Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

dokumen-dokumen yang mirip
Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

III. METODE PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

III. METODE PENELITIAN

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

VII. STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN KAJIAN TABEL I-O ANTAR WILAYAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pengertian Produk Domestik Bruto

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V HASIL DAN PEMBAHASAN

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

Katalog BPS :

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

VI SEKTOR UNGGULAN DAN LEADING SECTOR DI KABUPATEN TTU

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

V. PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA PADA PEREKONOMIAN

Produk Domestik Regional Bruto

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK SEKTOR PERTAMBANGAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN LUWU TIMUR

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

Produk Domestik Bruto (PDB)

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

Transkripsi:

48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi. Oleh karena itu dengan menelaah besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, akan dapat diketahui sektor-sektor apa saja yang memberikan konstribusi yang besar dalam penciptaan output secara keseluruhan di Kota Tarakan dari total output sebesar 4,77 triliun rupiah. Tabel 13 Total Output Sepuluh Terbesar di Kota Tarakan Tahun 2007 No Kode Total Output (Juta Rp.) (%) 1 Perdagangan 14 1.044.701,94 21,91 2 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 583.093,23 12,23 3 Industri Makanan dan Minuman 8 574.61407 12,05 4 Industri lainnya 10 555.529,66 11,65 5 Perikanan 5 315.861,53 6,63 6 Kehutanan 4 243.293,37 5,10 7 Bangunan/Konstruksi 13 163.582,67 3,43 8 Sewa bangunan dan jasa perusahaan 24 163.101,47 3,42 9 Angkutan udara 19 120.893,90 2,54 10 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 6 111.167,81 2,33 11 Lainnya 891.531,82 18,70 Jumlah 4.767.371,48 100 Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah -sektor yang mempunyai total output terbesar di Kota Tarakan adalah Perdagangan dengan output sebesar 1,05 triliun rupiah yaitu setara dengan 21,91%, kemudian Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 12,23% diikuti oleh Industri Makanan dan Minuman sebesar 12,05% dan Industri Lainnya sebesar 11,65%. Dari sepuluh sektor terbesar secara keseluruhan menghasilkan output sebesar 81,30% atau setara dengan Rp. 3.88 triliun, sisanya terdistribusi pada 18 sektor yang hanya menghasilkan output sebesar

49 0,89 triliun yakni sebesar 18,70% dari total output Kota Tarakan. Berdasarkan Tabel 13 bahwa lebih dari 50% nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan di Kota Tarakan berasal dari Perdagangan, Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Industri Makanan dan Minuman dan Industri Lainnya. 5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto Berdasarkan Tabel I-O Kota Tarakan tahun 2007 updating, Nilai Tambah Bruto perekonomian Kota Tarakan sebesar 2,89 triliun rupiah. Dibanding dengan tahun 2000 Nilai Tambah Bruto yang dihasilkan adalah sebesar 1.1 triliun rupiah terjadi kenaikan sebesar 1,88 triliun rupiah atau sebesar 65,23%. Dimana sektor perdagangan memberikan sumbangan yang terbesar pada penciptaan Nilai Tambah Bruto yaitu sebesar 0,85 triliun rupiah atau 29,37%, kemudian Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain sebesar 5,19% kemudian sektor Perikanan sebesar 4,62%. Tabel 14 Nilai Tambah Bruto Sepuluh Terbesar di Kota Tarakan Tahun 2007 No Kode NTB (Juta Rp.) (%) 1 Perdagangan 14 847.411,67 29,37 2 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 149.708,84 5,19 3 Perikanan 5 133.243,59 4,62 4 Sewa bangunan dan jasa perusahaan 24 132.549,44 4,59 5 Pemerintahan dan pertahanan 25 99.448,53 3,45 6 Angkutan udara 19 92.022,63 3,19 7 Bangunan/Konstruksi 13 88.652,46 3,07 8 Industri Makanan dan Minuman 8 86.666,46 3,00 9 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 6 80.098,55 2,78 10 Komunikasi 21 75.223,36 2,61 11 Lainnya 1.100.250,76 38,13 Jumlah 2.885.276,29 100 Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah Jika dilihat dari struktur ekonomi Kota Tarakan pada Tabel 14 menunjukkan kondisi yang sangat dominan dari sepuluh sektor terbesar penyumbang Nilai Tambah Bruto Kota Tarakan adalah konstribusi sektor

50 perdagangan hampir 30%, sembilan sektor lainnya menyumbang sebesar 32,25%, sisanya sebesar 38,13 sebagai sumbangan dari 18 sektor lainnya. Tingginya konstribusi Perdagangan tidak terlepas dari letak strategis Kota Tarakan sebagai pintu masuk kedua Propinsi Kalimantan Timur setelah Balikpapan disamping itu Kota Tarakan sebagai daerah tujuan dan transit bagi daerah sekitarnya yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung, juga Kota Tarakan berdekatan dengan negara tetangga Malaysia, sehingga kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya transaksi perdagangan yang cukup besar terhadap barang-barang baik yang berasal dari Tawau Sabah Malaysia Timur maupun berasal dari dalam negeri baik domestik maupun luar daerah, bahkan pada masa yang akan datang sesuai visi dan misi Kota Tarakan diharapkan sebagai pusat perdagangan dan transaksi ekonomi lainnya di wilayah Kalimantan Timur Bagian Utara. Tabel 15 Nilai Tambah Bruto Kota Tarakan Menurut Komponennya Tahun 2007 No Kode NTB (Juta Rp.) (%) 1 Upah dan Gaji 201 1.305.935,27 45,26 2 Surplus Usaha 202 1.062.115,26 36,81 3 Penyusutan 203 79.711,21 2,76 4 Pajak Tak Langsung Netto 204 437.515,55 15,16 Jumlah 2.885.276,29 100 Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah Jika diamati total nilai tambah yang tercipta menurut komponennya yaitu : Upah dan Gaji, Surplus Usaha, Penyusutan dan Pajak Tak Langsung, maka komponen Upah dan Gaji memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pembentukan Nilai Tambah Bruto Kota Tarakan, yaitu sebesar 45,26%, dibandingkan dengan komponen surplus usaha sebesar 36,81% hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan masyarakat sebagai balas jasa cukup besar dibandingkan dengan pendapatan pengusaha, hal ini memungkinkan terjadi mengingat bahwa tingkat pengangguran di Kota Tarakan hanya 5,14% dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 62,11% pada tahun 2007 (BPS

51 Kota Tarakan, 2008), selanjutnya terdapat sebesar 54,49% pekerja yang bekerja pada sektor jasa, 26,28% disektor manufacture dan sebanyak 19,23% bekerja di sektor pertanian (Sakernas, 2008) banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor jasa dan manufacture akan berpengaruh terhadap jumlah gaji/upah yang diterima masyarakat. Komponen Penyusutan memberikan konstribusi hanya sebesar 2,76%. Sedangkan komponen Pajak memberikan konstribusi sebesar 15,16% setara dengan 0,44 triliun rupiah, hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah Kota Tarakan sangat serius menangani masalah perpajakan sebagai sumber pendapatan negara yang juga berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat melalui dana bagi hasil yang diterima pemerintah kabupaten/kota setiap tahunnya. Tax Ratio atau rasio Penerimaan Pajak terhadap Nilai Tambah Bruto Bruto (NTB) merupakan perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan pendapatan nasional. Rasio dimaksud pada dasarnya menunjukkan jumlah penerimaan pajak yang dapat dipungut dari setiap rupiah pendapatan nasional (Nilai Tambah Bruto). Rasio ini biasa digunakan sebagai salah satu tolok ukur atau indikator untuk melakukan penilaian terhadap kinerja penerimaan perpajakan mengingat Nilai Tambah Bruto yang menunjukkan output nasional merupakan indikator kesejahteraan masyarakat. Di negara-negara yang sedang berkembang sebagian besar penerimaan pajaknya berasal dari sumber pajak tak langsung. Dalam perkembangannya akan terjadi proses pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di iringi dengan peningkatan pendapatan perkapita penduduknya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa konstribusi pajak tak langsung dan upah dan gaji pada NTB Kota Tarakan tahun 2007 updating mengindikasikan bahwa tingginya kesejahteraan dan pendapatan masyarakat di Kota Tarakan. 5.1.3. Keterkaitan Antar Satu diantara keunggulan Tabel I-O adalah dapat digunakan untuk menganalisis hubungan atau keterkaitan antar sektor-sektor produksi sebagai proses identifikasi peran dari suatu sektor, untuk mengetahui sektor unggulan

52 suatu daerah. Keterkaitan tersebut berupa keterkaiatan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages). Keterkaitan antar sektor ini adalah bagaimana suatu sektor mampu menyuplai outputnya sebagai inputnya sendiri dan sektor lain maupun menggunakan output sektor lain sebagai input dalam proses produksi. Dalam analisis model Tabel I-O sektor unggulan dapat diartikan sebagai sektor yang mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan yang tinggi, yaitu sektor yang mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor lainnya, atau yang memiliki derajat kepekaan dan daya penyebaran yang tinggi, yaitu sektor yang menyuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksi. 5.1.3.1. Keterkaitan Ke Belakang Keterkaitan ke belakang (backward linkages) menunjukkan efek suatu sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung. Semakin tinggi keterkaitan kebelakang mengindikasikan bahwa sektor tersebut dibutuhkan, karena memberikan dampak yang akan mendorong tingkat produksi sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut. Tabel 16 menunjukkan bahwa dari sepuluh sektor yang di indentifikasi memiliki keterkaitan langsung ke belakang (backward linkages) dan ketekaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang paling tinggi adalah Kehutanan 0,89, kemudian Industri Makanan dan Minuman 0,79, Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Air Minum. Sedangkan Angkutan Laut, Bangunan/Konstruksi, Jasa Hiburan dan Rekreasi, Restoran, Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan, dan Hotel seluruhnya memiliki nilai dibawah 0,5, dimana Hotel memiliki angka keterkaitan ke belakang terendah yaitu 0,35. Kehutanan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan langsung ke belakang tertinggi yaitu 0,89. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 unit Kehutanan membutuhkan output sektor lainnya sebagai input sebesar 0,89 unit, yaitu mendorong

53 peningkatan output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh Kehutanan. Kehutanan memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sebesar 2,88, ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan permintaan akhir Kehutanan sebesar Rp. 1 juta akan meningkatkan total output seluruh perekonomian sebesar Rp. 2,88 juta, melalui peningkatan penggunaan input sektor ini baik langsung maupun tidak langsung. Tabel 16 Sepuluh dengan Keterkaitan Langsung Ke Belakang (DBL) serta Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang (DIBL) No Kode DBL DIBL 1 Kehutanan 4 0,887 2,883 2 Industri Makanan dan Minuman 8 0,790 2,470 3 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 0,728 2,782 4 Air minum 12 0,524 2,118 5 Angkutan Laut 18 0,455 2,122 6 Bangunan/Konstruksi 13 0,454 2,118 7 Jasa Hiburan dan Rekreasi 27 0,435 2,059 8 Restoran 15 0,408 1,854 9 Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan 20 0,354 1,810 10 Hotel 16 0,349 1,900 Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah 5.1.3.2. Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan ke depan (forward linkages) menunjukkan banyaknya output sektor yang digunakan oleh sektor lainnya sebagai input, semakin tinggi keterkaitan ke depan berarti bahwa semakin dibutuhkan sektor tersebut sebagai pemasok yang digunakan sebagai input oleh sektor lain, hal ini menunjukkan arus output suatu sektor dalam perekonomian. Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa Bangunan/Konstruksi memiliki keterkaitan langsung ke depan tertinggi diikuti oleh Industri Lainnya, Peternakan dan Hasil-hasilnya, Perikanan, Perdagangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan, kemudian Listrik, Komunikasi, Angkutan Udara dan Kehutanan.

Bangunan/Konstruksi memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan sebesar 1,42. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan satu unit Bangunan/ Konstruksi akan meningkatkan output sektor lain sebesar 1,42 yang menggunakan output sektor ini sebagai input, dan memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sebesar 3,42, memberi makna jika terjadi kenaikan permintaan satu unit Bangunan/Konstruksi akan meningkatkan total output seluruh perekonomian sebesar 3,42 unit. Atau dengan kata lain jika terjadi kenaikan permintaan akhir tiap-tiap sektor sebesar satu unit (berarti terjadi peningkatan permintaan akhir seluruh perekonomian sebesar n unit), dengan demikian Bangunan/Konstruksi memberikan sumbangan kenaikan sebesar 3,42 unit dari total permintaan akhir. Tabel 17 Sepuluh dengan Keterkaitan Langsung Ke Depan (DFL) serta Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan (DIFL) No. Kode DFL 54 DIFL 1 Bangunan/Konstruksi 13 1,422 3,415 2 Industri Lainnya 10 1,177 3,933 3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 0,720 2,326 4 Perikanan 5 0,672 2,691 5 Perdagangan 14 0,534 3,663 6 Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 24 0,519 2,929 7 Listrik 11 0,462 2,011 8 Komunikasi 21 0,426 2,257 9 Angkutan Udara 19 0,387 2,076 10 Kehutanan 4 0,351 1,469 Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah Untuk mengetahui derajat kepekaan dan daya penyebaran sektor-sektor perekonomi di Kota Tarakan, sektor-sektor tersebut di bagi ke dalam empat kuadran dengan kriteria yaitu : Kuadran I adalah sektor-sektor yang mempunyai derajat kepekaan (forward linkages) dan daya penyebaran (backward linkages) kuat. Kuadran II merupakan sektor-sektor yang memiliki derajat kepekaan (forward linkages) lemah dan derajat penyebaran (backward linkages) kuat. -sektor yang termasuk pada Kuadran III adalah sektor yang memiliki dan derajat kepekaan (forward linkages) kuat dan derajat penyebaran

55 (backward linkages) lemah. Sedangkan pada Kuadran IV menggambarkan sektor-sektor dengan derajat kepekaan (forward linkages) maupun derajat penyebaran (backward linkages) lemah. Backward Linkages Kuat Lemah Forward Linkages Kuat Lemah Kuadran I Kuadran II Bangunan/Konstruksi Industri Makanan dan Minuman Kehutanan Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain Air minum Angkutan laut Jasa Hiburan dan Rekreasi Restoran Jasa Penunjang Angkutan dan Per gudangan Hotel Kuadran III Kuadran IV Industri lainnya Tanaman Bahan Makanan Peternakan dan Hasil-hasilnya Tanaman Perkebunan Perikanan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Perdagangan Penggalian Sewa Bangunan Dan Jasa Perusahaan Angkutan Darat Listrik Bank Komunikasi Lembaga Keuangan Tanpa Bank Angkutan Udara Pemerintahan dan Pertahanan Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah Gambar 5 Kuadran Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran al -sektor yang termasuk dalam Industri, Pengangkutan, Hotel dan Restoran serta Jasa berada pada Kuadran II. Sedangkan Kuadran III meliputi kelompok Industri lainnya, Sewa Bangunan, Pertanian, Perdagangan, Pengangkutan dan Komunikasi. Kuadran IV sebagian besar termasuk kedalam kelompok Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Keuangan dan Jasa-jasa. Pada Kuadran IV menggambarkan lemahnya keterkaitan antar sektor, yaitu sektor yang produknya memiliki sifat dikonsumsi langsung, atau yang hanya bisa diproses melalui perlakuan khusus seperti Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Jasa Pemerintahan dan Pertahanan. Kehutanan dan Bangunan/Konstruksi memiliki keterkaitan ke belakang dan ke depan yang kuat.

56 Pada dasarnya persepsi berdasarkan Kuadran ini belum dapat menggambarkan struktur ekonomi secara keseluruhan demikian pula yang berkaitan dengan sektor unggulan. Untuk melakukan analisis khususnya yang berkaitan dengan sektor unggulan diperlukan analisis multiplier yang dapat menggambarkan peran suatu sektor dalam perekonomian secara konprihensif seperti : pengganda pendapatan, pengganda total output, pengganda surplus usaha, pengganda pajak tak langsung netto, dan pengganda nilai tambah bruto yang digunakan dalam penelitian ini. 5.1.4. Analisis Pengganda (Multipiler) 5.1.4.1. Angka Pengganda Total Output Perubahan permintaan akhir suatu sektor akan mempengaruhi perubahan pada total output dalam suatu perekonomian secara keseluruhan. Pada Tabel 18 dapat dilihat besarnya pengaruh masing-masing sektor terhadap total output, Pemerintah dan Pertahanan lainnya memberikan anggka pengganda yang paling besar yaitu 3,42 hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan satu juta rupiah permintaan akhir Pemerintah dan Pertahanan akan meningkatkan total output sebesar 3,42 juta rupiah, demikian pula halnya dengan Kehutanan meningkatkan total output sebesar 3,33 juta rupiah, selanjutnya Bank akan meningkatkan sebesar 3,16 juta rupiah, serta Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain sebesar 3,15 juta rupiah setiap terjadi peningkatan sebesar satu juta rupiah permintaan akhir, memberikan indikasi bahwa peran pemerintah sangat besar dalam meningkatkan total output dibandingkan dengan Industri dan Jasa. Hal ini sesuai dengan kondisi Kota Tarakan yang sedang membangun, dan memiliki industri kayu olahan, lengkapnya fasilitas perbankan, tersedia pelabuhan laut samudra dan bandara berstandar internasional sehingga Industri yang ditunjang oleh Jasa akan menjadikan Kota Tarakan sebagai daerah tujuan dan rujukan bagi Kabupaten di sekitaranya.

Tabel 18 Sepuluh dengan Pengganda Total Output Terbesar No. Kode Total Output Multiplier 1 Pemerintahan dan pertahanan 25 3,422 2 Kehutanan 4 3,330 3 Bank 22 3,164 4 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 3,148 5 Industri Makanan dan Minuman 8 2,767 6 Jasa Sosial dan kemasyarakatan 26 2,562 7 Bangunan/Konstruksi 13 2,548 8 Angkutan laut 18 2,511 9 Angkutan udara 19 2,485 10 Air minum 12 2,422 Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah 57 5.1.4.2. Angka Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) Perubahan permintaan akhir suatu sektor dalam perekonomian akan memberikan pengaruh terhadap pendapatan masyarakat. Besarnya pengaruh perubahan ini dapat dilihat dari besaran angka pengganda pendapatan yang dihasilkan dari matriks Tabel Input Output, sebagai suatu besaran nilai akibat terjadinya perubahan permintaan akhir yang melipatgandakan pendapatan rumah tangga. Tabel 19 Sepuluh dengan Pengganda Pendapatan Terbesar Kode No. Income Multiplier 1 Industri Makanan dan Minuman 8 88,897 2 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 5,828 3 Kehutanan 4 5,686 4 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 6 4,709 5 Air minum 12 3,936 6 Jasa penunjang angkutan dan pergudangan 20 3,197 7 Jasa Hiburan dan Rekreasi 27 2,701 8 Angkutan darat 17 2,267 9 Industri lainnya 10 2,244 10 Restoran 15 2,128 Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah Dari sepuluh sektor dengan pengganda pendapatan terbesar di Kota Tarakan seperti tertera pada Tabel 19 bahwa Industri Makanan dan

58 Minuman mempunyai angka pengganda yang paling tinggi yaitu sebesar 88,90. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan akan mengakibatkan kenaikan pendapatan rumah tangga secara keseluruhan sebesar 88,90 satuan, kemudian Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain sebesar 5,83 dan Kehutanan sebesar 5,67, sedangkan angka pengganda yang paling terendah adalah Restoran yaitu hanya sebesar 2,13. Tingginya angka pengganda pendapatan Industri Makanan dan Minuman mengindikasikan bahwa sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan, baik skala kecil mikro maupun skala besar, disamping itu sektor ini memiliki keterkaitan ke belakang yang kuat berada pada Kuadran II. 5.1.4.3. Angka Pengganda Surplus Usaha (Business Surplus Multipllier) Berdasarkan hasil olahan data dengan metode input output diperoleh bahwa yang mempunyai angka pengganda surplus usaha terbesar adalah Kehutanan yaitu sebesar 47,05. Jika terdapat perubahan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah akan memberikan kenaikan margin perdagangan pada Kehutanan sebesar 47,05 juta rupiah. Industri Makanan dan Minuman mempunyai angka pengganda sebesar 6,62, selanjutnya adalah Pemerintahan dan Pertahanan yaitu sebesar 5,74. Angkutan Udara menempati urutan kesepuluh dengan angka pengganda surplus usaha 2,56. Tabel 20 Sepuluh dengan Pengganda Surplus Usaha Terbesar No. Kode Surplus Multiplier 1 Kehutanan 4 47,049 2 Industri Makanan dan Minuman 8 6,618 3 Pemerintahan dan Pertahanan 25 5,739 4 Bank 22 4,451 5 Industri Kayu, dan Hasil Hutan Lain 9 4,136 6 Air minum 12 3,064 7 Hotel 16 2,943 8 Angkutan laut 18 2,633 9 Bangunan/Konstruksi 13 2,630 10 Angkutan udara 19 2,564 Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Besarnya angka pengganda surplus usaha Kehutanan dibanding dengan sektor lainya, tidak semestinya dijadikan rekomendasi untuk menentukan sektor unggulan mengingat bahwa Kehutanan ini juga memiliki dampak yang sangat besar bagi lingkungan, kecuali hasil hutannya lainnya seperti gaharu, sarang burung dan termasuk didalamnya adalah penangkaran buaya, karena semua hasil hutan non kayu berbasis ekspor. 5.1.4.4. Angka Pengganda Pajak Tak Langsung Netto (Tax Multiplier) Beberapa sektor dengan angka pengganda pajak tak langsung terbesar dari sepuluh sektor yang diidentifikasi adalah Air Minum, mempunyai angka pengganda sebesar 13,92, kemudian Industri Kayu dan Hasil Hutan lainnya sebesar 13,15 dan Kehutanan dengan angka pengganda 11,71. Hal ini memberikan makna bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada Air Minum sebesar satu juta rupiah akan terjadi peningkatan pajak tak langsung netto sebesar 13,92 juta rupiah. Demikian pula halnya jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah pada Industri Kayu dan Hasil Hutan akan meningkatkan pajak tak langsung sebesar 13,15 juta rupiah. Tabel 21 Sepuluh dengan Pengganda Pajak Tak Langsung Netto Terbesar No. Kode Tax Multiplier 1 Air minum 12 13,916 2 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 13,146 3 Kehutanan 4 11,706 4 Bangunan/Konstruksi 13 5,088 5 Perikanan 5 4,528 6 Pemerintahan dan pertahanan 25 3,976 7 Angkutan laut 18 3,169 8 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 26 3,166 9 Bank 22 3,159 10 Restoran 15 2,744 Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah 59