SEKILAS TENTANG PERAN LEMBAGA PEMERINGKAT EFEK DALAM INDUSTRI PASAR MODAL



dokumen-dokumen yang mirip
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.04/2015 TENTANG PERILAKU PERUSAHAAN PEMERINGKAT EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT AGRONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 179/KMK.010/2003 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM DAN PERMODALAN PERUSAHAAN EFEK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang pemilik modal yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

FAQ TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL (SBK)

BAB I PENDAHULUAN. surat utang yang ditawarkan kepada publik. Peringkat Obligasi (Credit Rating) UKDW

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608);

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.03/2016 TENTANG LEMBAGA PEMERINGKAT DAN PERINGKAT YANG DIAKUI OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mulai banyaknya perusahaan yang memiliki website pribadi. Adopsi internet

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

CONTOH PERHITUNGAN TENOR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT

No. 10/ 19 /DPNP Jakarta, 30 April Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dasar-Dasar Obligasi. Pendidikan Investasi Dua Bulanan. Cara Kerja Obligasi

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kestabilan moneter dan sebagai lalu lintas pembayaran. Banyaknya

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap. pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan

PASAR MODAL DI INDONESIA

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

PASAR MODAL DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena munculnya Good Corporate Governance mulai dikenal karena

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 13/31/DPNP Jakarta, 22 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya dengan ukuran keuangan. Pengukuran dengan aspek keuangan lebih

Pedoman Direksi. PT Acset Indonusa Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi

SOSIALISASI Market Code of Conduct (CoC) Edisi Kedua. 08 Desember 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

No pengaturan dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta penjelasannya. Dalam Pasal 70 tersebut diatur bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

M E M U T U S K A N :

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia menyebabkan adanya permintaan akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN REKSA DANA SYARIAH

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki rata-rata nilai corporate governance rendah diantara lima negara lain

BAB I PENDAHULUAN. yang melaksanakan Corporate Governance (CG) dengan baik akan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

SEKILAS TENTANG PERAN LEMBAGA PEMERINGKAT EFEK DALAM INDUSTRI PASAR MODAL oleh : Sungkana Pendahuluan Seiring dengan semakin menigkatnya industri Pasar Modal, peran penting perusahaan Pemeringkat Efek (Credit Rating Agency) dalam industri Pasar Modal tidak dapat dipungkiri. Perusahaan Pemeringkat Efek merupakan lembaga yang dapat menjembatani kesenjangan informasi antara Emiten dan investor, menyediakan informasi standar atas tingkat risiko kredit suatu perusahaan, bahkan di beberapa negara perusahaan Pemeringkat Efek menjadi motor utama pertumbuhan pasar obligasi melalui pendidikan, penyebarluasan informasi dan kegiatan riset yang dilakukannya. Di Amerika Serikat besarnya kontribusi perusahaan Pemeringkat Efek terhadap pertumbuhan industri Pasar Modal sudah disadari lebih dari 100 (seratus) tahun yang lampau. Sejalan dengan pesatnya industri Pasar Modal kontribusi perusahaan Pemeringkat Efek terasa semakin diperlukan, karena semakin banyaknya jumlah Emiten dan munculnya inovasi-inovasi produk baru dalam industri keuangan seperti Efek Beragun Aset dan produk-produk derivatif. Untuk itu, regulator Pasar Modal Amerika mengambil kebijakan agar perusahaan Pemeringkat Efek dapat mampu menghasilkan produk yang credible serta mencapai standar kualitas tertentu. Pemikiran tersebut melahirkan konsep Nationally Recognized Statistical Rating Organization/NRSROs pada tahun 1975. NRSRO s terdiri atas beberapa perusahaan Pemeringkat yang telah memenuhi standar tertentu yang dipersyaratkan oleh US Securities Exchange Commission. Dengan demikian, NRSROs dianggap sebagai lembaga yang credible secara nasional sehingga hasil ratingnya menjadi acuan dalam pembuatan produk hukum baik oleh US SEC, regulator industri keuangan lain, dan penyusunan kontrak-kontrak di lingkungan industri keuangan. Saat ini terdapat 4 (empat) perusahaan Pemeringkat Efek yang mempunyai kualifikasi sebagai NRSRO s,

yaitu Moody s Investor Service, Inc, Fitch, Inc, Standard & Poors dan Dominion Bond Rating Service Limited (DBRS). Dalam penentuan NRSRO s tersebut, beberapa kriteria yang dipergunakan antara lain meliputi struktur organisasi, sumber keuangan, kualitas sumber daya manusia, pendidikan dan latihan bagi karyawan, keindependenan perusahaan Pemeringkat Efek dari perusahaan yang akan diperingkat, prosedur pemeringkatan, adanya prosedur internal untuk mencegah penyalahgunaan informasi yang tidak terbuka untuk umum, dan perusahaan Pemeringkat Efek tersebut terdaftar sebagai Investment Advicer sebagaimana disebut dalam the Investment Advisers Act of 1940. Peningkatan kualitas Perusahaan Pemeringkat Efek oleh IOSCO Menyadari pentingnya peran perusahaan Pemeringkat Efek dalam industri Pasar Modal, pada bulan September 2003 IOSCO Technical Committee menerbitkan a Statement of Principle Regarding the Activities of Credit Rating Agencies. Prinsip tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi regulator Pasar Modal, lembaga pemeringkat Efek dan pihak lain yang tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang mekanisme kerja perusahaan Pemeringkat Efek dan hasil pemeringkatan yang selayaknya harus dipergunakan oleh industri Pasar Modal. Secara garis besar IOSCO Principle ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelindungan investor dan fairness, efisiensi dan transparansi perdagangan Efek serta mengurangi risiko sistemik. Disamping itu, IOSCO Technical Committee juga menerbitkan laporan tentang kegiatan perusahaan Pemeringkat Efek yang antara lain memuat kegiatan, permasalahan hukum yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan Pemeringkat Efek dan bagaimana IOSCO principle menyelesaikan masalah- masalah tersebut. Dalam laporan tersebut dikemukakan bahwa dalam beberapa hal kegiatan perusahaan Pemeringkat Efek tidak dapat dimengerti dengan baik oleh investor maupun Emiten. Permasalahan tersebut antara lain disebabkan dibeberapa jurisdiksi perusahaan Pemeringkat Efek kurang diatur secara lengkap dan kurang mendapatkan pengawasan. Penekanan laporan tersebut pada bagaimana perusahaan Pemeringkat Efek menjaga integritas proses pemeringkatan, memastikan bahwa investor dan Emiten diperlakukan secara seimbang, dan masalah kerahasiaan informasi material yang disampaikan kepada Emiten.

Code of Conduct yang diterbitkan oleh IOSCO tersebut antara lain memuat beberapa hal seperti kewajiban perusahaan Pemeringkat Efek untuk menjaga kualitas dan integritas pemeringkatan, menghindari terjadinya conflict of interest, pertanggungjawaban perusahaan Pemeringkat Efek kepada investor dan Emiten serta kewajiban perusahaan Pemeringkat Efek untuk mensosialisasikan Code of Conduct kepada para pelaku pasar. Lebih lanjut, dalam rangka menciptakan ketidaktergantungan dan mencegah terjadinya conflict of interest dalam melakukan kegiatannya, maka terhadap perusahaan Pemeringkat Efek diwajibkan untuk: a. memisahkan kegiatan ratingnya dengan kegiatan bisnisnya yang lain; b. mengungkapkan secara tegas atas beberapa hal yang memungkinkan adanya benturan kepentingan; c. melarang pegawainya untuk terlibat dalam perdagangan/transaksi Efek yang mempunyai benturan kepentingan dengan kegiatan pemeringkatan perusahaan; d. melarang pegawainya terlibat dalam proses pembicaraan tentang biaya pemeringkatan. Harmonisasi Perusahaan Pemeringkat Efek di Asia Dalam salah satu laporannya Asian Bankers Association (ABA) Development of Regional Standards for Asian Credit Rating Agencis: Issues, Challenges and Strategic Options mendiskripsikan beberapa kelemahan umum perusahaan Pemeringkat Efek domestik di Asia (Asian domestic Credit Rating Agencies/DCRAs) antara lain kelambanan kinerja, kurangnya daya analisis dan rendahnya kredibilitas di mata investor internasional. Untuk menjawab permasalahan tersebut serta menciptakan standar rating yang berlaku umum di wilayah Asia, pada tanggal 14 September 2001 dibentuk the Association of Credit Rating Agencies in Asia (ACRAA) yang beranggotakan 19 (sembilan belas) perusahaan Pemeringkat Efek masing-masing: Bangladesh (1), RRC (2), India (3), Indonesia (2), Jepang (1), Korea (3), Malaysia (2), Pakistan (2), Philipina (1), Taiwan (1) dan Thailand (1). Agenda utama yang harus segera dilaksanakan oleh ACRAA adalah peningkatan kerja sama dan pembentukan standar pemeringkatan yang berlaku umum di wilayah Asia.

Saat ini di wilayah Asia diperkirakan terdapat kurang lebih 30 (tiga puluh) perusahaan Pemeringkat Efek domestik (Asian Domestic Credit Rating Agency/DCRA), termasuk 6 (enam) diantaranya dari China. Dalam pertemuan Menteri Keuangan ASEAN +3 di Manila pada tanggal 7 Agustus 2003 disepakati untuk memperkuat sistem pemeringkatan di Asia melalui peningkatan kualitas DCRA sehingga mampu menghasilkan hasil pemeringkatan yang fair dan credible sehingga dapat diterima oleh investor internasional. Beberapa hal dari DCRA yang perlu ditingkatkan antara lain mengenai standar dan proses pemeringkatan serta tingkat keterbukaan, sehingga DCRA dapat bersaing dengan lembaga pemeringkat dari wilayah lain mengingat pada dasarnya DCRA memiliki beberapa keuntungan seperti pemahaman atas kondisi social dan ekonomi di wilayah Asia. Kalangan industri Pasar Modal menyadari bahwa harmonisasi pemeringkatan di Asia bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Beberapa hambatan yang dapat menjadi hambatan harmonisasi pemeringkatan di Asia antara lain: a. Perbedaan sistem akuntansi di beberapa Negara Asia; b. Perbedaan sistem hukum; c. Perbedaan tingkat perkembangan industri pasar modal di masing-masing Negara; d. Perbedaan budaya bisnis; dan e. Perbedaan sikap regulator di masing-masing Negara. Pengaturan Perusahaan Pemeringkat Efek di Indonesia Meskipun peran penting perusahaan Pemeringkat Efek dalam industri Pasar Modal tidak dapat dipungkiri, namun regulasi Pasar Modal kita saat ini belum memberikan aturan yang memadai atas lembaga tersebut. Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) istilah Pemeringat Efek dapat kita temukan dalam salah satu kalimat dalam penjelasan Pasal 34 ayat (1) yang menyebutkan bahwa termasuk dalam kegiatan Penasihat Investasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan Pemeringkat Efek. Sedangkan kegiatan pemeringkat Efek menurut penjelasan Pasal 43 Peraturan Pemerintah 45 tahun tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal sebagaimana diubah dengan Peratruan Pemerirntah Nomor 12 tahun 2004 adalah kegiatan membuat penilaian mengenai kualitas atas suatu Efek dalam bentuk kode yang dibakukan.

Berbeda dengan Penasihat Investasi dalam arti luas yang dapat dilakukan oleh orang perseorangan atau perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam, Perusahaan Investasi yang melakukan kegiatan sebagai pemeringkat Efek harus berbentuk perseroan dengan modal disetor Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Lebih lanjut dalam Peraturan Nomor V.C.1 tentang Perizinan Penasihat Investasi ditentukan untuk memperoleh izin sebagai Perusahaan Pemeringkat Efek antara lain diwajibkan untuk memiliki sarana yang menunjang kegiatan proses pemeringkatan, dan mempunyai 1 (satu) orang direksi dan 1 (satu) orang di bawah direksi yang memiliki izin Wakil Manajer Investasi. Sumirnya pengaturan pemeringkatan Efek dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal kita terasa naïf di tengah maraknya opini untuk meningkatkan pengaturan, internal control dan transparansi di sektor pemeringkatan Efek sebagaimana disampaikan oleh the Association Francaise Des Tre soriers d Entreprise (AFTE) dari Perancis, The Association for Financial Professionals (AFP) di US dan the Association of Corporate Treasurers (ACT) di UK. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pengaturan atas Perusahaan Pemeringkat Efek Bapepam merencanakan untuk menerbitkan Peraturan tentang Perizinan Perusahaan Investasi Yang Melakukan Kegiatan Pemeringkatan Efek. Dalam peraturan ini pengaturan atas perusahaan Pemeringkat Efek menjadi lebih komprehensif diantaranya melalui penerapan good corporate governance secara eksplisit antara lain melalui persyaratan calon direksi dan komisaris perusahaan Pemeringkat Efek, persyaratan permodalan, persyaratan kualitas sumber daya manusia serta beberapa diharapkan dapat meningkatkan kualitas perusahaan Pemeringkat Efek nasional.(skn)