidak menghadapi adanya masalah dalam mendapatkan bahan baku. Hal ini disebabkan pada pedagang jamu gendong mampu mengatur pengadaan bahan baku langsung dari daerah asal di Wonogiri Jawa Tengah. Di gang tersebut ditemukan kelompok jamu gendong antara 30 pedagang turun temurun atau kerabat 15

dekat. Mereka sudah puluhan tahun berdagang jamu dengan teknik produksi & jenis jamu yang dipertahankan sama, seperti: beras kencur, kunyit asam, kunci suruh, cabe puyang, pahitan sinom, atau berdasarkan pesanan. Selain itu mereka membawa jamu olahan dari industri jamu Nyonya Meneer, Sido Muncul dan Jamu Jago. Komunitas jamu gendong ini sebagian besar tinggal dirumah sendiri atau mengontrak rumah petak secara berdekatan. Cara perjualan masih dipertahankan sama dengan aslinya, yaitu: memakai kain, mengendong bakul berisi 8-10 botol jamu, dengan menenteng ember kecil berisi air cucian gelas. Beberapa pedagang muda mulai menggunakan sepeda agar lebih mudah dalam menjajakan jamu. Untuk Ibu Warsikem belum menggunakan sepeda dan ini sudah lama dinantikan untuk dapat berjualan menggunakan sepeda untuk mempermudah transportasi dan kemudahan dalam mengangkut jamu. Masalah yang dihadapi oleh mitra jamu gendong. Sebagian besar pedagang jamu mencampuradukkan antara uang hasil usaha dengan uang pribadi, sehingga manajemen usaha mereka masih belum rapi. Untuk pedagang jamu dari generasi muda sangat membutuhkan sepeda jamu karena daerah teritorialnya relatif jauh dibandingkan dengan generasi tua. Kondisi ini menyebabkan jarak tempuh menjadi lebih jauh dibandingkan dengan generasi tua. Metode Penelitian Berdasarkan hasil diskusi dengan mitra jamu gendong di Serpong Tangerang, prioritas masalah dihadapi oleh mitra jamu gendong terkelompok sebagai berikut: 1. Aspek produksi/pengolahan jamu yang cenderung belum higienis, dengan indikator: Tempat pengolahan kotor/kumuh, tempat penyimpanan alat belum steril, berdebu/terbuka, adanya kontaminasi tikus, kucing, kecoa atau binatang peliharaan lain, sirkulasi udara dapur pengab/lembab, botol jamu menggunakan botol plastik secara berulang, serbet/air cucian gelas secara berulang, sanitasi lingkungan buruk/kotor, kurang memperhatikan higienitas pribadi, penyimpanan bahan baku dalam karung dan tempat seadanya, menggunakan panci alunimium untuk perebusan bahan jamu, belum pernah melakukan uji air/sampel jamu di laboratorium. Solusi yang ditawarkan adalah: a. Membuat panduan model manajemen mutu secara terpadu bagi komunitas jamu gendong di Serpong Tangerang. b. Membuat model percontohan Dapur Bersih bagi komunitas jamu gendong di Serpong Tangerang. Termasuk melakukan uji sampel jamu/air sumur digunakan dalam pembuatan jamu, dengan kerjasama dengan laboratorium fakultas kedokteran UNTAR. 2. Aspek manajemen usaha yang belum rapi sehingga usaha jamu gendong hanya dijalankan seadanya tidak disertai perencanaan sampai dengan pengendalian yang baik. Sebagai contohnya mereka mencampuradukan antara uang usaha dengan uang pribadi. Dalam aspek manajemen terkait dengan fungsi pemasaran sehingga untuk generasi baru diperlukan alat yang lebih sesuai dengan kondisi mereka & jarak tempuh dalam menjajakan jamu. Solusi ysng ditawarkan adalah: a. Membuat pelatihan manajemen usaha meliputi perencanaan s/d pengendalian keuangan, pemasaran dan personalia penjual jamu. gendong di Serpong Tangerang. b. Membuat model percontohan sepeda delivery jamu bagi generasi baru penjual jamu di Serpong Tangerang. 16

Setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh mitra penjual jamu gendong di Serpong, Tangerang, maka tim pengabdian memberikan sebuah solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Solusi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan Model Manajemen Mutu Komunitas Jamu Gendong Serpong Tangerang. Dimensi mutu jamu gendong terkait dengan khasiat, rasa, warna dan aroma jamu. Konsumen jamu sebagian besar kalangan cenderung ke bawah, dengan tingkat ekspektasi rendah atau tidak kritis terhadap kriteria produk. Konsumen dari kelompok ini mayoritas merasa puas, seperti hasil riset (Djamaludin dkk; 2009) Dalam perkembangannya banyak konsumen kritis terhadap lingkungan, sehingga konsumen menjadi kurang puas. (Rodhiah; 2010) Untuk itu perlu penyempurnaan pengolahan agar citra jamu gendong lebih baik. Model manajemen mutu diperkenalkan kepada mitra jamu gendong sebagai acuan aktivitas produksi jamu, mulai: input bahan jamu, proses produksi / pengolahan jamu, output jamu, delivery konsumen / pelayanan kepada konsumen sampai menjalin hubungan dengan komunitas jamu & masyarakat sekitar tempat tinggal. Model berbentuk check list setiap kegiatan, sehingga proses perbaikan dilakukan terus menerus mengacu konsep Total Quality Management. (Sahran et.al; 2010) Perbaikan kontinyu sebagai kebiasaan/kesadaran bagi komunitas jamu. Dengan harapan tanpa dipantau secara kontinyu atau setelah program pengabdian berakhir, mitra tetap menghasilkan jamu dengan kualitas, khasiat, kebersihan jamu dan higienitas pribadi tetap terjaga. Proses mutu pada prosedur manajemen mutu. Kualitas & kebersihan 2 proses 2 pembuatan & penyajian Jamu Gendong 1 3 Kualitas & keaslian bahan baku Jamu Gendong Kualitas output jamu & layanan secara positif kepada pelanggan feedback Kualitas hubungan dengan industri jamu, supplier, paguyuban, koperasi Jamu Gendong & masyarakat 5 4 Kualitas lingkungan usaha & penanganan limbah jamu Gambar 1: Siklus Perbaikan Kualitas Jamu Gendong (Sumber: dimodifikasi dari Nasution (2004) Pendekatan memperkenalkan panduan tersebut dengan cara sosialisasi dan komunikasi secara aktif dengan metode forum group discusion (FGD) kepada komunitas jamu gendong secara periodik. Metode ini efektif membuat mitra menjadi terbuka dan percaya dengan proses perbaikan jamu gendong. Dukungan mitra berikan dalam bentuk penjelasan proses dalam menjalankan usaha, masalah yang dihadapi, terbuka dengan dapur yang digunakan untuk proses pembuatan jamu, menyampaikan alternatif sepeda delivery, informasi lainnya, bahkan terbuka dengan kelemahan mitra selama ini. 17

FGD mensejajarkan posisi mitra dan tim pengabdian masyarakat, sehingga sifatnya berupa sharing informasi. Hal ini dilakukan karena mereka sangat menguasai lapangan selama puluhan tahun berjualan jamu dengan cara sama. Mitra juga menganggap konsumen tidak komplain dengan jamu gendong, sehingga tidak tersadari sebelumnya tentang proses produksi yang seadanya. Mitra baru tersadar tentang masalah tersebut ketika diajak komunikasi/berdiskusi dengan tim pengabdian masyarakat. 2. Model Pelatihan Manajemen Usaha Bagi Jamu Gendong di Serpong Tangerang Proses FGD dilakukan juga pada pembuatan model pelatihan manajemen usaha jamu gendong. Usaha ini bersifat perorangan sehingga pengenalan manajemen diaplikasikan secara sederhana terkait dengan fungsi planning, organizing, leading, controlling. (Robbin & Coulter; 2005) Dalam planning mitra diharapkan dapat mendefinisikan tujuan/rencana ke depan dari aset yang dimiliki saat ini. Pada organizing mitra harus dapat menentukan bagaimana cara mencapai rencana tersebut. Pada leading mitra dapat mengarahkan/memotivasi sumber daya yang mereka miliki untuk menjalankan usaha. Pada controlling mitra memonitor aktivitas agar sesuai dengan rencana semula. Pelatihan manajemen dilakukan kepada penjaja jamu, supaya mampu memproduksi jamu secara efisien dengan cara yang benar. Langkah diajukan untuk mengkoordinasikan kegiatan ini adalah: mengacu pada ilmu manajemen P-O-A-C. a. Perencanaan Diusulkan suatu rencana dengan Mitra untuk mewujudkan tujuan usaha mitra, yang menjadi misi utama dalam kegiatan ini adalah dapat memproses jamu dengan lebih efisien dan lebih ekonomis. Pada Kegiatan ini dilakukan pemilihan atas jamu gendong yang paling banyak diminati atas dasar pengalaman penjaja jamu gendong, untuk dijadikan obyek uji coba penerapan IPTEK. Tim dengan kelompok jamu melakukan perencanaan jadwal yang meliputi beberapa tahap: Tahap-1: Tahap Persiapan Direncanakan bersama kelompok jamu mengenai pembelian persediaan bahan baku, peralatan, maupun cara-cara kegiatan proses produksi. Tahap-2: Tahap Implementasi Direncanakan untuk melakukan pelatihan dalam kegiatan proses produksi teknologi tepat guna, menyusun suatu perencanan pelaksanaan kegiatan proses produksi mulai dari pengeringan, penggilingan, sampai penyimpanan dan terakhir direncanakan. b. Pengorganisasian Melakukan suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumber daya fisik lain yang dimiliki mitra untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan bersama. Menguraikan batas wewenang dan tanggung jawab masing-masing kelompok secara lebih rinci, dengan membuat bagan organisasi dimana fungsi dan tanggung jawab masing-masing kelompok dapat dilihat pada bagan yang dibuat. c. Pengarahan / Directing / Leading Melakukan suatu fungsi kepemimpinan dengan mitra, untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain-lain. 18

d. Pengendalian / Controlling Melakukan pengendalian yaitu kegiatan menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Bersama mitra akan melihat hasil dari proses produksi jamu apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan dan akan dievaluasi kembali inovasi usaha yang perlu dilakukan. 3. Model Sepeda Delivery Model sepeda yang direncanakan bertujuan untuk membantu atau mendorong agar mereka fleksibel dalam berjualan jamu. Selain itu dengan jarak tempuh relatif jauh sangat tidak efisien jika harus jalan kaki dengan mengendong bakul berisi 8 botol jamu. Model ini merupakan adaptasi dari gaya hidup mitra agar lebih menarik dalam menjajakan jamu. Dengan cara ini mitra masih dapat tetap bertahan dengan usaha jamu gendong, berarti kelompok muda masih loyal dengan tradisi budaya tentang jamu. Selain itu cara ini juga ditujukan sebagai bentuk stimulan agar semakin banyak generasi baru dari lingkungan komunitas jamu gendong untuk berprofesi sebagai penjual jamu. Perencanaan desain model sepeda perlu mempertimbangkan kemudahan sebagai moda transportasi sekaligus penjualan sehingga menjadikan model sepeda tersebut memiliki spesifikasi: sepeda perempuan dewasa, dengan tambahan tempat/kotak botol dan ember pada bagian belakang sepeda. Warna disesuaikan dengan karakter wanita remaja/dewasa & warna jamu, sehingga akan lebih menarik dan mengundang orang untuk membeli. Proses FGD dilakukan juga pada pembuatan sepeda delivery terkait dengan: jenis/ukuran sepeda, daya tampung sepeda membawa beban, keinginan/kemampuan pengguna sepeda, ukuran kotak jamu terkait dengan banyaknya botol yang dibawa untuk berdagang. Prosedur kerja adalah: sepeda untuk wanita dewasa, dengan kapasitas 10-15 botol jamu, loper/kotak jamu terbuat dari material ringan dengan warna menarik. Tahap terakhir dalam metode penelitian adalah menyusun sebuah rencana kegiatan dalam melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat. Rencana kegiatan dalam rangka pemecahan masalah jamu gendong di Serpong Tangerang seperti dalam Tabel berikut: Tabel 1: Rencana Kegiatan & Partisipasi Mitra Jamu Gendong No. Rencana Kegiatan Partisipasi Mitra 1 Observasi awal dengan komunitas jamu gendong serta mengunjungi calon mitra jamu di Serpong Tangerang Mitra responsif/mendukung mendengar rencana ini. 2 Membuat FGD tentang pengelolaan kualitas dengan pihak mitra jamu gendong 3 Membuat FGD untuk membentuk manajemen mutu terpadu dengan mitra jamu gendong. Dalam aktivitas ini didokumentasikan dalam bentuk foto kondisi komunitas jamu gendong 4 Membuat FGD membentuk sepeda delivery dengan mitra jamu gendong Mitra berdiskusi baik (sharing) dan terbuka dengan dapurnya diamati oleh anggota tim Mitra menjelaskan mengidentifikasi proses produksi selama ini mulai bahan baku s/d penjualan. Mitra menjelaskan spesifikasi sepeda dan 19

merawat sepeda tersebut. 5 Survei pasar tentang harga peralatan/sepeda Mitra memberi contoh sepeda yang sudah digunakan oleh pedagang lain. 6 Seminar pemecahan masalah untuk mendapatkan input dari rencana program Tim terbuka dengan saran rekan-rekan dosen. 7 Perbaikan model atau metode yang digunakan Tim melakukan perbaikan dalam pemecahan masalah 8 Pelatihan manajemen usaha dan sosialisasi manajemen mutu kepada komunitas jamu gendong. untuk kesempurnaan alat. Mitra terlibat dalam pelatihan sehingga dapat melakukan transfer dengan komunitas. 9 Membeli peralatan yang diperlukan Tim membeli dengan kualitas yang baik. 10 Menggunakan sepeda delivery Mitra memanfaatkan sepeda delivery untuk berjualan jamu. 11 Studi perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan peralatan tersebut, termasuk respon masyarakat dengan kegiatan pengabdian masyarakat Mitra sharing dengan tim tentang kondisi sebelum/sedudah pakai alat 12 Penyerahan sepeda delivery kepada mitra jamu Mitra menerima alat & memanfaatkan serta merawat dengan baik. 13 Penyerahan model atau prosedur manajemen usaha dan mutu jamu gendong. Mitra bersedia menjalankan sesuai prosedur agar kualitas jamu menjadi lebih baik 14 Seminar hasil akhir Tim seminar hasil akhir call paper nasional 2015 15 Pembuatan laporan dan Publikasi Tim membuat laporan LPKMV, FE, mitra dan publikasi jurnal Nasional Jenis luaran dihasilkan berupa tiga output terkelompok pada aspek manajemen dan transportasi berupa: 1. Pengenalan model manajemen mutu terpadu jamu gendong; 2. Pengenalan manajemen usaha jamu gendong; 3. Sepeda delivery untuk memasarkan jamu sebagai substitusi dengan cara digendong. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan mitra pengusaha ritel Tangerang dan road map bagi kegiatan riset atau program Pengabdian Kepada Masyarakat secara berkelanjutan. Pihak terkait dengan kegiatan ini adalah: Dosen Fakultas Ekonomi UNTAR dengan personalia pelaksana sebagai berikut: Tabel 2: Daftar Peserta Kegiatan No Nama Bidang Keahlian Keterangan 1 M. Tony Nawawi Manajemen SDM Ketua 2 Rodhiah Manajemen Pemasaran Anggota 3 Kartika N. Manjemen Mutu Anggota 4 I Gede Adiputra Manajemen Keuangan Anggota 20

Pemilihan personel program ini disesuaikan dengan target ouput yang ingin dicapai program ini, yaitu: Pengenalan model manajemen mutu jamu gendong, pelatihan usaha jamu gendong dan sepeda delivery. Tim yakin dapat menyelesaikan kegiatan, bersama dengan anggota tim tersebut. Agar sinergi antara personel dalam program ini menjadi tercapai, maka proses pelaksanaan program ini dilakukan dengan mendiskripsikan tiap kegiatan pada masing-masing anggota tim. Proses koordinasi dilakukan langsung oleh ketua tim pengusul, proses wawancara dan survey langsung di lokasi mitra jamu. Dilanjutkan dengan membuat panduan sederhana manajemen mutu dan pelatihan yang berkaitan dengan manajemen dilakukan oleh tim dari Fakultas Ekonomi jurusan manajemen UNTAR. Hasil Dan Pembahasan Komunitas jamu gendong di sekitar Rawa Mekar Jaya (RMJ) Serpong Tangerang, terdiri dari 10 (sepuluh) pedagang jamu. Komunitas jamu RMJ ini relatif unik dan berbeda dengan komunitas jamu di Depok, karena ada pedagang pria yang menjalankan usaha jamu dengan cara bersepeda. Pedagang pria ini menjalankan usaha jamu di pagi sampai siang dan selanjutnya sebagai pedagang bakso. Diversifikasi usaha dan kerja sama dengan istri sebagai peracik jamu ternyata efektif untuk mampu bertahan sampai sekarang. Di Serpong sebagian besar beralih dengan sepeda atau gerobak, sementara yang menggendong dilakukan oleh sebagian kecil pedagang jamu. Berdasarkan kunjungan dengan mitra, anggota komunitas jamu Rawa Mekar Jaya sebagai berikut: Tabel 3: Mitra Komunitas Jamu Serpong No Nama Usia Lokasi Keterangan 1 Bu Yarmi 37 tahun Nusa Loka Sektor 145 Gendong 2 Pak Larno 43 tahun Serpong Grant Fak Maruga Bersepeda 3 Mas Deni 20 tahun Serpong Grant Fak Kp. Jati Bersepeda 4 Bu Nurhijah 41 tahun Rawa Mekar Jaya (kampung) Gendong 5 Bu Marti 40 tahun Granada Sektor 12 Gerobak 6 Bu Karsiman 50 tahun Nusa Loka Jl. Kalimantan Bersepeda 7 Bu Warsi 50 tahun Sektor 12 Cyber Gendong 8 Bu Giyem 50 tahun Rawa Mekar Jaya Ciater Gendong 9 Bu Sarinem 34 tahun Sektor 12 Bersepeda 10 Bu Sarmi 43 tahun Sektor 16 Gendong Sebagai pelopor jamu di RMJ dilakukan oleh Bu Yarmi sejak tahun 1994 bersama suami, selanjutnya saudara dan teman dari Wonogiri menyusul untuk usaha jamu gendong. Pada awal usaha para penjual jamu ini masih melakukan jamu gendong. Perkembangan selanjutnya berkembang antara gendong, sepeda dan gerobak. Pilihan cara berdagang tersebut, disesuaikan dengan jarak lokasi berjualan jamu dan sumber dana yang dimiliki untuk mengembangkan usaha jamu. Pembagian daerah teritori jamu dilakukan atas observasi sendiri dan saran dari anggota komunitas jamu. Kekompakan masih terjalin sampai sekarang, termasuk pemilihan tempat tinggal dilakukan dengan mengontrak rumah saling berdekatan. Tradisi pulang kampung dilakukan rata-rata 2-3 bulan sekali untuk menengok keluarga dan sekalian digunakan membeli bahan baku, seperti: kunyit, jahe, sambiloto, kencur, temu lawak, puyang dan bahan spesifik lainnya. 21

Bahan baku tersebut dibeli dari kampung sekitar Wonogiri karena memiliki kualitas yang lebih baik daripada di pasar Rawa Mekar Jaya. Bahan baku yang dibeli di pasar setempat hanya gula merah, dan semua jenis jamu yang dijajakan murni menggunakan gula merah tanpa pemanis buatan. Untuk menjaga persediaan bahan baku, dilakukan pengiriman dari kampung melalui jasa travel. Jenis permasalahan usaha jamu gendong berkaitan dengan aspek manajemen dan aspek produksi. Tidak semua usaha jamu gendong menghadapi permasalahan tersebut, misalnya ada beberapa yang sudah bagus dalam mengelola kedua aspek tersebut. Berbagai situasi ditemukan di lapangan adalah: 1. Tempat pengolahan dengan dapur sederhana. 2. Tempat penyimpanan peralatan memasak dilakukan didapur, sehingga dapat terhinggapi oleh kecoak atau tikus. 3. Sirkulasi udara dapur tidak lembab dan sirkulasi udara bagus. 4. Botol jamu menggunakan botol beling bukan plastik. 5. Serbet dan air cucian bekas gelas selalu diganti sebelum kotor. 6. Menggunakan air sumur. 7. Dalam berjualan atau menyajikan jamu masih dengan berbincang-bincang dengan pembelinya. 8. Penyimpanan bahan baku disimpan pada tempat kering dan tertutup. 9. Masih menggunakan panci alunimium sebagai tempat perebusan bahan jamu, sehingga sangat memungkinkan terkontaminasi dengan bahan kimia. 10. Belum pernah uji sampel air atau sampel jamu ke laboraturium, sehingga belum mengetahui kondisi jamu tersebut. 11. Cara berdagang bervariasi ada dengan sepeda, digendong dan gerobak. 12. Sebagian besar pedagang jamu mencampuradukan antara uang hasil usaha dengan uang pribadi, sehingga manajemen usaha mereka masih belum rapi. Masalah mitra komunitas jamu RMJ Serpong dibedakan antara aspek produksi dan aspek manajemen. Masalah aspek produksi berkaitan dengan proses produksi jamu seperti: kondisi dapur pengolahan jamu, panci yang digunakan mengolah jamu, cara penyimpanan bahan baku, penyimpanan peralatan jamu, kualitas air yang digunakan dan higienitas pribadi. Kondisi tersebut masih relatif sederhana dan belum sepenuhnya mampu memperbaiki, seperti: masalah panci untuk memasak jamu. Semua pedagang jamu masih menggunakan panci aluminium, belum ada yang menggunakan periuk tanah liat atau panci berlapis email. Keterbatasan tersebut lambat laun harus diperbaiki dan disempurnakan, supaya konsumen jamu masih tetap loyal. Untuk itu perlu untuk diperbaiki agar proses jamu, salah satunya melalui pengenalan manajemen mutu jamu gendong. Masalah aspek manajemen terlihat dalam tata cara manajemen usaha jamu gendong, seperti: pengelolaan keuangan dan delivery jamu. Uang hasil jualan jamu belum dipisahkan dengan uang pribadi, sehingga belum memiliki pencatatan keuangan secara rapi. Sepeda delivery diberikan untuk mendorong kinerja jamu gendong supaya mampu bertahan dengan kondisi lingkungan saat ini. Kualitas jamu gendong sangat berkaitan dengan pengelolaan lingkungan, sehingga dapat mengganggu penilaian higienitas jamu. Pada hasil kunjungan tim PKM terlihat kondisi lingkungan mitra dengan cara mengontrak rumah petak dan juga dapat dilihat lingkungan dapur yang digunakan untuk mengolah jamu, menyimpan bahan jamu dan merajik bahan-bahan jamu. Kondisi dapur tersebut relatif sudah baik dan rapi, walaupun masih perlu penyempurnaan secara bertahap. Namun demikian pemahaman 22

pentingnya proses manajemen kualitas harus diingatkan kepada komunitas jamu gendong. Hubungan kemasyarakatan antara komunitas jamu gendong dengan masyarakat lokal dapat terjalin dengan akrab dan saling toleransi antara kepentingan urban dengan lokal. Situasi lingkungan rumah petak padat penduduk berkaitan dengan sanitasi lingkungan, sehingga berdampak pada kualitas air sumur. Pada lingkungan tersebut bak tampung septitank relatif dekat dengan sumber air (sumur), dan dipastikan mempengaruhi kualitas air sumur yang digunakan membuat jamu. Berdasarkan hasil scanning lingkungan ditegaskan perlu diberikan pemahaman tentang lingkungan higienis bagi komunitas jamu gendong. Namun sejauh ini belum ada keluhan pelanggan adanya sakit perut, sehingga kondisi tersebut belum dibutuhkan bagi pedagang jamu gendong. Kedepan harus mulai dikenalkan dengan uji air dan uji sampel supaya mereka paham tentang pentingnya air bersih dalam produk makanan/minuman. Bahan baku utama jamu seperti: jahe lokal, kencur dan temu lawak sering dibawa dari kampung (wonogiri), karena dipastikan mendapat kriteria bahan baku relatif tua. Dengan demikian kualitas bahan baku jamu relatif terasa khasiatnya. Bahan baku tersebut memiliki kualitas yang lebih baik daripada di pasar Rawa Mekar Jaya. Bahan baku yang dibeli di pasar setempat hanya gula merah, dan semua jenis jamu yang dijajakan murni menggunakan gula merah tanpa pemanis buatan. Untuk menjaga persediaan bahan baku, dilakukan pengiriman dari kampung melalui jasa travel. Hubungan supply chain relatif tidak masalah bagi jamu gendong karena kerukunan antara mitra dengan pemasok bahan bakunya sudah tidak diragukan lagi kekompakannya. Bahan baku jamu teringkas pada Tabel berikut : Tabel 4: Jenis Bahan Baku Ramuan Jamu (Sumber: Ekwasita Rini Pribadi, 2009) Nama Nama Latin Jml Nama Ramuan Jamu Tradisonal Ramuan Kunyit Curcuma domestica Val 5 Beras kencur, kunir asam, sinom, cabe puyang, gebyokan Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb 4 Kunir asam gebyokan, sinom, cabe puyang Kedawung Kencur Jeruk nipis Jahe Kapulogo Parkia roxburghii G Donn Kaemferia galanga L Citrus aurantifolia Swingle Zingiber officinale Roxb Amomun cardamomun Auct 5 Beras kencur, cabe puyang, sinom, kudu laos, kunir asam 3 Beras kencur, kunci suruh, gebyokan 4 Beras kencur, kudu laos, kunir asam, sinom 3 Beras kencur, cabe puyang, gebyokan 1 Beras kencur Lengkuas Languas galangal 2 Kudu laos gebyokan Mengkudu Morindae citrifolia 2 Cabe puyang, kudu laos 23

Daun asam Asam Temu kunci Adas Cabe jawa Tamarindus indica L Tamarindus indica L Boesenbergia pandurata Roxb Foeniculum vulgare Mill Piper rectofractrum Vahl 2 Kunir asam, sinom 6 Beras kencur, kunir asam, sinom, cabe puyang, kudu laos, kunci suruh 3 Beras kencur, cabe puyang, kunci suruh 2 Cabe puyang, pahitan 1 Cabe puyang Kunci pepet Kaempferia Augustifolia Roscoe 1 Kunci suruh Manjakan Querqus lusitania 1 Kunci suruh Lamk Beluntas Pluchea indica L 1 Kunci suruh Daun sirih Piper betle L 1 Kunci suruh Lempuyang Zingeiber 2 Cabe puyang, gebyokan aromaticum Vahl Bidara laut Strychnos lucida 1 Pahitan Pulasari Alyxia reinwardti 1 Cabe puyang Bidaraputih Merremia 1 Pahitan mammosa lous Pulai Alstonia scholaris 1 Pahitan Brotowali Tinospora 1 Pahitan tuberculata Bangle Zingiber 1 Gebyokan purpureum Temugiring Curcuma hayneana 1 Gebyokan Valh Temuireng Curcuma 1 Cabe puyang aeruginosa Roxb Delima Funica granatum L 1 Kunci suruh Sambiloto Andrographis paniculata B Ness 1 Pahitan Tidak semua bahan baku dan jenis jamu tersebut digunakan atau dibuat oleh pedagang jamu gendong. Namun mereka dapat membuat jamu-jamu tersebut jika mendapat pesanan. Ramuan yang biasa dibuat oleh jamu gendong adalah: beras kencur, temulawak, kunyit asam, pahitan (brotowali), sirih, mint, gula jahe. Ketujuh jenis larutan jamu dimasukan pada botol kemudian ditaruh pada tenggok untuk digendong keliling kampung. Mereka juga membawa jamu kemasan produksi Sido Muncul, Payung Pusaka, Nyonya Meneer dan Gujati merk Helios digunakan untuk anak-anak. Mayoritas komunitas jamu sudah selektif memilih jamu kemasan. Output pertama dirancang dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat untuk komunitas jamu Serpong adalah mensosialisasikan model manajemen mutu bagi jamu. Model pengelolaan kualitas jamu gendong didesain agar komunitas memiliki panduan dalam pengelolaan bahan baku jamu, proses pengolahan, penyajian jamu, menjaga 24

relasi dan pelayanan kepada konsumen. Proses penyusunan draf panduan jamu gendong sudah disusun oleh Rodhiah dan Kartika sesuai dengan hasil program I b M Dikti 2014. Model tersebut visualisasikan dalam bentuk buku saku (buku kecik) dan disosialisasikan kepada masyarakat komunitas jamu gendong. Tahap awal penyusunan draf sudah selesai disusun pada Oktober 2014, dan selanjutnya pada tahap sosialisasi dilakukan pada lingkup komunitas jamu gendong Depok dan selanjutnya diperkenalkan pada komunitas jamu Serpong. Masyarakat sekitar merespon dengan program ini karena masyarakat menjadi yakin dan mantap minum jamu gendong. Model manajemen mutu berkaitan dengan cara penanganan mulai bahan baku, proses pengolahan/pemasakan jamu, penanganan jamu higienis pribadi, sampai dengan penjalinan lingkungan masyarakat komunitas jamu gendong. Proses FGD dilakukan juga pada pembuatan model pelatihan manajemen usaha jamu gendong. Usaha ini bersifat perorangan sehingga pengenalan manajemen diaplikasikan secara sederhana terkait dengan fungsi planning, organizing, leading, controlling. (Robbin & Coulter; 2005). Sementara spesifikasi materi pelatihan berupa pemahaman berikut: 1. Planning agar komunitas dapat mengetahui tujuan atau rencana pengembangan usaha jamu gendong ke depan termasuk pengelolaan keuangan hasil berjualan jamu selama di Depok. Perencanaan investasi dilakukan dalam bentuk: menjadi juragan jamu gendong, membuat aneka resep jamu, membaca peluang pasar. 2. Organizing agar komunitas dapat menentukan bagaimana cara mencapai rencana tersebut, antara lain: memotivasi anggota komunitas jamu gendong, kerjasama dengan supplyer bahan baku jamu, menjalin kerjasama dengan lingkungan. 3. Leading agar komunitas dapat mengarahkan/memotivasi sumber daya menjalankan usaha, seperti: mengarahkan generasi baru untuk meneruskan usaha, menjaga semangat kerja keras, memberi masukan kepada anggota komunitas agar maju. 4. Controlling agar komunitas dapat memonitor aktivitas usaha agar sesuai dengan rencana semula, seperti: mengevaluasi hasil komunitas atau dirinya, evaluasi hasil usaha, evaluasi perubahan lingkungan, pengembangan komunikasi khususnya: communication skill & interpersonal skill. Kegiatan manajemen mutu dan usaha yang dilakukan kepada kelompok jamu ini, dalam bentuk sosialisasi buku kecik (terlampir) serta pemberian buku tersebut kepada setiap penjaja jamu dalam kelompok ini yang terdiri dari 7 penjaja jamu. Kegiatan tersebut delakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pembekalan manajemen usaha dalam upaya melestarikan penjualan jamu dimasa yang akan datang. Bentuk sosialisasi tim yang berhasil didokumentasikan adalah: 25

Gambar 1: Tim Pengabdian UNTAR Bersama Mitra (Sumber: Dokumentasi Peneliti) Khusus untuk pengelolaan hasil usaha maka dapat dilihat mitra mampu bertahan dan survive di perantauan. Ketekunan menyebabkan mitra mampu menghasilkan pendapatan dalam kehidupan yang layak. Pemberian sepeda pada kegiatan PKM ini dilakukan sebagai upaya membantu atau mendorong agar mitra lebih fleksibel dalam berjualan jamu. Model ini diperuntukan bagi kelompok pedagang jamu Bu Yarmi di Nusa Loka Serpong. Respon mitra sangat suka dengan model sepeda tersebut dan merasa bangga karena mendapat perhatian dari institusi pendidikan dalam pengembangan usaha jamu. Desain sepeda delivery dibuat berdasarkan hasil observasi dengan mitra sebagai berikut: 1. Sepeda untuk orang dewasa dibelakang dibuat bak/loper seng. 2. Ukuran lebar loper kurang lebih ½ meter agar tidak memenuhi jalan. 3. Memuat 10-15 botol, rak jamu seduh, termos, rak gelas, sembet, ember plastik cuci gelas dan tempat menaruh sampah. Mitra komunitas jamu gendong di Rawa Mekar Jaya Serpong sangat antusias dengan kegiatan ini, dibuktikan dengan upaya hadir di acara kunjungan mitra pada Jumat 12 Desember 2014. Sebelumnya mitra keluarga Bu Yarmi sangat mendukung proses FGD dan memberi alternatif dalam penentuan sepeda delivery. Anggota tersebut berusaha hadir pada acara yang dilakukan di rumah kontrakan Bu Yarmi, dan setelah itu baru menyiapkan memasak jamu untuk jualan sesi siang sore. Mitra mau mendengarkan penjelasan dari tim PKM serta dengan senang hati akan menerapkan model pengelolaan mutu jamu gendong secara berlahan-lahan. Kontribusi bersama antara pihak perguruan tinggi dengan komunitas semoga dapat dilakukan dan dikembangkan secara bertahap, sehingga dapat memantau dan mendampingi jamu gendong dalam menjalankan usahanya dimasa mendatang. Simpulan Dan Implikasi Berdasarkan pelaksanaan kegiatan diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Pengenalan manajemen mutu jamu gendong sudah dilakukan kepada komunitas jamu di Serpong, kota Tangerang 2. Pelatihan manajemen usaha jamu gendong sudah dilakukan kepada komunitas jamu di Serpong, kota Tangerang. 26

3. Sepeda delivery sudah diterima oleh anggota komunitas jamu di Serpong, kota Tangerang. 4. Proses pelaksanaan sudah terlaksana, namun dalam pelaksanaan pengelolaan kualitas komunitas jamu gendong masih sangat banyak keterbatasan. Proses perbaikan secara kontinyu jamu gendong dapat dikembangkan dalam PKM selanjutnya dan menjadi kajian dalam riset selanjutnya. 5. Proses pembinaan jamu gendong harus dilakukan, sehingga fokus pengabdian akan diarahkan pada proses penjalinan kerjasama antar stakeholder jamu gendong seperti: BPOM, Depkes, atau minimal kerjasama Puskesmas dengan PKK setempat. 6. Setelah kajian PKM ini selesai akan disosialisasikan pada komunitas lain jamu gendong di seputar Jakarta, seperti: Bekasi dan Jakarta. Dengan demikian kegiatan pembinaan jamu gendong menjadi menyeluruh dan aktivitas jamu gendong menjadi lebih maju. Daftar Pustaka Djamaludin. M.J., Ujang Sumarwan. dan G.N.A. Mahardikawati. 2009. Analisis Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Sukabumi. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. No.2. Vol.2. Agustus. Hlm: 175-185. Nasution. M.N. 2004. Manajemen Mutu Terpadu. Cetakan Ketiga. Galia Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 416/MEN.KES/PER/IX/1990. Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air. Industri Dan Obat Tradisional. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 006 Tahun 2012. Tentang Industri Dan Obat Tradisional. Robin. P. Stephen., and Coulter. M. 2005. Management., Eight edition, Pearson Prentice Hall, USA. Rodhiah. 2010. Hasil penelitian kajian wanita: Pengembangan Kualitas Produk Jamu Gendong di Daerah Serpong Tangerang 2010 Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia. V.41 No.1 Tahun 2012 Sahran. S., Zeinalnezhad. M., and Mukhtar. M. 2010. Quality management in small and medium entreprises: Experiance from developing countries., International review of business researh paper., vol. 6 No. 6. December. Pp: 164-173. Zulaikhah. S.T. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pencemaran Mikroba Pada Jamu Gendong Di Kota Semarang. Thesis. Magister Kesehatan Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang. 27